Anda di halaman 1dari 3

PANDUAN PRAKTIK KLINIS

DOKTER UMUM
GASTROENTERITIS AKUT
2018
RSUD KABUPATEN
KLUNGKUNG
1. No. ICD 10 A09
2. Diagnosis Gastroenteritis (kolera dan giardiasis)
3. Pengertian Peradangan mukosa lambung dan usus halus yang ditandai dengan diare
dengan frekuensi 3 kali atau lebih dalam waktu 24 jam. Apabila diare > 30
hari, disebut kronis.
4. Anamnesis BAB lembek atau cair, dapat bercampur darah atau lendir, dengan
frekuensi 3 kali atau lebih dalam waktu 24 jam. Disertai rasa tidak
nyaman di perut (nyeri atau kembung), mual dan muntah, serta tenesmus.
Riwayat bepergian ke daerah dengan wabah diare, riwayat intoleransi
laktosa (terutama pada bayi), konsumsi makanan iritatif, minum jamu, diet
cola, riwayat pengobatan sebelumnya.
5. Pemeriksaan Fisik 1. Diperiksa berat badan, suhu tubuh, frekuensi denyut jantung dan
pernapasan, serta tekanan darah
2. Mencari tanda-tanda dehidrasi : kesadaran, rasa haus, dan turgor kulit
abdomen dan tanda-tanda tambahan lainnya: ubun-ubun besar cekung
atau tidak, mata : cekung atau tidak, ada atau tidaknya air mata, bibir,
mukosa mulut dan lidah kering atau basah
3. Pernapasan yang cepat indikasi adanya asidosis metabolik
4. Bising usus yang lemah atau tidak ada bila terdapat hipokalemia
5. Pemeriksaan ekstremitas perlu karena perfusi dan capillary refill dapat
menentukan derajat dehidrasi yang terjadi
6. Penilaian beratnya atau derajat dehidrasi dapat ditentukan dengan cara:
objektif, yaitu dengan membandingkan berat badan sebelum dan selama
diare. Subjektif dengan menggunakan criteria. Pada anak, menggunakan
criteria WHO 1995.

6. Kriteria Diagnosis Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis (BAB cair lebih dari 3 kali
sehari) dan pemeriksaan fisik (ditentukan tanda-tanda hipovolemik dan
pemeriksaan konsistensi BAB). Untuk diagnosis definitif, dilakukan
pemeriksaan penunjang.
7. Diagnosis Banding Demam tifoid, Kriptosporidia (pada penderita HIV), Kolitis
pseudomembran
8. Pemeriksaan Pemeriksaan Darah Lengkap, Kimia Klinik, Feses Lengkap, Kultur Feses
Penunjang
9. Konsultasi Sp.PD
10. Perawatan Diperlukan jika terdapat dehidrasi sedang sampai berat, serta adanya diare
Rumah Sakit dengan komplikasi

1
11. Terapi / tindakan 1. Memberikan cairan dan diet adekuat
(ICD 9-CM) a. Pasien tidak dipuasakan dan diberikan cairan yang adekuat untuk
rehidrasi
b. Hindari susu sapi karena terdapat defisiensi lactase transien
c. Hindari juga minuman yang mengandung alcohol atau kafein, karena
dapat meningkatkan motilitas dan sekresi usus
d. Makanan yang dikonsumsi sebaiknya yang tidak mengandung gas,
dan mudah dicerna
2. Obat antidiare, antara lain :
a. Turunan opioid: Loperamid, Difenoksilat atropine, Tinktur opium
b. Bismuth subsalisilat, hati-hati pada pasien dengan HIV karena dapat
meningkatkan risiko terjadinya bismuth encephalopathy
c. Obat pengeras tinja: attalpugit 4 x 2 tablet/hari atau smectite 3 x 1
sachet tiap BAB cair sampai diare stop
d. Obar anti sekretorik : Racecadotril 3 x 1
3. Antibiotik :
a. Golongan kuinolon : Ciprofloxacin 2 x 500 mg/hari selama 5-7 hari
b. Trimetoprim/Sulfametoksazol 160/800 mg 2 x 1 tablet/hari
c. Metronidazol 3 x 500 mg/hari selama 7 hari
4. Penentuan jenis cairan :
a. Oral : 29 gram glukosa, 3,5 gram NaCl, 2,5 gram Natrium
Bikarbonat, dan 1,5 KCl setiap liter.
b. Intravena : Ringer Laktat, NaCl 0,9%, Ringer Asetat
c. Metode pemberian cairan : BJ Plasma, Pierce, dan skor Daldiyono

12. Tempat RSUD Klungkung


Pelayanan
13. Penyulit Syok hipovolemik
14. Informed Consent Bila diperlukan
15. Tenaga Standar Dokter umum, Dokter Sp.PD
16. Lama Perawatan 3-5 hari
17. Masa Pemulihan 1 minggu
18. Hasil Sembuh
19. Patologi Tidak diperlukan
20. Otopsi Tidak diperlukan
21. Prognosis Sangat bergantung pada kondisi pasien saat datang, ada/tidaknya
komplikasi, dan pengobatannya, sehingga umumnya prognosis adalah
dubia ad bonam. Bila kondisi saat datang dengan dehidrasi berat,
prognosis dapat menjadi dubia ad malam.

2
22. Tindak Lanjut Kondisi yang memerlukan evaluasi lebih lanjut :
1. Diare memburuk setelah 7 hari, feses harus dianalisis lebih lanjut
2. Pasien dengan tanda-tanda toksik (dehidrasi, disentri, demam ≥ 38,5 oC,
nyeri abdomen yang berat pada pasien usia di atas 50 tahun
3. Pasien usia lanjut
4. Muntah yang persisten
5. Perubahan status mental, seperti lethargi, apatis, dan irritable
6. Terjadinya outbreak pada komunitas
7. Pada pasien yang immunokompromais

23. Tingkat Evidens 4


& Rekomendasi

24. Indikator Medis Tidak ada BAB cair serta keluhan pasien membaik
25. Edukasi Pada kondisi yang ringan, diberikan edukasi kepada keluarga untuk
membantu asupan cairan. Edukasi juga diberikan untuk mencegah
terjadinya GE dan mencegah penularannya.
26. Kepustakaan 1. Kementerian Kesehatan RI & PB Ikatan Dokter Indonesia. Panduan
Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Edisi
Revisi. 2014: Hal 131-33.
2. Kementerian Kesehatan RI. 2011. Panduan Sosialisasi Tatalaksana
Diare pada Balita. Jakarta: Ditjen PP dan PL (Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, 2011).
3. Simadibrata, M.D., Diare Akut. In: Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B.,
Alwi, I., Simadibrata, M.D., Setiati, S. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. 5th Ed. Vol I. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI. 2009: p. 548-556.
4. Makmun, D., Simadibrata, M.D., Abdullah, M., Syam, A.F., Fauzi, A.
Konsensus Penatalaksanaan Diare Akut pada Dewasa di Indonesia.
Jakarta: Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia. 2009.
5. Setiawan, B., Diare Akut Karena Infeksi. In: Sudoyo, A.W.,
Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M.D., Setiati, S. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. 5 th Ed. Vol III. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen
Ilmu Penyakit Dalam FKUI. 2009: p. 1794-1798.

Anda mungkin juga menyukai