Anda di halaman 1dari 140

BUKU AJAR

EKONOMI MAKRO
( buku II )

Oleh

HERISPON, SE., M.Si

AKADEMI KEUANGAN & PERBANKAN RIAU


SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI RIAU

Pekanbaru
2009
Bagian IX
Pendapatan Nasional Dalam
Perekonomian Tiga Sektor

Pengertian.

Perekonomian tiga sektor adalah perekonomian yang terdiri dari sektor-sektor


rumah tangga, perusahaan, dan pemerintah. Campur tangan pemerintah dalam
perekonomian menimbulkan dua perubahan penting dalam proses penentuan keseimbangan
pendapatan nasional yaitu :
a. Pungutan pajak yang dilakukan pemerintah akan mengurangi pengeluaran agregat
melalui pengurangan keatas konsumsi rumah tangga,
b. Pajak memungkinkan pemerintah melakukan pembelanjaan dan ini akan menaikan
pembelanjaan negara.
Perubahan-perubahan ini penting pengaruhnya pada penentuan keseimbangan
pendapatan nasional. Perekonomian tiga sektor disebut juga dengan perekonomian tertutup
karena tidak adanya perdagangan luar negeri, atau karena masyarakat, perusahaan tidak
membelikan dan menggunakan barang dan jasa yang diimpor. Analisis keseimbangan
pendapatan nasional dalam perekonomian tiga sektor bertujuan untuk menunjukkan
penentuan pendapatan nasional dalam perekonomian dimana terdapat pemerintah. Berikut
dapat dilihat aliran pendapatan dalam perekonomian tiga sektor.

1. Aliran jasa faktor-faktor produksi


2. Balas jasa atas faktor produksi
7. pajak 8.pengeluaran pemerintah
Rumah Tangga Peme Perusahaan
rintah
9. gaji 10. pajak

3. Pengeluaran untuk belanja barang/jasa


4. Aliran barang dan jasa

5. Tabungan (saving) Lembaga 6. Investasi


Keuangan

Gambar 9.1. Perputaran perekonomian tertutup lebih maju (tiga sektor)

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro |1


1. Syarat keseimbangan perekonomian tiga sektor

Perekonomian tiga sektor akan seimbang pada pendapatan nasional apabila


penawaran agregat sama dengan permintaan agregat atau Y = C + I + G, dimana Y adalah
penawaran agregat dan C + I + G adalah permintaan agregat. Dintinjau dari aliran
pendapatan dalam perekonomian tiga sektor berlaku kesamaan Y = C + S + T, jadi dengan
demikian kesimbangan pendapatan nasional adalah C + I + G = C + S + T, jika C dikurangi
dari setiap ruas maka ; I + G = S + T.
Dalam perekonomian tiga sektor I dan G adalah bocoran dari sirkulasi aliran
pendapatan, sedangkan S dan T adalah suntikan, jadi dalam keseimbangan ini juga berlaku
keadaan bocoran = suntikan, kesimpulan perekonomian tiga sektor yang mencapai
keseimbangan akan berlaku keadaan Y = C + I + G atau I + G = S + T.

Jenis pajak
a. Pajak langsung
Jenis pungutan pemerintah secara langsung dikumpulkan dari pihak yang wajib
membayar pajak. Setiap individu yang bekerja, dan perusahaan yang menjalankan
kegiatan dan memperoleh keuntungan wajib membayar pajak. Pajak yang dipungut dan
dikenakan atas pendapatan mereka dinamakan pajak langsung.
b. Pajak tak langsung
Pajak yang bebannya boleh dipindah-pinahkan kepada pihak lain, misalnya pajak atas
barang impor, pada waktu importir mengimpor barang pajak dibayar olehnya, tapi
waktu barang itu dijual kekonsumen beban pajak yang telah dibayarkan dibebankan
kepada harga jual barang tersebut, misalnya pajak penjualan.

Pajak berdasarkan penggolongannya.


a. Pajak regresif
Sistim pajak yang persentasenya pungutan pajak menurun apabila pendapatan yang
dikenakan pajak menjadi bertambah tinggi. Nilai pajak yang sama besarnya tanpa
memperhatikan pendapatan seseorang digolongkan sebagai pajak regresif, misalnya
pajak impor, pajak penjualan, pembayaran fiscal untuk orang yang bepergian keluar
negeri.
b. Pajak proporsional
Persentase pungutan pajak yang tetap besarnya pada berbagai tingkat pendapatan yaitu
dari pendapatan yang rendah kepada pendapatan yang tinggi. Dalam pembayaran pajak
ini tidak dibedakan antara perorangan atau perusahaan. Makin tinggi pendapatan atau
kekayaan, makin tinggi pula jumlah pajak yang akan dibayar.
c. Pajak progresif
Sistim pajak yang persentasenya bertambah apabila pendapatan semakin meningkat.
Pajak progresif menyebabkan pertambahan nominal pajak yang dibayarkan akan
menjadi semakin cepat apabila pendapatan semakin tinggi. Tujuan utama pajak ini
untuk memperoleh pendapatan pajak lebih banyak dan untuk lebih meratakan
pendapatan.

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro |2


Pengaruh pajak atas konsumsi dan tabungan.
Dalam perekonomain dua sektor pendapatan nasional sama dengan pendapatan
disposibel, sebagai akibat adanya pajak, dalam perekonomian tiga sektor pendapatan
disposibel telah menjadi lebih kecil dari pendapatan nasional. Dalam perekonomian yang
mengenakan pajak, hubungan antara pendapatan disposibel dan pendapatan nasional
dinyatakan dalam persamaan ; Yd = Y – T. Dimana pendapatan disposibel (Yd) sama
dengan pendapatan nasional dikurangi pajak, sehingga :
- Pajak yang dipungut akan mengurangi pendapatan disposibel sebanyak pajak yang
dipungut tersebut. Dalam persamaan Yd = Y – T.
- Penurunan Yd menyebabkan pengeluaran konsumsi dan tabungan rumah tangga akan
berkurang pada berbagai tingkat pendapatan.
Pengaruh dua bentuk pajak atas konsumsi dan tabungan berdasarkan analisis diatas sebagai
berikut :
- Pengaruh pajak tetap (yaitu jumlahnya sama pada berbagai tingkat pendapatan nasional)
atas pengeluaran konsumsi dan tabungan.
- Pengaruh pajak proporsional atas pengeluaran konsumsi dan tabungan.
Misalkan : fungsi konsumsi dan tabungan sebagai berikut :
C = 90 + 0,75 Y atau C = 90 + 0,75 Yd
S = -90 + 0,25 Y atau S = -90 + 0,25 Yd
Dalam persamaan diatas C sebagai fungsi Y sama dengan C sebagai fungsi Yd. Dan S
sebagai fungsi Y sama dengan S sebagai fungsi Yd. Kesamaan tersebut disebabkan karena
pemerintah belum memungut pajak, jadi Y sama dengan Yd.

2. Kecondongan mengkonsumsi dan menabung

Marginal propencity to consume (MPC), kecondongan mengkonsumsi marginal pendapatan


disposibel adalah rasio antara pertambahan konsumsi dengan pertambahan
pendapatan disposibel. MPC = ΔC / ΔYd
MPCy kecondongan mengkonsumsi marginal pendapatan nasional adalah rasio antara
pertambahan konsumsi dengan pertambahan pendapatan nasional. MPCY = ΔC/ΔY.
Dalam perekonomian dua sektor dan tiga sektor yang sistim pajaknya adalah pajak
tetap, ΔY = ΔYd maka MPC = MPCY, tetapi dalam perekonomian tiga sektor dimana
ΔY lebih besar dari ΔYd maka MPC lebih besar dari MPCY
Marginal propencity to save (MPS), kecondongan menabung marginal pendapatan
disposibel adalah rasio antara pertambahan tabungan dengan pertambahan pendapatan
disposibel. MPS = ΔS / ΔYd
MPSY kecondongan menabung marginal pendapatan nasional adalah rasio antara
pertambahan tabungan dengan pertambahan pendapatan nasional. MPSY = ΔS/ΔY.
Dalam perekonomian dua sektor dan tiga sektor yang sistim pajaknya adalah pajak
tetap, ΔY = ΔYd maka MPS = MPSY, tetapi dalam perekonomian tiga sektor dimana
ΔY lebih besar dari ΔYd maka MPS lebih besar dari MPSY.

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro |3


Dua cara dapat digunakan untuk menghitung MPSY, misalkan MPS = 1 – b dan kadar atau
proporsi pajak adalah t
a. MPS = ΔS / ΔYd
S
Karena ΔYd = ( 1 – t ) ΔY maka MPS =
(1  t )Y
ΔS / ΔY = MPS ( 1 – t ) MPSY = MPS ( 1 – t )
Oleh karena MPS = ( 1 – b ) maka persamaan MPSY dapat diubah menjadi
MPSY = (1-b) (1-t).

b. Dalam perekonomian tiga sektor berlaku persamaan berikut :


ΔY = ΔC + ΔS + ΔT, apabila masing-masing ruas dibagi ΔY maka :
Y C S T
   1 = MPCY + MPSY + MPTY atau
Y Y Y Y
MPSY = 1 – MPCY – MPTY

Pengaruh pajak terhadap fungsi konsumsi dan tabungan.


Misalkan :
C =a+bY C = 90 + 0,75 Y
Pajak tetap T = 40
S = -a + b Y S = - 90 + 0,25 Y
Pajak sebanyak T menurunkan konsumsi sebanyak ΔC = b T, maka fungsi konsumsi
sesudah pajak ( C1 ) adalah C1 = -bT + a + b Y
Jika fungsi tabungan ΔS = -a + ( 1 –b) Y, maka pajak sebanyak T menurunkan
tabungan sebanyak ΔS = - (1-b) T , maka fungsi tabungan sesudah pajak (S1) adalah
S1 = - (1 – b ) T – a + ( 1 – b ) Y
Berdasarkan persamaan-persamaan diatas dapat ditentukan fungsi konsumsi dan
fungsi tabungan sesudah pajak yaitu :
a. Fungsi konsumsi C1 =-bT+a+bY
= -0,75 (40) + 90 + 0,75 Y
= 60 + 0,75 Y

b. Fungsi tabungan S1 = - (1 – b ) T – a + ( 1 – b ) Y
= - ( 1 – 0,75 ) 40 – 90 + 0,25 Y
= - 10 – 90 + 0,25 Y
= - 100 + 0,25 Y

Pengaruh pajak proporsional


Pajak proporsional sebanyak t Y menurunkan konsumsi sebanyak ΔC = - b.t Y.
Apabila fungsi konsumsi adalah C = a + b Y maka fungsi konsumsi yang baru ( C 1) adalah
C1 = a + b Y – b . tY atau
C1 =a+b(1–t)Y

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro |4


Misalkan fungsi tabungan asal S = -a + ( 1 – t ) Y dan pajak t Y. Pajak tersebut akan
menurunkanfungsi tabungan sebanyak ΔS = ( 1 – t ) t Y, maka fungsi tabungan yang baru
(S1) adalah :

S1 =-a+(1–b)Y–(1–b)tY
=a+{(1–b)–(1–b)t}Y
=-a+(1–b)(1–t)Y
Berdasarkan persamaan-persamaan diatas maka fungsi konsumsi dan fungsi
tabungan sesudah pajak adalah :
a. Fungsi konsumsi C1 =a+b(1–t)Y
= 90 + 0,75 ( 1 – 0,2) Y
= 90 + 0,6 Y

b. Fungsi tabungan S1 =-a+(1–b)(1–t)Y


= - 90 + ( 1 – 0,75 ) ( 1 - 0,2 ) Y
= - 90 + 0,2 Y

3. Pengeluaran pemerintah

Pengeluaran pemerintah adalah untuk membiayai administrasi pemerintah dan


untuk membiayai kegiatan-kegiatan pembangunan. Jumlah pengeluaran pemerintah yang
akan dilakukan dalam suatu periode tertentu tergantung pada faktor-faktor ; a) jumlah pajak
yang diterima, b) tujuan-tujuan kegiatan ekonomi jangka pendek, c) pembangunan ekonomi
jangka panjang, d) pertimbangan politik dan keamanan.
Kebijaksanaan fiskal adalah langkah pemerintah untuk membuat perubahan-
perubahan dalam sistim pajak atau dalam perbelanjaannya dengan maksud untuk mengatasi
masalah ekonomi yang dihadapi. Perekonomian selalu menghadapi masalah pengangguran
dan campur tangan pemerintah yang aktif dalam perekonomian akan dapat membantu
masalah ini. Salah satu bentuk campur tangan pemerintah yang dapat dilakukan adalah
menjalankan kebijaksanaan fiskal. Kebijaksanaan fiskal ada dua jenis yaitu ; a) penstabilan
otomatik, b) kebijaksanaan fiskal diskresioner. Dalam mengatasi masalah ekonomi yang
dihadapi kebijaksanaan fiskal yang lebih penting adalah kebijaksanaan fiskal diskresioner.

Masalah pokok dalam perekonomian yaitu pengangguran dan inflasi.

a. Mencapai tingkat penggunaan tenaga kerja penuh


Keadaan ini ideal untuk setiap perekonomian, dan merupakan salah satu tujuan penting
dari menjalankan kebijakan-kebiajakan ekonomi. Perekonomian yang mencapai
penggunaan tenaga kerja penuh dapat dilihat pada gambar berikut :

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro |5


AE

Y = AE

AE = AEf

0 Y = Yf Y
Yf = pendapatan nasional
AE = pengeluaran agregat sebenarnya
AEF = pengeluaran agregat yang diperlukan untuk mencapai tingkat penggunaan
tenaga kerja penuh.
Dalam perekonomian yang mencapai tingkat penggunaan tenaga kerja penuh,
pengeluaran agregat yang sebenarnya wujud adalah sama dengan pengeluaran agregat
yang diperlukan untuk mencapai tingkat penggunaan tenaga kerja penuh. Kedua fungsi
pengeluaran agregat tersebut berdempet karena penggunaan tenaga kerja penuh dicapai.

b. Menghadapi masalah pengangguran.


Masalah ini sering dihadapi oleh setiap perekonomian, lihat gambar berikut :

AE
A AEf

jurang deflasi
B AE

0 Y Yf Y
Masalah ini terjadi karena pengangguran agregat (AE) dibawah pengeluaran agregat
yang diperlukan untuk mencapai tingkat penggunaan tenaga kerja penuh (AEf).
Pendapatan nasional (Y) merupakan nilainya dibawah pendapatan nasional potensial
Yf. Garis AB adalah jurang deflasi artinya jumlah kekuarangan pembelanjaan agregat
yang diperlukan untuk mencapai penggunaan tenaga kerja penuh.

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro |6


c. Menghadapi masalah inflasi.
Gambar dibawah ini menunjukkan tingkat kegiatan ekonomi yang melebihi tingkat
penggunaan tenaga kerja penuh dan berlaku inflasi.

AE
A AE

jurang inflasi
B AEf

0 Yf Y Y
Pengeluaran agregat yang terlihat adalah melebihi kemampuan dari perekonomian itu
untuk memproduksikan barang dan jasa. Kelebihan permintaan menimbulkan harga
naik, ini dicerminkan oleh nilai Y yang lebih besar dari Yf. Jadi Y lebih besar dari Yf
terjadi apabila harga-harga mengalami kenaikan yang menyebabkan jumlah barang
tertentu sekarang mempunyai nilai yang lebih tinggi dari sewaktu kenaikan harga-harga
belum berlaku. Jarak A dan B disebut inflasi yaitu kelebihan dalam pengeluaran agregat
diatas pengeluaran agregat pada penggunaan tenaga kerja penuh yang menimbulkan
kekurangan barang dan seterusnya kenaikan harga-harga.
Dengan demikian kebijakan fiskal yang dilaksanakan oleh pemerintah diarahkan
agar dapat berperan dalam kegiatan perekonomian yaitu ; a) menstabilkan tingkat kegiatan
ekonomi, b) menciptakan tingkat kegiatan ekonomi kearah yang dikehendaki. Jadi
pemerintah harus dapat menjalankan kebijakan fiskal yang seimbang atau anggaran belanja
seimbang yaitu pengeluaran harus sesuai dengan pendapatan.
Dapatlah dikatakan bahwa kebijaksanaan anggaran belanja adalah suatu langkah
pemerintah yang biasanya dilakukan untuk mengatasi depresi dan pengangguran. Pada saat
inflasi terjadi pengeluaran agregat melebihi kemampuan perekonomian untuk
memproduksikan barang atau jasa, dan kebijaksanaan anggaran belanja surplus perlu
dilakukan.

Penstabilan otomatik
Penstabilan otomatik ádalah beberapa jenis pendapatan dan pengeluaran pemerintah dalam
setiap perekonomian secara otomatis menciptakan kestabilan yang lebih tinggi dalam
kegiatan ekonomi. Jenis penstabilan otomatik hádala ; pajak proporcional, pajak progresif,
asuransi pengangguran, kebijakan harga minimum.

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro |7


Kebijakan fiskal diskresioner
Adalah kebijakan fiskal yang terutama digunakan pemerintah untuk mengatasi masalah-
masalah ekonomi yang sedang dihadapi. Juga dapat diartikan sebagai langkah-langkah
pemerintah untuk merubah pengeluarannya atau pemungutan pajaknya dengan tujuan ; a)
mengurangi gerak naik turunnya tingkat kegiatan ekonomi dari waktu ke waktu, b)
menciptakan suatu tingkat kegiatan yang mencapai tingkat penggunaan tenaga kerja yang
tinggi, tidak menghadapi masalah fiskal atau selalu mengalami pertumbuhan yang
memuaskan. Alat yang digunakan oleh pemerintah untuk menjalankan kebijakan tersebut
adalah a) membuat perubahan-perubahan terhadap pengeluaran, b) membuat perubahan-
perubahan terhadap pajak yang dipungut.

4. Tingkat kesempatan kerja dan kapasitas produksi Nasional

Besar kecilnya jumlah barang dan jasa-jasa yang dapat dihasilkan oleh suatu
perekonomian tergantung pada besar kecilnya kapasitas produksi nasional. Besar kecilnya
kapasitas produksi nasional tergantung kepada komposisi, kualitas, kuantitas dari pada
faktor produksi dalam perekonomian, seperti :
1. Faktor produksi alam ( natural resouces )
2. Faktor produksi tenaga kerja ( human resouces )
3. Faktor produksi kapital ( capital resouces )
Kemampuan suatu perekonomian dalam menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa tersebut
kadang-kadang digunakan sepenuhnya, kadang-kadang tidak. Perekonomian dimana semua
kapasitasnya ada dalam penggunaan penuh disebut full employment. Sebaliknya dalam
perekonomian dimana ada sebagian dari kapasitas produksinya yang menganggur tidak
terpakai disebut under employment.
Tingginya kapasitas produksi nasional yang digunakan akan mempengaruhi tingkat
employment, oleh karena itu tingkat employment suatu ketika ada dalam keadaan full
employment, dan disaat lain ada dalam keadaan under employment. Perekonomian
dikatakan over employment apabila kapasitas produksi nasional sudah dalam penggunaan
penuh, akan tetapi permintaan akan barang dan jasa totalnya masih terus bertambah, dalam
keadaan seperti ini jumlah produksi nasional tidak lagi dapat bertambah. Dalam hubungan
ini pemerintah dapat menggunakan konsep inflationary gap dan deflationary gap.
a. Inflationary gap (celah inflasi) adalah besarnya perbedaan antara jumlah investasi yang
terjadi dengan besarnya full employment saving ( sama dengan saving pada tingkat full
emplotment), dimana besarnya investasi tersebut melebihi besarnya full emplotment.
Atau semakin besar angka inflationary gapnya akan berarti semakin besar over
employment.
b. Deflationary gap adalah angka yang menunjukkan besarnya perbedaan antara investasi
yang terjadi dengan full employment saving, dimana besarnya investasi tersebut lebih
kecil dibandingkan dengan full employment savingnya. Atau semakin besar angka
deflationary gapnya berartisemakin jauh tingkat employment berada dibawah tingkat
fullemployment, dengan kata lain semakin besar tingkat pengangguran yang terjadi.

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro |8


Bagian X
Analisis Pendapatan Nasional
Perekonomian Tiga Sektor

1. Pengertian.

Telah dijelaskan dalam perekonomian tiga sektor bahwa pemerintah ikut berperan
dalam mempengaruhi perekonomian dengan kebijakan-kebijakannya. Kebijakan yang
dimaksud adalah kebijakan fiskal dengan sistim perpajakan yang sederhana, yaitu sistem
perpajakan dimana besar kecilnya pajak ditentukan oleh salah satu atau beberapa variabel.
Sistem perpajakan sederhana adalah sistem perpajakan dimana pajak sepenuhnya
merupakan exogenous variabel, dengan sistim perpajakan seperti ini secara absolute
besarnya pajak ditetapkan pemerintah.

Fungsi Konsumsi dan Fungsi Saving dengan Adanya Fiskal.

Dengan adanya tindakan fiskal pemerintah, pengeluaran masyarakat untuk


konsumsi tidak lagi secara langsung ditentukan oleh tinggi rendahnya pendapatan nasional
sebagai ”Earning” akan tetapi oleh tinggi rendahnya ”Pendapatan yang siap untuk
dibelanjakan (disebut disposibel income = Yd ) atau disebut juga take home income.
Apabila Yd menunjukkan besarnya disposibel income, Tr menunjukkan besarnya transfer
pemerintah, dan Tx menunjukkan besarnya pajak yang terpungut, maka dalam persamaan
dapat ditulis : Yd = Y + Tr – Tx.
Telah diketahui juga bahwa dalam perekonomian pemerintah belum turut campur
tangan disebut perekonomian dua sektor yang ditulis dalam persamaan : C = a + bY yang
disebut fungsi konsumsi. Tapi dalam perekonomian dimana sudah ada tindakan fiskal
pemerintah, fungsi konsumsi tersebut ditulis dalam bentuk C = a + b Yd, dimana Yd = Y +
Tr – Tx, bila fungsi konsumsinya :
C = a + b Yd maka fungsi saving dapat ditulis :
S = Yd – C
= Yd – ( a – b Yd)
= Yd – a – b Yd
S = ( 1-b ) Yd – a
Mengingat bahwa Yd = Y + Tr – Tx
Maka fungsi konsumsi dapat ditulis :
C = a + b ( Y + Tr – Tx ) atau
C = a + bY + bTr – bTx
Dan fungsi saving dapat ditulis :
S = ( 1 – b ) ( Y + Tr – Tx ) – a
S = ( 1 – b ) Y + (1 – b) Tr – ( 1 – b ) Tx – a

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro |9


Dan apabila “s” menunjukkan tingginya MPS, maka perumusan dapat ditulis :
S = sY + sTr – sTx – a

Contoh
Diketahui fungsi konsumsi C = 20 + 0,75 Yd, Transfer pemerintah Tr = 40, Pajak, Tx = 20.
Diminta :
a. Tentukan fungsi konsumsi sebelum adanya Tr dan Tx
b. Tentukan fungsi konsumsi setelah adanya Tr tapi belum ada Tx
c. Tentukan fungsi konsumsi setelah adanya Tx tapi belum ada Tr
d. Tentukan fungsi konsumsi setelah adanya Tr dan Tx
e. Tentukan fungsi saving sesudah adanya Tr dan Tx

Jawab.
Sebelum adanya Tr dan Tx Setelah ada Tr dan Tx
C = 20 + 0,75 Yd C = 20 + 0,75 Yd
= 20 + 0,75 ( Y + Tr – Tx) = 20 + 0,75 ( Y + 40 – 20 )
= 20 + 0,75 ( Y + 0 – 0 ) = 20 + 0,75 Y + 15
= 20 + 0,75 Y = 35 + 0,75 Y

Setelah ada Tr, belum ada Tx Setelah ada Tx, belum ada Tr
C = 20 + 0,75 Yd C = 20 + 0,75 Yd
= 20 + 0,75 ( Y + 40 – 0 ) = 20 + 0,75 ( Y + 0 – 20 )
= 20 + 0,75 Y + 30 – 0 = 20 + 0,75 Y – 15
= 50 + 0,75 Y = 5 + 0,75 Y

Fungsi saving setelah ada Tr dan Tx


S = (1-b) (Y + Tr – Tx) – a
= ( 1-0,75 ) (Y + 40 – 20 ) – 20
= 0,25 ( Y + 20 ) – 20
= 0,25 Y + 5 – 20
= 0,25 Y -15 atau S = -15 + 0,25 Y

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro | 10


2. Perubahan Jumlah Konsumsi dan Saving Sebagai Akibat Perubahan Tr dan Tx

Fungsi konsumsi dan fungsi saving yang dinyatakan dalam pendapatan sebagai
earning mengalami perubahan dengan berubahnya jumlah Tx yang dipungut atau
berubahnya jumlah Tr yang disumbangkan oleh pemerintah kemasyarakat, sebagai
konsekwensinya adalah bahwa jumlah konsumsi dan saving pada tingkat pendapatan yang
sama akan berubah pula dengan berubahnya jumlah Tr dan Tx.

4. Perubahan jumlah konsumsi pada tingkat pendapatan yang sama sebagai akibat
berubahnya pajak. Bila jumlah konsumsi berubah dengan ΔC dari semula sebesar c
menjadi sebesar ( c + Δc) sebagai akibat berubahnya pajak sebesar ΔTx dari semula Tx
menjadi sebesar ( Tx + ΔTx) maka dapat ditulis :
C + ΔC = a + b [Y + Tr – ( Tx + ΔTx)]
C + ΔC = a + b ( Y + Tr – Tx ) – bΔTx
C + ΔC = C – bΔTx
ΔC = - bΔTx dimana b = c

5. Perubahan saving pada Y yang sama sebagai akibat berubahnya Tx


Bila pajak berubah dari sebesar Tx menjadi ( Tx + ΔTx) menyebabkan jumlah saving
berubah dari sebesar S menjadi ( S + ΔS) maka dapat ditulis : bila b = c
S + ΔS = ( 1 – c ) [ Y + Tr – ( Tx + ΔTx)] – a
S + ΔS = ( 1 – c ) ( Y + Tr – Tx – ΔTx) – a
S + ΔS = ( 1 – c ) ( Y + Tr – Tx ) – a + ( 1 – c ) ( - ΔTx)
S + ΔS = S + ( 1 – c ) ( - ΔTx )
ΔS = ( 1 – c ) ( - ΔTx )

6. Perubahan konsumsi pada Y yang sama akibat perubahan Tr dapat ditulis :


ΔC = cΔTr

7. Perubahan saving pada Y yang sama akibat perubahan Tr dapat ditulis :


ΔS = ( 1 – c ) ΔTr

8. Perubahan konsumsi pada Y yang sama akibat berubahnya Tr, Tx dapat ditulis :
ΔC = ΔCTr + ΔCTx
ΔC = cΔTr – c ΔTx
ΔC = c (ΔTr – ΔTx)

9. Perubahan saving pada Y yang sama akibat berubahnya Tr, Tx dapat ditulis :
ΔS = ΔSTr + ΔSTx
ΔS = ( 1 – c ) ΔTr + ( 1 – c ) ( -ΔTx)
ΔS = ( 1 – c ) (ΔTr – ΔTx )

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro | 11


Harus diingat bahwa perubahan-perubahan jumlah konsumsi dan saving adalah
perubahan-perubahan yang langsung ditimbulkan oleh perubahan Tr dan Tx. Dengan
demikian yang dimaksud dengan perubahan konsumsi dan saving pada perumusan-
perumusan diatas bukanlah perubahan dari jumlah konsumsi equilibrium yang semula atau
jumlah saving equilibrium yang semula kejumlah konsumsi dan saving equilibrium yang
baru. Perubahan jumlah CE dan SE dari tingkat pendapatan nasional equlibrium yang baru
sebagai akibat perubahan Tr, Tx dan variabel lainnya.

