Anda di halaman 1dari 5

GASTROENTERITIS

No. Dokumen :
No. Revisi : 01
SOP Tanggal Terbit :
Halaman :

UPTD
dr. FX. MAHADI
PUSKESMAS NIP. 19730325 200312 1 005
MADUREJO

Gastroenteritis (GE) adalah peradangan mukosa lambung dan usus


halus yang ditandai dengan diare dengan frekuensi 3 kali atau lebih
dalam waktu 24 jam. Apabila diare > 30 hari disebut kronis. WHO
(World Health Organization) mendefinisikan diare akut sebagai diare
yang biasanya berlangsung selama 3 – 7 hari tetapi dapat pula
berlangsung sampai 14 hari. Diare persisten adalah episode diare
yang diperkirakan penyebabnya adalah infeksi dan mulainya sebagai diare akut tetapi
berakhir lebih dari 14 hari, serta kondisi ini
a. Pengertian
menyebabkan malnutrisi dan berisiko tinggi menyebabkan kematian
Gastroenteritis lebih sering terjadi pada anak-anak karena daya
tahan tubuh yang belum optimal. Diare merupakan salah satu
penyebab angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi pada anak di
bawah umur lima tahun di seluruh dunia, yaitu mencapai 1 milyar
kesakitan dan 3 juta kematian per tahun. Penyebab gastroenteritis
antara lain infeksi, malabsorbsi, keracunan atau alergi makanan dan
psikologis penderita.
Pasien datang ke dokter karena buang air besar (BAB) lembek atau
cair, dapat bercampur darah atau lendir, dengan frekuensi 3 kali
atau lebih dalam waktu 24 jam. Dapat disertai rasa tidak nyaman di
perut (nyeri atau kembung), mual dan muntah serta tenesmus.
Setiap kali diare, BAB dapat menghasilkan volume yang besar (asal
dari usus kecil) atau volume yang kecil (asal dari usus besar). Bila
diare disertai demam maka diduga erat terjadi infeksi.
Bila terjadinya diare didahului oleh makan atau minum dari sumber
yang kurang higienenya, GE dapat disebabkan oleh infeksi. Riwayat

b. Anamnesis bepergian ke daerah dengan wabah diare, riwayat intoleransi laktosa


(terutama pada bayi), konsumsi makanan iritatif, minum jamu, diet
cola, atau makan obat-obatan seperti laksatif, magnesium
hidroklorida, magnesium sitrat, obat jantung quinidine, obat gout
(kolkisin), diuretika (furosemid, tiazid), toksin (arsenik, organofosfat),
insektisida, kafein, metil xantine, agen endokrin (preparat
pengantian tiroid), misoprostol, mesalamin, antikolinesterase dan
obat-obat diet perlu diketahui.
Selain itu, kondisi imunokompromais (HIV/AIDS) dan demam tifoid perlu diidentifikasi.

PAGE 1 / NUMPAGES 2
a. Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa: berat badan, suhu
tubuh, frekuensi denyut jantung dan pernapasan serta tekanan
darah.
b. Mencari tanda-tanda utama dehidrasi: kesadaran, rasa haus,
dan turgor kulit abdomen dan tanda-tanda tambahan lainnya:
ubun-ubun besar cekung atau tidak, mata: cekung atau tidak,
c. Pemeriksaan ada atau tidaknya air mata, bibir, mukosa mulut dan lidah
Fisik
kering atau basah.
c. Pernapasan yang cepat indikasi adanya asidosis metabolik.
d. Bising usus yang lemah atau tidak ada bila terdapat
hipokalemia.
e. Pemeriksaan ekstremitas perlu karena perfusi dan capillary refill
dapat menentukan derajat dehidrasi yang terjadi.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis (BAB cair lebih dari 3
kali sehari) dan pemeriksaan fisik (ditemukan tanda-tanda
d. Kriteria
diagnostik hipovolemik dan pemeriksaan konsistensi BAB). Untuk diagnosis
defenitif dilakukan pemeriksaan penunjang.
A09 Diarrhoea and gastroenteritis of presumed
e. Diagnosis
infection origin
f. Diagnosis Demam tifoid, Kriptosporidia (pada penderita HIV), Kolitis
Banding pseudomembran
g. Pemeriksaan -
Penunjang
h. Terapi Pada umumnya diare akut bersifat ringan dan sembuh cepat dengan
sendirinya melalui rehidrasi dan obat antidiare, sehingga jarang
diperlukan evaluasi lebih lanjut.
Terapi dapat diberikan dengan
a. Memberikan cairan dan diet adekuat
1) Pasien tidak dipuasakan dan diberikan cairan yang
adekuat untuk rehidrasi.
2) Hindari susu sapi karena terdapat defisiensi laktase
transien.
3) Hindari juga minuman yang mengandung alkohol atau
kafein, karena dapat meningkatkan motilitas dan sekresi
usus.
4) Makanan yang dikonsumsi sebaiknya yang tidak
mengandung gas, dan mudah dicerna.
b. Pasien diare yang belum dehidrasi dapat diberikan obat
antidiare untuk mengurangi gejala dan antimikroba
untuk terapi definitif.
Pemberian terapi antimikroba empirik diindikasikan pada pasien
yang diduga mengalami infeksi bakteri invasif, traveller’s diarrhea,
dan imunosupresi. Antimikroba: pada GE akibat infeksi diberikan
antibiotik atau antiparasit, atau antijamur tergantung penyebabnya.
Obat antidiare, antara lain:
a. Turunan opioid: Loperamid atau Tinktur opium.
b. Obat ini sebaiknya tidak diberikan pada pasien dengan disentri
yang disertai demam, dan penggunaannya harus dihentikan

