RUMAH SAKIT ISLAM GONDANGLEGI 2015 - 2017 PRE EKLAMSIA ICD - o14.0 Pengertian (Definisi) Suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan timbulnya hipertensi ≥160/110 mmHg disertai protein urin dan atau odema, pada kehamilan 20 minggu atau lebih.
Dibedakan :
1. Hipertensi kronik adalah hipertensi pada ibu hamil yang sudah
ditemukan sebelum kehamilan atau yang ditemukan pada umur kehamilan ≤ 20minggu, dan yang menetap setelah 12 minggu pasca persalinan. 2. Preeklamsi / eklamsi atas dasar hipertensi kronis adalah timbulnya preeklamsi atau eklamsi pada pasien hipertensi kronik. 3. Hipertensi gestasional adalah timbulnya hipertensi dalam kehamilan pada wanita yang tekanan darah sebelumnya normal dan tidak mempunyai gejala – gejala hipertensi kronik atau preeklamsi/ eklamsi (tidak diserai protein urie).gejala ini akan hilang dalam waktu kurang dari 12 minngu pasca salin. Anamnesis 1. Nyeri kepala hebat, nyeri ulu hati,tidak ada kejang,penurunan kesadaran 2. Bengkak pada kaki dan tangan 3. Gangguan penglihatan (pandangan kabur) 4. Nyeri perut atas 5. Hipertensi 6. Umur kehamilan > 20 minggu Pemeriksaan Fisik 1. TD ≥160/110 mmHg 2. Proteinuria ≥2+ pada pengukuran dengan dipstick urin atau kadar protein total 2 gm/24 jam 3. Sakit kepala yang terus bertahan atau gangguan serebral atau visual lain. 4. Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen Kriteria Diagnosis 1. Hypertensi 2. Protein uri ≥ 2+ pada stik atau ≥300 mg/L pada urin tampung 24 jam. 3. Oedema 4. Pada eklamsia ada kejang dan atau koma Diagnosa Kerja Preeklamsia Berat – o14.0 Diagnosa Banding 1. Kronik hipertensi dan kehamilan. 2. Kehamilan dengan sindroma nefrotik. 3. Kehamilan dengan payah jantung. Pemeriksaan Penunjang 1. Hb, hematokrit 2. Urine lengkap 3. Trombosit 4. Fungsi hati 5. Fungsi ginjal 6. Asam urat darah Terapi 1. Perawatan konservatif. 1. Indikasi Pada kehamilan < 37 minggu adanya tanda-tanda impending eklamsia. 2. Pengobatan A. Di kaber (selama 24 jam) a. Tirah baring miring ke satu sisi (kiri). b. Infus RL 60-125 cc/jam c. MgSO4 40 % 4 gr (10 cc MgSO4 diencerkan dengan aquabidest 10 cc) di masukkan I.V pelan selama 5 menit d. Pasang DC dengan tehnik aseptic. e. Evaluasi terhadap kondisi pasien meliputi: Output urin tidak kurang dari 30 ml/jam Refleks patela positip Kecepatan pernafasan minimal 16 x/menit F. MgSO4 40 % 6 gr (15 cc) dalam cairan infuse (drip) dengan tetesan 20 tetes permenit selama 24 jam (hari pertama). f. Observasi terhadap keadaan umum, keluhan, intake/output dan status obstetric (his, DJJ, dan kemajuan persalinan) g. Konsultasi ke bagian lain sesuai indikasi (bagian mata, bagian jantung) h. Diberikan antihipertensi Bila TD ≥180/110 mmHg dapat diberikan nifedipin 5 mg SL diulang tiap 15 menit. Tablet nifedipin 3x10 mg atau metildopa 3x 250 mg. B. Pengobatan dan evaluasi selama rawat tinggal di kaber (setelah 24 jam) a. Tirah baring. b. Obat-obatan Roboransia: multivitamin. Aspirin dosis rendah 1x 87,5 mg/hari Antihipertensi.(Nifedipin 3x10 mg) c. Dilakukan penilaian kesejahteraan janin. C. Perawatan konservatif dianggap gagal bila: Adanya tanda-tanda impending eklamsia. Kenaikan progresif dari tekanan darah. Adanya sindoma hellp. Adanya kelainan fungsi ginjal. Penilaian kesejahteraan janin jelek. D. Penderita boleh pulang bila: Penderita sudah mencapai perbaikan dengan tanda- tanda PER, perawatan dilanjutkan sekurang-kurangnya selama 3 hari lagi.(diperkirakan lama perawatan 1-2 minggu) Bila keadaan tetap, tidak bertambah berat/buruk. 2. Perawatan aktif 1. Indikasi Hasil penilaian kesejahteraan janin jelek Adanya gejala-gejala impending eklamsia Adanya sindrom help. Kehamilan aterm (≥38 minggu) Apabila perawatan konservatif gagal. 2. Pengobatan medicinal Segera rawat inap. Tirah baring miring kea rah satu sisi kiri. Infus RL 60-125 cc/jam. Pemberian anti kejang MgSO4 40 % 4 gr (10 cc MgSO4 diencerkan dengan aquabidest 10 cc) di masukkan I.V pelan selama 5 menit, selanjutnya: MgSO4 40 % 6 gr (15 cc) dalam cairan infuse (drip) dengan tetesan 20 tetes permenit selama 24 jam (hari pertama). Antihipertensi dapat diberikan bila: systoe≥180 mmHg dan dyastole≥120 mmHg→klonidin I.V dilanjutkan nifedipin3x10 mg atau metildopa3x 250 mg 3. Pengobatan obstetric Sedapat mungkin sebelum perawatan aktif pada tiap penderita dilakukan pemeriksaan NST (non stress test) Tindakan seksio sesar dikerjakan bila: - NST jelek. - Penderita belum inpartu dengan skor pelvik jelek (skor bishop <5). - Kegagalan dari drip oksitosin. Induksi dengan oksitosi dikerjakan bila: - NST baik. - Penderita belum inpartu dengan skor pelvik baik (skor bishop>5) Edukasi 1. KIE pasien untuk banyak istirahat (berbaring/tidur miring) 2. KIE pasien untuk diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam 3. KIE pasien untuk kunjungan ulang 1 minggu. 4. KIE pasien tentang tanda-tanda bahaya pada ibu dan janin. Prognosis Sembuh total bila tanpa komplikasi kematian janin atau ibu. Tingkat Evidens Tingkat Rekomendasi Penelaah Kritis 1. dr. Yayuk W, SpOG 2. dr. J. Sudarwantono ,SpOG 3. dr. Retno H, SpOG Indikator Medis Kepustakaan 1. Ochtar, Rustam. 1998.Sinopsi Obstetri. ObstetriFisiologi Dan Obstetri Patologi. Jilid 1 . Jakarta: EGC. Hlm: 198-208. Prawirohardjo,Sarwono.2010.Ilmu kebidanan.Jakarta :PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo 2. Rukiyah,Ai Yeyeh.2010.Asuhan kebidanan Iv (Patologi Kebidanan). Jakarta:Trans Info Media. 3. Panduan Praktek Klinis Obstetri Dan Ginekologi. Dep / SMF Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Univeraitas Padjajaran RSUP DR. Hasan Sadikin. BANDUNG : 2015