Anda di halaman 1dari 6

GASTROENTERITIS (KOLERA

DAN GIARDIASIS)
No. Dokumen : /SOP/I/2017

SOP No. Revisi : -

Tanggal Terbit : -01-2017

Halaman : 1/5
UPT PUSKESMAS dr. Imelda L. M.Pasaribu
AIR MOLEK
NIP.198001172009042002
1. Pengertian Gastroenteritis (GE) adalah peradangan mukosa lambung dan usus
halus yang ditandai dengan diare dengan frekuensi 3 kali atau lebih
dalam waktu 24 jam. Apabila diare > 30 hari disebut kronis. WHO
(World Health Organization) mendefinisikan diare akut sebagai diare
yang biasanya berlangsung selama 3 – 7 hari tetapi dapat pula
berlangsung sampai 14 hari. Diare persisten adalah episode diare
yang diperkirakan penyebabnya adalah infeksi dan mulainya
sebagai diare akut tetapi berakhir lebih dari 14 hari, serta kondisi ini
menyebabkan malnutrisi dan berisiko tinggi menyebabkan kematian.

2. Tujuan 1. Sebagai acuan bagi petugas di dalam penatalaksanaan kasus


Gastroenteritis di UPT Puskesmas Air Molek
2. Mengupayakan penanganan Gastroenteritis yang cepat dan tepat
3. Mencegah komplikasi.
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Air Molek No.130/SK/I/2017
tentang Layanan Klinis yang menjamin kesinambungan
4. Referensi KMK No 514 tahun 2015 tentang Panduan Praktik Klinis bagi Dokter
di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer
5. Prosedur/ 1. Anamnesis (subjective)
Langkah-langkah Keluhan
- Buang air besar (BAB) lembek atau cair, dapat bercampur
darah atau lendir, dengan frekuensi 3 kali atau lebih dalam
waktu 24 jam. Dapat disertai rasa tidak nyaman di perut (nyeri
atau kembung), mual dan muntah serta tenesmus.
- Setiap kali diare, BAB dapat menghasilkan volume yang
besar (asal dari usus kecil) atau volume yang kecil (asal dari
usus besar). Bila diare disertai demam maka diduga erat
terjadi infeksi.
- Bila terjadinya diare didahului oleh makan atau minum dari
sumber yang kurang higienenya, GE dapat disebabkan oleh
infeksi. Riwayat bepergian ke daerah dengan wabah diare,
riwayat intoleransi laktosa (terutama pada bayi), konsumsi
makanan iritatif, minum jamu, diet cola, atau makan obat-
obatan seperti laksatif, magnesium hidroklorida, magnesium
sitrat, obat jantung quinidine, obat gout (kolkisin), diuretika
(furosemid, tiazid), toksin (arsenik, organofosfat), insektisida,
kafein, metil xantine, agen endokrin (preparat pengantian
tiroid), misoprostol, mesalamin, antikolinesterase dan obat-
obat diet perlu diketahui.
Selain itu, kondisi imunokompromais (HIV/AIDS) dan demam
tifoid perlu diidentifikasi.
Pada pasien anak ditanyakan secara jelas gejala diare:
- Perjalanan penyakit diare yaitu lamanya diare berlangsung,
kapan diare muncul (saat neonatus, bayi, atau anak-anak)
untuk mengetahui, apakah termasuk diare kongenital atau
didapat, frekuensi BAB, konsistensi dari feses, ada tidaknya
darah dalam tinja.
- Mencari faktor-faktor risiko penyebab diare
- Gejala penyerta: sakit perut, kembung, banyak gas, gagal
tumbuh.
- Riwayat bepergian, tinggal di tempat penitipan anak
merupakan risiko untukdiare infeksi.

Faktor Risiko
- Higiene pribadi dan sanitasi lingkungan yang kurang.
- Riwayat intoleransi laktosa, riwayat alergi obat.
- Infeksi HIV atau infeksi menular seksual.

2. Pemeriksaan fisik dan penunjang sederhana (objective)


- Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa: berat badan, suhu
tubuh, frekuensi denyut jantung dan pernapasan serta
tekanan darah.
- Mencari tanda-tanda utama dehidrasi: kesadaran, rasa haus,
dan turgor kulit abdomen dan tanda-tanda tambahan lainnya:
ubun- ubun besar cekung atau tidak, mata: cekung atau tidak,
ada atau tidaknya air mata, bibir, mukosa mulut dan lidah
kering atau basah.
- Pernapasan yang cepat indikasi adanya asidosis metabolik.
- Bising usus yang lemah atau tidak ada bila terdapat
hipokalemia.
- Pemeriksaan ekstremitas perlu karena perfusi dan capillary
refill dapat menentukan derajat dehidrasi yang terjadi.
- Penilaian beratnya atau derajat dehidrasi dapat ditentukan
dengan cara: obyektif yaitu dengan membandingkan berat
badan sebelum dan selama diare.

3. Penegakan diagnosis (assessment)


Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis (BAB cair lebih
dari 3 kali sehari) dan pemeriksaan fisik (ditemukan tanda-tanda
hipovolemik dan pemeriksaan konsistensi BAB). Untuk diagnosis
defenitif dilakukan pemeriksaan penunjang.

Komplikasi
- Syok hipovolemik

2/5
4. Penatalaksanaan komprehensif (plan)
Penatalaksanaan pada Pasien Dewasa
- Pada umumnya diare akut bersifat ringan dan sembuh cepat
dengan sendirinya melalui rehidrasi dan obat antidiare,
sehingga jarang diperlukan evaluasi lebih lanjut.
- Terapi dapat diberikan dengan

1. Memberikan cairan dan diet adekuat


a. Pasien tidak dipuasakan dan diberikan cairan yang
adekuat untuk rehidrasi.
b. Hindari susu sapi karena terdapat defisiensi laktase
transien.
c. Hindari juga minuman yang mengandung alkohol atau
kafein, karena dapat meningkatkan motilitas dan
sekresi usus.
d. Makanan yang dikonsumsi sebaiknya yang tidak
mengandung gas, dan mudah dicerna.
2. Pasien diare yang belum dehidrasi dapat diberikan obat
antidiare untuk mengurangi gejala dan antimikroba untuk
terapi definitif. Pemberian terapi antimikroba empirik
diindikasikan pada pasien yang diduga mengalami infeksi
bakteri invasif, traveller’s diarrhea, dan imunosupresi.
Antimikroba: pada GE akibat infeksi diberikan antibiotik
antiparasit, atau antijamur tergantung
penyebabnya.
Obat antidiare, antara lain:

1. Turunan opioid: Loperamid atau Tinktur opium.


2. Obat ini sebaiknya tidak diberikan pada pasien dengan
disentri yang disertai demam, dan penggunaannya harus
dihentikan apabila diare semakin berat walaupun diberikan
terapi.
3. Obat yang mengeraskan tinja: atapulgit 4x2 tablet/ hari
atau smectite 3x1 sachet diberikan tiap BAB encer sampai
diare stop.
4. Obat antisekretorik atau anti enkefalinase: Racecadotril 3x1

Antimikroba, antara lain:

1. Golongan kuinolon yaitu Siprofloksasin 2 x 500 mg/hari


selama 5- 7 hari, atau
2. Trimetroprim/Sulfametoksazol 160/800 2x 1 tablet/hari.
3. Apabila diare diduga disebabkan oleh Giardia,
Metronidazol dapat digunakan dengan dosis 3x500 mg/
hari selama 7 hari.
4. Bila diketahui etiologi dari diare akut, terapi disesuaikan
dengan etiologi.
5. Apabila terjadi dehidrasi, setelah ditentukan derajat
dehidrasinya, pasien ditangani dengan langkah sebagai
berikut:
3/5
Menentukan jenis cairan yang akan digunakan
- Pada diare akut awal yang ringan, tersedia cairan oralit yang
hipotonik dengan komposisi 29 gr glukosa, 3,5 gr NaCl, 2,5 gr
Natrium bikarbonat dan 1,5 KCl setiap liter. Cairan ini
diberikan secara oral atau lewat selang nasogastrik. Cairan
lain adalah cairan ringer laktat dan NaCl 0,9% yang diberikan
secara intravena.