Contoh pengaruh Tr dan Tx terhadap jumlah konsumsi dan saving


Diketahui fungsi konsumsi C = 20 + 0,75 Yd , transfer pemerintah Tr = 40, pajak Tx = 20.
Diminta :
a. Tentukan jumlah C dan S sebelum adanya Tr, Tx pada Y = 100
b. Tentukan jumlah C dan S setelah ada Tr, belum ada Tx pada Y = 100
c. Tentukan jumlah C dan S setelah ada Tx belum ada Tr pada Y = 100
d. Tentukan jumlah C dan S setelah adanya Tr, Tx pada Y = 100

Jawab.
a. Jumlah C dan S pada Y = 100, Tr = 0 dan Tx = 0
C = 20 + 0,75 Yd S = Yd – C
= 20 + 0,75 ( 100 + 0 – 0 ) = ( 100 + 0 – 0 ) – 95
= 20 + 75 =5
= 95

b. Jumlah C dan S pada Y = 100, Tr = 40 dan Tx = 0


C1 = Co + ΔC = Co + cΔTr S = So + ΔS = So + (1-c) ΔTr
= 95 + 0,75 x 40 = 5 ( 1-0,75) x 40
= 125 = 15

c. Jumlah C dan S pada Y = 100, Tr = 0 dan Tx = 20


C1 = Co + ΔC = Co - cΔTx S = So + ΔS = So + (1-c) (-ΔTx)
= 95 - 0,75 x 20 = 5 ( 1-0,75) (-20)
= 80 =5–5 atau sama dengan nol

d. Jumlah C dan S pada Y = 100, Tr = 40 dan Tx = 20


C1 = Co + ΔC = Co + c (ΔTr- ΔTx) S = So + ΔS = So + (1-c) (ΔTr -ΔTx)
= 95 - 0,75 (40 – 20 ) = 5 ( 1-0,75) ( 40 - 20)
= 95 + 15 =5+5
= 110 = 10

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro | 12


3. Pendapatan Nasional Keseimbangan

Dalam perekonomian tertutup yang belum ada kebijakan fiskal, pendapatan


nasional akan mencapai keseimbangan apabila besarnya saving sama besarnya dengan
investasi. Bahwa dalam perekonomian yang belum ada tindakan fiskal pemerintah, sumber
pendapatan nasional adalah pengeluaran masyarakat untuk konsumsi dan pengeluaran
masyarakat untuk investasi dan dalam persamaan dapat ditulis Y = C + I.
Tapi dalam perekonomian dimana pemerintah turut mengadakan transaksi
pembelian dan pengeluaran pemerintah, konsumsi pemerintah, dan dalam perekonomian
yang sudah ada tindakan fiskal pemerintah, maka pendapatan nasional dapat dituliskan
sebagai berikut : Y = C + I + G.
Dari satu sisi pemerintah melakukan pengeluaran baik terhadap masyarakat atau
konsumsi pemerintah. Pengeluaran terhadap masyarakat sering disebut transfer pemerintah
atau Tr dan disisi lain pemerintah melakukan penarikan iuran atau pajak dari masyarakat
baik langsung atau tidak langsung yang disebut pajak atau Tx. Pendapatan setelah
diperhitungkan penerimaan transfer dari pemerintah dan pajak yang harus diserahkan
kepada pemerintah disebut : ”Disposible Income” yaitu pendapatan yang sudah siap untuk
dikonsumsi dan ditabungkan. Kalau dinyatakan dalam bentuk persamaan adalah :
Yd = Y + Tr - Tx
Disebut disposible income , dari persamaan tersebut kita dapat menurunkan
persamaan Y = Yd – Tr + Tx, mengingat Yd itulah yang digunakan untuk konsumsi dan
sisanya merupakan saving maka dapat ditulis : Yd = C + S. Kalau persamaan-persamaan
diatas dikumpulkan :

Y =C+I+G
Y = Yd – Tr + Tx
Yd = C + S , maka

C+I+G = Yd – Tr + Tx
Dengan memperhatikan persamaan Yd = C + S , maka dapat ditemukan

C+I+G = C + S – Tr + Tx , ini berarti

I + G + Tr = S + Tx atau S + Tx = I + G + Tr

Dalam perekonomian tiga sektor tingkat pendapatan nasional equilibrium dapat


ditentukan dengan rumus :

a  cTr  cTx  I  G
Y = atau Y=
1
a  cTx  cTr  I  G 
1 c 1 c

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro | 13


Contoh :
Diketahui fungsi konsumsi C = 20 + 0,75 Yd , investasi , I = 40, Pajak, Tx = 20, konsumsi
pemerintah , G = 60, dan transfer pemerintah, Tr = 40.
Diminta :
a. Hitunglah besar pendapatan nasional ekuilibrium
b. Hitunglah konsumsi ekuilibrium
c. Hitunglah saving ekuilibrium

Jawab.
Y =
1
a  cTx  cTr  I  G 
1 c
Y =
1
20  0,75 x20  0,75 x40  40  60
1  0,75
Y = 4 ( 20 – 15 + 30 + 60 + 40 )
= 540

C = 20 + 0,75 Yd
= 20 + 0,75 ( Y + Tr – Tx)
= 20 + 0,75 ( 540 + 40 – 20)
= 20 + 0,75 (560 )
= 440

S = Yd - C
= (540 + 40 – 20) – 440
= 120

Dan dapat dibuktikan bahwa pendapatan nasional ekuilibrium sebagai berikut :

S + Tx = I + G + Tr
120 + 20 = 40 + 60 + 40
140 = 140

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro | 14


4. Angka-Angka Pengganda.

Multiplier atau angka pengganda memberikan gambaran tentang intensitas


hubungan kausal antara sebuah variabel tertentu dengan pendapatan nasional. Bila angka
pengganda menunjukkan angka yang tinggi, maka perubahan yang terjadi pada variabel
tersebut akan besar pengaruhnya terhadap pendapatan nasional, atau sebaliknya.
Dalam perekonomian tertutup Y = C + I , hanya dikenal angka pengganda yaitu
angka pengganda investasi (invesment multiplier). Tapi dalam perekonomian Y = C + I +
G , kita mengenal beberapa macam angka pengganda yaitu : angka pengganda investasi,
angka pengganda konsumsi, angka pengganda pengeluaran konsumsi pemerintah, angka
pengganda transfer pemerintah, angka pengganda pajak, angka pengganda anggaran belanja
yang seimbang.

a. Angka Pengganda Investasi


Faktor-faktor yang menyebabkan pengeluaran investasi suatu perekonomian bertambah
atau berkurang adalah dipengaruhi oleh beberapa hal. Pengeluaran investasi suatu
masyarakat bertambah bila :
10. Tingkat bunga (kredit/pinjaman) menurun.
11. Penemuan-penemuan baru dalam bidang teknologi dalam masyarakat tersebut
bermunculan.
12. Jumlah penduduk meningkat
13. Meluasnya pasar penjualan produksi masyarakat tersebut.
14. Suasana perusahaan yang bertambah optimis.
Perubahan pengeluaran untuk investasi suatu masyarakat akan selalu mengakibatkan
berubahnya tingkat pendapatan nasional keseimbangan. Angka yang menunjukkan
perbandingan antara berubahnya tingkat pendapatan nasional keseimbangan dengan
berubahnya jumlah pengeluaran investasi disebut angka pengganda investasi. Angka
pengganda investasi dapat ditulis :
Y 1
KI   dimana KI adalah angka pengganda investasi, c = MPC
I 1  c

b. Angka Pengganda Konsumsi


Multiplier yang dimaksud disini bukanlah angka banding antara perubahan tingkat
pendapatan nasional keseimbangan dengan perubahan jumlah pengeluaran konsumsi
masyarakat yang mengakibatkan berubahnya pendapatan nasional keseimbangan
tersebut. Fungsi konsumsi dinyatakan dengan persamaan umum : C = a + cYd , maka
dengan berubahnya nilai ”a” atau berubahnya nilai ”c” akan menyebabkan pendapatan
nasional keseimbangan mengalami perubahan. Dalam kejadian-kejadian seperti inilah
perubahan konsumsi mengakibatkan terjadinya perubahan pada pendapatan nasional,
lebih lanjut perlu dikemukakan bahwa dari kedua macam kemungkinan perubahan
tersebut yaitu perubahan nilai ”a” dan perubahan nilai ’c”. Hanya perubahan nilai ”a”
sajalah yang dapat kita jumpai hubungannya yang tetap dengan perubahan tingkat
pendapatan nasional keseimbangan yang diakibatkan oleh adanya perubahan nilai ”a”
tersebut.

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro | 15


Y 1
Angka pengganda konsumsi dapat ditulis: Kc  
a 1  c

c. Angka Pengganda Pengeluaran Konsumsi Pemerintah dan Transfer


Adalah nilai perbandingan antara berubahnya jumlah pendapatan nasional
keseimbangan sebagai akibat berubahnya jumlah pengeluaran konsumsi pemerintah,
baik sebagai goverment expenditure multiplier atau goverment purchase multiplier.
Angka pengganda pengeluaran konsumsi pemerintah dapat ditulis :
Y 1 Y c
KG   dan K Tr  
G 1  c Tr 1  c

d. AngkaPengganda Pajak dan Anggaran Belanja Seimbang


Berbeda dengan angka pengganda yang telah diuraikan diatas, angka pengganda pajak
bertanda negatif. Negatifnya angka pengganda tersebut berarti bahwa bertambahnya
jumlah pajak yang dipungut oleh pemerintah akan mengakibatkan menurunnya tingkat
pendapatan nasional keseimbangan. Atau sebaliknya menurun jumlah pajak dipungut
oleh pemerintah maka tingkat pendapatan nasional keseimbangan akan menjadi lebih
tinggi. Negatifnya angka pengganda pajak dapat diuraikan :
15. Apabila pajak diperbesar / dinaikan
16. Disposible income menurun
17. Pengeluaran konsumsi masyarakat menurun
18. Tingkat pendapatan nasional menurun
Y c
Angka pengganda pajak dapat ditulis : K Tx  
Tx 1  c

Y
Angka pengganda anggaran belanja seimbang dapat ditulis : KB  1
G  Tx

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro | 16


Pembahasan soal.

Diketahui periode tahun 2008,


Besarnya investasi pertahun, I = 40 , pengeluaran konsumsi pemerintah, G = 60,
pembayaran transfer pemerintah, Tr = 40, dan penerimaan pajak, Tx = 20.
Diketahui periode tahun 2009,
Besarnya investasi pertahun, I = 50 , pengeluaran konsumsi pemerintah, G = 60,
pembayaran transfer pemerintah, Tr = 60, dan penerimaan pajak, Tx = 40.
Diketahui fungsi konsumsi C = 20 + 0,75 Yd
Diminta :
a. Hitunglah pendapatan nasional keseimbangan
b. Hitunglah konsumsi keseimbangan
c. Hitunglah saving keseimbangan

Jawab :
Periode tahun 2008
Pendapatan nasional keseimbangan
Y =
1
a  cTx  cTr  I  G 
1 c
Y =
1
20  0,75 x20  0,75 x40  40  60
1  0,75
Y = 4 ( 20 – 15 + 30 + 60 + 40 )
= 540
Konsumsi keseimbangan
C = 20 + 0,75 Yd
= 20 + 0,75 ( Y + Tr – Tx)
= 20 + 0,75 ( 540 + 40 – 20)
= 20 + 0,75 (560 )
= 440
Saving keseimbangan
S = Yd - C
= (540 + 40 – 20) – 440
= 120
Besarnya angka-angka penggada :
Y 1 1
19. Investasi KI   = 4
I 1  c 1  0,75
Y 1 1
20. Konsumsi pemerintah KG   = 4
G 1  c 1  0,75
Y c 0,75
21. Transfer K Tr   = 3
Tr 1  c 1  0,75
Y c  0,75
22. Pajak K Tx   =  3
Tx 1  c 1  0,75

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro | 17


Besarnya perubahan-perubahan I, G, Tr dan Tx
ΔI = 50 – 40 = 10
ΔG = 60 – 60 =0
ΔTr = 60 – 40 = 20
ΔTx = 40 – 20 = 20

Periode tahun 2009


Pendapatan nasional keseimbangan
Y2 = Y1 + ΔY
= Y1 + (KI. ΔI + KG. ΔG + KTr. ΔTr + KTx. Δtx)
= 540 + [( 4 x 10 + 4 x 0 + 3 x 20 + (-3 x 20)]
= 540 + 40
= 580

Konsumsi keseimbangan
C2 = C1 + MPC. ΔYd
= 440 + MPC [ (Y2 + Tr – Tx) – ( Y1 + Tr – Tx)]
= 440 + 0,75 [ ( 580 + 60 – 40) – ( 540 + 40 – 20 )]
= 440 + 0,75 (40)
= 470

Besarnya saving
S2 = S1 + MPS. ΔYd
= 120 + MPS [ (Y2 + Tr – Tx) – ( Y1 + Tr – Tx)]
= 120 + 0,25 [ ( 580 + 60 – 40) – ( 540 + 40 – 20 )]
= 120 + 0,25 (40)
= 130

Dan dapat dibuktikan bahwa pendapatan nasional ekuilibrium sebagai berikut :

S + Tx = I + G + Tr
130 + 40 = 50 + 60 + 60
170 = 170

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro | 18


5. Kebijakan Fiskal

Dari berbagai angka pengganda yang sudah diketahui akan bermanfaat bagi
pemerintah dalam menentukan kebijakan fiskalnya. Dengan memperbesar atau
memperkecil jumlah G, Tr, dan Tx atau kombinasi ketiganya, pemerintah dapat
mempengaruhi tingkat kesempatan kerja (employment) dan tingkat pendapatan nasional.
Tingkat pendapatan nasional yang biasa dianggap sebagai tingkat pendapatan nasional yang
ideal bagi suatu perekonomian, ialah tingkat pendapatan pada tingkat full employment.
Dengan demikian apabila dalam perekonomian terdapat : a) deflationary gap , pemerintah
pada umumnya mengusahakan meningkatkan tingkat pendapatan nasional, b) inflationary
gap, pemerintah pada umumnya mengusahakan menurunkan tingkat pendapatan dengan
maksud untuk menghilangkan gap inflasi tersebut.

Contoh :
Diketahui fungsi konsumsi C = 20 + 0,75 Yd, investasi sebesar 40, pengeluaran konsumsi
pemerintah 60, pembayaran transfer oleh pemerintah 40, dan penarikan pajak oleh
pemerintah 20. Dan pada saat itu kapasitas produksi nasional ( QKp ) adalah 600.

Diminta :
a. Dengan hanya merubah Tr, berapakah jumlah Tr yang harus diperbesar atau
diperkecil agar supaya pendapatan nasional mencapai keseimbangan pada tingkat
full employment ?
b. Dengan hanya merubah Tx, berapakah jumlah Tx yang harus dinaikan atau
diturunkan agar supaya pendapatan nasional mencapai keseimbangan pada tingkat
full employment ?
c. Dengan hanya merubah G, berapakah jumlah G yang harus ditambah atau dikurangi
agar supaya pendapatan nasional mencapai keseimbangan pada tingkat full
employment ?
d. Dengan hanya merubah G dan Tx, dengan jumlah yang sama berapakah jumlah G
dan Tx yang harus diperbesar atau diperkecil agar supaya pendapatan nasional
mencapai keseimbangan pada tingkat full employment ?

Jawab :
Pendapatan nasional keseimbangan
Y =
1
a  cTx  cTr  I  G 
1 c
Y =
1
20  0,75 x20  0,75 x40  40  60
1  0,75

Y = 4 ( 20 – 15 + 30 + 60 + 40 )

= 540

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro | 19


Untuk mencapai keseimbangan pada tingkat full employment, pendapatan nasional perlu
mengalami perubahan sebesar :
Y1 + ΔY = QKp
540 + ΔY = 600
ΔY = 600 – 540
ΔY = 60

Untuk menaikan pendapatan nasional sebesar 60, kita dapat memilih salah satu diantara
keempat cara seperti tersebut dibawah ini :
a. Merubah besar Tr sebesar Tr b. Merubah besarnya G dengan
KTr . ΔTr = 60 KG . ΔG = 60
0,75 1
x ΔTr = 60 x ΔG = 60
1  0,75 1  0,75
3 x ΔTr = 60 4 x ΔG = 60
ΔTr = 60 / 3 ΔG = 60 / 4
ΔTr = 20 ΔG = 15
c. Merubah besarnya Tx dengan
KTx . ΔTx = 60
 0,75
x ΔTx = 60
1  0,75
-3 x ΔTx = 60
ΔTx = 60 / -3
ΔTx = -20
d. Dengan kebijakan anggaran seimbang, G dan Tx masing-masing harus diubah besarnya
dengan :
KB . ΔG = 60
1 x ΔG = 60
ΔG = 60 = ΔTx
Kesimpulan.
Agar pendapatan nasional keseimbangan tercapai pada tingkat full employment, pemerintah
dapat mengambil salah satu dari keempat alternatif dibawah ini.
1. Tr diperbesar 20 yaitu dari 40 menjadi 60 pertahun
2. G diperbesar 15 yaitu dari 60 menjadi 75 pertahun
3. Tx dikurangi 20 yaitu dari 20 menjadi 0 pertahun
4. G diperbesar 60 yaitu dari 60 menjadi 120 dan pada saat yang sama pajak juga
diperbesar 60 yaitu dari 20 menjadi 80 pertahun.

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro | 20


Bagian XI
Analisis Pendapatan Nasional Dalam
Perekonomian Empat Sektor

1. Pengertian

Perekonomian empat sektor disebut juga perekonomian terbuka, untuk


perkeonomian terbuka kesamaan antara pendapatan nasional out put, dan pengeluaran total
nasional tidak lagi berlaku. Kesamaan antara pendapatan nasional dengan out put nasional
masih tetap berlaku selama jumlah pendapatan investasi yang dibayarkan oleh penduduk
negara tersebut kepada para investor asing sama dengan jumlah pendapatan yang diterima
oleh penduduk negara tersebut yang berasal dari penanaman modalnya diluar negeri.
Keadaan perekonomian seperti inilah yang kita pakai sebagai landasan dalam menerangkan
analisis pendapatan nasional untuk perekonomian terbuka.
Dalam perekonomian terbuka berarti dalam perekonomian tersebut terdapat sektor
rumah tangga masyarakat, sektor pemerintah, sektor perusahaan, dan sektor luar negeri.
Pendapatan nasional untuk perekonomian terbuka dapat ditulis dalam persamaan :
Y = C + I + G + ( X – M ) dimana variabel baru disini adalah X adalah nilai ekspor,
dan M adalah nilai impor.

2. Ekspor

Ekspor adalah berlakunya permintaan masyarakat luar negeri terhadap barang-


barang dan jasa yang diproduksi dalam negeri.
Keadaan-keadaan atau kejadian-kejadian yang pada umumnya dapat mengakibatkan
bertambahnya ekspor suatu negara adalah :
a. Meningkatnya nilai kemakmuran masyarakat negara yang bersangkutan.
b. Tingkat inflasi dalam negeri lebih rendah dibandingkan tingkat inflasi yang terjadi di
negara peng impor.
c. Kurs devisa efektif yang berlaku bagi barang-barang ekspor menguntungkan.
d. Peningkatan efisiensi produksi dalamnegeri dalam arti luas, yang dapat mengakibatkan
produsen barang ekspor dengan harga free on board (f o b ) yang sama dapat
menghadilkan keuntungan lebih tinggi.
e. Kegagalan produksi di negara-negara penghadil produk yang bersaing dengan produk
ekspor negara tersebut di pasar dunia.
f. Kebijakan fiskal dan moneter yang serasi disertai dengan kebijakan peningkatan ekspor
yang tepat.
g. Adanya peningkatan efisiensi produksi secara menyeluruh dalam perekonomian negara
pengekspor.

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro | 21


Ekspor free on boar (ekspor f.o.b) dimana harga barang yang diekspor sampai
dikapal pada pelabuhan negara pengekspor.
Ekspor cost, insurance and freight ( ekspor c.i.f ) dimana harga barang yang
diekspor sampai dikapal pada pelabuhan negara pengekspor, ditambah biaya transport
antara pelabuhan negara pengekspor dengan pelabuhan negara pengimpor, dan ditambah
biaya asuransi, dan nilai ekspor yang diperoleh dicatat pada neraca pembayaran
internasional atau neraca pembayaran luar negeri (NPI).

3. Impor

Impor adalah berlakunya permintaan masyarakat dalam negeri terhadap barang-


barang dan jasa yang diproduksi negara lain / luar negeri.
Keadaan-keadaan atau kejadian-kejadian yang pada umumnya dapat mengakibatkan
bertambahnya impor suatu negara adalah :
a. Meningkatnya tingkat kemakmuran penduduk dalam negeri.
b. Tingkat inflasi didalam negeri lebih tinggi dari pada tingkat inflasi di negara lain,
khususnya di negera penghasil barang yang kita impor.
c. Kurs devisa efektif yang berlaku menguntungkan para importir.
d. Kebijaksanaan pemerintah yang merangsang impor, melalui pemberian subsidi impor,
penurunan bea impor terhadap impor alat-alat kapital, bahan baku, pemenuhan
kebutuhan pokok.
Hubungan yang terjadi antara masyarakat suatu negara dengan negara lain yang ada
didunia ini dapat berbentuk hubungan sosial, ekonomi, politik, kebudayaan, wilayah.
Seperti hal dalam hubungan ekonomi antara masyarakat pada dua negara yang berbeda
dapat berbentuk kerja sama ekonomi atau perdagangan antar negara, perdagangan antar
negara disebut juga perdagangan luar negeri. Perdagangan yang dilakukan diantara
berbagai negara adalah lebih rumit dari pada yang dilakukan diantara wilayah dalam suatu
negara, karena beberapa perbedaan-perbedaan, yaitu :
a. Perbedaan mata uang yang digunakan atau dikenal dengan kurs valuta asing yaitu
besarnya jumlah sesuatu mata uang tertentu yang diperlukan untuk memperoleh satu
unit valuta asing.
b. Perbedaan letak geografis, yaitu jarak antara satu negara dengan negara lain termasuk
perbedaan kondisi alam dimasing-masing negara dan perbedaan sumber daya alam yang
dimiliki.
c. Perbedaan sistim politik dan pemerintahan yang dianut oleh suatu negara.
d. Perbedaan dalam mutu dan standard dari barang atau jasa yang dihasilkan suatu negara
dengan negara lain.
Hubungan perdagangan luar negeri yang terjadi antara suatu negara dengan negara
lain, transaksi-transaksi yang terjadi akan terlihat pada neraca pembayaran internasional
atau NPI. Neraca pembayaran adalah catatan dari aliran masuk dan aliran keluar uang atau
modal dari dan kesuatu negara dalam satu tahun tertentu.

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro | 22


Didalam analisis makro ekonomi kita melihat kegiatan ekonomi nasional adalah
lebih menyeluruh yaitu sebagai suatu sistim yang terdiri dari empat pasar besar yang saling
berhubungan satu sama lainnya, yaitu :
a. Pasar barang
Permintaan total dari masyarakat bertemu dengan seluruh barang atau jasa yang
diproduksikan oleh produsen.
b. Pasar uang
Permintaan masyarakat akan uang bertemu dengan jumlah uang yang beredar dalam
perekonomian.
c. Pasar tenaga kerja
Permintaan total akan tenaga kerja dari sektor dunia usaha dan pemerintah bertemu
dengan jumlah angkatan kerja atau angkatan tenaga yang tersedia.
d. Pasar luar negeri
Permintaan dunia keluar negeri akan hasil ekspor bertemu dengan penawaran dari hasil-
hasil tersebut.
Keempat unsur pasar ini merupakan wadah bagi berputarnya perekonomian suatu
negara dan untuk lebih jelas berputarnya perekonomian suatu negara dapat dilihat pada alur
gambar dibawah ini.

Pasar
10
Barang 3

11
Pasar Luar
1 2 4 Negeri
20
Pajak Pajak
Pemerintah

18 5 13 19 9
16
Rumah
Tangga Produsen

17
14 12 Pasar
Tenaga
Kerja
6
7
Lembaga 15
Keuangan Pasar Uang

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro | 23


Keterangan garis
Aliran permintaan
Aliran penawaran
Aliran tidak melalui pasar

Keterangan kelompok :

a. Kelompok rumah tangga melakukan kegiatan :


- Menerima penghasilan dari produsen sebagai hasil dari pemakaian tenaga kerja dari
pasar tenaga yaitu berupa gaji, upah, dividen, dan sebaginya.
- Menerima penghasilan dari pemerintah berupa gaji, transfer, bantuan lainnya yang
tidak mengikat (seperti BLT, bantuan jaring pengaman sosial) dan lainnya.
- Menerima penghasilan atas simpanannya di lembaga keuangan
- Sebagai pembayar pajak kepada pemerintah
- Sebagai konsumen atas barang dan jasa yang dihasilkan oleh produsen
- Sebagai supplier bagi produsen atas barang atau bahan baku, bahan mentah yang
diperlukan oleh produsen
- Sebagai demander kepasar uang untuk kebutuhan sehari-hari.
b. Kelompok produsen melakukan kegiatan :
- Sebagai supplier dipasar barang atas barang dan jasa yang dibutuhkan oleh rumah
tangga masyarakat atau konsumen.
- Sebagai demander dipasar uang
- Sebagai pembayar pajak ke pemerintah
- Sebagai demander dipasar barang
c. Kelompok pemerintah dan Bank Sentral :
- Menarik pajak langsung dan pajak tidak langsung dari rumah tangga masyarakat,
produsen, dari luar negeri atas ekspor-impor dipasar barang melalui pengenaan tarif
dan bea, dan lainnya.
- Sebagai demander dipasar barang
- Sebagai supplier dipasar uang
- Sebagai demander tenaga kerja
- Sebagai peminjam uang dari luar negeri
d. Kelompok lembaga keuangan
- Menerima simpanan dari rumah tangga
- Sebagai supplier dalam pasar uang
e. Kelompok luar negeri
- Sebagai supplier dipasar barang (impor)
- Sebagai demander dipasar barang (ekspor)
- Sebagai investor (penanaman modal asing atau PMA)
- Sebagai penyedia dana/bantuan untuk pemerintah, swasta dalam negeri
- Sebagai penghubung antara pasar uang dalam negeri dengan pasar uang luar negeri

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro | 24


Keterangan nomor garis :

- Garis nomor 1 rumah tangga memerlukan barang dan jasa maka berlaku permintaannya
dipasar barang (demander).
- Garis nomor 2 pemerintah memerlukan barang dan jasa maka berlaku permintaannya
dipasar barang (demander)
- Garis nomor 3 Produsen membutuhkan barang, bahan baku yang tersedian dipasar
barang
- Garis nomor 4 Luar negeri memerlukan barang-barang dalam negeri (ekspor)
- Garis nomor 5 pemerintah membutuhkan tenaga kerja yang disediakan rumah tangga
melalui pasar tenaga kerja (demander)
- Garis nomor 6 produsen membutuhkan tenaga kerja yang disediakan rumah tangga
melalui pasar tenaga kerja (demander)
- Garis nomor 7 Produsen memerlukan uang untuk keperluan investasi, maupun ekspansi
produksi dan pabrik
- Garis nomor 8 rumah tangga membutuhkan uang untuk keperluannya
- Garis nomor 9 luar negeri memerlukan rupiah (uang dalam negeri)
- Garis nomor 10 produsen menawarkan barang dan jasa dipasar barang
- Garis nomor 11 luar negeri menawarkan barang dan jasanya di pasar barang (impor)
- Garis nomor 12 rumah tangga menawarkan tenaga kerja melalui pasar tenaga kerja
- Garis nomor 13 pemerintah menawarkan uang melalui bursa efek atau pasar uang
- Garis nomor 14 rumah tangga menawarkan uang atau menyimpan uang kelembaga
keuangan dalam bentuk simpanan.
- Garis nomor 15 lembaga keuangan menawarkan uang ke bursa efek atau pasar uang.
- Garis nomor 16 luar negeri atau negara lain menawarkan uang dipasar uang
- Garis nomor 17 produsen memberikan imbalan kepada tenaga kerja (upah, gaji, sewa,
dividen, dan lainnya)
- Garis nomor 18 pemerintah memberikan gaji PNS, subsidi, transfer kemasyarakat atau
rumah tangga
- Garis nomor 19 pemerintah memberikan subsidi kepada produsen
- Garis nomor 20 pemerintah dapat melakukan pinjaman langsung keluar negeri

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro | 25


4. Pendapatan nasional keseimbangan

Untuk perekonomian terbuka berarti masyarakat suatu negara telah melakukan atau
membuka diri dalam hubungan yang terorganisir maupun yang tidak terorganisir, atau
khususnya hubungan ekonomi dengan negara lain. Dalam perekonomian terbuka terdapat
unsur pengeluaran konsumsi masyarakat, perusahaan-perusahaan, pemerintah, dan luar
negeri yang dalam persamaan dapat ditulis :

Y = C+I+G+X–M dimana X = ekspor, M = Impor

Nilai ekspor ( X ) dikurang nilai impor ( M ) sama dengan nilai ekspor neto ( Nx),
maka dalam persamaan dapat ditulis :

Y = C + I + G + Nx oleh karena Y = C + S maka,

C+S = C+I+X-M atau


C + S = C + I + Nx menjadi S + M = I + X , yang berarti bahwa
syarat keseimbangannya perekonomian ialah kesamaan nilai ( S + M ) dengan
( I + X), jadi disini saving tidak harus sama lagi dengan investasi. Demikian pula
nilai ekspor tidak perlu sama dengan nilai impor.
Perekonomian yang tengah memiliki neraca perdagangan yang positif, yaitu neraca
perdagangan dimana X lebih besar dari M, akan mencapai keadaan keseimbangan justru
dimana I lebih kecil dari S demikian sebaliknya. Dalam model ini I dan X keduanya
diperlukan sebagai variable yang eksogen, sedangkan S dan M masing-masing diperlukan
sebagai variable endogen dengan persamaan sebagai berikut :

S = So + sY dan M = Mo + mY
Dimana :
So Besarnya saving pada tingkat pendapatan nasional sebesar nol. So disini
menggantikan nilai ( -a ) seperti pada persamaan S = -a + ( 1-c ) Y.
s ΔS / ΔY adalah marginal propensity to save, s disini menggantikan ( 1 – c ) pada
persamaan S = -a + ( 1-c ) Y.
Mo besarnya impor pada tingkat pendapatan nasional sebesar nol
m ΔM / ΔY adalah marginal propensity to impor.

Dengan memasukan persamaan S = So + sY dan M = Mo + mY kedalam


persamaan keseimbangan S + M = I + X akan menjadi :
So + sY + Mo + mY = I + X
sY + mY = I + X - S o - Mo
(s+m)Y = I + X - So - Mo , maka :
I  X  So  M o
Y =
sm

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro | 26


Contoh :
Diketahui fungsi saving adalah S = -40 + 0,3 Y, fungsi impor adalah M = 20 + 0,2 Y,
pengeluaran investasi adalah I = 280, dan ekpsor X = 100, hitunglah besarnya :
a. Pendapatan nasional keseimbangan
b. Saving keseimbangan
c. Impor keseimbangan
d. Konsumsi keseimbangan
e. Naraca perdagangan keseimbangan

Jawab :

Pendapatan nasional keseimbangan Saving keseimbangan


I  X  So  M o
Y = S = -40 + 0,3 Y
sm
280  100  40  20
Y =  800 = -40 + 0,3 (800)
0,3  0,2
= 200

Impor keseimbangan Konsumsi keseimbangan


M = 20 + 0,2 Y Y =C+I+X-M
= 20 + 0,2 (800) 800 = C + 280 + 100 - 180
= 180 C = 800 – 200
= 600
Atau konsumsi keseimbangan ditentukan dengan cara :
Y = C + S
C = Y-S
= 800 - 200
= 600
Bukti pendapatan nasional keseimbangan diperoleh pada :
S + M = I + X
200 + 180 = 280 + 100
380 = 380

X = 100 dan M = 180


Ini berarti neraca perdagangan berada dalam keadaan pasif dengan impor neto sebesar 80
jadi :
- Bila M lebih besar dari X maka neraca perdagangan pasif atau negatif
- Bila M lebih kecil dan X maka neraca perdagangan aktif atau positif
- Bila X sama dengan M maka neraca perdagangan seimbang.

