Anda di halaman 1dari 33

DIARE

 Meighina Atika Istiqomah, S.Farm., Apt


Pendahuluan Menurut World Health Organization (WHO),
DIARE adalah suatu kondisi dimana
seseorang buang air besar dengan
1 konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat
Definisi….
berupa air saja dan frekuensinya lebih sering
dari biasanya (tiga kali atau lebih) dalam
satu hari.
2
 merupakan penyakit endemis di
Indonesia dan juga penyakit potensial
Kejadian Luar Biasa (KLB) yang sering
terjadi disertai dengan kematian.

 Pada tahun 2016 terjadi 3 kali KLB diare


yang tersebar di 3 provinsi, 3 kabupaten,
dengan jumlah penderita 198 orang dan
kematian 6 orang

Sumber: Kemenkes RI, 2017


Sumber: Kemenkes RI, 2017

*Angka kematian saat KLB diare diharapkan <1%


3
Penyebab Diare

 Faktor infeksi: Bakteri (campylobacter, nontyphoid salmonella, E. coli,


shigella, clostridium difficile); virus (rotavirus, astrovirus, and adenovirus) E. coli
atau parasit lainnya (E. histolytica)
 Faktor lingkungan: lingkungan yang kotor serta makanan atau minuman yang
terkontaminasi
clostridium difficile
 Faktor psikologis: takut, cemas
 Faktor lain: malabsorpsi, alergi, penggunaan obat-obatan
nontyphoid
salmonella

Sumber: Ditjen PP dan PL, Kemenkes RI


Patofisiologi
Faktor Malabsorbsi/alergi/efek Faktor Faktor
infeksi penggunaan obat lingkungan psikologis

Masuk dan Tekanan Zat toksin yang Anxiety


berkembang di osmotik tidak dapat (kecemasan)
dalam saluran meningkat dinetralisir
cerna

Terjadi Terjadi perpindahan Hiperperistaltik usus yang


hipersekresi air cairan dan elektrolit menurunkan absorbsi
dan elektrolit ke dalam rongga makanan di usus
usus

DIARE
4
Gejala Diare

 Gejala utama:
 buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair dengan frekuensi yang lebih
sering dari biasanya (tiga kali atau lebih dalam sehari)
 Gejala lainnya:
 Kram perut
 Adanya tanda-tanda dehidrasi (seperti gelisah, lesu, mata cekung)
 Mual dan atau muntah
 Sakit kepala
 Hilangnya selera makan

https://www.nhsinform.scot/illnesses-and-conditions/stomach-liver-and-gastrointestinal-tract/diarrhoea#symptoms
5
Jenis-Jenis Penyakit Diare

Menurut Carlson, et.al (2016) Menurut WHO (2005)


1. Diare akut, berlangsung kurang 1. Diare akut (tanpa disertai darah), berlangsung beberapa
dari 14 hari jam atau hari.
Bahaya utama yang ditimbulkan: dehidrasi & penurunan berat
2. Diare persisten, berlangsung badan.
selama 14 hari atau lebih
2. Diare akut (disertai dengan darah)  disentri. Bahaya
3. Diare kronis, berlangsung selama utama yang ditimbulkan: dehidrasi, rusaknya mukosa usus,
30 hari atau lebih. sepsis dan malnutrisi.
3. Diare persisten. Berlangsung selama 14 hari atau lebih.
Berdasarkan mekanisme: Bahaya utama: malnutrisi dan infeksi non-usus
1. Osmotic Diarrhea 4. Diare dengan malnutrisi parah (marasmus atau
2. Secretory Diarrhea kwasiokhor), bahaya utama: infeksi, dehidrasi, gagal
3. Inflammatory and Infectious Diarrhea jantung, defisiensi vitamin dan mineral
4. Diarrhea Associated with Deranged Motility

vivo.colostate.edu
5
Diagnosa & Manajemen Terapi Diare
Diagnosa (lanjutan….)
Diagnosa (lanjutan….)
1. Riwayat penyakit
 Sudah berapa lama mengalami diare
 Seberapa sering Anda mengalami diare
 Bagaimana konsistensi feses (lembek atau cair)
 Apakah ada gejala lain yang muncul bersama dengan diare
2. Pemeriksaan fisik
 tekanan darah, denyut nadi
 Tanda-tanda dehidrasi
 Apakah diare disertai demam
 Pemeriksaan perut menggunakan stetoskop
3. Tes laboratorium
 Tes pada feses, apakah ada bakteri atau parasit
 Tes darah (misalnya Level Serum albumin, menurun pada infeksi yang disebabkan
Salmonella dan E. coli; Level α-1 antitrypsin, tinggi pada infeksi enteroinvasisve
(E. coli)
4. Tes napas, dilakukan untuk menentukan apakah terjadi intoleransi laktosa
National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney
Diseases (NIDDK)
Penilaian derajat dehidrasi 2. Cek tanda-tanda
dehidrasi
1. Tanyakan
pasien
 Gelisah, lesu, atau bahkan tidak sadar
 Adakah darah pada feses  Apakah mata normal atau cekung
 Berapa lama diare telah berlangsung  Ketika diberikan larutan oralit, apakah saat
 Frekuensi BAB dalam sehari minum ia tampak sangat haus atau malas
 Apakah ada demam dan muntah minum?
 Jenis & jumlah makan & minuman yang dikonsumsi  Tekanan turgor kulit
 Obat-obat yang telah dikonsumsi  Apakah terjadi malnutrisi (ditandai dengan
 Riwayat imunisasi pengecilan otot)