Menentukan jumlah cairan yang akan diberikan


- Prinsip dalam menentukan jumlah cairan inisial yang
dibutuhkan adalah: BJ plasma dengan rumus:
- Defisit cairan : BJ plasma – 1,025 X Berat badan X 4 ml
0,001
- Kebutuhan cairan = Skor X 10% X kgBB X 1 liter
15

Menentukan jadwal pemberian cairan:


- Dua jam pertama (tahap rehidrasi inisial): jumlah total
kebutuhan cairan menurut BJ plasma atau skor Daldiyono
diberikan langsung dalam 2 jam ini agar tercapai rehidrasi
optimal secepat mungkin.
- Satu jam berikutnya/jam ke-3 (tahap ke-2) pemberian
diberikan berdasarkan kehilangan selama 2 jam pemberian
cairan rehidrasi inisial sebelumnya. Bila tidak ada syok
atauskor Daldiyono kurang dari 3 dapat diganti cairan per
oral.
- Jam berikutnya pemberian cairan diberikan berdasarkan
kehilangan cairan melalui tinja dan insensible water loss.

Konseling dan Edukasi


- Pada kondisi yang ringan, diberikan edukasi kepada keluarga
untuk membantu asupan cairan. Edukasi juga diberikan untuk
mencegah terjadinya GE dan mencegah penularannya.

Kriteria Rujukan
- Tanda dehidrasi berat
- Terjadi penurunan kesadaran
- Nyeri perut yang signifikan
- Pasien tidak dapat minum oralit
- Tidak ada infus set serta cairan infus di fasilitas pelayanan
Penatalaksanaan pada Pasien Anak
4/5
Pemberian oralit didasarkan pada derajat dehidrasi (Kemenkes
RI, 2011).
Diare tanpa dehidrasi
- Umur < 1 tahun: ¼ - ½ gelas setiap kali anak mencret (50–
100 ml)
- Umur 1 – 4 tahun: ½-1 gelas setiap kali anak mencret (100–
200 ml)
- Umur diatas 5 Tahun: 1–1½ gelas setiap kali anak mencret
(200– 300 ml)

Diare dengan dehidrasi ringan sedang


- Dosis oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml/ kg bb
dan selanjutnya diteruskan dengan pemberian oralit seperti
diare tanpa dehidrasi.

Diare dengan dehidrasi berat


- Penderita diare yang tidak dapat minum harus segera dirujuk
ke Puskesmas untuk diinfus.

Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut


- Pemberian zinc selama diare terbukti mampu mengurangi
lama dan tingkat keparahan diare, mengurangi frekuensi
buang air besar, mengurangi volume tinja, serta menurunkan
kekambuhan kejadian diare pada 3 bulan berikutnya.
Berdasarkan bukti ini semua anak diare harus diberi Zinc
segera saat anak mengalami diare.
- Dosis pemberian Zinc pada balita:
 Umur < 6 bulan : ½ tablet (10 mg) per hari selama 10
hari.
 Umur > 6 bulan : 1 tablet (20 mg) per hari selama 10 hari.
Zinc tetap diberikan selama 10 hari walaupun diare sudah
berhenti.
Cara pemberian tablet zinc : Larutkan tablet dalam 1
sendok makan air matang atau ASI, sesudah larut berikan
pada anak diare.
6. Unit terkait Pendaftaran, Poli Umum, Poli Anak, UGD, Rawat Inap, Apotek,
Laboratorium, Gizi, Kesling
7. Rekam Historis Perubahan
No. Halaman Yang diubah Isi Perubahan Tanggal Mulai
diberlakukan
5/5

Anda mungkin juga menyukai