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro | 27


5. Angka-angka pengganda

Dalam perekonomian terbuka angka pengganda disebut angka pengganda


perdagangan luar negeri atau foreign trade multiplier, yang dapat diturunkan dari
I  X  So  M o
persamaan pendapatan nasional keseimbangan yaitu : Y = . Misal
sm
naiknya ekspor dari semula sebesar X berubah dengan ΔX menjadi ( X + ΔX )
mengakibatkan pendapatan nasional berubah dari semula sebesar Y berubah dengan ΔY
menjadi sebesar ( Y + ΔY ) maka secara matematik dapat ditulis :

I  ( X  X )  S o  M o
Y + ΔY = .
sm
I  X  So  M o X
Y + ΔY =  .
sm sm
X
ΔY = Y - Y .
sm
X
ΔY =
sm

Y 1
 k xf  angka pengganda ekspor
X sm

Y 1
k xf   angka pengganda ekspor
X s  m

Y 1
k If   angka pengganda investasi
I sm

Y 1
k Sfo   angka pengganda autonomus saving
S o s  m

Y 1
k Mf o   angka pengganda autonomus impor
M o s  m

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro | 28


6. Pengaruh perubahan ekspor (ΔX ) terhadap neraca perdagangan.

Telah dijelaskan bahwa angka pengganda ekspor besarnya sama dengan angka
pengganda investasi, dengan demikian berarti perubahan pendapatan nasional yang
ditimbulkan oleh bertambahnya investasi sebesar Rp 1 akan sama dengan perubahan
pendapatan nasional yang ditimbulkan oleh bertambahnya ekspor Rp 1. Demikian
perubahan impor (ΔM) yang ditimbulkan oleh bertambahnya investasi sebesar Rp 1 juga
akan sama dengan perubahan impor yang ditimbulkan oleh bertambahnya ekspor sebesar
Rp 1, hubungan tersebut dapat dilihat sebagai berikut :

Pengaruh perubahan ekspor Rp 1


Rp1 mxRp1
ΔX = Rp 1 ΔY = k xf = (Rp 1) = ΔM =
sm sm

Pengaruh perubahan investasi Rp 1


Rp1 mRp1
ΔI = Rp 1 ΔY = k If = (Rp 1) = ΔM =
sm sm

Meskipun pengaruh kenaikan ekspor terhadap impor sama besarnya dengan


pengaruh kenaikan investasi terhadap impor, namun dari segi neraca pembayaran pengaruh
perubahan ekspor tidak sama dengan pengaruh perubahan investasi. Yang jelas ialah bahwa
meningkatkan impor sebagai akibat dari pada meningkatnya investasi tidak didahului oleh
kenaikan ekpsor. Ini berarti meningkatnya kewajiban luar negeri tidak disertai dengan
kenaikan penerimaan luar negeri. Dengan demikian meningkatnya investasi bertendensi
mengakibatkan meningkatnya defisit atau mengurangi surplus neraca pembayaran.
Sebaliknya menurunnya investasi bertendensi mengakibatkan meningkatnya surplus atau
menurunnya defisit neraca pembayaran.
Perekonomian empat sektor disebut juga perekonomian terbuka dimana pemerintah
terlibat disini dan hubungan dengan negara lain dalam bentuk hubungan perdagangan luar
negri (ekspor dan impor). Keterlibatan pemerintah dalam perekonomian dalam penarikan
pajak (Tx) dan dalam hal pengeluaran untuk belanja pemerintah (G) dan transfer
pemerintah (Tr).

=C dua sektor
Komponen GDP =I
=G tiga sektor
= X-M empat sektor

Y = C + I + G + Nx empat sektor (perekonomian terbuka)


Yd = Y + Tr – Tx Yd = disposibel income, G = belanja pemerintah
Yd = C + S

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro | 29


C + S  Yd  Y + Tr – Tx
C  Yd – S  Y + Tr – Tx – S
Y  Y + Tr – Tx – S + I + G + Nx

S – I  G + Tr – Tx + Nx

Sektor Pemerintah Luar negeri


Swasta

Defisit anggaran

- G + Tr > Tx maka defisit, artinya bila konsumsi pemerintah ditambah pengeluaran


transfer lebih besar dari penerimaan pajak, dimana pengeluaran lebih besar dari
pemasukan.
- G + Tr < Tx maka surplus, artinya bila konsumsi pemerintah ditambah pengeluaran
transfer lebih kesil dari penerimaan pajak, dimana pengeluaran lebih kecil dari
pemasukan.
Nx Tx Tx

S
I
Y Yd
G C

C Tr Tr

Y merupakan supply atau out put sama dengan produksi barang dan jasa yang
dihasilkan atau pendapatan (income).

Nx
I out put tadi dibeli atau digunakan sehingga menimbulkan income
G bagi supply
C

Kemudian income tadi (Y) harus dikurangkan dengan pajak (Tx) dan transfer (Tr)
atau beasiswa yang diberikan pemerintah, kemudian dapat Yd yaitu disposible income yang
dapat digunakan untuk konsumsi dan saving.

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro | 30


Contoh
Diketahui mula-mula perekonomian dalam keadaan seimbang dengan ekspor neto sebesar
Rp 10 milyar pertahun, dan fungsi saving tahunan adalah S = -40 + 0,3 Y, dan fungsi impor
tahunan adalah M = 20 + 0,2 Y.
Diminta : sesudah kejadian-kejadian dibawah ini terjadi dan perekonomian telah mencapai
keadaan keseimbangan lagi, berapakah besarnya ekspor neto atau impor neto yang terjadi.
Kejadian yang dimaksud adalah :
a. Pengeluaran investasi bertambah dengan Rp 40 milyar, nilai ekspor tetap
b. Nilai ekspor bertambah dengan Rp 40 milyar, pengeluaran investasi tetap
c. Investasi bertambah Rp 20 milyar dan ekspor bertambah Rp 20 milyar

Jawab :
Y 1 1
k xf    2 angka pengganda ekspor
X s  m 0,3  0,2
Y 1 1
k If    2 angka pengganda investasi
I s  m 0,3  0,2
Perubahan nilai impor sebagai akibat dari pada perubahan pengeluaran investasi
adalah :
ΔI = 40 ΔY = k If (ΔI)
= 2 x 40
= 80 adalah perubahan ΔM

m ΔY = 0,2 x 80
= 16
Ekspor neto baru
( Xo + Mo) + (ΔX + ΔM) = 10 + ( 0-16) =-6
Jadi ekspor neto yang baru adalah -6 atau dengan ungkapan yang lain, bahwa impor
neto yang baru sebesar Rp 6 milyar. Perubahan nilai impor sebagai akibat dari pada
berubahnya nilai ekspor, yaitu :
mX 0,2 x 40
ΔX = 40 ΔM =   16
s  m 0,3x0,2
Ekspor neto yang baru :
( Xo + Mo) + (ΔX + ΔM) = 10 + ( 40 -16) = 34
Perubahan nilai impor sebagai akibat dari bertambahnya ekspor dan investasi
masing-masing sebesar Rp 20 milyar.
mX mI 0,2 x 20 0,2 x 20
ΔM =     8  8  16
s  m s  m 0,3  0,2 0,3  0,2
Ekspor neto yang baru :
( Xo + Mo) + (ΔX + ΔM) = 10 + ( 20 -16) = 14

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro | 31


Soal dan pembahasan

1. Diketahui fungsi konsumsi C = 100 + 0,8 Yd, investasi adalah I = 40, pengeluran
pemerintah adalah G = 20, pajak adalah Tx = 20, transfer adalah Tr = 30, ekspor adalah
X= 60, impor adalah M = 30.
Diminta :
a. Tentukan pendapatan nasional keseimbangan
b. Tingkat pengeluaran konsumsi pada pendapatan nasional keseimbangan
c. Apabila terjadi kenaikan pengeluaran investasi sebesar 10, cateris paribus, tentukan
pendapatan nasional keseimbangan yang baru.
d. Kalau dari soal c tingkat pajak kemudian diturunkan sebesar 10, berapa tingkat
pendapatan nasional keseimbangan yang baru.
e. Tentukan besarnya angka pengganda untuk transfer pemerintah.

Jawab :
Y keseimbangan ( YE )
Y = C + I + G + (X – M)
= 100 + 0,8 Yd + 40 + 20 + (60 – 30)
= 190 + 0,8Yd Yd = Y + Tr – Tx
= Y + 30 – 20
Yd = Y + 10

Y = 190 + 0,8 Yd
= 190 + 0,8 ( Y + 10 )
= 190 + 0,8 Y + 8
= 198 + 0,8 Y
Y -0,8Y = 198
0,2 Y = 198
Y = 198 / 0,2
= 990 pendapatan nasional keseimbangan

C pada pendapatan nasional keseimbangan

C = 100 + 0,8 Yd Yd = Y + Tr – Tx
= 990 + 30 – 20
= 1000
C = 100 + 0,8 Yd
= 100 + 0,8 (1000)
= 900 C pada pendapatan nasional keseimbangan

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro | 32


Y keseimbangan yang baru ( YE ) pada kenaikan I sebesar 10
ΔY = k . ΔI
1 1 1
k =   5
1  b 1  0,8 0,2
Y = 5 x 10 Y’ = Y + ΔY
= 50 = 990 + 50
= 1.040 YE yang baru

Y keseimbangan yang baru ( YE ) pada Penurunan Tx sebesar 10


ΔY = Tx . ΔTx
b  0,8  0,8
k =    4
1  b 1  0,8 0,2
Y = -4 x 10 Y’ = Y + ΔY
= -40 = 1.040 + (-40)
= 1.000 YE yang baru

Besarnya angka pengganda untuk transfer pemerintah

b 0,8 0,8
k =   4
1  b 1  0,8 0,2

2. Diketahui fungsi konsumsi C = 75 + 0,75 Yd , investasi adalah I = 25, pengeluaran


pemerintah adalah G = 50, pajak adalah Tx = 8 + 0,25 Y, transfer adalah Tr = 4.
Diminta :
a. Tentukan pendapatan keseimbangan ( YE)
b. Apabila pemerintah melipatduakan pengeluarannya, berapa pendapatan nasional
keseimbangan yang baru.

Jawab :

Y keseimbangan ( YE )

Y = C+I+G
= 75 + 0,75 Yd + 25 + 50
= 150 + 0,75Yd Yd = Y + Tr – Tx
= Y + 4 – (8 + 0,25Y )
Yd = Y + 4 – 8- 0,25 Y
= Y – 4 – 0,25Y
= 0,75 Y - 4

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro | 33


Y = 150 + 0,75 Yd
= 150 + 0,75 ( 0,75Y - 4 )
= 150 + 0,5625 Y + 3
= 147 + 0,5625 Y
Y -0,5625Y = 147
0,4375 Y = 147
Y = 147 / 0,4375
= 336 pendapatan nasional keseimbangan

Y keseimbangan yang baru ( YE ) pada G duakali lipat :


ΔY = k . ΔG
1 1 1
k =    2,2857
1  b  bt 1  0,75  (0,75)(0,25) 0,4375

ΔY = k . ΔG
= 2,2857 x 50
= 114,285

Y = k x ΔG Y’ = Y + ΔY
= -2,2857 x 50 = 336 + 114,285
= 114,285 = 450,285 YE yang baru

3. Diketahui fungsi saving S = -40 + 0,3 Y, fungís impor adalah M = 20 + 0,2 Y, investasi
adalah I = 280, dan ekspor adalah X = 100.
Diminta :
Tentukan pendapatan nasional keseimbangan, tabungan keseimbangan, konsumsi
keseimbangan, impor keseimbangan.
Jawab :
S + M = I +X
-40 + 0,3 Y + 20 + 0,2 Y = 280 + 100
-20 + 0,5 Y = 380
0,5 Y = 380 + 20
0,5 Y = 400
Y = 400 /0,5
= 800 pendapatan nasional keseimbangan.
S = -40 + 0,3 Y
= -40 + 0,3 (800)
= -40 + 240
= 200 tabungan keseimbangan

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro | 34


Y = C + S
C = Y -S
= 800 - 200
= 600 konsumsi keseimbangan

M = 20 + 0,2 Y
= 20 + 0,2 ( 800 )
= 20 + 160
= 180 impor keseimbangan

4. Diketahui fungsi konsumsi C = 40 + 0,8 Yd, investasi adalah I = 60, pengeluaran


pemerintah adalah G = 40, pajak adalah Tx = 10 % Y.
Diminta :
a. Hitunglah besarnya pendapatan nasional keseimbangan
b. Hitunglah besarnya pendapatan nasional keseimbangan yang baru, jika pengeluaran
investasi naik sebesar 20.
c. Apabila dalam perekonomian tersebut diketahui besarnya pendapatan full
employment adalah 600,maka bertitik tolak pada soal a kesenjangan apa yang
terjadi dalam perekonomian tersebut jelaskan.
d. Kalau pemerintah ingin menghilangkan kesenjangan tersebut (soal c) melalui
pengeluarannya (G), maka bagaimana caranya.

Jawab :

Y = C + I + G
= 40 + 0,8 Yd + 60 + 40
= 140 + 0,8 Yd Yd = Y – Tx
= Y - 0,1 Y
= 0,9 Y
= 140 + 0,8 Yd
= 140 + 0,8 (0,9Y)
= 140 + 0,72 Y
Y – 0,72 Y = 140
0,28 Y = 140
Y = 140 / 0,28
= 500 pendapatan nasional keseimbangan

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro | 35


ΔY = k . ΔG
1 1 1
k =    3,57
1  b  bt 1  0,8  (0,8)(0,1) 0,28

ΔY = k . ΔI Y’ = Y + ΔY
= 3,57 x 20 = 500 + 71,43
= 71,43 = 571,43 YE yang baru

YE = 500 YF = 600
Jika YE lebih kecil dari YF maka yang terjadi adalah kesenjangan deflasi atau disebut
deflationary gap, artinya pada kondisi ini dimana permintaan agregat dalam
perkeonomian lebih kecil dibandingkan penawaran agregat atau total pemakaian unit
produksi.

Menghilangkan kesenjangan melalui pengeluaran (G)


Y’ = Y + ΔY
Y = Y’ - ΔY
= 600 - 500
= 100

ΔG = ΔY / k
1 1 1
k =    3,57
1  b  bt 1  0,8  (0,8)(0,1) 0,28

ΔG = Δ100 / 3,57
= 28

ΔY = k . ΔG
= 3,57 x 28
= 100

5. Diketahui fungsi konsumsi C = 50 + 0,9 Yd, investasi swasta kotor adalah


I = 20 + 0,15Y, impor adalah M = 5 + 0,15 Yd, pajak adalah Tx = 10 + 0,2 Y, ekspor
adalah X = 32,5, dan pengeluaran pemerintah adalah G = 410.
Diminta :
a. Hitunglah besarnya pendapatan nasional keseimbangan.
b. Hitunglah besarnya impor keseimbangan

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro | 36


Jawab :

Y = C + I + G + (X-M)
= 50 + 0,9 Yd + 20 + 0,15 Y + 410 + [(32,5) – (5 + 0,15 Yd)]
= 50 + 0,9 Yd + 20 + 0,15 Y + 410 + 32,5 – 5 – 0,15 Yd
= 480 + 0,9 Yd + 0,15 Y + 27,5 – 0,15 Yd
= 507,5 + 0,75 Yd + 0,15 Y Yd = Y - Tx
= Y – ( 10 + 0,2 Y)
= Y – 10 – 0,2 Y
= Y – 0,2 Y – 10
= 0,8 Y – 10
Y = 507,5 + 0,75 Yd + 0,15 Y
= 507,5 + 0,75 (0,8Y – 10) + 0,15 Y
= 507,5 + 0,6 Y – 7,5 + 0,15 Y
= 500 + 0,75 Y
Y – 0,75 Y = 500
0,25 Y = 500
Y = 500 / 0,25
= 2.000 pendapatan nasional keseimbangan

M = 5 + 0,15 Yd Yd = Y - Tx
= Y – ( 10 + 0,2 Y)
= Y – 10 – 0,2 Y
= Y – 0,2 Y – 10
= 0,8 Y – 10
= 0,8 (2000) – 10
= 1600 – 10
= 1.590

M = 5 + 0,15 Yd
= 5 + 0,15 ( 1590)
= 5 + 238,5
= 243,5 impor keseimbangan

6. Diketahui saat Yd = 100 maka tingkat konsumsi C = 90, pada saat Yd = 120 maka
tingkat konsumsi C = 105.
Diminta :
a. Tentukan fungsi konsumsi sektor rumah tangga, jika diketahui fungsi tersebut
berbentuk linear. Jika I = 5, G = 10, Tx = 4, dan Tr = 12
b. Hitunglah besar pendapatan nasional keseimbangan.
c. Apabila pada perekonomian diatas diketahui besarnya pendapatan nasional full
employment, sebesar 132, maka kesenjangan apa yang akan terjadi.

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro | 37


d. Berapa besarnya kesenjangan gap tersebut.
e. Sebutkan beberapa cara yang dapat dilakukan oleh pemerintah untuk
menghilangkan kesenjangan tersebut.

Jawab :

Fungsi konsumsi sektor rumah tangga :

C = Co + MPC Yd

C C 2  C1 105  90 15
MPC      0,75
Y Y2  Y1 120  100 20

C = Co + MPC Yd
90 = Co + 0,75 (100)
90 = Co + 75
90 – 75 = Co
Co = 15 C = 15 + 0,75 Yd fungsi konsumsi.

Diketahui C = 15 + 0,75 Yd, I=15, G=10, Tx = 4, Tr=12

Y = C + I + G
= 15 + 0,75 Yd + 5 + 10
= 30 + 0,75 Yd Yd = Y + Tr - Tx
= Y + 12 – 4
= Y+8
Y = 30 + 0,75 Yd
= 30 + 0,75 (Y + 8)
= 30 + 0,75 Y + 6
= 36 + 0,75 Y
Y – 0,75 Y = 36
0,25 Y = 36
Y = 36/0,25
Y = 144 pendapatan nasional keseimbangan

YE = 144 sedangkan Yf = 132 yang berati Ye > Yf


Maka yang terjadi adalah kesenjangan inflasi atau inflationary gap, artinya pada kondisi
ini dimana permintaan agregat dalam perekonomian lebih besar dibandingkan dengan
penawaran agregat atau total pemakaian unit produksi.

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro | 38


1 1 1
k   4
1  b 1  0,75 0,25

Y f  Ye 132  144  12
Gap     3
k 4 4

Cara yang dapat dilakukan untuk menghilangkan kesenjangan inflasi antara lain :
- Menurunkan pengeluaran pemerintah (G )
- Menurunkan pembayaran transfer (Tr)
- Meningkatkan pungutan pajak (Tx)
- Menurunkan pengeluaran investasi (I)

7. Diketahui GDP $ 6000, Gross investment $ 800, net investment $ 200, Consumptio $
4000, Gomerment expenditure $ 1100, Government budget surplus $ 30.
Berapa :
- Net domestic product (NDP)
- Net ekspor (Nx)
- Tx – Tr
- Disposibel income (Yd)
- Saving (S)

Jawab :

NDP = GDP – ( Gross Invest - Net Invest)


= 6000 – ( 800 – 200 )
= 5400

Nx Y = C + I + G + Nx
6000 = 4000 + 800 + 1100 + Nx
6000 – 4000 – 800 – 1100 = Nx
100 = Nx
Nx = 100

Tx – Tr G + Tr - Tx

Tx – G – Tr = 30
Tx – 1100 – Tr = 30
Tx – Tr = 1130

Yd Yd = Y + Tr - Tx
= 6000 – 1130
= 4870

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro | 39


S S = Yd - C
= 4870 - 4000
= 870

Pembuktian
C + G + I + Nx  Y  Yd + ( Tx – Tr)
4000 + 1100 + 800 + 100 = 6000 = 4870 + 1130

Atau

C + G + I + Nx  Y  Yd + ( Tx – Tr)
C + S + ( Tx – Tr )
4000 + 1100 + 800 + 100 = 4000 + 870 + 1130

8. Diketahui GDP ( Y ) adalah $ 6000, Yd adalah $ 5100, government budget defisit


adalah 200 ( G + Tr – Tx = 200 ), konsumsi (C) adalah 3800, trade defisit adalah 100
(X-M = 100 = Nx).
Diminta :
Tentukan saving (S)
Tentukan investasi (I)
Tentukan pengeluaran pemerintah (G)

Jawab :

Saving , S = Yd - C
= 5100 - 3800
= 1300

Government, Yd = Y + Tr - Tx G + Tr – Tx = -200
5100 = 6000 + Tr - Tx Tr – Tx = -900
5100 – 6000 = Tr – Tx G = 1100
-900 = Tr - Tx

Investasi Y = C + I + G + Nx (defisit)
6000 = 3800 + I + 1100 - 100
I = 6000 – 3800 – 1000
= 1200

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro | 40


Bagian XII
Pendapatan dan Pengeluaran
(Income and Total Spending)

Pengeluaran yang disebabkan oleh agregat demand atau permintaan total,


permintaan menyeluruh, sehingga permintaan digunakan untuk konsumsi, investasi,
pengeluaran pemerintah atau belanja pemerintah, dan permintaan dari luar negeri atau
untuk ekspor, keseluruhan permintaan (agregat demand) oleh sektor masyarakat untuk
konsumsi, investasi, belanja pemerintah, dan permintaan luar negeri disebut dengan total
spending, berikut dapat digambarkan :

Y = C + I + G + Nx
Keseluruhan permintaan
(Agregat Demand = AD) ( AD = Y )

Spending AD = C + I + G + Nx

Gambar. 12.1. Hubungan Spending dengan Pendapatan

AD
Y = AD

E AD  Y
ADo
AD Y
Y AD < Y
AD

0 Yo Y1 Y
Penawaran, out put
Income.

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro | 41


Penjelasan gambar diatas :
- Misalkan AD adalah konstan, E adalah sama dengan permintaan sama dengan
penawaran sama dengan ADo = Yo , jira Y bertambah sedang AD tetap maka AD lebih
kecil dari Y, yaitu Yo menjadi Y1, sehingga dalam persamaan dapat ditulis yaitu :
AD = C + I + G + Nx = Y, artinya permintaan atau pengeluaran oleh empat
sektor ini sama dengan penawaran atau out put, atau income.
- AD Y
Bila AD > Y artinya banyak permintaan dari penawaran
Bila AD < Y artinya banyak penawaran atau produksi lebih besar dari permintaan.
- Bila AD < Y yang terjadi, berarti terdapat suatu keadaan yang disebut un planned
inventory dalam investasi, yang dapat dituliskan : Iu = Y1 – Yo atau Iu = Y – AD.

AD = C + I + G + Nx , merupakan fungsi konsumsi, dimana diasumsikan bahwa


konsumsi berhubungan positif dengan pendapatan.

AD = C + I + G + Nx

C = C + c Y
Dimana :
C = intercep / konstanta
Y = income
c = kecenderungan mengkonsumsi (marginal propensity to consume)
MPC adalah berapa tambahan konsumsi sebagai akibat dari tambahan pendapatan
minimum nilainya.

C
MPC  dimana 0 < C < 1
Y
C < 0

Soal

1. Diketahui C = 100 + 0,8 Y dan I = 50


Diminta :
a. Tentukan YE dan S
b. Jika out put adalah 800, berapa involuntary inventory (investasi yang tidak
direncanakan).
c. Jika I = 100, apakah pengaruh kepada YE
d. Tentukan multiplier (  )

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro | 42


Jawab :
Y = C + I Y = C + I
= 100 + 0,8 Y + 50 Y = 100 + 0,8 Y + 100
Y – 0,8 Y = 100 + 50 Y – 0,8 Y = 100 + 100
0,2 Y = 150 0,2 Y = 200
Y = 150 /0,2 Y = 200 /0,2
Y = 750 Y = 1.000

Pada I = 50, kemudian naik menjadi I = 100, maka I = 50 begitu juga terhadap Y,
Pada Y = 750 kemudian menjadi Y = 1000, maka Y = 250. maka multipliernya
1 1 1
adalah      5 , yang memberikan arti bahwa perubahan pada
1  c 1  0,8 0,2
investasi sebesar 50 maka memberikan pengaruh yang berlipat ganda terhadap
pendapatan yaitu sebesar 250 yaitu lima kali lipat.

C = 100 + 0,8 Y S = Y - C
= 100 + 0,8 (750) = 750 - 700
= 100 + 600 = 50
= 700

Involuntary inventory = out put - Y


= YE - Y
= 800 - 750
= 50

2. Jika C berubah menjadi C = 100 + 0,9 Y dan I tetap sebesar 50


Diminta :
a. Apakah YE akan lebih besar atau lebih kecil, dan berapa besarnya
b. Jika I = 100 berapa YE
c. Apakah perubahan I berpengaruh positif atau negatif terhadap Y

Jawab :

Y = C + I Y = C + I
= 100 + 0,9 Y + 50 Y = 100 + 0,9 Y + 100
Y – 0,9 Y = 100 + 50 Y – 0,9 Y = 100 + 100
0,1 Y = 150 0,1 Y = 200
Y = 150 /0,1 Y = 200 /0,1
Y = 1500 Y = 2.000

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro | 43


Pada I = 50, kemudian naik menjadi I = 100, maka I = 50 begitu juga terhadap Y,
Pada Y = 1500 kemudian menjadi Y = 2000, maka Y = 500. maka multipliernya
1 1 1
adalah      10 , yang memberikan arti bahwa perubahan pada
1  c 1  0,9 0,1
perubahan investasi sebesar 50 maka memberikan pengaruh yang berlipat ganda
terhadap pendapatan yaitu sebesar 500 yaitu sepuluh kali lipat. Sehingga perubahan–
perubahan fungsi konsumsi baik naik ataupun turun dapat digambarkan :

Gambar. 12.2. Perubahan fungsi konsumsi

AD AD = Y

E’ AD = 200 + 0,8 Y

A’ AD = 150 + 0,8 Y

Δ I = 50

A C = 100 + 0,8 Y

I = 50

C
C = 100

0 Y =750 Y = 1000 Y

Y =250
Perubahan fungsi konsumsi kearah penurunan maka dalam ekonomi makro dikenal
dengan istilah paradox of thrift atau paradoks berhemat, semakin kita berhemat
terhadap pertambahan pendapatan secara keseluruhan tidak baik.
Misal : MPC = 0,8 berubah menjadi MPC = 0,7
MPS = 0,2 berubah menjadi MPS = 0,3
Seolah-olah hemat itu bagus , tapi berdampak tidak baik terhadap pertambahan
pendapatan.

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro | 44


Angka pengganda (Multiplier)

Dalam perekonomian dua sektor dituliskan dengan AD = C + I, maka dalam


perekonomian tiga sektor ditambah dengan pemerintah sehingga :
AD = C + I + G
C = C + c Yd
Yd = Y + Tr + Tx sehingga dapat dituliskan :

C = C + cY + cTr + cTx

Diasumsikan G adalah konstan adalah G


Tr adalah konstan adalah Tr
Tx dipengaruhi oleh pendapatan sehingga Tx = tY artinya t adalah proporsi
pajak, atau berapapun income yang diperoleh namun proporsional pajak
yang dikenakan adalah sama (jenis pengenaan pajak adalah progrsif,
regresif, dan proporsional sudah dijelaskan bab sebelumnya).

C =C + c (Y + Tr + tY)
=C + cY + cTr + ctY)
=C + cTr + c( 1 – t) Y

AD =C + cTr + c( 1 – t) Y + I + G

=C + cTr + I + G + c( 1 – t) Y

Diganti dengan A sehingga AD = A + c( 1 – t) Y

Dimana A nya lebih luas dari pada A pada multiplier 2 sektor, diganti dengan A
karena agregat deman sama dengan out put sama dengan Y sama dengan AD. Karena Y =
AD maka dapat digambarkan dalam income equilibrium yaitu :

Y = AD

Y = A + c( 1 – t) Y

dimana Y – cY + ctY = A

Yo [ 1 – c (1 - t)] = A

1
Yo  A
1  c(1  t )

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro | 45


Gambar. 12.3. Income equlibrium

AD
AD = Y

AD = A + cY
AD’ = A’ + c( 1 – t) Y

A’
A

0 Y
Kenapa garis AD’ lebih datar dari garis AD, karena Y sama dengan pendapatan yang
dikenakan pajak akan menurunkan tingkat konsumsi.

C’

Y
Jika pendapatan dikenakan pajak maka konsumsi akan turun dari C menjadi C’

1
Multiplier tiga sektor =  G adalah Y o  A jika pengeluran pemerintah
[1  c(1  t )]
ditambah sebesar G maka pertambahan income equilibrium adalah :
1
Y o  AG , jika pajak mengalami perubahan t maka perubahan income
1  c(1  t )
 cY o
equilibrium adalah : Y o  t dimana t’ = t + t
1  c(1  t ' )

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro | 46


Budget atau Anggaran

Dalam pengelolaan sistim anggaran yang dijalankan oleh pemerintah akan


dihadapkan umumnya pada dua kondisi yaitu anggaran yang surplus atau anggaran yang
defisit, seperti :
- Bila pemasukan pemerintah dalam budget atau anggarannya lebih besar dari
pengeluaran maka kondisi disebut surplus / boom.
- Bila pemasukan pemerintah dalam budget atau anggarannya lebih kecil dari pada
pengeluaran maka kondisi ini disebut defisit / resesi.
Pada saat terjadi defisit, pemerintah menutupi kekurangan tersebut dengan
pinjaman, akan berakibat kepada menurunnya pinjaman swasta dan mengurangi investasi,
sehingga pertumbuhan ekonomi menjadi rendah. Anggaran surplus yang diperoleh
pemerintah dapat digambarkan :
Budget surplus  TA - G – Tr atau Budget surplus  tY - G – Tr, budget
surplus ini tergantung kepada :
- Kebijaksanaan pemerintah merubah t, G, dan Tr
- Pendapatan

Mengurangi
BS
G

G Y TA

Disatu sisi mengurangi budget surplus / BS disisi lain menambah budget surplus, sehingga
akan dapat dilihat :
- Jika belanja pemerintah bertambah akan mengurangi budget surplus.
- Jika belanja pemerintah bertambah, maka Y harus bertambah dan pajak juga harus
dinaikan .

Hubungan total spending dengan tingkat employment

- Apabila total spending naik, maka rumah tangga produsen akan memproduksi barang /
jasa dan akan menjualnya ketengah masyarakat dengan demikian ekonomi resouses
yang tersedia akan terpakai dan tingkat employment juga meningkat.
- Apabila total spending menurun, maka rumah tangga produsen akan memperkecil
tingkat produksi barang / jasa dan memperkecil tingkat pemakaian resouses dengan
demikian juga memperkecil tingkat pemakaian employment atau sama dengan
memperbesar tingkat pengangguran.

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro | 47


Soal – jawab.