PAGE 1 / NUMPAGES 2
apabila diare semakin berat walaupun diberikan terapi.
c. Bismut subsalisilat, hati-hati pada pasien immunokompromais,
seperti HIV, karena dapat meningkatkan risiko terjadinya
bismuth encephalopathy.
d. Obat yang mengeraskan tinja: atapulgit 4x2 tablet/ hari atau
smectite 3x1 sachet diberikan tiap BAB encer sampai diare stop.
e. Obat antisekretorik atau anti enkefalinase: Racecadotril 3x1
Antimikroba, antara lain:
a. Golongan kuinolonyaitu Siprofloksasin 2 x 500 mg/hari selama
5-7 hari, atau
b. Trimetroprim/Sulfametoksazol 160/800 2x 1 tablet/hari.
c. Apabila diare diduga disebabkan oleh Giardia, Metronidazol
dapat digunakan dengan dosis 3x500 mg/ hari selama 7 hari.
d. Bila diketahui etiologi dari diare akut, terapi disesuaikan
dengan etiologi.
Apabila terjadi dehidrasi, setelah ditentukan derajat dehidrasinya,
pasien ditangani dengan langkah sebagai berikut:
a. Menentukan jenis cairan yang akan digunakan
Pada diare akut awal yang ringan, tersedia cairan oralit yang
hipotonik dengan komposisi 29 gr glukosa, 3,5 gr NaCl, 2,5 gr Natrium bikarbonat dan
1,5 KCl setiap liter. Cairan ini
diberikan secara oral atau lewat selang nasogastrik. Cairan lain
adalah cairan ringer laktat dan NaCl 0,9% yang diberikan secara
intravena.
b. Menentukan jumlah cairan yang akan diberikan
Prinsip dalam menentukan jumlah cairan inisial yang
dibutuhkan adalah: BJ plasma dengan rumus:
Defisit cairan : BJ plasma – 1,025 X Berat badan X 4 ml
0,001
Kebutuhan cairan = Skor X 10% X kgBB X 1 liter
15
c. Menentukan jadwal pemberian cairan:
a. Dua jam pertama (tahap rehidrasi inisial): jumlah total
kebutuhan cairan menurut BJ plasma atau skor Daldiyono
diberikan langsung dalam 2 jam ini agar tercapai rehidrasi
optimal secepat mungkin.
b. Satu jam berikutnya/jam ke-3 (tahap ke-2) pemberian diberikan
berdasarkan kehilangan selama 2 jam pemberian cairan
rehidrasi inisial sebelumnya. Bila tidak ada syok atauskor
Daldiyono kurang dari 3 dapat diganti cairan per oral.
c. Jam berikutnya pemberian cairan diberikan berdasarkan
kehilangan cairan melalui tinja dan insensible water loss.
Kondisi yang memerlukan evaluasi lebih lanjut pada diare akut
apabila ditemukan:
a. Diare memburuk atau menetap setelah 7 hari, feses harus
dianalisa lebih lanjut
b. Pasien dengan tanda-tanda toksik (dehidrasi, disentri, demam ≥

PAGE 1 / NUMPAGES 2
38,5oC, nyeri abdomen yang berat pada pasien usia di atas 50
tahun
c. Pasien usia lanjut
d. Muntah yang persisten
e. Perubahan status mental seperti lethargi, apatis, irritable
f. Terjadinya outbreak pada komunitas
g. Pada pasien yang immunokompromais.
Pada kondisi yang ringan, diberikan edukasi kepada keluarga untuk

i. Edukasi membantu asupan cairan. Edukasi juga diberikan untuk mencegah


terjadinya GE dan mencegah penularannya.
Prognosis sangat tergantung pada kondisi pasien saat datang,
ada/tidaknya komplikasi, dan pengobatannya, sehingga umumnya
j. Prognosis
prognosis adalah dubia ad bonam. Bila kondisi saat datang dengan
dehidrasi berat, prognosis dapat menjadi dubia ad malam.
KMK Republik Indonesia Nomor Hk.01.07/Menkes/1186/2022 Tentang Panduan Praktik
k. Kepustakaan
Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama

PAGE 1 / NUMPAGES 2
REKAMAN HISTORI PERUBAHAN

N TANGGAL MULAI
YANG DIUBAH ISI PERUBAHAN
O BERLAKU
1 kepustakaan KMK Republik Indonesia Nomor
Hk.01.07/Menkes/1186/2022 Tentang Panduan
Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama

PAGE 1 / NUMPAGES 2

Anda mungkin juga menyukai