Tentukan derajat dehidrasi


Penilaian dehidrasi

Sumber: Ditjen PP dan PL, Kemenkes RI


Derajat dehidrasi

Tidak ada tanda-tanda


Dehidrasi ringan Dehidrasi berat
dehidrasi

Treatment Plan A Treatment Plan B Treatment Plan C


Treatment Plan A
 Terapi dilakukan di rumah untuk mencegah terjadinya dehidrasi dan malnutrisi
1. Berikan cairan yang lebih banyak daripada biasanya
- Teruskan ASI lebih sering & lebih lama
- Bila anak tidak mendapat ASI, berikan susu yang biasa diminum
- Oralit
- air garam (campuran dari garam dengan gula)
- sop daging/ sayur dengan atau tanpa garam
- air kelapa hijau
 Jenis minuman yang harus dihindari:
- minuman berkarbonasi
- minuman/jus dengan pemanis buatan
- teh manis
Treatment Plan A

Berapa banyak
jumlah cairan
yang diberikan?
berikan cairan sebanyak yang diinginkan anak
atau orang dewasa sampai diare berhenti.

Setiap sehabis
BAB, berikanlah:

 Anak-anak di bawah 2 tahun: 50-100 ml (seperempat hingga


setengah cangkir besar) cairan;
 Anak-anak berusia 2 hingga 10 tahun: 100-200 ml (setengah hingga
satu cangkir besar);
 Anak-anak yang lebih tua dan orang dewasa: sebanyak cairan yang
mereka inginkan.
Treatment Plan A

2. Berikan suplemen zink (10 - 20 mg) kepada anak, setiap hari selama 10
hingga 14 hari

Dengan memberikan suplemen zink selama 10 hingga 14 hari, zink yang hilang
selama diare akan tergantikan, mengurangi keparahan diare dan mencegah
kambuhnya diare dalam 2 sampai 3 bulan ke depan.
Treatment Plan A
Zink

 menurunkan durasi diare sebesar 14,43%*


 20% lebih cepat sembuh**
 20% risiko diare lebih dari 7 hari berkurang**
 Biaya medis langsung pada pasien anak dengan diare akut yang mendapat zink lebih rendah secara
bermakna dibandingkan pada kelompok yang tidak diberi zink*
 11% penurunan insiden diare persisten (pada penelitian lanjutan)**
 34% penurunan prevalen diare pada penelitian lanjutan)**

* Khoirunnisa dkk. 2011. “Analisis Efektivitas dan Biaya Penggunaan Zink pada Anak dengan Diare Akut di Rumah Sakit
PKU Muhammadiyan Yogyakarta Tahun 2011”. Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi. Vol. 2. No. 4.
Treatment Plan A
3. Memberi makanan, untuk mencegah malnutrisi
 Memberikan makanan selama diare kepada balita (usia 6 bulan ke atas) penderita diare akan
membantu 1. Metetap kuat dan tumbuh serta mencegah berkurangnya berat badan.
 Sering sekali balita yang terkena diare jika tidak diberikan asupan makanan yang sesuai umur
dan bergizi akan menyebabkan anak kurang gizi. Bila anak kurang gizi akan meningkatkan risiko
anak terkena diare kembali.

1. Melanjutkan pemberian ASI kepada anak sesering & selama mungkin


yang diinginkan anak
2. Bayi yang tidak mendapatkan ASI, diberi susu yang biasa mereka
minum, setidaknya setiap 3 jam
3. Untuk bayi 6 bulan ke atas, makanan lunak juga harus dilanjutkan
Treatment Plan B
 Penderita diare dengan dehidrasi ringan/sedang harus menerima oral rehydration therapy dan
juga suplemen zink.
Monitoring Rehidrasi Oral

Monitoring dilakukan selama rehidrasi untuk memnjamin bahwa larutan ORS yang
diberikan sudah tepat dan tidak menimbulkan dehidrasi yang semakin parah. Jika
terdapat tanda-tanda dehidrasi berat, maka langsung beralih ke rencana
perawatan C. kemudian putuskan perawatan yang akan diberikan selanjutnya.
 Jika tanda-tanda dehidrasi berat telah muncul, terapi intravena (IV) harus
dimulai melalui rencana perawatan C
 Jika masih menunjukkan tanda-tanda dehidrasi ringan, lanjutkan terapi
rehidrasi oral dengan mengulangi Rencana Perawatan B. Pada saat yang sama
mulai berikan makanan, susu dan cairan lain seperti yang dijelaskan dalam
rencana perawatan A
Treatment Plan C

 anak-anak dengan dehidrasi berat ditritmen dengan rehidrasi i.v cepat, kemudian
mengikuti Rencana Perawatan C. Jika memungkinkan, anak harus dirawat di
rumah sakit.