1. Diketahui fungsi konsumsi C = 100 + 0,8 Yd, I = 50, G = 200, Tr = 62,5 , t = 0,25.
Diminta :
a. Tentukan equilibrium Yd – Y
b. Tentukan multiplier pemerintah (  G)

Jawab :
Y = Ad
Y = C + I + G
C = 100 + 0,8 Yd
Yd = Y + Tr + Tx
= Y + 62,5 + 0,25 Y
Yd = 0,75 Y + 62,5

C = 100 + 0,8 Yd
= 100 + 0,8 ( 0,75 Y + 62,5 )
= 100 + 0,6 Y + 50
C = 150 + 0,6 Y

Y = C + I + G
= 150 + 0,6 Y + 50 + 200
= 400 + 0,6 Y
Y - 0,6 Y = 400
0,4 Y = 400
Y= 400 / 0,4
Y= 1.000

1 1 1 1 1
G       2,5
1  c(1  t ) 1  0,8(1  0,25) 1  0,8(0,75) 1  0,6 0,4

2. Diketahui fungsi konsumsi C = 50 + 0,80 Yd, I = 70, G =200 , Tr = 100 , t = 0,20.


Diminta :
a. Tentukan Y equilibrium
b. Tentukan multiplier pemerintah (  G)
c. Tentukan budget surplus
d. Jika t naik menjadi 0,25, hitung YE dan multiplier pemerintah (  G) yang baru.
e. Tentukan budget surplus yang baru

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro | 48


Jawab :
Y = C + I + G
= 50 + 0,80 Yd + 70 + 200
= 50 + 0,80 ( Y + Tr - tY) + 270
= 50 + 0,80 ( Y + 100 – 0,2 Y ) + 270
= 320 + 0,80 Y + 80 – 0,16 Y
= 400 – 0,64 Y
Y – 0,64 Y = 400
0,36 Y = 400
Y = 400 / 0,36
Y = 1.111, 11 dibulatkan menjadi 1.100

1 1 1 1 1
G       2,78
1  c(1  t ) 1  0,8(1  0,2) 1  0,8(0,8) 1  0,64 0,36

BS = t Y – G - Tr
= 0,2 Y - 200 – 100
= 0,2 (1.111, 11) – 300
= 222,22 – 300
= - 77,78 adalah budget defisit

Bila t naik menjadi 0,25


Y = C + I + G
= 50 + 0,80 Yd + 70 + 200
= 50 + 0,80 ( Y + Tr - tY) + 270
= 50 + 0,80 ( Y + 100 – 0,25 Y ) + 270
= 320 + 0,80 Y + 80 – 0,2 Y
= 400 – 0,6 Y
Y – 0,6 Y = 400
0,4 Y = 400
Y = 400 / 0,4
Y = 1.000

1 1 1 1 1
G       2,5
1  c(1  t ) 1  0,8(1  0,25) 1  0,8(0,75) 1  0,6 0,4

BS = t Y – G - Tr
= 0,25 Y - 200 – 100
= 0,25 (1.000) – 300
= 250 – 300
= - 50 adalah budget deficit.

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro | 49


3. Diketahui fungsi konsumsi negara A adalah : C = 200 + 0,75 ( Y – Tx), I = 100,
G = 100 dan t = 0,20
Diminta :
a. Lukislah grafik Agregat Demant (AD) yang merupakan fungsi dari pendapatan.
b. Hitunglah pendapatan equilibrium
c. Jika pengeluaran pemerintah naik menjadi 125, hitunglah pendapatan yang baru.
d. Jika pendapatan yang diinginkan adalah 1600 berapakah pengeluaran pemerintah
yang diperlukan.
Jawab :

A = C + I + G C = 200 + 0,75 ( Y- Tx )
= 200 + 100 + 100 Tx = t = 0,20
= 400 Y = 1 , ( 1 -0,20)

AD = A + C ( 1-t ) Y Y = AD = 400 + 0,6 Y


= 400 + 0,75 ( 1 – 0,20 ) Y Y - 0,6 Y = 400
= 400 + 0,75 (0,8) Y 0,4 Y = 400
= 400 + 0,6 Y Y = 400 / 0,4 = 1000

AD
AD = Y

AD = 400 + 0,6 Y

1000
Y = 0, AD = 400
Y = 1000 , AD = 1000

400

0 1000 Y

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro | 50


1
YE  A
1  c(1  t )
1 400 400 400
YE  .400     1000
1  0,75(1  0,20) 1  0,75(0,8) 1  0,6 0,4

Jadi pendapatan equilibriumnya adalah 1000.

Jika pengeluaran pemerintah naik menjadi 125, maka Y yang baru adalah :
ΔG = 125 - 100 = 25
ΔY = G x ΔG

1
G 
1  c(1  t )
1 1 1 1 1
=      2,5
1  c(1  t ) 1  0,75(1  0,20) 1  0,75(0,8) 1  0,6 0,4

ΔY = G x ΔG Y = 1000 + 62,5
= 2,5 x 25 = 1062,5
= 62,5

Cara lain untuk menentukan Y yang baru, dimana G = 125, maka :


A = C + I + G
= 200 + 100 + 125
= 425
1
YE  A
1  c(1  t )
1 425 425 425
YE  .425     1062,5
1  0,75(1  0,20) 1  0,75(0,8) 1  0,6 0,4

Jika pendapatan = Y = diiginkan adalah 1600, maka G ?


ΔY = 1600 - 1000 = 600 G = 100 + 240
ΔY / ΔG =  G = 340
600 = 2,5 x ΔG
ΔG = 600 / 2,5
= 240

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro | 51


Bagian XIII
Analisis Keseimbangan Dalam
Pasar Barang dan Pasar Uang

1. Model Keseimbangan Klasik.

Analisis keseimbangan adalah analisis ekonomi makro tentang terbentuknya tingkat


harga dan jumlah output berdasarkan asumsi bahwa pada setiap pasar (barang dan jasa,
tenaga kerja, dan uang) permintaan telah sama dengan penawaran, sehingga permintaan
agregat telah sama dengan penawaran agregat.
Keterbatasan dari analisis keseimbangan ini adalah asumsi yang mendasarinya
(keseimbangan pasar) kurang realisitis dibanding dunia nyata, terutama bila analisisnya
jangka pendek. Banyak ekonom, terutama penganut aliran Keynesian, yang berpandangan
bahwa dalam dunia nyata, apalagi dalam jangka pendek, pasar sulit untuk berada dalam
keseimbangan. Salah satu alasannya adalah dalam jangka pendek harga cenderung kaku
(sulit berubah). Akibatnya, dalam jangka pendek kemungkinan besar yang terjadi adalah
ketidakseimbangan pasar ( market disequilibrium).

a) Karakteristik analisis keseimbangan Klasik.


Karakteristik analisis Klasik dapat dilihat dari beberapa aspek ; asumsi-asumsi, fondasi
mikronya, fokus perhatian pada sisi penawaran, dan dimensi waktu.
- Asumsi-asumsi
Perekonomian tersusun dari pasar-pasar yang berstruktur persaingan sempurna
(perfect competition) dan uang bersifat netral (money neutrality). Konsekwensinya
adalah harga bersifat fleksibel dalam arti mampu melakukan penyesuaian, yang
senantiasa pasar selalu dalam keseimbangan.
- Pentingnya fondasi analisis keseimbangan mikro.
Dalam pandangan Klasik, perekonomian secara makro akan berada dalam
keseimbangan jika individu-individu dalam perekonomian terlebih dahulu telah
berada dalam keseimbangan, artinya setiap konsumen telah mencapai kondisi
kepuasan atau kegunaan maksimum, sedangkan setiap produsen telah mencapai
laba maksimum.
- Pentingnya analisis sisi penawaran
Apa yang diproduksi akan terserap oleh permintaan, sampai pasar mencapai
keseimbangan, memang ada kemungkinan terjadi kelebihan permintaan atau
panawaran, tapi sifatnya sementara sampai pasar kembali berada dalam
keseimbangan. Kondisi ini bisa saja terjadi saat itu karena jumlah penduduk masih
sedikit, tingkat kematian lebih besar dari tingkat kelahiran, tehnologi belum begitu
maju, tingkat penggunaan uang masih rendah, dan perekonomian masih berada
dalam tahap pemenuhan kebutuhan sendiri.

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro | 52


- Analisis jangka pendek dan jangka panjang.
Analisis jangka pendek umumnya berdimensi waktu  5 tahun, dalam jangka
panjang semua input bersifat variabel. Sementara itu, juga dilihat dari sisi
penawaran, dalam jangka panjang perekonomian dianggap berada dalam kondisi
full employment yaitu kondisi dimana faktor-faktor produksi yang ada terutama
barang modal dan tenaga kerja tingkat pemanfaatannya 96 %.

b) Fungsi produksi agregat.


Dalam model Klasik produksi merupakan fungsi dari jumlah barang modal yang
tersedia (K) dan jumlah tenaga kerja (L). Sehingga dapat ditulis : Y = f ( K, L ), dimana
Y = output atau produksi agregat (PDB), K = stok barang modal, L = tenaga kerja.
Sementara dalam jangka pendek, stok barang modal dianggap tetap (konstan) sehingga
fungsi produksi menjadi Y = f ( K , L ). Karena itu tingkat produksi agregat semata-
mata ditentukan oleh jumlah tenaga kerja yang digunakan : Y = f ( L ), dimana :
Y  2Y
 0 dan 2  0 artinya pada awal penambahan tenaga kerja akan meningkatkan
L  L
produksi agregat, tetapi karena berlakunya hukum pertambahan hasil yang makin
menurun, sampai jumlah tertentu penambahan tenaga kerja akan menurunkan output
agregat, lihat gambar berikut :
Gambar. 13.1 Fungsi produksi agregat
TP

TP

0 Lo L1 L

MPL

0 Lo L1 L
MPL

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro | 53


Dari gambar diatas dapat dijelaskan bahwa fungsi produksi adalah fungsi produksi
agregat jangka pendek, dengan input variable adalah tenaga kerja, bentuk kurvanya
adalah seperti huruf S menunjukkan berlakunya hukum penambahan hasil yang makin
menurun.

c) Kesempatan kerja dalam keseimbangan.


Adalah jumlah kesempatan kerja yang tersedia pada saat pasar tenaga kerja dalam
keseimbangan. Kesempatan kerja dalam keseimbangan tidak mencerminkan
kesempatan kerja yang sebenarnya tersedia, sebab kesempatan kerja yang tersedia
ditentukan oleh permintaan tenaga kerja, sedangkan kesempatan kerja dalam
keseimbangan merupakan interaksi antara kekuatan permintaan dan penawaran tenaga
kerja.
- Permintaan tenaga kerja
Adalah jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan perusahaan untuk mencapai laba
maksimum. Untuk mencapai laba maksimum perusahaan harus menyamakan
marginal revenue dengan marginal cost ( MR = MC ). Marginal cost adalah
tambahan biaya yang harus dikeluarkan karena menambah output sebanyak satu
W
unit, sehingga dapat ditulis : MC  , dimana MC = marginal cost, W (wage =
MPL
upah perorang tenaga kerja), MPL = produksi marginal tenaga kerja, karena laba
W W
maksimum tercapai pada saat MR = P = MC maka : P  atau MPL 
MPL P
persamaan ini menggambarkan fungsi permintaan tenaga kerja, yang secara umum
W 
dapat ditulis sebagai berikut : DL  f   .Dimana ( W / P ) disebut sebagai upah
P
riil ( riil wage), upah riil akan berubah jika upah nominal dan atau harga berubah.
Bila upah riil turun, produsen akan mau menambah tenaga kerja yang digunakan,
karena jika harga jual naik, produsen mau meningkatkan produksinya, yang berarti
meningkatkan permintaan tenaga kerja. Permintaan tenaga kerja berhubungan
L
terbalik dengan tingkat upah riil yang dapat ditulis :  0 . Jika upah riil
 (W / P)
turun, permintaan akan tenaga kerja meningkat atau sebaliknya. Jumlah tenaga kerja
yang memberikan keuntungan maksimum tercapai pada saat upah riil (W/P) sama
dengan produksi marginal tenaga kerja (MPL). Kondisi keseimbangan tersebut dapat
digambarkan :
MPL. W/P Gambar. 13.2 Hubungan MPL dengan W/P

MPL > W/P

MPL= W/P
W/P
MPL < W/P
0 L1 L* L2 MPL Y

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro | 54


Keterangan :

a. (MPL > W/P) adalah produksi marginal tenaga kerja lebih besar dari upah riil,
sehingga perusahaan masih dapat menambah tenaga kerja dan tetap memperoleh
keuntungan
b. (MPL = W/P) adalah produksi marginal tenaga kerja sama dengan tingkat upah
riil yang dikeluarkan perusahaan
c. (MPL < W/P) adalah produksi marginal tenaga kerja lebih kecil dari upah riil,
sehingga keuntungan perusahaan tidak maksimum lagi, lebih perusahaan
mengurangi tenaga kerja sampai ketingkat L* lagi.

- Penawaran tenaga kerja


Adalah jam kerja yang ditawarkan oleh individu (konsumen) pada berbagai tingkat
upah (nominal), dalam upaya memaksimumkan utilitas hidupnya. Jadi dalam
analisis makro Klasik, penawaran tenaga kerja merupakan konsep keseimbangan
konsumen. Dalam kondisi normal konsumen tidak ingin menambah jam kerjanya
jika upah riil tidak meningkat, dan pertimbangan konsumen untuk mengalokasikan
jam kerjanya adalah tingkat upah riil, jika upah riil makin tinggi, maka konsumen
akan menambah jam kerja, untuk menambah penghasilan. Sehingga hubungan
antara tingkat upah riil dengan jam kerja (penawaran tenaga kerja) individu adalah
W  S L
berhubungan positif, yang dapat ditulis : S L  f  maka  0 dimana SL
P  (W / P)
adalah penawaran tenaga kerja (jam kerja), dan (W/P) adalah tingkat upah riil.
Hubungan positif ini dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar. 13.3. Penawaran tenaga kerja oleh individu

W/P SL

40

30

10

0 8 12 16 L

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro | 55


- Keseimbangan pasar tenaga kerja dan tingkat output
Keseimbangan pasar tenaga kerja tercapai ketika permintaan tenaga kerja sama
denagn tingkat penawarannya. Ketika itu baik produsen maupun tenaga kerja telah
mencapai kondidi optimal, dimana produsen mencapai keuntungan maksimum dan
tenaga kerja mencapai utilitas maksimum.

Gambar. 13.4. Penawaran tenaga kerja oleh individu

W/P

SL

(W/P)*

DL

0 L* L

Y* Y = f (L)

0 L* L

Keseimbangan pasar tenaga kerja tercapai pada saat jumlah kesempatan kerja
adalah L* dengan tingkat upah riil adalah W/P*. Jika jumlah tenaga kerja yang
digunakan sebesar L* maka tingkat produksi pada kondisi keseimbangan adalah Y*.
Besarnya Y* dapat dihitung dengan berdasarkan fungsi produksi Y = f (L).

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro | 56


d) Jumlah uang beredar, keseimbangan ekonomi dan tingkat harga.
- Pengaruh jumlah uang beredar terhadap permintaan agregat.
Uang berfungsi sebagai alat tukar, maka uang tidak dapat mempengaruhi tingkat
output, uang hanya mempengaruhi permintaan agregat, penambahan jumlah uang
beredar akan meningkatkan permintaan agregat.

Gambar. 13.5. Jumlah uang beredar dan permintaan agregat


a) b)
P P
AS

AD3 (MS =625)


AD2 (MS = 500)
AD1 (MS = 400)
0 Y 0 YF = 2000 Y

Keterangan
Bila jumlah uang beredar ditambah 25 % pertahun.
- Pada kurva AD1 permintaan agregat pada saat jumlah uang beredar pertahun adalah
400.
- Pada kurva AD2 permintaan agregat pada saat jumlah uang beredar pertahun adalah
500.
- Pada kurva AD3 permintaan agregat pada saat jumlah uang beredar pertahun adalah
625.
Jika jumlah uang beredar terus ditambah 25 % pertahun, permintaan agregat juga
semakin besar, hal itu ditunjukan dengan bergesernya kurva permintaan agregat (AD)
kekanan.

- Penawaran agregat
Sementara itu dalam analisis keseimbangan klasik, perekonomian berada dalam
kondisi kesempatan kerja penuh (full employment). Konsukwensi dari asumsi ini
adalah tingkat penawaran tidak dapat ditambah lagi. Secara grafis hal itu
ditunjukkan dengan tegak lurusnya kurva penawaran agregat (AS), misal kondisi
full employment menghasilkan output riil sebesar 2000 unit yang dinotasikan
sebagai YF. (lihat kurva b)
- Pengaruh proporsional jumlah uang beredar terhadap inflasi.
Keseimbangan ekonomi dalam kasus diatas akan tercapai jika AD=AS. Analisis
grafis tentang pengaruh penambahan jumlah uang beredar terhadap tingkat output
keseimbangan dan tingkat harga dapat dilihat yaitu :

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro | 57


Gambar. 13.6 Jumlah uang beredar dan inflasi

50

40 AD3 (MS = 625)

32 AD2 (MS = 500)

AD1 (MS = 400)

0 YF = 2000 Y

Ternyata penambahan jumlah uang beredar tidak meningkatkan output


keseimbangan, sebab, keseimbangan yang terjadi tetap pada tingkat output YF yaitu sebesar
2000 unit. Yang berubah adalah tingkat harga. Jika jumlah uang beredar ditambah,
permintaan agregat bertambah, sehingga harga keseimbangan meningkat dari P1 (32) ke P2
(40 dan ke P3 (50), dengan kata lain penambahan jumlah uang beredar hanya akan
meningkatkan inflasi. Penambahan jumlah uang beredar sebesar 25 % pertahun akan
menyebabkan inflasi 25 % pertahun. Pengaruh peningkatan jumlah uang beredar terhadap
inflasi adalah proporsional.
Persamaan kuantitas uang menyatakan bahwa : MV = PT
Dimana :
M = jumlah uang beredar
V = kecepatan perputaran uang pertahun (velositas uang)
Nilai ditentukan berdasarkan pada kecepatan perputaran satu unit uang yang
digunakan untuk transaksi dalam suatu tahun tertentu. Apabila secara rata-rata
sejumlah uang digunakan selama 6 kali dalam satu tahun untuk membiaya transaksi
maka nilai V adalah 6. Dalam analisis yang sebenarnya nilai V dapat ditentukan
dengan membagi nilai pendapatan nasional (PT) dengan jumlah uang beredar (M)
atau V = PT / M, dalam jangka pendek velositas uang dapat dianggap konstan.
P = tingkat harga umum
T = kuantitas produktivitas atau output (PDB) riil
Adalah jumlah barang dan jasa yang diproduksi dalam perekonomian dalam satu
periode tertentu, nilai T tidak dipengaruhi oleh jumlah uang beredar, yang berarti
perubahan jumlah uang beredar tidak mengubah nilai T, karena perekonomian
berada dalam kondisi full employment, maka T konstan.

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro | 58


2. Model Keseimbangan Keynesian

Pembahasan mengenai analisis keseimbangan Keynes didasarkan pada beberapa


pertimbangan yaitu :
a. Untuk lebih memudahkan pemahaman tentang prilaku ekonomi makro, berangkat dari
asumsi bahwa pasar dapat berada dalam keseimbangan, sebagaimana halnya yang telah
dilakukan dalam analisis keseimbangan klasik.
b. Dengan asumsi ini dapat lebih mudah melakukan perbandingan antara analisis Klasik
dengan Keynesian. Ini sangat berguna untuk membantu dalam mengikuti uraian analisis
keseimbangan yang dibangun berdasarkan kombinasi pemikiran Klasik-Keynesian
(sintesis Klasik-Keynesian) pada pembahasan selanjutnya.
c. Analisis keseimbangan melatih untuk mampu melakukan analisis yang terfokus.

a. Pentingnya sisi permintaan agregat.

Keseimbangan Keynesian berbeda dengan model Klasik tentang faktordominan


yang dianggap mempengaruhi keseimbangan ekonomi. Jika model keseimbangan Klasik
mementingkan sisi penawaran agregat, model keseimbangan Keynesian justru
mementingkan sisi permintaan agregat. Menurut Keynesian hanya dalam kondisi tertentu
model keseimbangan penawaran agregat berlaku dalam mekanisme pasar, tapi disisi lain
perlu campur tangan pemerintah dalam menstimulir permintaan agregat, bukan dalam
proses produksi.
Komponen-komponen permintaan agregat adalah Y = C + I + G + (X-M), dimana Y
adalah keseluruhan permintaan oleh sektor rumah tangga ( C ), dunia usaha ( I ), belanja
pemerintah ( G ), ekspor ( X ), dan impor ( M ). Besarnya konsumsi masyarakat
dipengaruhi oleh pendapatan disposible (Yd) saat ini yang dalam fungsi konsumsi C = Co +
bYd, dimana Yd setelah dikurangi pajak ( t ) atau Yd = Y – t , bila pajak dianggap tidak ada
maka Yd = Y, dengan demikian fungsi konsumsi adalah C = Co + bY.
Investasi sektor dunia usaha berhubungan terbalik dengan tingkat bunga, makin
rendah tingkat bunga, permintaan untuk investasi dapat meningkat atau sebaliknya.
Sehingga dalam fungsi dapat ditulis I = f ( r ) dimana perubahan I terhadap perubahan
I
tingkat bunga kecil dari atau sama dengan nol  0 , untuk sementara investasi dianggap
r
otonomous, besarnya investasi tidak ditentukan oleh tingkat bunga melainkan dianggap
konstan, sehingga I = Io ( Io = investasi otonomous).
Besarnya pengeluaran pemerintah ditentukan oleh berbagai faktor, terutama jumlah
penduduk, dan tingkat pendapatan nasional, seperti : G = f ( Pop, Y ), perubahan G
terhadap perubahan penduduk besar dari atau sama dengan nol dan perubahan G terhadap
G G
perubahan PDB besar dari atau sama dengan nol seperti :  0 dan  0 , bila
Pop PDB
penduduk dan PDB dianggap otonomous, sehingga fungsi pengeluaran pemerintah adalah
G = Go.
Besarnya ekspor memberikan gambaran besarnya permintaan luar negeri terhadap
produk domestik, besarnya ekspor dipengaruhi oleh faktor eksternal antara lain pendapatan

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro | 59


nasional negara tujuan ekspor, harga relatif, dan selera, oleh karena itu ekspor umumnya
dianggap eksogenus, sehingga X = Xo. Kemudian terhadap impor, besarnya impor
dipengaruhi oleh pendapatan nasional, dimana ada kecenderungan bila pendapatan nasional
M
naik maka akan diikuti oleh kenaikan impor, sehingga M = f ( Y ),  0 , oleh karena
Y
itu impor umumnya dianggap eksogenus.

b. Total pengeluaran agregat.

Total pengeluaran agregat adalah total penjumlahan C + I + G + (X-M). Jika


pengeluaran agregat (agregat expenditure) dinotasikan sebagai AE maka dapat
diformulasikan : AE = C + I + G + (X-M), jika (X-M = Nx) maka AE = C + I + G + Nx.
Jika Nx > 0 perekonomian menikmati surplus perdagangan dan hal ini akan meperbesar
pengeluaran agregat. Sebaliknya jika Nx < 0 perekonomian mengalami defisit perdagangan,
yang menurunkan pengeluaran agregat. Persamaan AE masih dapat disederhanakan lagi
dengan menggabungkan seluruh pengeluaran otonomous menjadi satu variabel sebagai
berikut : AE = Co + Io + Go + Nx + bY
= A + bY dimana A merupakan total pengeluaran otonomous
( A = Co + Io + Go + Nx )

Dalam analisis Keynes, besarnya pendapatan nasional ( Y ) dilihat dari besarnya


pengeluaran. Besarnya out put adalah sama dengan pengeluaran, namun berdasarkan model
konsumsi Keynes tidak semua output ( Y ) yang dibelanjakan, bagian yang tidak
dibelanjakan disebut tabungan (saving), maka pendapatan nasional menjadi Y = C + S,
perhatikan gambar berikut :

Gambar. 13.7 Nx > 0, Nx < 0 dan Y = C + S

C, I, G, AE AE = C+I+G+Nx C, I, G, AE C,S
AE = C+I+G-Nx
C = Co + bY
C = Co + bY Y = C+ S

A Io Io
Go A Go
Nx > 0

0 Y 0 Y 0 Y
Nx < 0

A = Co + Io + Go + Nx A = Co + Io + Go - Nx Y=C+S

Perekonomian dikatakan dalam keseimbangan jika pengeluaran agregat sama


dengan pendapatan nasional, pendapatan nasional dalam keseimbangan disebut juga output
keseimbangan yang dinotasikan Y*. Secara grafis dapat dilihat pada gambar berikut :

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro | 60


Gambar. 13.8 Output keseimbangan

C,I,G,AE
Y=C+S

AE = C + I + G
AE K

C = Co + bY + Go

Io
Go

Y
0 Y*

c. Model keseimbangan perekonomian tertutup dua sektor

Model keseimbangan Keynesian yang paling sederhana adalah model


perekonomian tertutup, dimana perekonomian tidak melakukan hubungan dengan dunia
internasional (rumah tangga dan perusahaan).

Output keseimbangan
Seperti yang telah diuraikan diatas bahwa pengeluaran agregat (agregat
expenditure) diinisialkan sebagai AE, maka output keseimbangan dalam perekonomian dua
sektor dapat ditulis : AE =C+I
= Co + bY + Io
= Co + Io + bY
= A + bY
dimana A adalah total pengeluaran otonomous ( A = Co + Io )
Keseimbangan ekonomi terjadi bila AE = Y, maka fungsi konsumsi : C = C o + bY*,
besarnya Y* dapat dihitung :
Y* = AE Y* - bY* = A
= Co + bY* + Io (1 – b) Y* = A
= Co + Io + bY* Y* = A / (1-b)
= A + bY*

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro | 61


Contoh : diketahui C = 100 + 0,8 Y dan I = 200 maka :
AE = C + I = 100 + 0,8Y + 200
= 300 + 0,8Y atau
= 300 + 0,8Y*
Besarnya Y* dapat dihitung dengan menyamakan Y dan AE
Y* = AE
= 300 + 0,8Y*
0,2Y* = 300
Y* = 300 / 0,2
= 1.500
Besarnya konsumsi pada kondisi keseimbangan adalah :
C = 100 + 0,8Y*
= 100 + 0,8 (1.500)
= 1.300

Perubahan pengeluaran investasi otonomous ( Io )


Io berubah menjadi I1 = 250, maka Y* adalah
AE = C + I1 = 100 + 0,8Y* + 250 = 350 + 0,8Y*
Output keseimbangan yang baru (Y*1) adalah :
Y = AE = 350 + 0,8Y*1
0,2Y*1 = 350
Y*1 = 1.750 maka ΔY* = Y*1 – Y* = 1.750 – 1.500 = 250

Perubahan konsumsi otonomous (Co)


Co berubah menjadi C1 atau ΔCo = 50 maka :
C1 = 150 + 0,8Y* sedangkan fungsi pengeluaran agregat menjadi :
AE1 = 150 + 0,8Y* + 200
= 350 + 0,8Y*
Dan besarnya Y*1 dapat dihitung dengan menyamakan Y*1 dan AE1 maka :
Y*1 = AE1
= 350 + 0,8Y*1
0,2Y*1 = 350
Y*1 = 1.750

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro | 62


3. Model Keseimbangan Klasik-Keynesian

Model IS-LM awalnya dikembangkan oleh oleh Hicks (1937), sebagai


interpretasinya atas buku Keynes ”The General Theory” (1936). Menurut Hicks yang
dimaksud Keynes dengan keseimbangan ekonomi adalah keseimbangan bersamaan (joint
equilibrium) pasar barang-jasa dan pasar uang-modal. Interpretasi Hicks ini dikembangkan
lebih lanjut oleh Alvin P. Hansen (1940 an), karena itu model IS-LM disebut pula sebagai
model sintesis Hicks-Hansen (Hicks-Hansen Synthesis), yang sampai sekarang masih
merupakan alat analisis kebijakan ekonomi makro yang penting.
Teori-teori ekonomi makro yang dikategorikan sebagai keseimbangan Klasik-
Keynes adalah teori yang memadukan aliran-aliran pemikiran Klasik dengan Keynes. Salah
satu yang terkenal adalah analisis model IS dan LM (IS dan LM Model), model tersebut
menjelaskan bahwa kondisi keseimbangan ekonomi (keseimbangan umum) akan tercapai
bila pasar barang-jasa dan pasar uang-modal secara simultan berada dalam keseimbangan.
Keseimbangan pasar barang-jasa tercapai bila penawaran barang dan jasa (agregat
supply) telah sama dengan permintaannya (agregat demand), pada saat itu tingkat tabungan
(saving) yang mewakili sisi penawaran agregat, telah sama dengan investasi (investment)
yang mewakili sisi permintaan agregat. Kondisi ini digambarkan oleh sebuah kurva yang
disebut kurva ( IS curve ), nama kurva IS dikaitkan dengan kondisi dimana I = investment
sama dengan S = saving ( I = S ).
Keseimbangan pasar uang-modal tercapai bila permintaan uang (liquidity
preference disingkat L) telah sama dengan penawaran uang (money supply, disingkat M).
Secara grafis kondisi keseimbangan pasar uang dan modal digambarkan oleh kurva LM
( LM Curve ). Nama kurva LM juga dikaitkan dengan kondisi dimana permintaan uang =
penawaran uang atau jumlah uang beredar ( L = M ).
Keseimbangan ekonomi tercapai bila pasar barang-jasa dan pasar uang-modal
secara bersamaan telah mencapai keseimbangan ( I = S dan L = M ). Secara grafis hal itu
tercapai ketika kurva IS berpotongan dengan kurva LM ( IS = LM ). Ide Klasik yang
dimaksudkan adalah keyakinan bahwa pasar akan dapat mencapai kondisi keseimbangan.
Ide Keynes yang dimaksudkan adalah fungsi uang sebagai alat transaksi dan spekulasi. Jadi
dalam analisis IS-LM uang tidaklah netral seperti pandangan klasik, namun demikian pasar
akan tetap mampu mencapai keseimbangan.
Dari penjelasan diatas secara implisit tercermin asumsi-asumsi pokok yang
mendasari model IS-LM yaitu :
a. Pasar akan selalu berada dalam kondisi keseimbangan, sehingga dapat dikatakan
kondisi keseimbangan adalah kondisi dimana di setiap pasar permintaan telah sama
dengan penawaran.
b. Fungsi uang adalah sebagai alat transaksi dan spekulasi, dengan demikian permintaan
uang (demand for money) dapat ditulis dengan MD = Mt + MSP. Dimana MD adalah
total permintaan uang yang terdiri atas permintaan uang untuk transaksi = Mt dan untuk
spekulasi = MSP. Untuk selanjutnya notasi untuk permintaan uang adalah L. Penawaran
uang = MS ditentukan oleh kebijakan pemerintah. Karena fungsi penawaran uang
adalah eksogenus, untuk selanjutnya penawaran uang atau jumlah uang beredar
dinotasikan M.

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro | 63


c. Berlakunya hukum Walras, yang menyatakan bila dalam perekonomian terdapat
sejumlah n pasar dan sebanyak n-1 pasar telah mencapai keseimbangan, maka pasar ke
n pastilah telah mencapai keseimbangan, atau bila pasar barang-jasa dan pasar uang-
modal telah berada dalam keseimbangan, maka pasar tenaga kerja telah pula mencapai
keseimbangan.
d. Perekonomian adalah perekonomian tertutup, dengan demikian perekonomian tidak
melakukan transaksi dengan dunia internasional. Karena itu pengeluaran agregat, AE =
C+I+G dalam pembahasan berikut peran pemerintah diabaikan sementara, sehingga AE
= C + I. Perekonomian yang tertutup menyebabkan total penghasilan (total produksi)
yang tidak dikonsumsi, ditabung didalam negeri, Y = C + S.
e. Model komparatif statis, model IS-LM yang dibahas selanjutnya adalah komparatif
statis yang mengabaikan dimensi perubahan dari waktu ke waktu. Analisis yang
dilakukan adalah perubahan dari satu kondisi keseimbangan ke kondisi keseimbangan
yang lainnya.

Tujuan analisis IS-LM untuk melihat :


a. Bagaimana kebijaksanaan moneter bekerja, kebijaksanaan moneter mengarah pada
tingkat bunga ( r ) dan jumlah uang beredar ( M ).
b. Bagaimana kebijaksanaan moneter dan fiskal bekerja secara bersamaan, kebijaksanaan
fiskal mengarah pada pengeluaran dan penerimaan negara atau pemerintah.
c. Bagaimana pengaruh tingkat bunga terhadap agregat demand. AD = C + I + G +
Nx.dimana I dipengaruhi oleh tingkat bunga. Perhatikan gambar berikut :

Gambar. 13.9 Hubungan tingkat bunga dengan pasar barang dan pasar assets

Pendapatan
(Income)

Pasar assets Pasar barang


surat berharga - uang Supply - Demand

Kebijaksanaan Tingkat bunga Kebijaksanaan


moneter (monetary (interst rate) fiskal
policy) (fiscal policy)

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro | 64


Dari gambar diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :
- Pendapatan yang dibelanjakan kepada pasar assets sangat dipengaruhi oleh tingkat
bunga.
- Tingkat bunga merupakan pendapatan (income) bagi pasar barang.
- Tingkat bunga naik, investasi akan turun, agregat demand turun, produksi turun dan
pendapatan juga turun.

a. Keseimbangan pasar barang-jasa : Kurva IS.

Keseimbangan pasar barang-jasa akan tercapai bila total produksi sama dengan total
pengeluaran, dimana Y = AE
C + S = C + I, atau keseimbangan pasar barang-jasa tercapai bila
S = I, karena tabungan dipengaruhi oleh tingkat pendapatan, maka S = f ( Y ), dan investasi
dipengaruhi oleh tingkat bunga, maka I = f ( r ), dan dapat dikombinasikan tingkat bunga ( r
) dan pendapatan keseimbangan ( Y* ) yang memungkinkan pasar barang-jasa berada
dalam keseimbangan. Kondisi keseimbangan itu dapat digambarkan dalam bentuk kurva
IS.
Kurva IS adalah kurva yang menunjukkan hubungan antara berbagai tingkat bunga
dengan pendapatan nasional yang menjamin (memungkinkan) pasar barang-jasa berada
dalam keseimbangan.

Penurunan kurva IS.


Untuk menurunkan kurva IS dibutuhkan dua kurva, yaitu kurva keseimbangan
Keynesian dan kurva pemintaan. Agar proses penurunan (derivasi) kurva IS dapat lebih
mudah diikuti, fungsi konsumsi dan investasi diasumsikan linear. I – S adalah investasi dan
saving, hubungan tingkat bunga dengan investasi dapat diformulasikan yaitu : I = I - bi
Dimana I = investasi, I = ibar atau investasi otonom, b = koefisien, i = tingkat
bunga, dan b > 0.

0 I

Sejauh mana respon investasi terhadap tingkat bunga : respon tinggi- mendatar, respon
rendah – curam. Seandainya I berubah, perubahan itu hanya ada dua yaitu bias naik atau
bisa turun.

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro | 65


Kembali ke agregat demand ( AD ).
AD = C + I + G
C = C + cTr + c(1-t)Y
I = I - bi
Maka :
AD = C + cTr + I + G + cY – bi
AD = C + cTr + I + G , diganti dengan A
Menjadi :
AD = A + cY – bi

Penurunan kurva IS (dengan slope negative) secara matematis yaitu :

Y = AD = A + cY – bi
Y - cY =A – bi
Y ( 1 - c ) =A – bi
1
Y= (A – bi ) jadi Y = G (A – bi ) didalam G terdapat :
1 c

1
(A – bi )
1  c(1  t )
G adalah G (A – bi )

Perhatikan gambar berikut :


AD AD = Y
Gambar. 13.10 Penurunan kurva IS E’
AD’ =A +cY – bio

E AD =A +cY – bi1

i 0 Y1 Y2 Y
.
i

i1 i1 E L (S>I)

io io K E’
(I > S)
ΔI I IS

0 I1 I2 I 0 Y1 Y2 Y

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro | 66


Dari gambar diatas dapat dijelaskan bahwa :
- Pada tingkat bunga sebesar i1 terlihat pendapatan adalah sebesar Y1 dan investasi
sebesar I1.
- Dan bila tingkat bunga turun dari i1 ke io, sehingga menyebabkan kurva pendapatan
bergeser keatas dari E menjadi E’ atau dari Y1 ke Y2, dan saat yang bersamaan juga
dapat dilihat perubahan volume investasi dari I1 ke I2 sebesar ΔI. Dengan kata lain bila
tingkat bunga turun, maka pendapatan akan meningkat.
- Kombinasi tingkat bunga dan output keseimbangan, diluar kurva IS akan menyebabkan
pasar barang-jasa tidak berada dalam keseimbangan dalam arti akan terjadi kelebihan
permintaan (exces demand) atau kelebihan penawaran (exces supply).
- Pada titik K, pendapatan atau output = Y1 tingkat bunga io, pada output (Y1) tetap,
tingkat bunga io ( io < i1) akibatnya AD menjadi lebih tinggi (besar), maka AD > Y
disebut exces demand for goods (EDG) yaitu kelebihan permintaan.
- Pada titik L, pendapatan atau output = Y2 tingkat bunga i1, pada output (Y2) tetap,
tingkat bunga i1 ( i1 > io) akibatnya AD menjadi lebih rendah (kecil), maka AD < Y
disebut exces supply for goods (ESG) yaitu kelebihan penawaran.
- Kelebihan permintaan adalah keinginan investasi (permintaan) lebih besar dari
keinginan menabung (penawaran uang), yang ditunjukan pada titik K ( I > S ) yang
berada dibawah kurva IS.
- Kelebihan penawaran adalah keinginan menabung (penawaran uang) lebih besar dari
permintaan investasi, yang ditunjukan titik L ( S > I ) yang berada diatas kurva IS.
Pasar assets adalah pasar dimana uang, obligasi, saham, rumah, dan bentuk lain dari
kekayaan yang diperdagangkan. Permintaan uang adalah permintaan kepada real balance
jumlah uang nominal dibagi dengan tingkat harga. Permintaan terhadap real balance
tergantung kepada :
1) Tingkat real income, karena individu memegang uang adalah untuk melakukan
pembelian (transaksi) dan lain-lain.
2) Biaya memegang uang (tingkat bunga), yang dapat dilihat pada rumus berikut :
L = kY – hi dimana L = permintaan real balance, Y = income, i = tingkat bunga, dan
kh > 0.

kenaikan L
karena Y naik

L1 = kY1 - hi

Lo = kYo – hi L = kY - hi

0 L

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro | 67


Penawaran uang dikontrol oleh pemerintah melalui bank sentral ( BI ) dimana asumsi :
M = money supply tetap =M
P = tingkat harga tetap = P
Maka real money supply adalah MP

b. Keseimbangan pasar uang-modal : Kurva LM

Kurva LM adalah kurva yang menunjukkan hubungan antara berbagai tingkat


bunga dengan pendapatan nasional yang menjamin (memungkinkan) pasar uang-modal
berada dalam keseimbangan. Kurva LM adalah kurva yang memperlihatkan berbagai
kombinasi tingkat bunga dan pendapatan saat permintaan sama dengan penawaran terhadap
uang (real balance).

Penurunan kurva LM.

Untuk menurunkan kurva LM dibutuhkan kurva penawaran uang dan kurva


permintaan uang. Penawaran ditentukan oleh pemerintah (bersifat eksogen), sehingga kurva
penawaran uang (MS)adalah tegak lurus, sedangkan kurva permintaan uang bersudut
kemiringan negatif, sebab selain ditentukan oleh tingkat pendapatan, juga ditentukan oleh
tingkat bunga. Perhatikan gambar berikut :

Gambar. 13.11 Penurunan kurva LM

i i
LM
ESM

I2 E3 E2 E2

L2 = kY2 - hi
I1 E1 E4 E1

EDM L1 = kY1 - hi

0 Y1 Y2 Y 0 M L

- Dengan pendapatan Y1 maka permintaan terhadap real balance adalah L1 dan


equlibrium adalah pada E1 (analog dengan E1, gambar kiri atau ESM.
- Jika pendapatan naik menjadi Y2 maka permintaan terhadap real balance adalah L2 dan
equlibrium adalah pada E2 (analog dengan E2 gambar kiri atau EDM
- ESM = exces supply for money yaitu kelebihan penawaran pada uang.
- EDM = exces demand for money yaitu kelebihan permintaan akan uang.
- Garis tegak lurus M/P pada gambar kanan ditetapkan oleh pemerintah.

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro | 68


- Datangnya LM dari keseimbangan pasar.
- Keseimbangan pada pasar uang dan pasar assets terjadi saat : money supply sama
dengan demand money ( liquidity preferen : L = M : money supply

Pergeseran kurva LM.

Kurva LM akan bergeser bila terjadi perubahan pada permintaan akan uang adalah
L dan pada penawaran uang (jumlah uang yang beredar) adalah M, lihat gambar berikut :

Gambar. 13.12 Pergeseran kurva LM

i LM2
LMo
L,M
berkurang
LM1

L, M
bertambah

0 Y

c. Keseimbangan perekonomian

Keseimbangan dapat terjadi apabila pasar barang berada dalam keseimbangan dan
keadaan itu pula dipasar uang berada dalam keseimbangan. Dalam keadaan kesimbangan
ini besarnya pendapatan nasional ( Y ) dan tingkat bunga ( i ) yang terjadi akan
mencerminkan pendapatan nasional (Y) dan tingkat bunga (i) keseimbangan baik dipasar
barang maupun dipasar uang.
Untuk menentukan besarnya pendapatan nasional (Y) dan tingkat bunga (i) yang
menjamin keseimbangan baik dipasar barang maupun dipasar uang dapat dilakukan dengan
menentukan titik potong antara kurva IS dan kurva LM. Untuk mencari titik potong antara
kurva tersebut yaitu dengan mensubstitusikan kedua persamaan kurva tersebut. Sebagai
contoh diketahuil persamaan kurva IS dan persamaan kurva LM yaitu :
Persamaan kurva IS : Y = 640 – 800i
Persamaan kurva LM : Y = 360 + 2000i
Maka untuk menentukan titik keseimbangan didua pasar tersebut adalah dengan
cara mensubstitusikan kedua persamaan IS dan LM :
Y = 640 - 800i
Y = 360 + 2000i -
0 = 280 – 2800i 2800 i = 280 i = 280 / 2800 = 0,1 atau i = 10 %

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro | 69


Y = 360 + 2000 i
= 360 + 2000 (0,1)
= 360 + 200
= 560
Jadi pendapatan nasional (Y) sebesar 560 dan tingkat bunga i sebesar 10 % adalah
pendapatan nasional dan tingkat bunga yang menjamin keseimbangan baik di pasar barang
maupun dipasar uang, atas keseimbangan yang terjadi pada pendapatan nasional sebesar
560 dan tingkat bunga sebesar 10 % dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar. 13.13 Keseimbangan di pasar barang dan pasar uang


i

LM

10% E

IS

0 560 Y
Keseimbangan terjadi disaat permintaan barang sama dengan output terdapat pada
kurva IS, dan permintaan uang sama dengan penawaran uang terdapat pada kurva LM.
Berikut dapat dilihat perubahan keseimbangan dalam pasar barang dan pasar uang yaitu :

Gambar. 13.14 Keseimbangan di pasar barang dan pasar uang


i
LM2
LMo

E2 LM1

Eo
E1

IS2

ISo

IS1

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro | 70


0 I, Y

Seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa pergeseran kurva IS terjadi jika pengeluaran
investasi otonomous (Io) berubah bertambah atau berkurang. Demikian halnya pada kurva
LM, penambahan jumlah uang yang beredar atau permintaan akan bertambah akan
menggeser kurva LM kekanan bawah, dan pengurangan jumlah uang beredar permintaan
akan uang berkurang menggeser kurva LM kekiri atas. Berikut dapat dilihat proses
penyesuaian menuju kesimbangan (equilibrium) :

Gambar. 13.15. Proses menuju keseimbangan

I LM

ESG
ESM

EDG 2 4 ESG
ESM 3 EDM

EDG
EDM
IS

Dimana :
ESG = exces supply of goods EDG = exces demand of goods
ESM = exces supply of money EDM = exces demand for money

Goods Market Money Market


Region
Disequilibrium Adjustment output Disequilibrium Adjustment output
1 ESG Falls ESM Falls
2 EDG Falls ESM Falls
3 EDG Raises EDM Raises
4 ESG Raises EDM Raises
Asumsi :
1. Jika terjadi EDG, maka output naik (raises)
2. Jika terjadi ESG, maka output turun (falls)
3. Jika terjadi EDM, maka tingkat bunga naik (raises)
4. Jika terjadi ESM, maka tingkat bunga turun. (falls)

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro | 71


Soal dan pembahasan.

1. Diketahui C = 0,8 (1-t) Y, t = 0,25 , I = 900 – 50i , G = 800 , L = 0,25 Y – 62,5 i


dan M /P = 500. Ditanya ; hitunglah YE , iE , G , tuliskan persamaan kurva IS dan
LM.
Jawab :
AD = C + I + G
= 0,8 (1-t)Y + 900 – 50i + 800
= 0,8 ( 1 – 0,25) Y + 1700 - 50i
Y = AD = 0,8 ( 1 - 0,25 ) Y + 1700 – 50i
Y = 0,8 ( 1 – 0,25 ) Y + 1700 – 50i
= 0,8 (0,75) Y + 1700 – 50i
= 0,6Y + 1700 – 50i
Y – 0,6 Y = 1700 – 50i
0,4 Y = 1700 – 50i
1700  50i
Y =
0,4
Y = 4250 – 125i

Diasumsikan tetap M/P , maka : M /P = kY – hi

Penawaran Permintaan
S > D

Konstan

M/P = kY – hi IS = LM
500 = 0,25Y – 62,5i 4250 - 125i = 2000 + 250i
-0,25 Y = -500 – 62,5i 4250 - 2000 = 250i + 125i
 500  62,5i
Y = 2250 = 375i
 0,25
Y = 2000 + 250i 375i = 2250
i = 2250 / 375
iE =6

Y = 4250 - 125i
= 4250 - 125 ( 6 )
= 4250 - 750
YE = 3500

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro | 72


Y = G ( A – bi )
1 1 1 1 1
G       2,5
1  c(1  t ) 1  0,8(1  0,25) 1  0,8(0,75) 1  0,6 0,4

k h
M
L = 0,25 Y - 62,5 i  500
P
1 M 1
i (kY  = (0,25Y  500) LM
h P 62,5

Y =  G ( A – bi ) I = I – bi I = 900 – 50i
Y = 2,5 ( A – 50i )

Persamaan IS Y = 2,5 ( A – 50i )


1
Persamaan LM i = (0,25Y  500)
62,5
Kebijakasanaan fiskal multiplier :
Y G 2,5 2,5 2,5
       1,67
G b 50 1  0,625(0,8) 1,5
1  kG 1  0,25(2,5)
h 62,5
Multiplier kebijaksanaan fiskal :
Y b 50
     1,67  1,67(0,8)  1,34
M h 62,5

P

2. Diketahui negara B mempunyai fungsi konsumsi


C = 200 + 0,75 Yd ,
I = 200 – 25i , G = 100 dan t = 0,20
b
Fungsi permintaan uang : L = Y – 100i
k h
Penawaran uang : M = 1000
Tingkat harga : P = 2
Diminta :
a. Gambarkan grafik IS – LM untuk 0 < i < 8
b. Hitunglah pendapatan dan tingkat bunga equilbrium
c. Jika pengeluaran pemerintah naik menjadi 125, hitunglah Y dan i yang baru
d. Jika M naik menjadi 1200, hitunglah Y dan i yang baru.

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro | 73


Jawab :
a. Grafik IS - LM
IS – LM 0<i<8
IS Y =  G ( A – bi )
M 1000
LM  L  Y  100i
P 2
500 = Y – 100i
-Y = -500 – 100i menjadi Y = 500 + 100i

IS Y =  G ( A – bi )
1 1 1 1 1
G       2,5
1  c(1  t ) 1  0,75(1  0,20) 1  0,75(0,8) 1  0,6 0,4

A = C + G + I
= 200 + 100 + 200
= 500

Jadi IS Y =  G ( A – bi )
= 2,5 (500 – 25i
Y = 1250 – 62,5i

b. Pendapatan dan tingkat bunga eqilibrium


Y = 1250 – 62,5i Y = 500 + 100i
Y = 500 + 100i - Y = 500 + 100 (4,6)
0 = 750 - 162,5i = 960
i = 750 / 162,5
= 4,6

LM

LM’
4,6 E

IS

0 960 Y

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro | 74


c. Jika G naik 125 tentukan pendapatan dan tingkat bunga eqilibrium yang baru
Y G 2,5 2,5 2,5
      1,53
G b 25 1  0,625 1,625
1.k .G 1  1x 2,5
h 100
ΔY = b x ΔG Y = 960 + 38,25
= 25 x 1,53 Y yang baru = 998,25
= 38,25

d. Jika M naik menjadi 1200 tentukan pendapatan dan tingkat bunga eqilibrium
ΔM = 1200 - 1000 = 200
200 = Y - 100i
-Y = -200 – 100i menjadi Y = 200 + 100i

Y = 1250 - 62,5i Y = 500 + 100 i


Y = 200 + 100i - = 500 + 100 (6,5)
0 = 1050 - 162,5i = 500 + 650
i = 1050 / 162,5 = 1150
i = 6,5

3. Sebuah proyek investasi diperkirakan memerlukan dana sebesar Rp 10.000.000,-.


Investasi tersebut mempunyai umur ekonomis 10 tahun. Setiap tahun pada 5 tahun
pertama diperkirakan mendatangkan keuntungan kotor sebesar Rp 2.150.000,-. Dan 5
tahun berikutnya setiap tahun mendatangkan keuntungan sebesar Rp 1.150.000,-.
Investasi tersebut tidak mempunyai nilai residu.
Ditanya :
a. Berapa besarnya Marginal Eficiency of Capital (MEC) dari rencana investasi
tersebut.
b. Apabila diketahui suku bunga pinjaman ( i ) sebesar 10 % pertahun, maka menurut
saudara rencana investasi tersebut layak dilaksanakan atau tidak ?
c. Apa yang terjadi apabila tingkat bunga umum sebesar 15 %.

Jawab :
Menentukan MEC suatu proyek :
C = 10.000.000,-
R1 = R2 = R3 = R4 = R5 = 2.150.000 atau 5 tahun pertama
Revenuenya = 2.1500.000 x 5 = 10.075.000,-.
R6 = R7 = R8 = R9 = R10 = 1.150.000 atau 5 tahun kedua
Revenuenya = 1.150.000 x 5 = 5.750.000,-.
R1 R2 R10
C   ...
(1  MEC ) 1  MEC )
1 2
(1  MEC )10
Karena R1 = R2 = R3 = R4 = R5 = 2.150.000

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro | 75


Dan R6 = R7 = R8 = R9 = R10 = 1.150.000 , maka :

5 10
2.150.000 1.150.000
10.000.000    
t 1 (1  MEC ) t
t 6 (1  MEC )
t

Untuk menentukan nilai MEC, dengan cara mencoba-coba (trial and error) sehingga
besarnya sisi sebelah kiri sama dengan sisi sebelah kanan.
Misal MEC adalah 10,5 % ( MEC = 0,105)

5 10
2.150.000 1.150.000
10.000.000    
t 1 (1  0,105) t 6 (1  0,105)
5 5

10.750.000 5.750.000
10.000.000  
1,6474 1,6474

10.000.000,-. = 10.000.000,-.
Jadi besarnya MEC dari proyek investasi tersebut adalah 10.5 %

Untuk menentukan apabila investasi layak dilakukan atau tidak apabila :


- MEC > tingkat bunga, maka invetasi layak dilakukan
- MEC < tingkat bunga, maka investasi tidak layak dilakukan.
Dikaitkan dengan hasil yang diperoleh diatas dimana MEC sebesar 10,5 %, sedangkan
tingkat bunga ( i ) adalah 10 %, yang berarti MEC > i maka investasi layak dilakukan.
Dan bila tingkat bunga umum berlaku 15 % pertahun sedangkan MEC hanya 10,5 %
yang berarti MEC < i maka investasi tidak layak dilakukan.

4. Diketahui jumlah uang beredar MS = 180, fungís konsumsi : C = 150 + 0,5 Yd,
permintaan untuk spekulasi M2 = 50 – 100i, permintaan uang untuk transaksi dan
berjaga-jaga M1 = 0,25 Y, dan investasi , I = 200 – 400i
Ditanya :
a. Besarnya pendapatan nasional (Y) dan tingkat bunga ( i ) yang menjamin
keseimbangan baik dipasar barang maupun dipasar uang.
b. Tentukan besarnya konsumsi ( C ) pada keadaan keseimbangan tersebut.
c. Tentukan besarnya tabungan ( S ) masyarakat pada keadaan keseimbangan tersebut.
d. Tentukan besarnya permintaan uang untuk spekulasi pada keadaan keseimbangan.
e. Tentukan besarnya investasi pada keadaan keseimbangan.
Jawab :
a. Besarnya Y dan i
Keseimbangan dipasar barang ( IS)
Y = C+I
= 150 + 0,5Yd + 200 – 400i
Karena Tx = 0, dan Tr = 0 maka Yd = Y maka :
Y = 350 + 0,5 Y – 400i
Y – 0,5 Y = 350 – 400i

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro | 76


0,5 Y = 350 – 400i IS

Keseimbangan dipasar uang (LM)


MS = Md dimana Md = M1 + M2
180 = 0,25 Y + 50 – 100i
180 – 50 + 100i = 0,25Y
130 + 100i = 0,25 Y
0,25 Y = 130 + 100i LM

Keseimbangan umum terjadi : IS = LM

IS  0,50 Y = 350 – 400i 1 0,50 Y = 350 – 400i


LM  0,25 Y = 130 + 100i 2 0,50 Y = 260 + 200i -
0 = 90 – 600i
i = 90 / 600
= 0,15 atau 15 %
Jadi tingkat bunga keseimbangan adalah 15 %

0,50 Y = 350 – 400i


= 350 – 400 (0,15)
= 350 – 60
0,50Y = 290
Y = 290 / 0,50
= 580
Pendapatan nasional keseimbangan adalah 580.

b. Besarnya C
C = 150 + 0,5 Yd dimana Yd = Y dan Y = 580
Maka : C = 150 + 0,5 (580)
= 150 + 290
= 440

c. Besarnya S
S = Y–C
= Y – ( 150 + 0,5Yd) dimana Yd = Y
= Y – 150 – 0,5Y
= -150 + 0,5 Y jika Y = 580
Maka S = -150 + 0,5(580)
= 140
d. Besarnya M2
M2 = 50 - 100i jika i = 15% maka :
M2 = 50 - 100 ( 0,15 )
M2 = 35.

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro | 77


e. Besarnya I.
I = 200 – 400 i jika i = 0,15
I = 200 – 400(0,15)
I = 200 – 60
I = 140.

5. Dalam model keseimbangan umum pasar barang dan pasar uang diketahui data-data
sebagai berikut :
Fungsi konsumsi C = 100 + 0,8 Yd
Investasi I = 150 – 600i
Pajak Tx = 0,25Y
Pengeluaran pemerintah G = 100
Permintaan uang untuk transaksi dan ber-jaga-jaga M1 = 0,2Y
Permintaan uang untuk spekulasi M2 = 50 – 200i
Jumlah uang beredar MS = 200
Diminta :
a. Berapa besarnya pendapatan nasional (Y) dan tingkat bunga (i) keseimbangan
b. Buktikan bahwa pada tingkat pendapatan nasional dan tingkat bunga tersebut (pada
soal a) diatas baik pasar barang dan pasar uang dalam keseimbangan.
c. Tentukan tingkat pendapatan (Y) dan tingkat bunga (i) yang baru apabila jumlah
uang beredar naik menjadi dua kali lipat (dateris paribus)
d. Gambarkan persoalan tersebut.
e. Sebutkan kejadian-kejadian lain yang dapat mengubah tingkat keseimbangan
umum.

Jawab :

a. Besarnya pendapatan nasional dan tingkat bunga keseimbangan.


Keseimbangan dipasar barang (IS)
Y =C+I+G
= 100 + 0,8Yd + 150 – 600i + 100
= 350 + 0,8Yd – 600i
= 350 + 0,8 (0,75Y) – 600i dimana Yd = Y – Tx
= 350 + 0,6Y – 600i = Y – 0,25Y
Y – 0,6Y = 350 – 600i = 0,75Y
0,4Y = 350 – 600i IS

Keseimbangan dipasar uang (LM)


MS = Md dimana Md = M1 + M2
200 = 0,2Y + 50 – 200i
200 - 50 + 200i = 0,2Y
0,2 Y = 150 + 200i LM

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro | 78


Keseimbangan IS = LM

0,4Y = 350 – 600i 1 0,4 Y = 350 – 600i


0,2 Y = 150 + 200i 2 0,4 Y = 300 + 400i -
0 = 50 - 1000i
i = 50 / 1000
i = 0,05 atau 5 %
dan bila i = 5 % maka Y
0,4 Y = 350 – 600i
= 350 – 600 (0,05)
= 320
Y = 320 / 0,4
= 800

b. Keseimbangan dipasar barang dan pasar uang


Membuktikan pada saat pendapatan nasional sebesar 800 dan tingkat bunga 5 %
dapat menjamin keseimbangan baik dipasar barang maupun pasar uang.

Keseimbangan dipasar barang (IS)


0,4Y = 350 – 600i
0,4 (800) = 350 – 600(0,05)
320 = 350 – 30
320 = 320
Keseimbangan dipasar uang (LM)
0,2 Y = 150 + 200i
0,2 (800) = 150 + 200 (0,05)
160 = 150 + 10
160 = 160

c. Besarnya pendapatan nasional (Y) dan tingkat bunga (i) keseimbangan yang baru
bila jumlah uang beredar (MS) naik dua kali lipat.
Keseimbangan pasar barang (IS) tidak berubah : 0,4Y = 350 – 600i

Keseimbangan pasar uang yang baru, karena MS menjadi 400


MS = Md dimana Md = M1 + M2
400 = 0,2Y + 50 – 200i
400 - 50 + 200i = 0,2Y
0,2 Y = 350 + 200i LM

0,4Y = 350 – 600i 1 0,4 Y = 350 – 600i


0,2 Y = 350 + 200i 2 0,4 Y = 700 + 400i -
0 = -350 - 1000i
i = -350 / 1000

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro | 79


i = -0,35

dan bila i = - 0,35 maka Y


0,4 Y = 350 – 600i
= 350 – 600 (-0,35)
= 350 + 210
0,4Y = 560 / 0,4
Y = 1.400
Jadi pendapatan nasional yang baru = 1.400 dan tingkat bunga yang baru = 0,35

d. Gambarkan grafiknya.
LM
i (%)

E
5

LM

0 800 1400 Y

-35
E’

IS

e. Kejadian-kejadian lain yang dapat mengubah tingkat keseimbangan umum.


- Pengeluaran pemerintah berubah ( G )
- Pungutan pajak oleh pemerintah (Tx) berubah.

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro | 80


6. Diketahui variabel-variabel ekonomi agregatif sebagai berikut :
Tabungan S = -110 + 0,2Yd
Investasi I = 150 – 600i
Jumlah uang beredar MS = 200
Pengeluaran pemerintah G = 160
Permintaan uang untuk spekulasi M2 = 100 – 400i
Permintaan uang untuk transaksi dan ber-jaga-jaga M1 = 0,2Y
Pajak Tx = 12,5 + 0,25Y
Diminta :
a. Berapa besarnya pendapatan nasional (Y) dan tingkat bunga (i) keseimbangan
b. Berapa besarnya permintaan uang untuk spekulasi pada keadaan keseimbangan
tersebut
c. Berapa besarnya investasi pada keadaan keseimbangan tersebut
d. Gambarkan grafiknya.

Jawab :
a. Pendapatan nasional (Y) dan tingkat bunga (i) keseimbangan.
Keseimbangan pasar barang (IS)
S + Tx = I + G
-110 + 0,2Yd + 12,5 + 0,25Y = 150 – 600i + 160
0,2Yd – 97,5 + 0,25Y = 310 - 600i
Yd = Y – Tx
= Y - 12,5 + 0,25Y
= -12,5 + 0,75Y
0,2 (-12,5 + 0,75Y ) – 97,5 + 0,25Y = 310 – 600i
-2,5 + 0,15 Y - 97,5 + 0,25 Y = 310 – 600i
-100 + 0,4Y = 310 – 600i
0,4 Y = 410 – 600i

Keseimbangan pasar uang (LM)


MS = Md dimana Md = M1 + M2
M2 = 100 – 400i
MS = Md
200 = 0,2Y + 100 – 400i
200 - 100 + 400i = 0,2Y
0,2 Y = 100 + 400i LM

0,4Y = 410 – 600i 1 0,4 Y = 410 – 600i


0,2 Y = 100 + 400i 2 0,4 Y = 100 + 800i -
0 = 210 - 1400i
i = 210 / 1400
i = 0,15

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro | 81


dan bila i = 15 % maka Y
0,4 Y = 410 – 600i
= 410 – 600 (0,15)
= 410 - 90
0,4Y = 320 / 0,4
Y = 320 /0,4
Y = 800
Jadi pendapatan nasional yang baru = 800 dan tingkat bunga yang baru = 15 %

b. Permintaan uang untuk spekulasi


M2 = 100 – 400i
= 100 – 400 ( 0,15 )
= 100 – 60
= 40

c. Investasi pada keadaan keseimbangan


I = 150 – 600i
= 150 – 600 ( 0,15 )
= 150 – 90
= 60

d. Grafiknya

i (%)

LM

E
15

IS

0 800 Y

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro | 82


Bagian XIV
Kebijaksanaan Moneter

1. Pengertian

Dalam perkembangan peradaban manusia, peranan uang dirasakan sangat penting,


hampir tidak ada satupun bagian dari kehidupan ekonomi manusia yang tidak terkait
dengan keberadaan uang. Perkembangan dan peningkatan jumlah uang bereda yang
berlebihan dapat mendorong peningkatan harga melebihi tingkat yang diharapkan sehingga
dalam jangka panjang dapat menganggu pertumbuhan ekonomi, sebaliknya apabila
peningkatan jumlah uang beredar sangat rendah maka kelesuan ekonomi akan terjadi.
Apabila hal ini berlangsung terus menerus, kemakmuran masyarakat secara keseluruhan
pada gilirannya akan mengalami penurunan. Kondisi tersebut antara lain melatarbelakangi
upaya-upaya yang dilakukan oleh bank sentral suatu negara dalam mengendalikan jumlah
uang beredar dalam perekonomian. Kegiatan pengendalian jumlah uang beredar tersebut
lazimnya disebut dengan kebijakan moneter yang ditempuh bank sentral.
Kebijakan moneter merupakan kebijakan bank sentral atau otoritas moneter dalam
bentuk pengendalian besaran moneter dan atau suku bunga untuk mencapai perkembangan
kegiatan perekonomian yang diinginkan. Dalam prakteknya, perkembangan kegiatan
perekonomian yang diinginkan tersebut adalah terjaganya stabilitas ekonomi makro yang
antara lain dicerminkan stabilitas harga, seperti ; rendahnya laju inflasi, membaiknya
perkembangan output riil atau pertumbuhan ekonomi, dan cukup luasnya lapangan atau
kesempatan kerja yang tersedia. Kebijakan moneter yang disebutkan diatas merupakan
bagian integral dari kebijakan ekonomi makro, yang pada umumnya dilakukan dengan
mempertimbangkan siklus kegiatan ekonomi, sifat perekonomian suatu negara (tertutup,
terbuka), serta faktor fundamental ekonomi lainnya.

2. Kebijakan Moneter dan Siklus Kegiatan Ekonomi

Kebijkan moneter sebagai salah satu dari kebijakan ekonomi makro padaumumnya
diterapkan sejalan dengan siklus kegiatan ekonomi (business cycle). Dalam hal ini
kebijakan moneter yang diterapkan pada kondisi ketika perekonomian sedang mengalami
perkembangan yang sangat pesat (boom) tentu berbeda dengan kebijakan moneter yang
diterapkan pada saat perekonomian sedang melambat (depression atau slump). Dalam
kajian literatur dikenal dua jenis kebijakan moneter yaitu kebijakan moneter ekspansif dan
kebijakan moneter kontraktif.
Kebijakan moneter ekspansif adalah kebijakan moneter yang ditujukan untuk
mendorong kegiatan ekonomi, yang antara lain dilakukan melalui peningkatan jumlah uang

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro | 83


beredar. Kebijakan moneter kontraktif adalah kebijakan moneter yang ditujukan untuk
memperlambat kegiatan ekonomi, yang antara lain dilakukan melalui penurunan jumlah
uang beredar.
Dalam jangka pendek kebijakan moneter ekspansif dapat mendorong kegiatan
ekonomi yang sedang mengalami resesi yang berkepanjangan. Sedangkan kebijakan
moneter kontraktif dapat memperlambat laju inflasi yang umumnya terjadi pada saat
kegiatan perekonomian sedang mengalami boom. Berikut dapat dilihat gambaran siklus
kegiatan ekonomi :

Diagram 15.1
Siklus Kegiatan Ekonomi
output

fase ekspansif G

C Trend

E
A
D F

Waktu
(Sumber : Perry Warjiyo dan Solikin ; 2004, hal 65)

Posisi pada huruf A, C, E, dan G menunjukan perkembangan kegiatan ekonomi pada titik
balik tertinggi untuk kurun waktu tertentu. Sementara posisi pada huruf B, D, F
menunjukan perkembangan kegiatan ekonomi pada titik balik terendah untuk kurun waktu
tertentu. Pada fase kegiatan perekonomian sedang mengalami resesi (misalkan dari A ke
B). Bank sentral dapat memperpendek periode resesi dengan melakukan kebijakan moneter
yang ekspansif sehingga perekonomian dapat lebih cepat mengalami pemulihan kembali
(recovery). Dalam kondisi perekonomian mengalamai perkembangan yang sangat pesar
bank sentral dapat menghaindari pemanasan kegiatan ekonomi (overheating) dengan
melkaukan kebijakan moneter yang kontraktif. Pola penerapan kebijakan moneter yang
aktif bersifat ”memperlunak”fluktuasi kegiatan ekonomi tersebut dikenal dengan counter
cyclical monetary policy.

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro | 84


3. Kebijakan Moneter dan Kebijakan Ekonomi Makro Lain.

Penerapan kebijakan moneter tidak dapat dilakukan secara terpisah dengan


penerapan kebijakan ekonomi makro lainnya, seperti kebijakan fiskal, kebijakan sektor riil,
dan lain. Hal ini terutama mengingat perkembangan ekonomi dan harga-harga ditentukan
oleh perkembangan pada sisi permintaan dan sisi penawaran. Kebijakan moneter dan fiskal
lebih berpengaruh terhadap perkembangan ekonomi dan harga melalui sisi permintaan,
yaitu pengaruh jumlah uang beredar dan suku bunga untuk kebijakan moneter dan
pengaruh pengeluaran pemerintah untuk kebijakan fiskal. Sementara itu pengaruh sisi
penawaran dari perkembangan ekonomi dan harga lebih banyak ditentukan oleh kebijakan
sektor riil, seperti industri, perdagangan, investasi, tenaga kerja, dan teknologi. Dengan
demikian untuk mencapai tujuan kebijakan ekonomi makro secara optimal, biasanya
diterapkan policy mix atau bauran kebijakan yang terkoordinasi antara satu kebijakan
dengan kebijakan lainnya.

4. Kebijakan Moneter dalam Perekonomian Terbuka.

Keterbukaan ekonomi suatu negara akan membawa konsekuensi pada perencanaan


dan pelaksanaan kebijakan ekonomi makro, termasuk kebijakan moneternya. Hal ini
mengingat semakin besar transaksi perdagangan dan keuangan internasional yang
dilakukan oleh suatu negara, maka semakin besar pula aliran dana luar negeri yang masuk
dan keluar dari negara yang bersangkutan. Aliran dana luar negeri tersebut selanjutnya akan
mempengaruhi jumlah uang yang beredar, suku bunga, dan nilai tukar dalam
perekonomian, yang pada akhirnya akan berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi dan
inflasi. Mekanisme dan besarnya pengaruh aliran dana luar negeri tersebut akan
dipengaruhi oleh sistim nilai tukar dan sistim devisa yang dianut negara tersebut.
a. Sistim nilai tukar.
Nilai tukar suatu mata uang didefinisikan sebagai harga relatif dari suatu mata uang
terhadap mata uang lain. Pada dasarnya terdapat tiga sistim nilai tukar yaitu ; 1) fixed
exchange rate yaitu sistim nilai tukar tetap, 2) managed floating exchange rate yaitu
sistim nilai tukar mengambang terkendali, 3) floating exchange rate yaitu sistim nilai
tukar mengambang.
b. Sistim Devisa.
Devisa merupakan aset keuangan yang digunakan dalam transaksi internasional.
Penetapan sistim devisa pada suatu negara ditujukan untuk mengatur pergerakan laju
lintas devisa antara penduduk dan bukan penduduk dari suatu negara kenegara lain.
Pada dasarnya ada tiga sistim devisa yaitu ; 1) sistem devisa terkontrol, 2) sistim devisa
semi terkontrol, 3) sistim devisa bebas. Pemilihan sistim devisa mana yang dianut akan
tergantung pada kondisi negara yang bersangkutan, khususnya keterbukaan
ekonominya dalam arti seberapa jauh negara yang bersangkutan ingin mengintegrasikan
ekonominya dengan ekonomi global.

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro | 85


5. Kerangka Strategis Kebijakan Moneter.

Kerangka strategis kebijakan moneter pada dasarnya terkait dengan penetapan


tujuan akhir kebijakan moneter dan strategi untuk mencapainya. Secara prinsip terdapat
beberapa strategi dalam mencapai tujuan kebijakan moneter. Masing-masing strategi
memiliki karakteristik sesuai dengan indikator tertentu yang digunakan sebagai nominal
anchor ’jangkar nominal’ atau semacam ’sasaran antara’ dalam mencapai tujuan akhir.
Beberapa strategi kebijakan moneter tersebut antara lain ; 1) exchange rate targeting yaitu
pengetatan nilai tukar, 2) monetary targeting yaitu penargetan besaran moneter, 3) inflation
targeting, yaitu penargetan inflasi, 4) implicit but not explicit anchor, yaitu suatu strategi
kebijakan moneter tanpa jangkar yang tegas.
a. Penargetan nilai tukar
Yaitu mendasarkan keyakinan bahwa nilai tukarlah yang paling dominan pengaruhnya
terhadap pendapaian sasaran akhir kebijakan moneter. Dalam pelaksanaannya terdapat
tiga alternatif yang dapat ditempuh ; 1) menetapkan nilai mata uang domestik terhadap
harga komoditas tertentu yang diakui secara internasional, seperti emas (standard
emas), 2) dengan menetapkan nilai mata uang domestik terhadapmata uang negara
besar yang mempunyai laju inflasi yang rendah, 3) dengan menyesuaikan nilai mata
uang domestik terhadap mata uang negara tertentu ketika perubahan nilai mata uang
diperkenankan sejalan dengan perbedaan laju inflasi diantara kedua negara (crawling
peg). Kelebihan penargetan nilai tukar adalah ; 1) dapat meredam laju inflasi yang
berasal dari perubahan harga barang impor, 2) dapat mengarahkan ekspektasi
masyarakat terhadap inflasi, 3) memberikan kaidah baku (rules) dan dapat
mendisiplinkan pelaksanaan kebijakan moneter, 4) bersifat sederhana dan jelas
sehingga mudah dipahami oleh masyarakat. Kelemahan dari penargetan nilai tukar
adalah ; 1) dalam kondisi ketika perekonomian suatu negara sangat terbuka dan
mobilitas dana luar negeri sangat tinggi akan menghilangkan independensi kebijakan
moneter domestik dari pengaruh luar negeri tersebut, 2) dapat menyebabkan setiap
gejolak struktural yang terjadi dinegara lain akan ditransmisikan atau berdampak
secara langsung pada stabilitas perekonomian domestik, 3) rentan terhadap tindakan
spekulasi dalam pemegangan mata uang domestik.
b. Penargetan besaran moneter
Yaitu dengan menetapkan pertumbuhan jumlah uang beredar sebagai sasaran antara,
misalnya uang beredar dalam arti sempit (M1) dan dalam arti luas (M2) serta kredit.
Kelebihan dari kebijakan ini adalah dimungkinkannya kebijakan moneter yang
independen sehingga bank sentral dapat memfokuskan pencapaian tujuan yang
ditetapkan seperti laju inflasi yang rendah, dan pertumbuhan ekonomi yang
berkesinambungan. Strategi ini sangat bergantung pada kestabilan hubungan antara
besaran moneter dengan sasaran akhir kebijakan (perkembangan harga dan out put).
Dengan semakin berkembangnya instrument keuangan dan semakin terintegrasinya
perekonomian domestik dengan internasional, maka kestabilan income velocity ’tingkat
perputaran uang dalam ekonomi’. Hal ini antara lain yang menjadi alasan mengapa
bank sentral tidak menerapkan strategi ini dengan kaku, atau bahkan meninggalkan
strategi ini.

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro | 86


c. Penargetan inflasi.

Penargetan inflasi dilakukan dengan mengumumkan kepada masyarakat / publik


mengenai target inflasi jangka menengah dan komitmen bank sentral untuk mencapai
stabilitas harga sebagai tujuan jangka panjang dari kebijakan moneter. Untuk mencapai
sasaran inflasi tersebut, strategi ini tidak mendasarkan pada satu indikator saja,
misalnya, nilai tukar atau uang beredar saja, tetapi mengevaluasi berbagai indikator
kunci dan relevan untuk perumusan kebijakan moneter. Yang diutamakan adalah
pencapaian sasaran akhir inflasi, dan bukan pencapaian sasaran antara seperti uang
beredar atau nilai tukar. Dengan menargetkan inflasi sebagai jangkar nominal, bank
sentral dapat menjadi lebih kredibel dan lebih fokus didalam mencapai kestabilan harga
sebagai tujuan akhir. Walaupun penargetan dilakukan pada inflasi, strategi ini tidak
mengabaikan pencapaian tujuan kebijakan moneter lainnya seperti perkembangan out
put dan kesempatan kerja. Dalam hal ini bank sentral senantiasa berupaya untuk
memperhitungkan stabilitas perkembangan output dan kesempatan kerja (pada tingkat
tertentu) dalam jangka pendek dalam penetapan sasaran inflasi jangka menengah yang
ingin dicapai. Selain itu dalam rangka meminimumkan penurunan perkembangan
output, bank sentral melakukan penyesuaian secara bertahap sasaran inflasi jangka
pendek menuju arah pencapaian sasaran laju inflasi jangka menengah panjang yang
lebih rendah.

d. Strategi kebijakan moneter tanpa ”jangkar” yang tegas.

Adalah strategi kebijakan moneter tanpa mengungkapkan penargetan secara tegas.


Akan tetapi bank sentral tersebut tetap memberikan perhatian dan komitmen untuk
mencapai tujuan akhir kebijakan moneter. Kelemahan dari strategi kebijakan moneter
tanpa jangkar yang tegas ini adalah dapat memicu ketidakpastian dipasar mengenai
prospek perkembangan harga dan output, dapat menurunkan akuntabilitas bank sentral
dimata masyarakat dan DPR (parlemen) karena tidak adanya kriteria keberhasilan
pencapaian kebijakan moneter yang umumnya ditentukan terlebih dahulu.

6. Mekanisme Pengendalian Moneter.

Berdasarkan sasaran inflasi yang ditetapkan, serta proyeksi pertumbuhan ekonomi,


nilai tukar, suku bunga, dan variabel ekonomi makro lainnya. Bank Indonesia melalui
penyusunan program moneter dapat memperkirakan permintaan uang yang sesuai dengan
kebutuhan riil perekonomian. Dari perhitungan ini dapat diperkirakan pertumbuhan jumlah
uang beredar (M1 dan M2) yang dibutuhkan masyarakat. Selanjutnya Bank Indonesia dapat
memperkirakan posisi dan pertumbuhan uang primer sebagai sasaran operasional kebijakan
moneter. Sasaran operasional tersebut ditentukan baik secara tahunan, kuartalan, bulanan,
mingguan untuk digunakan sebagai dasar pelaskanaan kebijakan moneter Bank Indonesia.

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro | 87


Berdasarkan sasaran uang primer yang telah ditetapkan, Bank Indonesia melakukan
operasi pasar terbuka (OPT) sebagai instrumen utama dalam pengendalian moneter.
Adapun instumen yang dapat digunakan oleh Bank Indonesia dalam pengendalian moneter
adalah :
a. Operasi Pasar Terbuka / Open Market Policy . Kebijaksanaan yang dijalankan Bank
Sentral atau Bank Indonesia untuk membeli atau menjual surat-surat berharga seperti :
wesel, kertas perbendaharaan negara, obligasi negara, lelang SBI, melalui penggunaan
fasilitas Bank Indonesia dipasar uang rupiah, sterilisasi / intervensi dipasar valuta asing,
dengan maksud memperbesar dan memperkecil jumlah uang yang beredar di
masyarakat.
1) Lelang Sertifikat Bank Indonesia (SBI).
Besarnya lelang SBI (mingguan) dimaksudkan untuk mencapai besarnya target
uang primer yang ditetapkan. Untuk itu, tiap minggu Bank Indonesia akan
memperkirakan perkembangan uang primer dan dengan membandingkan target
yang ditetapkan, menentukan besarnya kelebihan likuiditas pasar uang yang harus
diserap melalui operasi pasar terbuka (OPT). Hal ini dilakukan dengan menghitung
berapa SBI yang jatuh tempo, berapa ekspansi/kontraksi dari sisi fiskal (rekening)
pemerintah di Bank Indonesia), mutasi cadangan devisa, serta bagaimana kondisi
likuditas dipasar uang. Dengan cara ini, Bank Indonesia dapat mencapai target uang
primer yang telah ditetapkan serta dapat mempengaruhi perkembangan suku bunga
dipasar uang.
2) Fasilitas Bank Indonesia.
Bank Indonesia juga melakukan operasi moneter secara langsung dipasar uang
rupiah melalui fasilitas Bank Indonesia (Fasbi). Hal ini dilakukan secara harian,
terutama apabila terjadi perkembangan diluar perhitungan yang dapat menyebabkan
tidak tercapainya target uang primer melalui lelang SBI. Caranya antara lain dapat
dilakukan dengan secara langsung menawarkan kepada bank-bank untuk
menanamkan kelebihan likuiditasnya di Bank Indonesia (berjangka waktu overnight
hingga satu minggu) atau dengan cara membeli kembali SBI secara repurchase
agreement (repo) dipasar uang antarbank.
3) Sterilisasi /intervensi valuta asing
Pada saat-saat tertentu, Bank Indonesia juga melakukan intervensi dipasar valuta
asing. Hal ini dilakukan terutama apabila pemerintah akan membiayai kegiatan
suatu proyek (membutuhkan rupiah) dengan cara menggunakan dana valuta
asingnya yang disimpan sebagai cadangan devisa di Bank Indonesia. Apabila tidak
terjadi tekanan melemahnya rupiah, ekspansi dari sisi fiskal tersebut umumnya
diserap dengan menjual SBI. Akan tetapi, apabila pada saat yang bersamaan
terdapat tekanan pelemahan nilai tukar yang perlu dicegah, maka Bank Indonesia
menjual valuta asing untuk mensterilisasi ekspansi fiskal tersebut. Dengan cara ini
dapat dicapai dua tujuan sekaligus ; a) penyerapan kelebihan likuiditas dipasar uang
akibat ekspansi sisi fiskal tersebut dapat dilakukan sehingga target uang primer
dapat tercapai, b) langkah ini sekaligus dapat membantu upaya untuk menstabilkan
perkembangan nilai tukar rupiah dipasar.

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro | 88


Perlu dicatat bahwa langkah intervensi dipasar valuta asing tersebut dapat pula
dilakukan Bank Indonesia pada waktu sedang terjadi gejolak nilai tukar rupiah
dipasar valuta asing, meskipun pada saat yang bersamaan tidak terjadi ekspansi
moneter dari sisi fiskal.
b. Politik diskonto ialah kebijaksanaan yang di jalankan oleh Bank Indonesia dengan
mempengaruhi tingkat suku bunga kredit / pinjaman dari perbankan.
Bunga kredit tinggi, animo masyarakat untuk meminjam, menurun, berarti jumlah uang
beredar berkurang.
Bunga kredit rendah, animo masyarakat untuk meminjam akan meningkat.
c. Politik Cash Ratio, kebijaksanaan yang dijalankan oleh Bank Indonesia dengan
menetapkan kas rasio atau cadangan kas wajib minimum, seperti 2 % sebelum Pakto
1988, 3 % pada Februari 1996, dan 5 % sejak April 1997.
Cash ratio tinggi – ekspansi kredit akan berkurang, cash ratio rendah – ekspansi kredit
akan bertambah. Dengan mempengaruhi posisi cash ratio akan memberikan dampak
terhadap likuiditas dan rentabilitas suatu bank.
Hampir semua negara baik negara-negara yang telah maju maupun negara yang
sedang berkembang menghadapi masalah memelihara kestabilan serta masalah
pertumbuhan ekonominya. Di negara kita di samping ke dua masalah tersebut bahkan lebih
ditonjolkan serta ditekankan adalah masalah pemerataan yang menyangkut segi-segi
keadaan sosial. Kestabilan ekonomi mencakup segi-segi :
a. Kestabilan tingkat harga.
b. Kestabilan tingkat pendapatan.
c. Kestabilan tingkat kesempatan kerja.
Masalah pemeliharaan kestabilan tingkat harga lebih bersifat jangka pendek,
sedangkan masalah pertumbuhan bersifat jangka panjang. Sementara kebijaksanaan
moneter dan fiskal ditujukan unutk memelihara kestabilan ekonomi terutama kestabilan
harga menyangkut berbagai aspek dan kaitan bebagai variabel ekonomi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan moneter di Indonesia dalam jangka
panjang :

a. Makin terbukanya ekonomi Indonesia terhadap dunia luar


Yaitu pertumbuhan ekonomi semakin terintegrasi dengan ekonomi dunia. Kita menjual
semakin banyak barang-barang kenegara lain baik dalam arti absolut maupun relatif
terhadap GDP kita. Keuntungan-keuntungan yang di peroleh dari makin terintegrasinya
perekonomian indonesia cukup jelas. Masuknya modal luar negeri menambah dana
pembangunan dan teknologi-teknologi baru bisa diperoleh bersamaan masuknya modal
baru tersebut, demikian pula kesempatan untuk turut serta dalam ”Internasioanal
Division of Labour” makin luas dan ini bisa diharapkan mempunyai efek positif
terhadap alokasi sumber-sumber ekonomi dalam negeri. Sementara pengaruh ekonomi
Indonesia terkaya terhadap perekonomian dunia adalah marginal tapi sebaliknya
pengaruh naik turunnya perekonomian dunia sangat menentukan jalannya
perekonomian indonesia.

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro | 89


Jadi alternatif-alternatif bagi Indonesia yang terbuka perekonomiannya sebagai
berikut :
a) Do nothing policy. Kita (Indonesia) tidak perlu berbuat apa-apa, pengaruh kita
hanya kecil di arena moneter internasional.
b) Join the mayority policy. Kita (Indonesia) selalu mengikuti mayoritas negara-negara
di dunia dalam hal baik kebijaksanaan fiskal dan moneter kenaikan volume uang di
negara kita, Kenaikan harga, tingkat bunga, kurs valuta dsb kita jangan sampai di
luar garis ” out of line” dengan mayoritas negara lain. Kelemahannya adalah Tidak
menjamin kita mendapatkan manfaat yang besar bagi kepentingan nasional kita dan
tidak menjamin mayoritas termasuk kita akan tetap hidup.
c) Join the leader policy. Kita (Indonesia) selalu mengaitkan mata uang kita dengan
mata uang terpenting. Misalnya, dolar dan kalau perlu kita harus menjaga jangan
sampai keadaan moneter domestik terlalu out of line dengan mereka. Kelemahannya
adalah bila kita mengaitkan mata uang kita dengan mereka, apabila mereka
mengurangi dan kurang stabil, maka kita terpaksa harus ikut menderita.
d) Completely independent policy. Kita (Indonesia) merumuskan sendiri
kebijaksanaan-kebijaksanaan kurs paritas kita dan kebijaksanaan-kebijaksanaan
perdagangan internasional fiskal dan moneter domestik kita untuk mengeksploisitir
semaksimal mungkin konstelasi keadaan dari saat ke saat. Kelemahannya adalah
tidak akan menjamin kita terhindar dari ketergantungan dunia selama struktur
ekonomi kita adalah ekonomi terbuka.
e) Autorkie policy. Suatu kebijaksanaan memutuskan untuk mengadakan isolasi
maksimum perekonomian dari gangguan ketidakstabilan perekonomian dunia.
Dalam arti menutup rapat-rapat masyarakat suatu negara tersebut dengan sistem
autorkie penuh untuk menghindari gangguan perekonomian dari luar.
b. Adanya ”Gap” pangan yang makin melebar.
Yaitu kemungkinan melebarnya gap antara permintaan atau kebutuhan akan bahan
pangan (beras) dengan produksi pangan dalam negeri kita. Dan perlu disadari bahwa
inflasi yang timbul karena kelangkaan bahan makanan pokok ini adalah ”inflasi
struktural” yang tidak akan lenyap hanya dengan tindakan moneter saja. Misalnya
dengan pencatatan uang. Inflasi ini hanya bisa di atasi dengan kenaikan produksi.
c. Ketegaran harga di banyak sektor dan makin menguatkan mentalitas inflasi.
Ketegaran harga bisa timbul karena dari pegalaman negara lain ialah bahwa proses
industrialisasi sering dibarengi dengan proses konsentrasi industri yaitu proses yang
menjurus kepada struktur industri yang oligopolistis atau bahkan monopolistis.
d. Kejenuhan moneter
Yaitu makin mengecilnya daya serap perekonomian terhadap tambahan volume uang
yang beredar tanpa mengakibatkan inflasi.
Perhitungan sementara. Harga akan naik apabila harga supply uang naik dengan
kecepatan tidak melebihi kecepatan kenaikan. Pernintaan akan uang kita ini dipengaruhi
oleh dua faktor utama, yakni kenaikan jumlah transaksi dan kenaikan permintaan akan uang
perkapita.

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro | 90


Kenaikan jumlah transaksi dicerminkan oleh kenaikan dari Gross Domestic Product
(GDP). Kenaikan oleh permintaan akan uang perkapita di pengaruhi oleh selain pulihnya
kepercayaan kepada mata uang itu sendiri, yaitu :
a. Meluasnya sektor modern.
b. Monterisasi daerah-daerah yang semula hanya sedikit menggunakan uang-uang dalam
pertukaran
c. Makin banyaknya orang memegang uang sebagai assets, misal dikarenakan makin
tingginya income.

7. Tindakan-tindakan dan kebijakan moneter di Indonesia.


Sejak kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, sejak itu pula pemerintah
Indonesia melakukan pembenahan dan perubahan dalam sistem dan kebijakan moneter di
Indonesia, dalam masa perang kemerdekaan 1945 – 1950, dan masa pergolakan didaerah
1950 -1965. Adapun tindakan-tindakan dan kebijakan moneter yang pernah dikeluarkan
adalah :

a. Pengguntingan uang
Pengguntingan uang ini terjadi pada tahun 1950. Beberapa tahun setelah kemerdekaan,
keadaan perekonomian di Indonesia masih memasuki babak baru dalam
pembangunannya. Pada masa ini jumlah uang beredar tidak terkontrol atau sangat
banyak sehingga nilai uang saat itu sangat rendah, melihat keadaan tersebut maka
pemerintah menempuh suatu cara dengan melakukan pengguntingan uang yakni dengan
penurunan nilai nominalnya dengan perincian 50 % dapat digunakan oleh masyarakat
dan 50 % lagi diambil oleh pemerintah untuk tabungan dan pada saat tertentu dapat
ditukarkan, dengan adanya kebijaksanaan ini perekonomian dapat dikendalikan tapi hal
ini bertahan lebih kurang 15 tahun.

b. Politik Sanering.
Pada masa ini dilakukan kebijaksanaan lebih dramatis lagi, menteri keuangan waktu itu
menganjurkan suatu kebijaksanaan baru untuk lebih menyehatkan perekonomian karena
pada waktu itu nilai uang sangat rendah. Isi dari kebijaksanaan itu adalah bahwa uang
dengan nilai Rp 1.000 nilainya disamakan dengan nilai Rp 1. Tindakan ini tentu bagi
sebagian masyarakat merugikan akan tetapi lama kelamaan masyarakat dapat
menerimanya karena tujuan diadakan tindakan ini adalah untuk menyehatkan
perekonomian negara yang berarti untuk kepentingan umum, ini terjadi pada tahun
1965.

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro | 91


c. Kebijaksanaan 15 November 1978.
Kebijaksanaan ini lebih terkenal dengan istilah Knop 15, yang pada prinsipnya
bertujuan untuk mengusahakan agar barang industri termasuk pertanian, pertambangan,
maupun usaha lainnya dapat menjadi lebih baik sehingga produksinya dapat bersaing
dipasaran dunia. Kebijaksanaan ini ditekankan pada beberapa hal yaitu :
- Meningkatkan ekspor barang-barang dengan kualitas ekspor.
- Menekan impor guna melindungi perusahaan-perusahaan dalam negeri yang
menghasilkan barang-barang yang sama
- Memberi rangsangan terhadap investor dengan cara penyederhanaan prosedur
pelaksanaannya, dan membuka lapangan kerja baru.
-
d. Paket 1 Juni 1983
Paket kebijaksanaan 1 Juni 1983 (Pakjun 83) berisikan kebijaksanaan sebagai berikut :
- Menghapus pagu kredit, maka untuk mengendalikan moneter Bank Sentral (Bank
Indonesia) akan menyandarkan pada alat-alat yang secara tak langsung
mempengaruhi perkembangan moneter seperti ; cash ratio reserve reqruitment,
cadangan minimum, discount window atau diskonto ulang.
- Memberlakukan sistim devisa bebas. Paket ini mengawali deregulasi perbankan
khususnya dan keuangan umumnya serta dimulainya era liberalisasi di Indonesia.
-
e. Paket 6 Mei 1986.
Tindakan ini selain bertujuan untuk meningkatkan produksi non migas dan investasi
dalam negeri juga memperbaiki beberapa cara kerja dibidang perpajakan terutama pajak
ekspor impor. Dalam bidang investasi pemerintah mempermudah prosedur pelaksanaan
investasi untuk investor dalam negeri atau luar negeri.

f. Kebijaksanaan Devaluasi 12 September 1986.


Devaluasi adalah penurunan nilai tukar rupiah terhadap nilai tukar mata uang negara
lain. Tujuannya untuk merangsang investor masuk ke Indonesia. Kebijaksanaan nilai
tukar rupiah terhadap dolar Amerika yang pernah dilakukan adalah ;
- Devaluasi Nopvember 1978 dari Rp 425 per USD menjadi Rp 625 per USD
- Devaluasi Maret 1983 dari Rp 625 per USD menjadi Rp 825 per USD
- Devaluasi September 1986 dari Rp 1134 per USD menjadi Rp 1644 per USD
Selanjutnya sistim nilai tukar mengambang terkendali secara lebih fleksibel pernah
diterapkan di Indonesia dari September 1986 – Januari 1994. Kemudian nilai tukar
mengambang diterapkan sejak tanggal 14 Agustus 1997 sampai sekarang, kebijakan ini
ditempuh sebagai reaksi pemerintah dalam menghadapi demikian besarnya gejolak dan
cepatnya pelemahan nilai tukar rupiah pada sekitar Juli-Agustus 1997. Selajutnya nilai
tukar mengambang tersebut dikukuhkan dengan Undang-Undang No. 24 Tahun 1999
tentang lalu lintas devisa dan sistim nilai tukar. Sesuai dengan undang-undang tersebut,
sistim nilai tukar di Indonesia ditetapkan oleh pemerintah setelah mempertimbangkan
rekomendasi yang disampaikan oleh Bank Indonesia.

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro | 92


g. Paket Oktober 1988.
Kebijakan ini dikeluarkan pada tanggal 28 Oktober 1988 yang dikenal dikenal dengan
istilah ”Pakto 88” dibidang keuangan dan perbankan, dengan isi sebagai berikut :
- Pengenaan pajak penghasilan (pph) sebesar 15 % terhadap bunga deposito.
Pungutan ini bersifat final (dipungut langsung ketika deposan menerima bunga
deposito). Alasan mengenai pengenaan pph atas bunga deposito adalah untuk
mengembangkan pasar modal melalui investasi yang dilakukan masyarakat ke
usaha-usaha yang lebih produktif disamping melaksanakan undang-undang
perpajakan. Dalam hal ini mengenai penarikan deposito secara besar-besaran tidak
akan terjadi, sebab bila dibandingkan suku bunga deposito dalam valuta asing, lebih
menguntungkan dalam deposito rupiah.
- Mempermudah persyaratan pendirian suatu bank dan lembaga keuangan bukan
bank (LKBB). Dalam hal ini LKBB dibolehkan mengedarkan sertifikat deposito
dan sebuah bank diizinkan mengadakan tabungan.
- Menurunkan jaminan likuiditas atau cash ratio dari 15 % menjadi 2 %. Hal ini
dilakukan guna membantu deposan agar pendapatannya tidak berkurang dengan
dikenakan pajak.
Sasaran-sasaran yang diharapkan dari kebijakan Pakto 88 ini adalah : mengerahkan
dana masyarakat, pemerataan kesempatan usaha, mengembangkan pasar modal,
pemerataan kesempatan kerja, mendorong peningkatan ekspor non migas melalui
perluasan bank-bank devisa dan melonggarkan persyaratan kepada pedagang valuta
asing, meningkatkan efisiensi perbankan dan lembaga keuangan yaitu pemerintah
melonggarkan ketentuan menyangkut penempatan dana BUMN pada bank dan
mengatur kembali batas minimum pemberian kredit (legal lending limit),
mengendalikan pelaksanaan kebijaksanaan moneter yaitu menetapkan likuiditas wajib
minimum serta operasi pasar terbuka.

h. Paket 21 November 1988.


Paket ini mengatur mengenai BUMN yaitu masalah status ganda yang dimiliki oleh
BUMN sebagai berikut :
- Sebagai unit kegiatan ekonomi.
- Sebagai aparatur perekonomian negara
Hal ini didalam prakteknya sangat bertentangan disatu pihak mencari laba, dilain pihak
terikat dengan peraturan yang berlaku. Langkah yang diambil adalah ; memperkecil
atau menghilangkan BUMN yang tidak produktif lagi, meringankan ketentuan
birokrasi, mengutamakan profesionalisme, mengadakan kerja sama dengan swasta
dalam bidang manajemen.

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro | 93


8. Pengaruh kebijakan moneter.

Kebijakan moneter dikatakan efektif bila mampu mengendalikan tingkat output dan
atau harga, dan dengan pengaturan jumlah uang beredar dapat mempengaruhi kondisi
keseimbangan pasar uang-modal, kebijakan moneter mempengaruhi tingkat bunga dan
jumlah uang beredar, dan pengaruh kebijakan moneter dapat dilihat pada :

Keseimbangan pasar uang-modal.

Diagram 15.2
(a) (b)

MS2 MS0 MS1


r r LM2

r6 F6 F6 LM0

LM1
r2 F2 F2

r5 F5 F5
r4 F4 F4

r1 F1 MD0(Y0) F1

r3 F3 F3

MD1(Y1)

0 Y2 Y0 Y1 Y 0 Y0 Y1 Y

Gambar diatas menunjukan kurva LM0 yang diturunkan dari MS0.


MS adalah money supply sama dengan penawaran uang, sedangkan LM adalah liquidity
preference sama dengan permintaan akan uang (MD), dengan uraian :
- Bila pemerintah menambah jumlah uang beredar setingkat ke MS1, maka untuk
membuat pasar pasar uang-modal berada dalam keseimbangan pada tingkat Y0, tingkat
bunga harus diturunkan dari r1 ke r3 atau dari titik F1 ke F3.
- Bila pasar uang-modal berada dalam kondisi keseimbangan pada tingkat Y1 tingkat
bunga juga harus diturunkan dari r2 ke r4 atau dari titik F2 ke F4, sehingga kurva LM
bergeser kekanan ( LM0 ke LM1).
- Bila pemerintah mengurangi jumlah uang beredar setingkat ke MS2, maka untuk
membuat pasar pasar uang-modal berada dalam keseimbangan pada tingkat Y0, tingkat
bunga harus dinaikan dari r1 ke r5 atau dari titik F1 ke F5.

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro | 94


- Bila pasar uang-modal berada dalam kondisi keseimbangan pada tingkat Y1 tingkat
bunga juga harus diturunkan dari r2 ke r6 atau dari titik F2 ke F6, sehingga kurva LM
bergeser kekiri ( LM0 ke LM2).
Misalkan kebijaksanaan moneter berupa ; pemerintah membeli bond, yang
akibatnya adalah : a) Kurva bergeser dari garis LM menjadi LM1, b) Tingkat bunga akan
turun, c) Pendapatan atau output masyarakat naik. Mekanismenya adalah jika tingkat bunga
turun maka konsumsi naik, bila konsumsi naik berarti agregat demand juga naik, jika
agregat demand naik, maka output /produksi naik, seterusnya pendapatan / income akan
naik, perhatikan grafik berikut :

i
LM

LM1
iE E

i1 E1

IS

0 YE Y1 Y

Bila dalam aplikasinya kebijaksanaan moneter yang tidak efektif menaikkan income atau
output maka akan terjadi ; tingkat bunga konstan yang menyebabkan kurva LM horizontal,
dan bila output yang konstan menyebabkan LM vertikal.

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro | 95


Bagian XV
Kebijaksanaan Fiskal

2. Pengertian.

Kebijakan fiskal adalah kebijakan ekonomi yang digunakan oleh pemerintah untuk
mengelola / mengarahkan perekonomian ke kondisi yang lebih baik atau diinginkan dengan
cara mengubah-ubah penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Jadi tujuan kebijakan fiskal
sama dengan tujuan kebijakan moneter, perbedaan terletak pada instrument yang
digunakan, jika dalam kebijakan moneter pemerintah mengendalikan jumlah uang beredar,
maka dalam kebijakan fiskal pemerintah mengendalikan penerimaan dan pengeluaran.
Penerimaan pemerintah diasumsikan berasal dari pajak (tax) yang dinotasikan
sebagai Tx, sedangkan untuk pengeluaran pemerintah (government expenditure)
dinotasikan sebagai G.

3. Pengaruh pajak terhadap pendapatan dan konsumsi.

Dengan mempertahankan asumsi bahwa pengeluaran investasi ( I ) dan pengeluaran


pemerintah ( G ) bersifat otonomous, maka pajak akan mempengaruhi pengeluaran
konsumsi melalui pengaruhnya terhadap fungsi konsumsi, pengaruh pajak, pengaruh pajak
yang dibahas pada pembahasan selanjutnya adalah pajak nominal dan pajak proporsional.

Pajak Nominal
Pajak nominal pertama kali mempengaruhi pendapatan disposibel, jika pendapatan adalah
Y dan pajak nominal adalah Tx, maka pendapatan disposibel : Yd = Y – Tx, fungsi
konsumsi menurut model Keynes adalah : C = C0 + bYd, dengan adanya pajak nominal,
maka Yd = Y – Tx, sehingga fungsi konsumsi menjadi :
C = C0 + bYd
= C0 + b (Y – Tx)
= C0 + bY - bTx
= C0 – bTx + bY
Dari persamaan diatas terlihat bahwa pajak nominal tidak mengubah nilai MPC, artinya
pajak nominal tidak mengubah sensitivitas konsumsi akibat perubahan pendapatan, yang
berubah adalah konsumsi otonomous, dimana pajak nominal menyebabkan konsumsi
otonomous menjadi lebih lecil sebesar bTx.

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro | 96


Contoh :
Diketahui fungsi konsumsi C1 = 100 + 0,8 Yd, dan pajak nominal ( Tx ) sebesar 25, maka
pengaruhnya adalah sebgai berikut :
C2 = 100 + 0,8 Yd
= 100 + 0,8 ( Y – Tx )
= 100 + 0,8 ( Y – 25 )
= 100 + 0,8Y – 20
= 80 + 0,8Y
Jadi dapat dilihat nahwa pajak nominal tidak mengubah MPC, melainkan menggeser kurva
konsumsi kebawah sebesar 20 unit ( sebesar b kali Tx atau 0,8 x 25), perhatikan gambar
berikut :

Gambar 15.1
Pajak nominal dengan fungsi konsumsi

C1 = 100 + 0,8 Y
C2 = 80 + 0,8Y

100

80

0 Y

Dari gambar dapat dilihat bahwa penurunan konsumsi otonomous dari 100 menjadi 80
akibta pajak nominal sebesar 25.

Pajak proporsional
Jika pajak penghasilan yang dikenakan dengan pajak proporsional ( t ) maka pendapatan
disposibel menjadi : Yd = Y – tY atau sama dengan Y ( 1-t ), akibtanya fungsi konsumsi
berubah menjadi :

C = C0 + bYd = C0 + b [ Y ( 1-t )]
C = C0 + bY – btY = C0 + (b – bt) Y

Ternyata pajak proporsional menyebabkan MPC menjadi (b-bt) atau lebih kecil sebesar bt,
sedangkan konsumsi otonomous tetap.
Contoh ;

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro | 97


Fungsi konsumsi awal C1 = 100 + 0,8Yd, bila pajak pendapatan sebesar 25 persen, maka
Yd= (1-t)Y, fungsi konsumsi yang baru menjadi ;
C2 = 100 + 0,8 Yd
= 100 + 0,8 (1-t)Y
= 100 + 0,8 ( 1- 0,25) Y
= 100 + 0,8 ( 0,75 ) Y
= 100 + 0,6 Y
Pajak proporsional telah menyebabkan MPC berubah menjadi 0,6 atau lebih kecil 0,2 dari
MPC sebelumn ada pajak proporsional. Perubahan MPC tersebut dapat digambarkan
sebagai berikut :

Gambar 15.2
Pajak proporsional dengan fungsi konsumsi

C1 = 100 + 0,8 Y
C2 = 100 + 0,6Y

100

Pajak pendapatan 25 %
Mengubah MPC dari 0,8 menjadi 0,6

0 Y

4. Pengaruh pajak terhadap keseimbangan ekonomi.

Karena kebijakan fiskal bertujuan mengarahkan perekonomian ke kondisi yang


lebih baik, maka dampaknya terhadap keseimbangan ekonomi harus dipahami, salah satu
cara paling mudah melihatnya adalah dengan melihat pengaruh pajak terhadap output
keseimbangan

Contoh :
Diketahui fungsi konsumsi; C = 100 + 0,8 Yd, investasi bersifat otonomous ; I = 150, jika
pengeluaran pemerintah ; G = 250, maka kondisi keseimbangan (Y) adalah :
Y =C+I+G
= 100 + 0,8 Yd + 150 + 250
= 500 + 0,8 Y
0,2Y = 500
Y = 2.500

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro | 98


Bila ada pajak penghasilan nominal sebesar 100, maka ;
Yd = Y – 100
C = 100 + 0,8Yd
= 100 + 0,8 ( Y - 100)
= 100 + 0,8 Y – 80
= 20 + 0,8Y
Dengan demikian pengeluaran agregat menjadi
AE =C+I+G
= 20 + 0,8 Y + 150 + 250
= 420 + 0,8 Y
Maka output keseimbangan menjadi
Y = AE = C + I + G
= 420 + 0,8 Y
Y – 0,8Y = 420
0,2Y = 420
Y = 420 / 0,2
= 2100
Ternyata dengan adanya pajak sebesar 100 telah menyebabkan output
keseimbangan berkurang sebesar 2500 – 2100 = 400.
Y =C+I+G
= C0 + bY + I + G
= C0 + I0 + G0 + bY

A0
= A0 + bY sehingga dalam kondisi keseimbangan Y = A0 / (1-b)

Jika ada pajak sebesar t, maka fungsi konsumsi menjadi C = C0 + b ( Y – t),


sehingga fungsi pengeluaran agregat menjadi AE = A0 + bY – bt, dengan demikian fungsi
keseimbangan menjadi : Y = AE = A0 – bt + bY
Y(1–b) = A0 – bt
Y =
Sehingga hubungan antara perubahan pajak nominal (t)dengan perubahan pendapatan
keseimbangan (Y) adalah:
Y = sehingga dari kasus diatas bila t = 100, maka :

Y =
= - 400

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro | 99


5. Politik anggaran/kebijakan anggaran.

Hasil yang dicapai dari kebijaksanaan fiskal merupakan interaksi (resultan) dari
dampak pajak dan pengeluaran pemerintah terhadap output keseimbangan, pengaruh
perubahan pengeluaran pemerintah terhadap perubahan pendapatan keseimbangan adalah
Y = ,sedangkan pengaruh pajak terhadap pendapatan adalah Y =
Perbandingan nilai penerimaan (t) dan pengeluaran (G), politik anggaran dapat dibedakan
menjadi :
a. Anggaran tak berimbang, meliputi :
(a) Anggaran defisit (deficit budget), yaitu anggaran yang memang dirancang untuk
defisit, sebab pengeluaran pemerintah direncanakan lebih besar dari penerimaan
pemerintah ( t < G ) atau ( G > t ). Politik anggaran defisit biasanya ditempuh bila
perekonomian berada dalam kondisi resesi. Dengan asumsi awal anggaran
pemerintah adalah anggaran berimbang ( G = t ), bila pemerintah menempuh
anggaran defisit, maka ∆G > ∆t ( dimana ∆G ≥ 0 dan ∆t ≥ 0 ), maka jika
pemerintah menempuh politik anggaran defisit, pemerintah dianggap memilih
kebijakan fiskal ekspansif.
Y karena G = ,Y karena t = , sehingga total pengaruhnya
(karena ∆G dan ∆t) adalah : Y = + = karena
penyebutnya sama ( 1-b), maka pengaruhnya dapat ditulis sebagai berikut :
Y = , jika ∆G > ∆t maka dapat dikatakan ∆G = ∆t + W, dimana W = ∆G
- ∆t, sehingga : Y = = Jadi bila
politik anggarannya anggran defisit, maka pengaruhnya terhadap pertambahan
pendapatan lebih besar dibanding besarnya defisit pengeluaran yang direncanakan.
Bila ∆t = 0; ( W = ∆G) atau ∆G = 0; ( W = ∆T), maka : Y =
Contoh :
Diketahui fungsi konsumsi, C = 100 + 0,8 Yd, Investasi, I = 150, pengeluaran
pemerintah, G = 250, tingkat pajak, t = 250.

Kondisi keseimbangan awal :


Y =C+I+G
= 100 + 0,8 Yd + 150 + 250
= 100 + 0,8 ( Y – 250) + 150 + 250
= 500 + 0,8 ( Y-250)
= 500 + 0,8 Y – 200
= 300 + 0,8 Y
Y - 0,8 Y = 300
0,2 Y = 300
Y = 300 / 0,2 = 1.500

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro | 100


Jika pemerintah menempuh anggaran defisit, dimana ∆G = 250, sementara ∆t =
150, maka :
G1 = 250 + 250 = 500
Yd1 = Y – 250 – 150 = Y – 400, sehingga fungsi konsumsi
menjadi :
C1 = 100 + 0,8 Yd1
= 100 + 0,8 ( Y – 400 )
= 100 + 0,8Y – 320
= -220 + 0,8 Y

Y = C+ I + G
= - 220 + 0,8Y + 150 + 500
= 430 + 0,8 Y
Y – 0,8Y = 430
0,2Y = 430
Y = 430 / 0,2 = 2.150
∆Y = 2150 – 1500
= 650

Angka 650 adalah : ∆Y =

(b) Anggaran surplus (surplus budget), yaitu anggaran yang memang dirancang untuk
surplus, sebab penerimaan pemerintah direncanakan lebih besar dari pengeluaran
pemerintah ( t > G ) atau ( G < t ). Politik anggaran surplus biasanya ditempuh bila
perekonomian berada dalam tahap ekspansi dan terus memanas (overheating).
Melalui anggaran surplus pemerintah mengerem pengeluarannya untuk
menurunkan tekanan permintaan atau mengurangi daya beli dengan menaikan
pajak, maka jika pemerintah menempuh politik anggaran surplus, pemerintah
dianggap memilih kebijakan fiskal kontraktif.

Contoh :
Diketahui fungsi konsumsi, C = 100 + 0,8 Yd, Investasi, I = 150, pengeluaran
pemerintah, G = 250, tingkat pajak, t = 250.

Kondisi keseimbangan awal :


Y =C+I+G
= 100 + 0,8 Yd + 150 + 250
= 100 + 0,8 ( Y – 250) + 150 + 250
= 500 + 0,8 ( Y-250)
= 500 + 0,8 Y – 200
= 300 + 0,8 Y
Y - 0,8 Y = 300
0,2 Y = 300
Y = 300 / 0,2 = 1.500

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro | 101


Jika pemerintah menempuh anggaran surplus, dimana ∆G = 150, sementara ∆t =
250, maka :
G1 = 250 + 150 = 400
Yd1 = Y – 250 – 250 = Y – 500, sehingga fungsi konsumsi
menjadi :
C1 = 100 + 0,8 Yd1
= 100 + 0,8 ( Y – 500 )
= 100 + 0,8Y – 400
= -300 + 0,8 Y

Y = C+ I + G
= - 300 + 0,8Y + 150 + 400
= 250 + 0,8 Y
Y – 0,8Y = 250
0,2Y = 250
Y = 250 / 0,2 = 1.250
∆Y = 1250 – 1500
= -250

Angka -250 adalah : ∆Y =

b. Anggaran berimbang.
Anggaran berimbang adalah pengeluaran direncanakan akan sama dengan penerimaan
( G = t ) atau ( ∆G = ∆t ). Tak ada ketentuan pokok dalam kondisi ekonomi apa politik
anggaran berimbang ditempuh, namun bila pemerintah memilih politik anggaran
berimbang, dua hal yang ingin dicapai adalah : 1) peningkatan disiplin, 2) kepastian
anggaran.
Karena ∆G = ∆t, maka pengaruh anggaran terhadap keseimbangan ekonomi adalah :
∆Y karena ∆G = dan ∆Y karena ∆t = , oleh karena ∆G = ∆t, maka :
∆Y = atau ∆Y = = atau
∆Y = ∆t = ∆G, sehingga dapat dikatakan efek multiplier dari anggaran berimbang
adalah sama dengan satu (balance budget multiplier)

Contoh
Diketahui fungsi konsumsi, C = 100 + 0,8 Yd, Investasi, I = 150, pengeluaran
pemerintah, G = 250, tingkat pajak, t = 250.

Kondisi keseimbangan awal :


Y =C+I+G
= 100 + 0,8 Yd + 150 + 250
= 100 + 0,8 ( Y – 250) + 150 + 250
= 500 + 0,8 ( Y-250)

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro | 102


= 500 + 0,8 Y – 200
= 300 + 0,8 Y
Y - 0,8 Y = 300
0,2 Y = 300
Y = 300 / 0,2 = 1.500
Jika pemerintah menempuh anggaran berimbang, dimana ∆G = 150, sementara ∆t
= 150, maka :
G1 = 250 + 150 = 400
Yd1 = Y – 250 – 150 = Y – 400, sehingga fungsi konsumsi
menjadi :
C1 = 100 + 0,8 Yd1
= 100 + 0,8 ( Y – 400 )
= 100 + 0,8Y – 320
= -220 + 0,8 Y

Y = C+ I + G
= - 220 + 0,8Y + 150 + 400
= 330 + 0,8 Y
Y – 0,8Y = 330
0,2Y = 330
Y = 330 / 0,2 = 1.650
∆Y = 1650 – 1500
= 150
Angka 150 adalah ∆Y = ∆t = ∆G

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro | 103


6. Efektifitas kebijakan fiskal.

Kebijakan fiskal dikatakan efektif bila mampu mengubah tingkat bunga (r) dan atau
output sesuai dengan yang diinginkan oleh pemerintah, pengaruh kebijakan fiskal terhadap
output keseimbangan terjadi melalui pengaruhnya terhadap keseimbangan pasar barang
jasa.

Dampak kebijakan fiskal terhadap keseimbangan pasar barang jasa

Dampak pengeluaran pemerintah yang ekspansif (∆G > 0, sementara ∆t = 0)


menyebabkan kurva IS bergeser kekanan. Pada tingkat bunga yang sama (misalnya r1)
pergeseran kurva IS tersebut memnyebabkan output keseimbangan bergeser dari Y* ke
Y*1. Sebaliknya dampak anggaran defisit ( ∆G < 0, sedangkan ∆t = 0) menyebabkan kurva
IS bergeser kekiri. Pada tingkat bunga yang sama, yaitu r1 pergeseran kurva IS
menyebabkan output keseimbangan berkurang menjadi Y*2. Jarak antara Y* dengan Y*1
adalah sama dengan jarak antara Y* dengan Y*2. Jarak-jarak antara output keseimbangan
tersebut merupakan ∆Y, yang besarnya sama dengan , perhatikan grafik berikut :
Gambar. 15.3
Dampak kebijakan fiskal terhadap
Keseimbangan pasar barang-jasa

Fiskal fiskal
Kontraktif ekspansif ∆Y =

r1

∆Y = IS2 IS0 IS1

Y
0 Y2 Y0 Y1

Dampak kebijakan fiskal ekspansif terhadap inflasi.

Jika tambahan pengeluaran pemerintah akan menghadilkan tambahan output


keseimbangan yang beberapa kali lipat, bukakah lebih baik pemerintah terus menerus
mengingkatkan anggaran ?, pernyataan tersebut baru benar bila didalam perekonomian
hanya terdiri dari pasar barang – jasa. Dalam analisis IS-LM.

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro | 104


Perekonomian baru dikatakan berada dalam keseimbangan jika pasar uang modal
juga berada dalam keseimbangan. Karenanya untuk melihat baik buruknya anggaran
ekspansif kita masukan kurva LM dalam analisis, sehingga secara grafis dapat dilihat
sebagai berikut :

Gambar. 15.4a
Kebijakan kombinasi (moneter dan fiskal)

LM0

E2
r1

E0 E1
r0 fiskal ekspansif

IS0 IS1

0 Y0 Y2 Y1 Y

Misalkan pemerintah menambah pengeluaran, akibatnya : kurva IS bergeser keatas


dari IS0 menjadi IS1, tingkat bunga naik dari r0 menjadi r1, output atau income naik dari Y0
menjadi Y2. Seandainya tingkat bunga konstan maka output naik tinggi yaitu dari Y0 ke Y1
atau dari E0 ke E1 keadaan ini disebut crowding out atau keadaan yang kacau, dimana
output yang seharusnya dari Y0 ke Y1, tapi kenaikan yang terjadi justru dari Y0 ke Y2.
Crowding out adalah suatu kondisi dimana output tidak naik lebih tinggi karena kenaikan
tingkat bunga mengurangi investasi.
Untuk mencapai LM1 karena sudah ada IS1, kebijaksanaan fiskal harus diiringi
dengan kebijaksanaan moneter ekspansif yaitu dengan penambahan jumlah uang beredar,
sehingga kebijaksanaan fiskal ekspansif dan moneter ekspansi menggambarkan dua kondisi
yaitu :
Policy Income Interest
Monetary ekspansi bertambah turun
Fiskal ekspansi berkurang naik

lihat gambar dibawah ini :

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro | 105


Gambar. 15.4b
Kebijakan kombinasi (moneter dan fiskal)

r
moneter
ekspansif
LM0

LM1
r1

r0 fiskal ekspansif

IS0 IS1

0 Y0 Y2 Y1 Y

Keseimbangan awal tercapai pada saat tingkat bunga adalah r0 dan output
keseimbangan adalah Y0. Bila pemerintah menempuh anggaran ekspansif yang
menyebabkan kurva IS bergeser ke IS1, tadinya yang diharapkan pemerintah adalah
bertambahnya output keseimbangan sebesar ( Y1 – Y0 ) sementara tingkat bunga tetap.
Jarak Y1 – Y0 adalah sebesar . Namun bila diperhatikan yang terjadi adalah output
keseimbangan hanya mencapai Y2 yang lebih kecil dari yang ditargetkan Y1 bahkan terjadi
inflasi dilihat dari tingkat bunga yang bergeser dari r0 ke r1.
Ternyata penambahan pengeluaran pemerintah telah menyebabkan naiknya
pengeluaran agregat, naiknya pengeluaran agregat menyebabkan keinginan sektor swasta
melakukan investasi semakin besar. Besarnya investasi swasta yang diharapkan pemerintah
disebut sebagai investasi yang diharapka (expected investment = IE, tapi peningkatan
investasi ini tidak disertai dengan kemampuan peningkatan kredit, jika permintaan investasi
meningkat sementara penawaran kredit tetap, maka terjadi kelebihan permintaan investasi
yang menyebabkan naiknya harga investasi, yaitu naiknya tingkat bunga, berarti naiknya
biaya modal, menyebabkan rencana-rencana investasi menjadi tidak layak (no feasible).
Dampak lanjutnya adalah permintaan investasi nyata (riil investment = IR) tidak sebesar
yang ditargetkan ( IR < IE ), maka pertumbuhan ekonomi riil juga lebih kecil dari yang
diharapkan , terlihat bahwa Y2 – Y0 atau ∆Y riil lebih kecil dari Y1 – Y0 atau ∆Y yang
diharapkan.

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro | 106


Alternatif kebijaksanaan fiskal (pajak).

Alternatif kebijaksanaan fiskal dapat dilihat pada pola berikut :


Tingkat Konsumsi Investasi
Kebijaksanaan Bunga = r C I GDP
Income Tax Rate
Naik Naik Turun Naik
Goverment
Spending Naik Naik Turun Naik
Investasi Subsidi
Naik Naik Naik Naik
Sehingga dalam pelaksanaannya alternatif kebijaksanaan yang ada tergantung dari kemauan
arah politik yang dianut oleh suatu negara.

Kebijaksanaan moneter dan kebijaksanaan fiskal.

Asumsi I :
- Pergerakan modal sempurna (capital perpect mobility = CPM)
- Nilai tukar tetap (fixed exchange rate = FER)
Misal pemerintah melaksanakan kebijaksanaan moneter ekspansif, berupa penambahan
uang (stok uang), perhatikan gambar berikut :

Gambar. 15.5
Kebijaksanaan moneter

r LM
LM1

E
re = rf BP = 0

IS

Maka : LM bergeser menjadi LM1 akibatnya :


- Tingkat bunga turun
- Modal mengalir keluar negeri
- Nilai tukar mata uang dalam negeri turun
- Pemerintah membeli rupiah agar nilai tukar tetap ( fixed exchange rate = FER)
- Supply uang berkurang
Dan LM1 bergeser kembali menjadi LM, kesimpulan kebijaksanaan moneter tidak
efektif.
BP = balance of payment.

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro | 107


Misal : pemerintah melaksanakan kebijaksanaan fiskal ekspansif maka pengeluaran
pemerintah ( G ) naik.

Gambar. 15.6
Kebijaksanaan fiskal

LM

E2 LM1

E0 E1
re = rf BP = 0

IS IS1

0 Y0 Y2 Y1 Y

Maka : IS bergeser menjadi IS1


- Tingkat bunga naik
- Modal mengalir masuk (capital inflow)
- Nilai tukar naik
- Supply uang bertambah
Dan LM bergeser pula menjadi LM1, kesimpulan kebijaksanaan fiskal efektif

Asumsi II.

- Pergerakan modal sempurna (capital perpect mobility = CPM)


- Nilai tukar fleksibel (fleksible exchange rate = FER)
Misal : pemerintah melaksanakan kebijaksanaan fiskal ekspansif maka pengeluaran
pemerintah ( G ) naik.:

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro | 108


Gambar. 15.7
Kebijaksanaan fiskal

r
LM

E1

E0
re = rf BP = 0

IS IS1

0 Y0 Y1 Y
Maka : IS bergeser menjadi IS1
- Tingkat bunga naik
- Capital inflow
- Balance of payment surplus
- Nilai tukar naik (apresiasi)
- Ekspor turun
Dan IS1 kembali bergeser ke IS, kesimpulannya kebijaksanaan tidak efektif

Misal : pemerintah melaksanakan kebijaksanaan moneter yang ekspansif, maka M naik


sehingga :
Gambar. 15.8
Kebijaksanaan moneter
r
LM
LM1

r2 = rf E E2 BP = 0

E1
IS1
IS

0 YE Y1 Y2 Y

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro | 109


Maka : LM bergeser ke LM1
- Tingkat bunga turun
- Capital out flow
- Balance of payment defisit
- Nilai tukar turun
- Ekspor naik
Dan IS akan bergeser ke IS1
Bila suatu negara memakai fixed exchange rate maka yang efektif adalah
kebijaksanaan fiskal, dan bila suatu negara memakai flexible exchange rate, maka yang
efektif adalah kebijaksanaan moneter.

Slope kurva IS dan LM


Secara grafis slope LM akan mempengaruhi efektivitas kebijakan fiskal, bila slope
kurva LM mendatar sejajar sumbu horizontal ( interval Keynesian), maka kebijakan fiskal
efektif sempurna, karena mampu mempengaruhi output keseimbangan tanpa menimbulkan
inflasi. Menurut para ekonom Keynesian, kurva LM yang mendatar menggambarkan
perekonomian berada dalam kondisi lesu karena perangkap likuiditas, dimana sekalipun
tingkat bunga sudah sedemikian rendah, tetapi investasi tidak meningkat. Hal ini terjadi
karena begitu lemahnya ekspektasi masyarakat. Agar perekonomian pulih kembali, maka
ekspektasi harus dipulihkan. Untuk itu dibutuhkan campur tangan pemerintah melalui
peningkatan pengeluaran pemerintah yang akan mendorong kegiatan ekonomi.

