Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Sesuai dengan dictum bahwa “segala sesuatudapat saja berjalan secara salah”, maka telah
diketahui beberapa keadaan defisiensi imun pada manusia yang bukan sebagai akibat factor
lingkungan. Keterkaitan komplemen antibodi dan sel fagosit membentuk dasar mekanisme
terhadap infeksi progenik oleh bakteri yang memerlukan opsonisasi sebelum fagositosis. Karena
itu tak mengherankan defisiensi salah satu factor tadi merupakan predisporsisi bagi seseorang
mengalami infeksi berulang. Penderita ini peka terhadap infeksi virus dan jamur yang biasanya
dapat dieliminasi oleh imunitas selular. Insiden keganasan yang meningkat dan autoantibodi
dengan atau tanpa penyakit autoimun telah ditemukan pada penderita-penderita yang mengalami
defisiensi imun. Namun hubungan keadaan ini belum jelas, meski kegagalan pengaturan sel T
atau ketidakmampuan mengontrol infeksi virus merupakan salah satu penjelasan.

1.2 Rumusan masalah


a) Bagaimana gambaran umum system imun?
b) Apa pengertian imunodefisiensi?
c) Apa saja klasifikasi imunodefisiensi?
d) Apa saja tanda dan gejala imunodefisiensi?
e) Bagaimana pengobatan dan pencegahan imunodefisiensi?

1.3 Tujuan
a) Untuk mengetahui gambaran umum system imun
b) Untuk mengetahui pengertian imunodefisiensi
c) Untuk mengetahui klasifikasi imunodefisiensi
d) Untuk mengetahui tanda dan gejala imunodefisiensi
e) Untuk mengetahui pengobatan dan pencegahan imunodefisiensi

1
1.4 Manfaat
a) Agar mahasiswa dapat mengetahui gambaran umum system imun
b) Agar mahasiswa dapat mengetahui pengertian imunodefisiensi
c) Agar mahasiswa dapat mengetahui klasifikasi imunodefisiensi
d) Agar mahasiswa dapat mengetahui tanda dan gejala imunodefisiensi
e) Agar mahasiswa dapat mengetahui pengobatan dan pencegahan imunodefisiensi

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Gambaran Umum System Imun


Imunitas adalah kekebalan tubuh terhadap penyakit, terutama penyakit infeksi. Imun
system adalah semua hal yang berperan dalam proses imun seperti sel, protein, antibody, dan
sitokin/kemokin. Fungsi utama system imun adalah pertahanan terhadap infeksi mikroba.
Walaupun substansi non infeksius juga dapat meningkatkan kerja system imun. Respon imun
adalah proses pertahanan tubuh terhadap semua bahan asing, yang terdiri dari system imun non
spesifik dan spesifik.
1. Imunitas Non Spesifik
Imunitas non spesifik merupakan respon awal terhadap mikroba untuk
mencegah,mengontrol, dan mengeliminasi terjadinya infeksi pada host. Merangsang
terjadinya imunitas spesifik untuk mengoptimalkan efektifitas kerja dan hanya
bereaksi terhadap mikroba. Bahan-bahan akibat kerusakan sel (beat shock protein)
dan memberikan respon yang sama untuk infeksi yang berulang.
2. Komponen-komponen yang Berperan Dalam System Imun
1. Barier Sel Epitel
Sel epitel yang utuh merupakan barier fisik terhadap mikroba dari lingkungan dan
menghasilkan peptide yang berfungsi sebagai antibody natural. Di dalam sel
epitel barier juga terdapat sel limfosit T dan B, tetapi diversitaskan lebih rendah
dari pada limfosit T dan B pada system imun spesifik. Sel T limfosit intra epitel
akan menghasilkan sitokin, mengaktifkan fagositosis dan selanjutnya melisiskan
mikroorganisme. Sedangkan sel B limfosit intra epitel akan menghasilkan IgM.
2. Neutrofil dan Makrofag
Ketika terdapat mikroba dalam tubuh, komponen pertamayang bekerja adalah
neutrofil dan makrofag dengan cara ingesti dan penghancuran terhadap mikroba
tersebut. Hal ini dikarenakan makrofag dan neutrofil mempunyai reseptor di
permukaannya yang bisa mengenali bahan intraselular (DNA), endotoxin, dan
lipopolisakarida pada mikrobayang selanjutnya mengaktifkan aktifasi antimikroba
dan sekresi sitokin.

3
3. NK Sel
NK sel mempu mengenali virus dan komponel internal mikroba.NK sel diaktifkan
oleh adanya antibody yang melingkupi sel yang terinfeksi virus, bahan intrasel
mikroba dan segala jenis sel yang tidak mempunyai MCH class I. selanjutnya NK
sel akan menghasilkan porifrin dan granenzim untuk merancang terjadinya
apoptosis.