 anak harus menerima larutan ORS (sekitar 5 ml/kg/jam) jika mereka dapat
minum tanpa kesulitan, 3-4 jam (untuk bayi) atau 1-2 jam (untuk pasien yang
lebih tua).
Treatment Plan C

Bersambung…..
Treatment Plan C

Sumber: Kemenkes RI, 2017


Monitoring Rehidrasi Intravena
 Pasien harus dipantau setiap 15-30 menit sampai denyut nadi radial yang kuat terjadi.
 Setelah
itu, pemantauan ulang dilakukan setiap jam untuk memastikan bahwa hidrasi
telah membaik.

 jika tanda-tanda dehidrasi berat masih ada, ulangi infus cairan IV seperti yang
diuraikan dalam rencana perawatan C.
 Jika telah membaik (bisa minum) tetapi masih menunjukkan tanda-tanda dehidrasi,
hentikan infus IV dan berikan larutan ORS selama empat jam, sebagaimana
ditentukan dalam Rencana Perawatan B.
 Jika tidak ada tanda-tanda dehidrasi, ikuti Rencana Perawatan A. Jika
memungkinkan, amati anak setidaknya selama enam jam sebelum pulang
sementara ibu memberikan solusi ORS pada anak, untuk memastikan bahwa dia
dapat mempertahankan hidrasi anak. Ingat bahwa anak akan membutuhkan
terapi dengan solusi ORS hingga diare berhenti.
7
Manajemen terapi

Diare akut (tanpa disertai darah) Diare akut (disertai darah)


 Terapi dapat dilakukan di rumah  Tritmen mencakup:
dengan mengikuti Treatment Plan A  Mencegah atau mengobati dehidrasi
 Tujuan:  Penggunaan suplemen zink
 Mencegah dehidrasi (bila tidak ada  Menggunakan antimikroba yang efektif terhadap Shigella selam 3-5 hari
tanda dehidrasi)  Jika terdapat E. histolytica pada feses, pengobatan amoebiasis harus
diberikan
 Mengobati dehidrasi
 Penggunaan Antibiotik
 Mencegah kekurangan gizi
 Antibiotik hanya digunakan pada diare yang positif adanya infeksi, biasanya
 Mengurangi durasi dan keparahan pada diare akut yang disertai darah, kolera yang disertai dehidrasi berat, dan
diare (dengan pemberian diare dengan infeksi non usus.
suplemen zink)  Trisnowati dkk (2017) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa Pemberian
antibiotik pada kasus diare akut non-disentri tidak terbukti dapat
memperpendek lama perawatan di rumah sakit.
 Selain tidak memperpendek lama tinggal di rumah sakit, penggunaan
antibiotik juga berkontribusi cukup besar terhadap total biaya terapi pasien.
Yakni sebesar 45,49% dari total biaya terapi
Rekomendasi antibiotik pada pengobatan diare

Sumber: ACG Clinical Guideline, 2016


Manajemen terapi (Lanjutan…)

Diare persisten Diare Kronis


 Objektif: mengembalikan berat  Pengobatan didasarkan pada
badan dan fungsi usus normal
penyebab utama dari hasil diagnosa
 Pilihan utama terapi diare kronis
 Tritmen diare persisten terdiri dari: adalah pemberian opiate, seperti
 Mencegah atau mengobati dehidrasi loperamide
 Diet bergizi  Mencegah atau mengobati dehidrasi
 Vitamin dan mineral tambahan,
termasuk zink selama 10-14 hari
 Diet bergizi
 Antimikroba selektif
 zink selama 10-14 hari
 Antimikroba selektif
Antimotilitas
Terapi Farmakologi Opiat dan turunannya bekerja dengan
cara:
(a) menunda transit intraluminal
(b) meningkatkan waktu transit di usus,
Obat yang digunakan untuk mengobati diare dibagi: memperpanjang kontak dan penyerapan.
 Antimotilitas (loperamide hidroklorida, diphenoxylate
dengan atropine)
 Adsorben (kaolin, pectin, attalpugit) Adsorben
Adsorben bekerja tidak spesifik, dapat
 Antisekretori (Bismuth subsalisilat) menyerap nutrisi, racun, obat-obatan, dan
 Antikolinergik, enzim dan mikroflora usus pada lambung.
Bekerja lokal pada saluran cerna dgn
 Antibiotik mengikat/adsorbsi toksin penyebab diare

Antikolinergik, enzim dan mikroflora usus


• Obat antikolinergik seperti atropin dapat Antisekresi
memperpanjang waktu transit usus. Bismuth subsalisilat yang memiliki
• Produk enzim laktase digunakan untuk pasien yang aktivitas antisekresi dan
mengalami diare sekunder untuk intoleransi laktosa. antiinflamasi
• Mikroflora usus berupa sediaan yang mengandung
Lactobacillus sebagai probiotik untuk menggantikan
mikroflora kolon dan memelihara fungsi usus normal
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai