Halaman :1-6
KepalaPuskesmas:
PUSKESMAS
PERAWATAN
CEMPAE drg. Sufriani, M.Kes
NIP.197004122003122009
Gastroenteritis (GE) adalah peradangan mukosa lambung dan usus halus
1. Pengertian yang ditandai dengan diare dengan frekuensi 3 kali atau lebih dalam waktu 24
jam
Sebagai acuan (panduan) bagi dokter / paramedis dalam penanganan kasus
2. Tujuan gastroenteritis
SK Kepala Puskesmas No 430/006/UKP/PUSK.CEMPAE/2016 tentang
3. Kebijakan Kebijakan Pelayanan Klinis Puskesmas Perawatan Cempae
Panduan Praktis Klinis bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer
4. Referensi edisi revisi tahun 2014
5. Prosedur a) Keluhan Utama
- Buang air besar (BAB) lembek atau cair, dapat bercampur darah atau
lendir, dengan frekuensi 3 kali atau lebih dalam waktu 24 jam.
- rasa tidak nyaman di perut (nyeri atau kembung), mual dan muntah serta
tenesmus.
- Dapat disertai demam maka diduga erat terjadi infeksi.
.
b) Faktor Resiko
- Makan atau minum dari sumber yang kurang higienenya
- Riwayat bepergian ke daerah dengan wabah diare
- riwayat intoleransi laktosa (terutama pada bayi)
- konsumsi makanan iritatif, minum jamu, diet cola, atau makan obat-
obatan seperti laksatif, magnesium hidroklorida, magnesium sitrat, obat
jantung quinidine, obat gout (kolkisin), diuretika (furosemid, tiazid), toksin
(arsenik, organofosfat), insektisida, kafein, metil xantine, agen endokrin
(preparat pengantian tiroid), misoprostol, mesalamin, antikolinesterase
dan obat-obat diet perlu diketahui.
- Selain itu, kondisi imunokompromais (HIV/AIDS) dan demam tifoid perlu
diidentifikasi.
c) Pemeriksaan Fisis
- Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa: berat badan, suhu tubuh,
frekuensi denyut jantung dan pernapasan serta tekanan darah.
- Mencari tanda-tanda utama dehidrasi: kesadaran, rasa haus, dan turgor
kulit abdomen dan tanda-tanda tambahan lainnya: ubun-ubun besar
cekung atau tidak, mata: cekung atau tidak, ada atau tidaknya air mata,
bibir, mukosa mulut dan lidah kering atau basah.
- Pernapasan yang cepat indikasi adanya asidosis metabolik.
- Bising usus yang lemah atau tidak ada bila terdapat hipokalemia.
1
- Pemeriksaan ekstremitas perlu karena perfusi dan capillary refill dapat
menentukan derajat dehidrasi yang terjadi.
d) Pemeriksaan penunjang
Tidak diperlukan. Analisa feses diperlukan pada diare yang menetap lebih
dari 7 hari
e) Penegakan Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis (BAB cair lebih dari 3 kali
sehari) dan pemeriksaan fisik (ditemukan tanda-tanda hipovolemik dan
pemeriksaan konsistensi BAB). Untuk diagnosis defenitif dilakukan
pemeriksaan penunjang.
f) Diagnosis Banding
- Demam tifoid, Kriptosporidia (pada penderita HIV), Kolitis
pseudomembran
g) Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada Pasien Dewasa
Pada umumnya diare akut bersifat ringan dan sembuh cepat dengan
sendirinya melalui rehidrasi dan obat antidiare, sehingga jarang diperlukan
evaluasi lebih lanjut.
Terapi dapat diberikan dengan
1. Memberikan cairan dan diet adekuat
- Pasien tidak dipuasakan dan diberikan cairan yang adekuat untuk
rehidrasi.
- Hindari susu sapi karena terdapat defisiensi laktase transien.
- Hindari juga minuman yang mengandung alkohol atau kafein , karena
dapat meningkatkan motilitas dan sekresi usus.
- Makanan yang dikonsumsi sebaiknya yang tidak mengandung gas,
dan mudah dicerna.
2. Pasien diare yang belum dehidrasi dapat diberikan obat antidiare untuk
mengurangi gejala dan antimikroba untuk terapi definitif. Pemberian
terapi antimikroba empirik diindikasikan pada pasien yang diduga
mengalami infeksi bakteri invasif, traveller’s diarrhea, dan imunosupresi.
Antimikroba: pada GE akibat infeksi diberikan antibiotik atau antiparasit,
atau antijamur tergantung penyebabnya.
Obat antidiare, antara lain:
- Turunan opioid: Loperamid, Difenoksilat atropin, Tinktur opium.
- Obat ini sebaiknya tidak diberikan pada pasien dengan disentri yang
disertai demam, dan penggunaannya harus dihentikan apabila diare
semakin berat walaupun diberikan terapi.
- Bismut subsalisilat, hati-hati pada pasien immunokompromais, seperti
HIV, karena dapat meningkatkan risiko terjadinya bismuth
encephalopathy.
- Obat yang mengeraskan tinja: atapulgit 4x2 tablet/ hari atau smectite
3x1 sachet diberikan tiap BAB encer sampai diare stop.
- Obat anti sekretorik atau anti enkefalinase: Racecadotril 3x1
Antimikroba, antara lain:
- Golongan kuinolon yaitu Siprofloksasin 2 x 500 mg/hari selama 5-7
hari, atau
- Trimetroprim/Sulfametoksazol 160/800 2x 1 tablet/hari.