2.2 Pengertian Imunodefisiensi


Imunodefesiensi adalah keadaan dimana terjadi penurunan atau ketiadaan respon imun
normal. Kedaan ini dapat terjadi secara primer, yang pada umumnya disebabkan oleh kelainan
genetic yang diturunkan serta secara sekunder akibat penyakit utama lain, seperti infeksi,
pengobatan kemoterapi, sitostatika, radiasi, obat-obatan imunosupresan (menekan system
kekebalan tubuh) atau pada usia lanjut dan malnutrisi (kekurangan gizi).

2.3 Klasifikasi Imunodefisiensi


Imunodefisiensi terbagi dua, yaitu imunodefisiensi primer yang hamper selalu ditentukan
factor genetic. Sementara imunodefisiensi sekunder bisa muncul sebagai komplikasi penyakit
seperti infeksi, kanker, atau efek samping penggunaan obat-obatan dan terapi.
1. Imunodefisiensi Primer
Para peneliti telah mengidentifikasi lebih dari 150 jenis imunodefisiensi primer.
Imunodefisiensi dapat mempengaruhi limfosit B, limfosit T, atau fagosit. Gangguan
imunodefisiensi, antaranya :
- Defisiensi IgA
Imunoglobin ditemukan pertama di air liur dan cairan tubuh lain sebagai
perlindungan pertama tubuh. Penyebabnya genetik maupun infeksi toksoplasma, virus
cacar, dan virus lainnya. Orang yang kekurangan IgA cenderung memiliki alergi atau
mengalami pilek dan infeksi pernapasan lain walaupun tidak para.
- Granulomatos Kronis (CGD)
Penyakit imunodefisiensi yang diwariskan sehingga penderitanya rentan terhadap
infeksi bakteri atau jamur tertentu. Penderitanya tidak dapat melawan infeksi kuman
yang umumnya ringan pada org normal.

4
- Bruton’s Agammaglobulinemia
Kelainan yang ditandai kegagalan precursor limfositBkarena cacat pada gen
kromosom X. Penyakit ini paling sering ditemukan pada pria walaupun secara
sporadic terjadi pada wanita. Penyakit mulai terlihat pada usia 6 bulan setelah
immunoglobulin maternal mulai habis.
- Servere Combined immunodeficiency (SCID)
SCID adalah gangguan system kekebalan tubuh yang serius karena limfosit B dan
limfosit T. Mereka yang kekurangan hampir mustahil melawan infeksi. Bayi yang
mengalami SCID umumnya mengalami kandidiasis oral, diaper rash, dan kegagalan
berkembang.
- Sindroma Digeorge (Thymus dysplasia)
Sindrom cacat lahir dengan penderita anak-anak yang lahir tanpa kelenjar timus.
Tanda sindroma ini antara lain menurunkan level sel T, tetanus, dan cacat jantung
bawaan. Telinga, wajah, dan mulut dapat menjadi abnormal.
- Sindroma Chediak-Higashi
Ditandai dengan ketidakmampuan neutrofil untuk berfungsi sebagai fagosit secara
normal.
- Hyper IgM Syndrome
Penyakit ini ditandai dengan produksi IgM tetapi defisiensi IgA dan IgE. Akibatnya
terjadi cacat pada respon imun sel T helper dan naturasi sel B dalam sekresi
immunoglobulin terhambat.
- Wiskott-Aldrich Syndrome
Penyakit yang terkait dengan kromosom X ditandai dengan trombositopenia, eksema,
dan rentan infeksi sehingga menyebabkan kematian dini.

2. Imunodefisiensi Sekunder
Penyakit ini umumnya berkembang setelah seseorang mengalami penyakit. Penyebab yang
lain termasuk akibat luka, kurang gizi atau masalah medis lain. Sejumlah obat-obatan juga
menyebabkan ganggguan pada fungsi kekebalan tubuh. Imunodefisiensi sekumder antara
lain:

5
- Infeksi
HIV (Human Immunodeficiency Virus) dan AIDS (Acquired Immunodeficiency
Syndrome) adalah penyakit umum yang menghancurkan kekebalan tubuh
penderitanya. Penyebabnya adalah virus HIV yang mematikan beberapa jenis limfosit
yang disebut sel T-helper. Akibatnya, system kekebalan tubuh tidak dapat
mempertahankan tubuh terhadap organism biasanya tidak berbahaya. Pada orang
dewasa yang mengidap AIDS, infeksi HIV, dapat mengancam jiwa.
- Kanker
Pasien dengan kanker yang menyebar luas umumnya mudah terinfeksi
mikroorganisme. Tumor bone marrow dan leukemia yang muncul di sumsum tulang
belakangpadat mengganggu pertumbuhan limfosit dan leukosit. Tumor juga
menghambat fungsi limfosit seperti pada penyakit Hodgkin.
- Obat-obatan
Beberapa obat menekan system kekebalan tubuh, seperti obat kemoterapi yang tiidak
hanya menyerang sel kanker tetapi juga sel-sel sehat lainnya, termasuk dalam
sumsum tulang belakang dan system kekebalan tubuh. Selain itu, gangguan autoimun
atau mereka yang menjalani transplantasi organ dapat mengurangi kekebalan
melawan infeksi.
- Pengangkatan Lien
Pengangkatan lien sebagai terapi trauma atau kondisi hematologi menyebabkan
peningkatan suspeksibilitas terhadap infeksi terutama Streptococcus pneumonia.

2.4 Tanda dan gejala


Gejala klinis yang menonjol pada penderita imunodefisiensi adalah infeksi berulang atau
berkepanjangan atau oportunistik atau infeksi yang tidak umum yang tidak memberikan
respon yang kuat terhadap mikroba. Telah diketahui bahwa reaksi imunologi pada infeksi
merupakan interaksi antara berbagai komponen dalam system imun yang sangat komplek.
Kelainan pada system fagosit,limfosit T dan limfosit B maupun dalam system komplemen
dapat menampilkan gejala klinik yang sama sehingga sulit dipastikan komponen mana dari
system imun yang mengalami gangguan. Penderita dengan defisiensi limfosit T biasanya

6
menunjukkan kepekaan terhadap infeksi virus, protozoa, dan jamur yang berbeda-beda
tergantung pada jenisnya dan individu. Tanda gejala imunodefisiensi adalah sebagai berikut :
- Pneumonia, bronchitis, infeksi sinus, infeksi telinga, infeksi kulit yang berulang
- Infeksi darah
- Peradangan dan infeksi organ dalam
- Kelainan darah, seperti jumlah trombosit yang rendah atau anemia
- Masalah pencernaan, seperti kram, kehilangan nafsu makan, mual, dan diare
- Pertumbuhan dan perkembangan lambat atau tertunda
- Gangguan autoimun, seperti lupus, rheumatoid arthritis, atau diabetes tipe 1

2.5 Pengobatan dan Pencegahan


Pengobatan imunodefisiensi termasuk pencegahan, pengobatan infeksi dan meningkatkan
system kekebalan tubuh, meliputi :
- Pola hidup sehat untuk melindungi diri dari infeksi
- Pengobatan infeksi virus dan bakteri dengan antiviral dan antibiotic
- Suntuikan atau subkutan immunoglobulin
- Pengobatan terbaik kekurangan sel T adalah dengan transplantasi sumsum tulang
belakang dari donor yang cocok
- Pengobatan lain yang masih dalam fase eksperimen termasuk sitosin, transplantasi
thymic, terapi gen, dan transplantasi sel induk.

7
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Imunitas adalah kekebalan tubuh terhadap penyakit, terutama penyakit infeksi. Imun system
adalah semua hal yang berperan dalam proses imun seperti sel, protein, antibody, dan
sitokin/kemokin. Fungsi utama system imun adalah pertahanan terhadap infeksi mikroba.
Walaupun substansi non infeksius juga dapat meningkatkan kerja system imun. Respon imun
adalah proses pertahanan tubuh terhadap semua bahan asing, yang terdiri dari system imun
non spesifik dan spesifik.
2. Imunodefesiensi adalah keadaan dimana terjadi penurunan atau ketiadaan respon imun
normal.
3. Imunodefisiensi primer dan imunodefisiensi sekunder
4. - Pneumonia, bronchitis, infeksi sinus, infeksi telinga, infeksi kulit yang berulang
- Infeksi darahPeradangan dan infeksi organ dalam
- Kelainan darah, seperti jumlah trombosit yang rendah atau anemia
- Masalah pencernaan, seperti kram, kehilangan nafsu makan, mual, dan diare
- Pertumbuhan dan perkembangan lambat atau tertunda
- Gangguan autoimun, seperti lupus, rheumatoid arthritis, atau diabetes tipe 1
5. - Pola hidup sehat untuk melindungi diri dari infeksi
- Pengobatan infeksi virus dan bakteri dengan antiviral dan antibiotic
- Suntuikan atau subkutan immunoglobulin
- Pengobatan terbaik kekurangan sel T adalah dengan transplantasi sumsum tulang
belakang dari donor yang cocok
- Pengobatan lain yang masih dalam fase eksperimen termasuk sitosin, transplantasi
thymic, terapi gen, dan transplantasi sel induk

3.2 Saran
Setelah saya menyelesaikan makalah yang berjudul Imunodefisiensi ini, saya merasa
banyak sekali kekurangan, karena kurangnya referensi. Untuk itu saya mohon kritik dan
sarannya kepada pembaca.

8
DAFTAR PUSTAKA

Martini, F. H. (2001). Fundamental of Anatomy & Phisiology. 5th Ed. New Jersey: Prentice-Hall
Sloane, Etho. (2004). Anatomi Fisiologi Bagi Pemula. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Thibodeau, G. A., Patton, Kevin. T. (2007). Anatomy and Phisiology. Missouri: Mosby

Anda mungkin juga menyukai