GASTROENTERITIS
No.Dokumen :
SPO No.Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman : 1/5
UPTD
Renasti Bakkara, SKM
Puskesmas NIP.196712311991032029
Kartini
1. Pengertian Gastroenteritis (GE) adalah peradangan mukosa lambung dan usus halus
yang ditandai dengan diare, yaitu buang air besar lembek atau cair, dapat
bercampur darah atau lender, dengan frekuensi 3 kali atau lebih dalam
waktu 24 jam, dan disertai dengan muntah, demam, rasa tidak enak di
perut dan menurunnya nafsu makan. Apabila diare > 30 hari disebut
kronis
Klinis Skor
Rasa hasus/ muntah 1
Tekanan Darah sistolik 60 -90
mmHg 1
Tekanan darah sistolik <60
mmHg 2
Frekuensi nadi > 120 x/menit 1
Kesadaran apati 1
Kesadaran somnolen, spoor
atau koma 2
Frekuensi napas > 30x/ menit 1
Klinis Skor
Facies Cholerica 2
Vox Cholerica 2
Turgor kulit menurun 1
Washer woman’s hand 1
Ekstremitas dingin 1
Sianosis 2
Umur 50 – 60 tahun -1
Umur > 60 tahun -2
4. Penatalaksanaan (Plan)
Penatalaksanaan
Pada umumnya diare akut bersifat ringan dan sembuh cepat dengan
sendirinya melalui rehidrasi dan obat antidiare, sehingga jarang
diperlukan evaluasi lebih lanjut.
Terapi dapat diberikan dengan:
2/5
a. Memberikan cairan dan diet adekuat
1. Pasien tidak dipuasakan dan diberikan cairan yang adekuat
untuk rehidrasi.
2. Hindari susu sapi karena terdapat defisiensi laktase transien.
3. Hindari juga minuman yang mengandung alkohol atau kafein,
karena dapat meningkatkan motilitas dan sekresi usus.
4. Makanan yang dikonsumsi sebaiknya yang tidak mengandung
gas, dan mudah dicerna.
b. Pasien diare yang belum dehidrasi dapat diberikan obat anti diare
untuk mengurangi gejala dan antimikroba untuk terapi definitif.
Pemberian terapi antimikroba empirik diindikasikan pada pasien
yang diduga mengalami infeksi bakteri invasif, traveller’s diarrhea,
dan imunosupresi. Antimikroba: pada GE akibat infeksi diberikan
antibiotik atau antiparasit, atau anti jamur tergantung penyebabnya
Obat antidiare, antara lain:
a. Turunan opioid: loperamide, difenoksilat atropine, tinktur opium
b. Obat ini sebaiknya tidak diberikan pada pasien dengan disentri
yang disertai demam, dan penggunaannya harus dihentikan
apabila diare semakin berat walaupun diberikan terapi
c. Bismut subsalisilat, hati-hati pada pasien immunocompromised,
seperti HIV, karena dapat meningkatkan risiko terjadinya bismuth
encephalopathy.
d. Obat yang mengeraskan tinja: atapulgit 4x2 tablet/ hari atau
smectite 3x 1 sachet diberikan tiap BAB encer sampai diare stop
e. Obat anti sekretorik atau anti enkefalinase: Hidrasec 3x 1/ hari
Antimikroba, antara lain:
a. Golongan kuinolon yaitu ciprofloxacin 2 x 500 mg/hari selama 5-7
hari, atau
b. Trimetroprim/Sulfamethoxazole 160/800 2x 1 tablet/hari.
c. Apabila diare diduga disebabkan oleh Giardia, metronidazole dapat
digunakan dengan dosis 3x500 mg/ hari selama 7 hari
d. Bila diketahui etiologi dari diare akut, terapi disesuaikan dengan
etiologi. Terapi probiotik dapat mempercepat penyembuhan diare
akut.
Apabila terjadi dehidrasi, setelah ditentukan derajat dehidrasinya,
pasien ditangani dengan langkah sebagai berikut:
a. Menentukan jenis cairan yang akan digunakan
Pada diare akut awal yang ringan, tersedia cairan oralit yang
hipotonik dengan komposisi 29 g glukosa, 3,5 g NaCl, 2.5 g
Natrium bikarbonat dan 1.5 KCl setiap liter. Cairan ini diberikan
secara oral atau lewat selang nasogastrik. Cairan lain adalah cairan
ringer laktat dan NaCl 0,9% yang diberikan secara intravena
b. Menentukan jumlah cairan yang akan diberikan
Prinsip dalam menentukan jumlah cairan inisial yang dibutuhkan
adalah: BJ plasma dengan rumus:
0,001
5. Diagram Alir
Anamnese Pemeriksaan Fisik
(Subjective) (Objective)
Penatalaksanaan
(Plan)
8. Hal-hal yang
perlu
diperhatikan
9. Unit Terkait 1. Ruang Pemeriksaan/Tindakan
2. Ruang Farmasi
10. Dokumen
Terkait
4/5
11. Rekaman No Yang diubah Isi Perubahan Tanggal mulai
historis diberlakukan
perubahan
5/5