Anda di halaman 1dari 3

SOP GASTROENTERITIS (GE)

No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP Tanggal Terbit :
Halaman :
PUSKESMAS dr. Hj. Y. Nevy Lestari
NIP.196311071997032001

1. Pengertian Gastroenteritis (GE) adalah peradangan mukosa lambung dan usus


halus yang ditandai dengan diare dengan frekuensi 3 kali atau lebih
dalam waktu 24 jam. Apabila diare > 30 hari disebut kronis. WHO
(World Health Organization) mendefinisikan diare akut sebagai
diare yang biasanya berlangsung selama 3– 7 hari tetapi dapat pula
berlangsung sampai 14 hari. Diare persisten adalah episode diare
yang diperkirakan penyebabnya adalah infeksi dan mulainya
sebagai diare akut tetapi berakhir lebih dari 14 hari, serta kondisi ini
menyebabkan malnutrisi dan berisiko tinggi menyebabkan kematian

2. Tujuan Sebagai pedoman mendiagnosa dan memberikan pertolongan pada


pasien Gastroenteritis (GE), mencegah terjadinya komplikasi yang
membahayakan pasien.
3.Kebijakan SK Kepala Puskesmas Cakranegara No. /SK/PKM.C/I/2016
4. Referensi Depkes RI. 2009. Pedoman pemberantasan penyakit diare. Jakarta:
Ditjen PPM dan PL. (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,
2009)

Kementrian Kesehatan RI. 2011. Panduan sosialisasi tatalaksana


diare pada balita. Jakarta: Ditjen PP dan PL (Kementerian
Kesehatan Republik
Indonesia, 2011)

5. Prosedur Persiapan Alat dan Bahan:


1. Tensimeter
2. Stetoscope
3. Thermometer
4. Timbangan
5. Blangko Register
6. Blangko Observasi
7. Blangko penggunaan obat

6. Langkah-Langkah 1. Informed Concen


2. Anjurkan Pasien Untuk Berbaring Di Tempat Tidur
3. Anamnesa
Keluhan
 Pasien datang ke dokter karena buang air besar (BAB)
lembek atau cair, dapat bercampur darah atau lendir, dengan
frekuensi 3 kali atau lebih dalam waktu 24 jam. Dapat disertai
rasa tidak nyaman di perut (nyeri atau kembung), mual dan
muntah serta tenesmus.
 Setiap kali diare, BAB dapat menghasilkan volume yang
besar (asal dari usus kecil) atau volume yang kecil (asal dari
usus besar). Bila diare disertai demam maka diduga erat
terjadi infeksi. Bila terjadinya diare didahului oleh makan
atau minum dari sumber yang kurang higienenya, GE dapat
disebabkan oleh infeksi. Riwayat bepergian ke daerah dengan
wabah diare, riwayat intoleransi laktosa (terutama pada
bayi),konsumsi makanan iritatif, minum jamu, diet cola, atau
makan obat-obatan seperti laksatif, magnesium hidroklorida,
magnesium sitrat, obat jantung.
 Pada pasien anak ditanyakan secara jelas gejala diare:
a. Perjalanan penyakit diare yaitu lamanya diare
berlangsung, kapan diare muncul (saat neonatus, bayi,
atau anak-anak) untuk mengetahui, apakah termasuk
diare kongenital atau didapat, frekuensi BAB,
konsistensi dari feses, ada tidaknya darah dalam tinja
b. Mencari faktor-faktor risiko penyebab diare
c. Gejala penyerta: sakit perut, kembung, banyak gas, gagal
tumbuh. Riwayat bepergian, tinggal di tempat penitipan
anak merupakan risiko untuk diare infeksi.
4. Lakukan Pemeriksaan Fisik
 Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa: berat badan, suhu
tubuh, frekuensi denyut jantung dan pernapasan serta
tekanan darah.
 Mencari tanda-tanda utama dehidrasi: kesadaran, rasa haus,
dan turgor kulit abdomen dan tanda-tanda tambahan
lainnya: ubun-ubun besar cekung atau tidak, mata: cekung
atau tidak, ada atau tidaknya air mata, bibir, mukosa mulut
dan lidah kering atau basah.
 Pernapasan yang cepat indikasi adanya asidosis metabolik.
 Bising usus yang lemah atau tidak ada bila terdapat
hipokalemia.
 Pemeriksaan ekstremitas perlu karena perfusi dan capillary
refill dapat menentukan derajat dehidrasi yang terjadi.
 Penilaian beratnya atau derajat dehidrasi dapat ditentukan
dengan cara: obyektif yaitu dengan membandingkan berat
badan sebelum dan selama diare.
5. Lakukan Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Tinja Secara Langsung Terhadap Kuman
Penyebab.
6. Jika Hasil Lab. Positif Rawat Inap
Penatalaksanaan
a. Mencegah terjadinya dehidrasi
b. Tirah baring
c. Dehidrasi ringan sampai sedang dapat dikoreksi dengan
cairan rehidrasi oral
d. Bila rehidrasi oral tidak mencukupi dapat diberikan cairan
melalui infus
e. Diet, diberikan makanan lunak sampai frekuensi BAB
kurang dari 5kali/hari, kemudian diberikan makanan
ringan biasa bila ada kemajuan.
f. Farmakologis:
 Menurut pedoman WHO, bila telah terdiagnosis
shigelosis pasien diobati dengan antibiotik. Jika setelah
2 hari pengobatan menunjukkan perbaikan, terapi
diteruskan selama 5 hari. Bila tidak ada perbaikan,
antibiotik diganti dengan jenis yang lain.
 Pemakaian jangka pendek dengan dosis tunggal
Fluorokuinolonseperti Siprofloksasin atau makrolid
Azithromisin ternyata berhasil baik untuk pengobatan
disentri basiler. Dosis Siprofloksasin yang dipakai
adalah 2 x 500 mg/hari selama 3 hari sedangkan
Azithromisin diberikan 1 gram dosis tunggal dan
Sefiksim 400 mg/hari selama 5 hari. Pemberian
Siprofloksasin merupakan kontraindikasi terhadap
anak-anak dan wanita hamil.
 Di negara-negara berkembang di mana terdapat kuman
S.dysentriae tipe 1 yang multiresisten terhadap obat-
obat, diberikan asam nalidiksik dengan dosis 3 x 1
gram/hari selama 5 hari. Tidak ada antibiotik yang
dianjurkan dalam pengobatan stadium karier disentri
basiler.
 Untuk disentri amuba diberikan antibiotik Metronidazol
500 mg 3x sehari selama 3-5 hari

7. Bagan Alir
LOKET Rawat Jalan

Pasien pulang
POLI UMUM
(Anamnesa) Rawat Inap

LABORATORIUM Rujuk

8. Hal-hal yang Keadaan umum pasien,tanda –tanda dehidrasi,


perlu
diperhatikan
9. Unit Terkait 1. Poli Klinik Rawat Jalan.
2. Poli KIA
3. Ruang Rawat Inap.
4. IGD
10. Dokumen 1. Blangko Register
Terkait 2. Blangko Observasi
3. Blangko penggunaan obat
4. Blangko rawat inap
5. Blangko laboratorium
6. Blangko rujukan
11. Rekaman No. Yang diubah Isi Tanggal mulai
Historis perubahan diberlakukan
perubahan

Anda mungkin juga menyukai