- Apabila diare diduga disebabkan oleh Giardia, Metronidazol dapat
digunakan dengan dosis 3x500 mg/ hari selama 7 hari.
2
- Bila diketahui etiologi dari diare akut, terapi disesuaikan dengan
etiologi.
Penatalaksanaan pada Pasien Anak
Menurut Kemenkes RI (2011), prinsip tatalaksana diare pada balita adalah
LINTAS DIARE (Lima Langkah Tuntaskan Diare):
1. Rehidrasi menggunakan Oralit osmolalitas rendah
Pemberian oralit didasarkan pada derajat dehidrasi (Kemenkes RI,
2011).
a. Diare tanpa dehidrasi
- Umur < 1 tahun: ¼ - ½ gelas setiap kali anak mencret (50–100 ml)
- Umur 1 – 4 tahun: ½-1 gelas setiap kali anak mencret (100–200 ml
- Umur diatas 5 Tahun: 1–1½ gelas setiap kali anak mencret (200–
300 ml)
3
makanan yang mudah dicerna dan diberikan sedikit lebih sedikit dan
lebih sering. Setelah diare berhenti, pemberian makanan ekstra
diteruskan selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat badan
4. Antibiotik Selektif
Antibiotika tidak boleh digunakan secara rutin karena kecilnya
kejadian diare pada balita yang disebabkan oleh bakteri. Antibiotika
hanya bermanfaat pada penderita diare dengan darah (sebagian besar
karena Shigellosis) dan suspek kolera
Obat-obatan anti diare juga tidak boleh diberikan pada anak yang
menderita diare karena terbukti tidak bermanfaat. Obat anti muntah tidak
dianjurkan kecuali muntah berat. Obat-obatan ini tidak mencegah
dehidrasi ataupun meningkatkan status gizi anak, bahkan sebagian
besar menimbulkan efek samping yang berbahaya dan bisa berakibat
fatal. Obat anti protozoa digunakan bila terbukti diare disebabkan oleh
parasit (amuba, giardia).
.
h) Konseling dan Edukasi
- Pada kondisi yang ringan, diberikan edukasi kepada keluarga untuk
membantu asupan cairan. Edukasi juga diberikan untuk mencegah
terjadinya GE dan mencegah penularannya.
- Pada pasien anak berikan nasihat kepada orang tua/pengasuh
- Ibu atau pengasuh yang berhubungan erat dengan balita harus diberi
nasehat tentang:
- a. Cara memberikan cairan dan obat di rumah
- b. Kapan harus membawa kembali balita ke petugas kesehatan bila :
Diare lebih sering
Muntah berulang
Sangat haus
Makan/minum sedikit
Timbul demam
Tinja berdarah
Tidak membaik dalam 3 hari
i) Kriteria Rujukan
- Tanda dehidrasi berat
- Terjadi penurunan kesadaran
- Nyeri perut yang signifikan
- Pasien tidak dapat minum oralit
- Tidak ada infus set serta cairan infus di fasilitas pelayanan
j) Komplikasi
Syok Hipovolemik
k) Prognosis
Prognosis sangat tergantung pada kondisi pasien saat datang, komplikasi,
dan pengobatannya. Umumnya prognosis gastritis adalah bonam, namun
dapat terjadi berulang bila pola hidup tidak berubah.
6. Bagan Alir
4
a) Keluhan Utama
Faktor Resiko - Buang air besar (BAB) lembek atau cair,
- Makan atau minum dari sumber yang kurang dapat bercampur darah atau lendir,
higienenya dengan frekuensi 3 kali atau lebih dalam
- Riwayat bepergian ke daerah dengan wabah waktu 24 jam.
diare
- Riwayat intoleransi laktosa (terutama pada
- Rasa tidak nyaman di perut (nyeri atau
bayi) kembung), mual dan muntah serta
- konsumsi makanan iritatif, minum jamu, diet tenesmus.
cola, atau makan obat-obatan seperti laksatif - Dapat disertai demam maka diduga erat
dsb. terjadi infeksi
- Kondisi imun jelek (HIV/AIDS) dan demam
tifoid
Pemeriksaan Fisis
Pemeriksaan penunjang
Tidak diperlukan. Analisa feses diperlukan - Pemeriksaan fisik: berat badan, suhu tubuh,
pada diare yang menetap lebih dari 7 hari frekuensi denyut jantung pernapasan , tekanan
darah.
Penatalaksanaan
a. Pemberian cairan dan diet adekuat
b. Pemberian obat anti diare Penegakan Diagnosis
c. Pemberian anti mikroba - Diagnosis ditegakkan berdasarkan
d. Memperhatikan penanganan diare pada anak: anamnesis (BAB cair lebih dari 3 kali
pemberian zick, nilai dehidrasi
e. Konseling dan Edukasi
sehari) dan pemeriksaan fisik (ditemukan
tanda-tanda hipovolemik dan
pemeriksaan konsistensi BAB).
Kriteria rujukan
- Tanda dehidrasi berat
- Terjadi penurunan kesadaran
- Nyeri perut yang signifikan
- Pasien tidak dapat minum oralit
- Tidak ada infus set serta cairan infus di fasilitas
pelayanan
- Poli Umum
7. Unit terkait - UGD
- Unit Rawat Inap
8. Dokumen Rekam Medis
terkait