Gambar 15.9. Efektivitas Kebijakan Fiskal


r LM

r6

r5 IS6

IS5
r4

r3 IS4
IS3
r1
IS1 IS2

0 Y0 Y1 Y2 Y3 Y4 (Yf) Y
Interval Keynes Interval Antara Interval Klasik
Kebijakan fiskal Y4 = Yf ( Full Employment)
Efektif sempurna Kebijakan fiskal tidak efektif
sempurna

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro | 110


Dalam gambar terlihat bahwa kebijaksanaan fiskal ekspansif ( IS0 ke IS1 ), telah
menaikan output keseimbangan dari Y0 ke Y1 sementara tingkat bunga tetap. Pada interval
antara, dimana slope LM >0, kebijakan fiskal ekspansif ( IS3 ke IS4), telah menaikan output
dari dari Y2 ke Y3, tetapi tingkat bunga naik juga naik dari r3 ke r4. Bila slope LM tegak
lurus ( interval Klasik), perekonomian berada dalam kondisi seperti yang diasumsikan
Klasik, yaitu kesempatan kerja penuh (full employment) dan uang bersifat netral. Dalam
kondisi seperti ini, kebijakan fiskal tidak efektif sempurna. Misalnya kebijakan fiskal
ekspansif ( dari IS5 ke IS6 hanya menaikan tingkat bunga (inflasi) dari r5 ke r6 sementara
output tidak berubah yaitu tetap di Y4 yang merupakan tingkat output pada kesempatan
kerja penuh.
Gambaran lebih rinci tentang hubungan antara slope kurva IS-LM dengan
efektivitas kebijakan fiskal dapat dilihat dalam tabel dibawah ini :

Tabel 15.9a
Efektivitas Kebijaksanaan Fiskal Terhadap Output
Dan Tingkat Harga (Bunga)

Kurva LM Elastis Kurva LM Positif Kurva LM Inelastis


Sempurna ( Interval (Interval Antara) Sempurna
Keynes) (Interval Klasik)
Kurva IS Elastis Fiskal Ekspansif : Kebijakan Fiskal
Sempurna Tidak terdefinisikan Y naik, r naik tidak efektif
Fiskal Kontraktif : Sempurna.
Y turun, r turun Fiskal Ekspansif :
Y tetap, r naik
Kurva IS Negatif Kebijakan Fiskal Fiskal Ekspansif : Kebijakan Fiskal
Efektif Sempurna. Y naik, r naik tidak efektif
Fiskal Ekspansif : Fiskal Kontraktif : sempurna.
Y naik, r tetap Y turun, r turun Fiskal Ekspansif :
Fiskal kontraktif : Y tetap, r naik
Y turun, r tetap

Kurva IS Inelastis Kebijakan Fiskal Fiskal Ekspansif: Tidak


Sempurna efektif sempurna. Y naik, r naik terdefinisikan
Fiskal Ekspansif : Fiskal Kontraktif :
Y naik, r tetap Y turun, r turun
Fiskal Kontraktif :
Y turun, r tetap

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro | 111


Bagian XVI
Sistim Moneter dan Bank Sentral

1. Sistim Moneter.

Sistem moneter adalah lembaga-lembaga yang dapat mengeluarkan, menciptakan,


dan mempengaruhi jumlah uang yang beredar. Sistem moneter terdiri dari otoritas moneter
dan semua bank yang di perbolehkan menerima simpanan giro, termasuk bank-bank devisa.
Otoritas moneter terdiri dari Bank Sentral atau Bank Indonesia dan Bank Pemerintah Pusat.
Sistem moneter bersama-sama dengan lembaga-lembaga keuangan lainnya
merupakan sektor ekonomi keuangan Indonesia. Menurut UU perbankkan No. 14 tahun
1967, ” sistem perbankkan Indonesia disusun agar BI dapat melakukan pengawasan
terhadap pelaksanaan kebijaksanaan moneter oleh bank-bank dan untuk mengawasi serta
memimpin seluruh sistem perbankkan”.
Oleh karena itu seluruh bank, yaitu bank komersil/ umum pemerintah atau swasta
sebagai badan usaha dengan bentuk hukum perseroan terbatas atau koperasi akan dapat di
awasi dan di arahkan oleh bank sentral agar supaya dapat di ciptakan suatu sistem
koordinasi dibawah lembaga pengawasan dan panduan tunggal.
1) Fungsi dari otoritas moneter adalah
a. Mengeluarkan atau menciptakan uang giral.
b. Menciptakan uang primer (Uang Kartal).
c. Memelihara atau melakukan pengelolaan cadangan emas dan devisa.
d. Mengontrol pelaksanaan sistem moneter.
Fungsi otoritas moneter yang dilaksanakan oleh pemerintah adalah mengadakan
transaksi dengan International Monetary of Fund (IMF) dan mengadakan pinjaman
dari luar negeri dalam rangka memperkuat cadangan devisa.
2) Dewan Moneter
Menurut UU No. 13 tahun 1968 tentang Bank sentral, dalam Bab VI pasal 9
menyebutkan bahwa dewan moneter bertugas untuk :
a. Membantu perencanaan dan penentuan serta pengawasan pola kebijaksanaan
moneter untuk mencapai kestabilan moneter.
b. Membantu perencanaan dan penentuan kesempatan kerja penuh dan kenaikan taraf
hidup rakyat.
c. Mengatur dan mengkoordinir pelaksanaan kebijaksanaan moneter seperti yang telah
ditentukan oleh pemerintah.

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro | 112


Kemudian dalam bab yang sama pasal 10 mengatakan bahwa, dewan moneter
terdiri dari :
a. Ketua : Menteri Keuangan
b. Anggota : Menteri Perekonomian/Perdagangan.
Gubernur Bank Indonesia.

Anggota-Anggota Umum Sistem Moneter Dan


Perbankan Di Indonesia

Dirjen moneter dlm negeri


Dirjen moneter luar negeri
Departemen Keuangan
Dewan
moneter
Deputi Perencanaan Moneter
Pembiayaan BAPPENAS

Bank
sentral

Bank Pemerintah Bank asing Bank swasta


Bank Umum/Devisa Kantor cabang Bank umum
Bank Pembangunan Daerah Kepala sub cabang Bank umum (devisa)
Bank Tabungan Ketua perwakilan

3) Kedudukan Dewan / Anggota Moneter di Indonesia

Dalam sistem perbankan indonesia, di mana terdapat dewan moneter yang di ketuai oleh
Menteri Keuangan dengan anggota, Menteri Perdagangan / Perekonomian dan Gubernur
Bank Indonesia. Di bawah dewan moneter terdapat Bank Sentral (Bank Indonesia) di
samping berfungsi : mengatur, menjaga, memelihara kestabilan nilai rupiah, mengawasi
pelaksanaan kebijaksanaan moneter dan membina, mengkoordinir dan mengawasi
seluruh perbankan baik Bank Pemerintah / Bank Sentral Nasional.
Dewan moneter ini berakhir setelah dikeluarkannya Undang-Undang No. 23 Tahun 1999
tentang Bank Indonesia, dan dari sini pula dimulai Independensi Bank Indonesia dalam
melaksanakan tugas-tugasnya.

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro | 113


2. Bank Sentral

2.1. Asal-usul Bank Sentral (dalam Suseno ; 2007, hal 4-8)

Pada tahun 1834 seorang Perancis yang berkunjung ke Amerika Serikat menyebut
the Bank of United States (cikal bakal Federal Reserve Bank sebagai banque centrale). Dan
40 tahun kemudian Walter Bagehot menggunakan nama tersebut dalam bahasa Inggris
”central bank”, sebagai bank yang memiliki hak monopoli dalam percetakan dan
pengedaran uang (Marjorie and Pringle, dalam Suseno ; 2007 hal 4).
Mengapa bank sentral penting ? sesuai dengan predikat yang melekat pada nama
yaitu bank dan sentral, sentral disini dapat diartikan sebagai pengendali, sebagai pusat,
sebagai pembuat aturan bagi bank lain. Jadi bank sentral menjadi penting karena ; a)
sebagai otoritas moneter, kegiatan bank sentral terkait dan berpengaruh terhadap seluruh
sektor ekonomi lainnya (seperti fiskal, riil, luar negeri dan lainnya), b) bank sentral selain
bertugas menjaga kestabilan harga juga berperan penting dalam menjaga stabilitas sistem
keuangan, c) bank sentral sebagai mitra strategis dan penyeimbang bagi otoritas fiskal
dalam menjaga stabilitasekonomi makro suatu perekonomian.
Bank sentral merupakan fenomena abad ke 20, hanya ada beberapa bank sentral
yang ada sebelum abad 20 yaitu ; Inggris dan Swedia. Menurut Capie (1997) pada awal
abad 20 terdapat 18 bank sentral, pada tahun 1950 ada sebanyak 59 bank sentral dan pada
tahun 1990 telah menjadi 161 bank sentral didunia. Pada saat ini hampir setiap negara
memiliki sebuah bank sentral.
Munculnya bank sentral adalah melalui proses evolusi yang sangat panjang, akan
tetapi pada dasarnya bank sentral muncul sebagai konsekuensi dari adanya uang serta
berkembangnya sistim perbankan. Bank sentral muncul sejak ada bank yang ditunjuk dan
mempunyai monopoli untuk mencetak dan mengedarkan uang. Tetapi ada juga teori yang
menyatakan bahwa bank sentral muncul sejak sebuah bank berfungsi sebagai ”the lender of
the last resort”. Kalau harus memenuhi ke dua syarat tersebut maka sebelum abad 20
mungkin tidak ada lembaga yang memenuhi syarat sebagai suatu banksentral.
Sebelum dikenal adanya bank sentral, setiap bank dapat mengeluarkan uang (koin)
masing-masing dan uang tersebut tidak memakai standard (ukuran maupun kadar
kandungan emas atau peraknya). Pada tahun 1606 parlemen Belanda mengidentifikasikan
terdapat 341 jenis coin perak dan 505 jenis coin emas, dan paling tidak terdapat lembaga
yang mencetak (mints) coin (uang logam) di Belanda. Pada tahun 1609 Bank of
Amsterdam sebenarnya sudah mulai dengan monopoli mencetak kion, tetapi bank tersebut
bankrut karena kredit macet (terhadap Dutch East India Co).

( * dalam Suseno ; 2007, hal 4-8)


Bank-bank sentral yang terbentuk sebelum abad 20 antara lain Swedia, dan Eropa
lainnya, Bank of Japan dibentuk pada tahun 1882 pada saat restorasi Meiji, bank sentral
Amerika (the Fed) baru berdiri pada awal abad 20 yaitu pada tahun 1913, sedangkan
sebagian besar bank sentral termasuk Indonesia terbentuk setelah berakhirnya perang dunia
ke dua.

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro | 114


Bank sentral terus mengalami perubahan, terutama menjelang akhir abad 20 dan
awal abad 21. Dibidang kelembagaan misalnya bank sentral yang semula sebagai bagian
dari pemerintah,menjadi semakin otonom/independen, tugas yang semula lebih luas
menjadi semakin terfokus. Berikut dapat dilihat evolusi kelembagaan bank sentral ;

Evolusi kelembagaan Bank Sentral


Bank sentral di berbagai negara bermula dari bank komersial, yang
berkembang menjadi bank sirkulasidan kemudian menjadi bank sentral yang
modern dengan tujuan yang fokus dan independent.

Bank sirkulasi & Bank sentral Bank sentral


banker’s bank (awal) (dewasa ini )

 Bank komersial ber  Peran kebijakan mo  Tujuan tunggal, yaitu


fungsi sebagai bank neter, perbankan, dan stabilitas harga untuk
sirkulasi sistim pembayaran pertumbuhan ekonomi
 Juga sebagai ban meningkat  Fokus pada tiga tugas ;
 Kadang masih sebagai kebijakan moneter,
ker’s bank (len ders
bank komersial perbankan, dan sistim
of last resort)  Sebagai bagian dari pembayaran
 Peran kebijakan mo pemerintah, termasuk  Independent dari peme
neter, perbankan, pembiayaan fis kal dan rintah dengan koor
dan sistim pemba program pemerintah dinasi
yaran terbatas  Tujuan jamak (inflasi,  Penguatan akuntabi
kurs, partumbuhan, litas dan tranfaransi.
lapangan kerja, neraca
pembayaran

(Sumber : dalam Suseno ; 2007 hal 8)

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro | 115


Dalam perjalanannya evolusi kelembagaan bank sentral ini terus diikuti dengan
evolusi dari peran bank sentral itu sendiri, dan dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Evolusi Peran Bank Sentral


Evolusi peran bank sentral dipengaruhi perkembangan ekonomi dan keuangan,
sosial dan politik, serta teori ekonomi.

Bank sirkulasi & Bank Sentral Bank Sentral


Banker’s bank (awal) (Dewasa ini)

 Industrial revolution &  Perlunya pertumbuhan (dari  Globalization & financial


Ekonomi,
keuangan

merchantilism pada inflasi pasca perang liberalization


 Emergence of banking dunia  Cross-border capital flows
 Financial repression & & crises
and payment system
government lead develop  Pentingnya disiplin dan
ment focus kebidang ekonomi
 Bretton wood & interest
trade focus

 Classical economic  Macroeconomic (output)  Neo-clasical synthesis : LR


Pandangan

thoughts of Adam Smith, stabilization policy money neutrality & SR


 Debat Klasik versus Keynes
Teori

Fisher, Keyness, Ricardo, Philips curve inflation focus


Casel, etc, on growth  Mundel-Fleming untuk eko of monetary policy
nomi terbuka  Ratexs & Real business
money, prices, interest,
 Structural adjustment cycle, transparency,
exchange rate etc. komitment, credibility
policies (first generation
reforms)  Good governance (second
generation reforms)

 Colonialism from the  Democratization in the  Democratization movements


Politik
Sosial

West, struggle for West, but not in the East from the West “spill-over”to
independence in the East  Nationalsm & cathing the East
up’from the East

(Sumber : dalam Suseno ; 2007 hal 8)

2.2. Perkembangan Bank Sentral di Indonesia.

Di Indonesia, bank sentral dikenal Bank Indonesia yang pada mulanya berkembang
dari suatu bank yang mempunyai tugas sebagaimana dilakukan oleh bank-bank pada
umumnya atau yang dikenal dengan sebutan bank komersial. Secara gradual bank sentral
diberi tugas dan tanggung jawab yang lebih besar dan berbeda dari bank komersial, yaitu
dalam pengaturan dan kebijakan seperti menerbitkan uang (kertas dan logam), dan
bertindak sebagai agen dan bankir pemerintah. Dalam perkembangan selanjutnya, bank
yang kemudian dikenal sebagai bank sentral memiliki tugas dan tanggung jawab yang lebih
terkait dengan pengaturan dan kebijakan, dan dilepaskan dari berbagai tugas dan tanggung
jawab yang pada umumnya dilakukan oleh bank komersial.

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro | 116


Pada awalnya bank sentral disebut sebagai bank of issue ’bank sirkulasi’ karena
tugasnya dalam menerbitkan uang kertas dan logam sebagai alat pembayaran yang sah
dalam suatu negara dan mempertahankan konversi uang dimaksud terhadap emas atau
perak atau keduanya.
Sebelum Indonesia merdeka, Indonesia belum memiliki bank sentral seperto yang
ada pada saat ini. Pada periode tersebut fungsi bank sentral hanya terbatas sebagai bank
sirkulasi. Tugas sebagai bank sirkulasi dilaksanakan oleh De Javasche Bank NV yang
diberi hak oktrooi Tahun 1827, yaitu hak mencetak dan mengedarkan Gulden Belanda oleh
Pemerintah Belanda.
Pada masa setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, dalam penjelasan bab VII
pasal 23 UUD 1945 disebutkan bahwa dibentuk sebuah bank sentral yang disebut bank
Bank Indonesia dengan tugas mengeluarkan dan mengatur peredaran uang kertas.
Selanjutnya pada tanggal 19 September 1945 dalam sidang Dewan Menteri, Pemerintah
Indonesia mengambil keputusan untuk mendirikan satu bank sirkulasi berbentuk bank milik
negara. Berkaitan dengan hal tersebut, langkah pertama adalah mebentuk yayasan dengan
nama ”Pusat Bank Indonesia”. Yayasan tersebut merupakan cikal bakal berdirinya Bank
Negara Indonesia (BNI).
Pada tahun 1949 melalui Konferensi Meja Bundar (KMB) terjadi penyerahan
kedaulatan Indonesia kepada Pemerintah Republik Indonesia Serikat (RIS), pada saat itu
terjadi kesulitan dalam mengusulkan Bank Negara Indonesia (BNI) yang telah didirikan
untuk ditetapkan sebagai bank sentral RIS, sehingga Pemerintah Indonesia dengan terpaksa
menerima De Javasche Bank sebagai bank sentral. Dalam perkembangannya pada tanggal 6
Desember 1951 dikeluarkan Undang-Undang Nasionalisasi De Javasche Bank.
Pada tanggal 1 Juli 1953 dikeluarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1953,
tentang Pokok Bank Indonesia sebagai pengganti Javasche Bank Wet tahun 1922. Mulai
saat itu lahirlah satu bank sentral di Indonesia yang diberi nama BankIndonesia,
selanjutnya pada tahun 1968 dikeluarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1968, tentang
Bank Indonesia, dimana Bank Indonesia tidak lagi berfungsi ganda karena beberapa fungsi
sebagaimana dilakukan oleh bank komersial dihapuskan.
Selanjutnya dengan diberlakukan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999,
kedudukan Bank Indonesia selaku bank sentral telah dipertegas kembali. Dimana Bank
Indonesia telah mempunyai kedudukan yang independen diluar pemerintah sebagaimana
bank-bank sentral dibeberapa negara. Dengan independensi tersebut Bank Indonesia selaku
otoritas moneter diharapkan dapat melaksanakan tugas dan wewenangnya secara detail.
Berdasarkan UU tersebut Bank Indonesia dinyatakan sebagai badan hukum, yang berart
Bank Indonesia mempunyai kewenangan untuk melaksanakan perbuatan hukum termasuk
mengelola kekayaannya sendiri terlepas dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN), selain itu Bank Indonesia juga berwenang membuat peraturan yang mengikat
masyarakat luas sesuai dengan tugas dan kewenangan dan dapat bertindak atas namanya
sendiri didalam dan diluar pengadilan.
Terakhir pada tahun 2004 dikeluarkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004,
tentang Bank Indonesia, yang tidak saja menjelaskan tentang independensi, akuntabilitas,
dan transparansi Bank Indonesia, tetapi juga dalam melakasanakan tugas dan wewenangnya
Bank Indonesia dinilai kinerjanya oleh DPR dan melakukan koordinasi dengan pemerintah
dalam perumusan kebijakan moneternya, untuk itu Bank Indonesia diwajibkan

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro | 117


menyampaikan laporan tahunan dan laporan triwulanan mengenai pelaksanaan tugas dan
wewenangnya kepada DPR dalam rangka akuntabilitas dan kepada Pemerintah sebagai
informasi, disamping itu Bank Indonesia juga wajib melaporkan Laporan Keuangan
Tahunan kepada BPK untuk dilakukan pemeriksaan dan laporan hasil pemeriksaan
dimaksud disampaikan kepada DPR. Dalam rangka memenuhi asas transparansi, Bank
Indonesia diwajibkan menyampaikan laporan tahunan dan laporan triwulanan tersebut
kepada masayarakat luas melalui media massa dengan menyampaikan ringkasannya dalam
Berita Negara.

2.3. Tujuan dan Tugas Pokok Bank Indonesia

Tujuan dan tugas pokok Bank Indonesia sebagai bank sentral diatur secara jelas
dalam UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan
UU No. 3 Tahun 2004. Tujuan Bank Indonesia ditetapkan untuk mencapai dan memelihara
kestabilan nilai rupiah. Kestabilan nilai rupiah yang dimaksudkan dalam UU tersebut
adalah kestabilan nilai rupiah terhadap barang dan jasa serta terhadap mata uang negara
lain. Kestabilan nilai rupiah terhadap barang dan jasa diukur dengan dengan atau tercermin
pada perkembangan laju inflasi. Kestabilan nilai rupiah terhadap mata uang negara lain
diukur berdasarkan atau tercermin pada perkembangan nilai tukar rupiah (kurs) terhadap
mata uang negara lain.
Perubahan penting pada Bank Indonesia, dimana Bank Indonesia mengalami
perubahan fungsi, peran, dan status yang penting sejak diberlakukannya UU No. 23 tahun
1999. Perubahan tersebut dipicu oleh perubahan sosial ekonomi dan politik setelah terjadi
krisis pada tahun 1997 / 1998. Beberapa perubahan penting yang dilakukan adalah ; a)
Bank Indonesia berstatus sebagai lembaga yang indenpenden (sebelumnya sebagai bagian
dari pemerintah / kabinet / Dewan Moneter, b) Bank Indonesia mempunyai sasaran dan
tujuan tunggal (stabilitas nilai rupiah), c) Bank Indonesia tidak dapat melakukan
pembiayaan (memberikan kredit kepada pemerintah, proyek-proyek pembangunan dan
sebagainya, d) Bank Indonesia lebih transparansi dan akuntabel, e) Bank Indonesia sebagai
research and knowledge based organization.
Beberapa aspek yang berkaitan dengan UU No. 3 Tahun 2004 yang merupakan
amandemen terhadap UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, antara lain ; a)
penetapan sasaran inflasi (inflation targeting) oleh pemerintah, b) penundaan pengalihan
tugas pengawasan bank, c) pengaturan fasilitas pembiayaan darurat bagi perbankan, d)
penyempurnaan mekanisme pencalonan Dewan Gubernur, e) penguatan akuntabilitas dan
transparansi, f) pembentukan badan supervisi, g) persetujuan anggaran operasional oleh
DPR. Kemudian tugas pokok Bank Indonesia dipertegas lagi dengan UU No. 3 Tahun
2004 yaitu ; a) Tujuan Bank Indonesia adalah untuk mencapai dan memelihara stabilitas
rupiah, b) Untuk mencapai tujuan tersebut Bank Indonesia mempunyai tugas ; menetapkan
dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistim
pembayaran, mengatur dan mengawasi bank-bank.

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro | 118


Peran dan tugas Bank Indonesia selaku Bank Sentral di Indonesia telah mengalami
evolusi dari yang semula sebagai bank sirkulasi, kemudian pernah diminta pemerintah
sebagai agen pembangunan, dan terakhir sejak tahun 1999 telah menjadi lembaga yang
independen dengan rincian tugas-tugas pokok adalah sebagai berikut :
a. Merumuskan dan melaksanakan kebijakan moneter untuk mengendalikan jumlah uang
beredar dan atau suku bunga dalam perekonomian agar dapat mendukung pencapaian
tujuan kestabilan nilai uang tersebut dan sekaligus mampu mendorong perekonomian
nasional, dalam kaitan ini mencapai sasaran inflasi dan kestabilan nilai tukar bank
sentral juga mempertimbangkan perkembangan dan prospek ekonomi makro secara
keseluruhan. Hal ini dilakukan agar pencapaian kestabilan nilai uang tersebut tidak
menganggu dan sebaliknya justru ikut menggairahkan aktivitas ekonomi secara
keseluruhan.
b. Mengatur dan melaksanakan sistim pembayaran, yang mecakup sekumpulan
kesepakatan, aturan, standard, dan prosedur yang digunakan dalam mengatur peredaran
uang antar pihak dalam melakukan kegiatan ekonomi dan keuangan dengan
menggunakan instrumen pembayaran yang sah. Sistim pembayaran dapat berlangsung
baik secara tunai maupun non tunai. Sistim pembayaran tunai menyangkut pencetakan
dan peredaran uang agar jumlah, denominasi, kelayakan, maupun keamanan uang
sebagai alat pembayaran yang sah dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dalam
melaksanakan berbagai aktivitas ekonomi. Sementara itu, sistim pembayaran nontunai
menyangkut peredaran uang yang pada umumnya dalam bentuk giral, dan produk-
produk perbankan lainnya, baik melalui proses kliring antarbank, kartu kredit, dan
Anjungan Tunai Mandiri (ATM).
c. Mengatur dan mengawasi perbankan, peran penting perbankan terutama terletak pada
fungsinya sebagai lembaga kepercayaan dalam memobilisasi dana masyarakat dan
menyalurkannya kembali dalam bentuk kredit dan alternatif pembiayaan lainnya untuk
dunia usaha, perbankan mempunyai peran vital dalam pelaksanaan kebijakan moneter
karena sebagian besar peredaran uang dalam perekonomian berlangsung melalui
perbankan, hampir seluruh mekanisme transmisi kebijakan moneter ke inflasi dan
aktivitas ekonomi riil melalui perbankan. Dengan kata lain, pelaksanaan tugas
kebijakan moneter, sistim pembayaran, dan pengaturan perbankan saling terkait dan
saling mendukung dalam pencapaian tujuan kestabilan nilai uang yang menjadi tujuan
dan tanggung jawab bank sentral. Berdasarkan Undang-Undang, kewenangan Bank
Indonesia dalam mengatur dan mengawasi bank meliputi ; 1) memberikan dan
mencabut izin atas kelembagaan dan kegiatan usaha tertentu dari bank, 2) menetapkan
peraturan dibidang perbankan, 3) melakukan pengawasan bank baik secara langsung
maupun tidak langsung, 4) mengenakan sanksi terhadap bank sesuai ketentuan
perundangan.
Dilihat dari sistim ketatanegaraan Republik Indonesia, kedudukan Bank Indonesia
selaku lembaga negara yang independen tidak sejajar dengan lembaga tinggi negara seperti
Dewan Perwakilan Rakyat, Badan Pemeriksa Keuangan, dan atau Mahkamah Agung.
Kedudukan Bank Indonesia juga tidak sama dengan Departemen karena kedudukan Bank
Indonesia berada diluar pemerintah, status dan kedudukan yang khusus tersebut diperlukan
agar Bank Indonesia dapat melaksanakan peran dan fungsinya sebagaai otoritas moneter
secara lebih efektif dan efisien.

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro | 119


Struktur Bank Indonesia Dalam Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia

MPR

PRESIDEN DPR BPK MA


Kepala Kepala
Bank Negara pemerintahan
Indonesia

(Sumber F.X. Sugiono dan Ascarya : 2004, hal 27)

2.4. Hubungan Dengan Pemerintah.


Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, Bank Indonesia menjali hubungan
dengan Pemerintah, tidak saja dalam tingkatan koordinasi antarkebijakan, tetapi juga
mencakup pula hubungan kerja operasional. Hubungan Bank Indonesia dengan Pemerintah
telah diatur dengan jelas dalam UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia,
sebagaimana telah diubah dengan UU No. 3 Tahun 2004. Pada tingkat operasional, Bank
Indonesia ditetapkan sebagai pemegang kas Pemerintah. Dalam hal ini penerimaan dan
pengeluaran pemerintah dilakukan melalui rekeningnya yang disimpan di Bank Indonesia.
Meskipun demikian Bank Indonesia dilarang memberikan pinjaman kepada Pemerintah,
termasuk dalam bentuk saldo negatif dari rekening pemerintah tersebut maupun dengan
membeli surat utang negara yang diterbitkan Pemerintah di pasar. Selain pemegang kas
pemerintah, Bank Indonesia untuk dan atas nama pemerintah dapat menerima pinjaman
luar negeri.

2.5. Dewan Gubernur.

Sesuai dengan UU No. 23 Tahun 1999, Bank Indonesia sebagai bank sentral
Republik Indonesia dipimpin oleh Dewan Gubernur. Dalam melaksanakan tugasnya,
Dewan Gubernur dipimpin oleh seorang Gubernur, dengan Deputi Gubernur Senior sebagai
wakil dan minimal empat orang atau maksimal tujuh orang Deputi Gubernur sebagai
anggota. Saat ini Bank Indonesia memiliki seorang Gubernur, seorang Deputi Gubernur
Senior, dan enam Deputi Gubernur. Dewan Gubernur mempunyai masa jabatan maksimum
lima tahun dan hanya dapat diangkat kembali untuk satu kali masa jabatan berikutnya.
Untuk menjaga kesinambungan kebijakan bank sentral, penggantian Dewan Gubernur
diatur secara berkala, yaitu setiap tahun paling banyak dua orang yang diganti.

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro | 120


Gubernur

Deputi
Gubernur
Senior

Deputi Deputi Deputi Deputi Deputi Deputi


Gubernur Gubernur Gubernur Gubernur Gubernur Gubernur

(Sumber F.X. Sugiono dan Ascarya : 2004, hal 39)

Dewan gubernur diusulkan dan diangkat oleh Presiden dengan terlebih dahulu
mendapatkan persetujuan dari DPR, khusus Deputi Gubernur usul Presiden dilakukan
dengan rekomendasi dari Gubernur dengan bakal calon dari internal maupun eksternal
Bank Indonesia. Untuk menjadi anggota Dewan Gubernur, calon yang bersangkutan harus
memenuhi persyaratan antara lain ; a) warga negara Indonesia, b) memiliki akhlak dan
moral yang tinggi, c) memiliki keahlian dan pengalaman dibidang ekonomi, keuangan,
perbankan, atau hukum, khususnya yang berkaitan dengan tugas bank sentral.

2.6. Independensi Bank Sentral.

Independensi adalah salah satu faktor penting dalam pencapai tujuan akhir suatu
bank sentral. Permasalahan independensi telah ada semenjak bank sentral pertama berdiri.
David Ricardo (1824) menganjurkan adanya otonomi bank sentral dan menganjurkan pula
agar bank sentral tidak membiayai defisit anggaran belanja pemerintah. Independensi bank
sentral sudah mulai banyak diterapkan dan diperkuat dengan undang-undang diberbagai
negara sejak tahun 1990-an.
Independensi didefinisikan sebagai kebebasan dari pengaruh, instruksi, pengarahan,
atau kontrol dari pihak-pihak lain, jadi diterapkan pada bank sentral. Meyer (2000)
mengartikan independensi sebagai kebebasan dari pengaruh, instruksi/pengarahan, atau
kontrol, baik dari badan eksekutif maupun badan legislatif. Sementara itu Fraser (1994)
mendefinisikan independensi bank sentral sebagai kebebasan bank sentral untuk dapat
melaksanakan kebijakan moneternya yang bebas dari pertimbangan-pertimbangan politik.
Yang tidak termasuk dalam pengertian independensi menurut Fraser adalah
konsultasi/koordinasi dengan Pemerintah dalam rangka menyelaraskan kebijakan yang
menjadi kewenangan masing-masing.

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro | 121


Secara umum independensi bank sentral dapat dibedakan dalam lima aspek sebagai
berikut :
a. Institutional Independence
Kebebasan kelembagaan yaitu kedudukan lembaga bank sentral yang berada diluar
lembaga pemerintah dan bebas dari campur tangan pemerintah dan atau pihak lain.
b. Goal Independence
Independensi dalam menetapkan sasaran akhir, yaitu kebebasan bank sentral dalam
menetapkan kebijakan moneter seperti sasaran inflasi, pertumbuhan ekonomi dan
lainnya.
c. Instrument Independence
Kebebasan bank sentral dalam menetapkan dan menggunakan instrumen moneter dan
menetapkan sendiri target-target operasional kebijakan moneter untuk mencapai sasaran
akhir yang ditetapkan.
d. Personal Independence
Yaitu kemampuan dan kewenangan dewan gubernur bank sentral sebagai badan
pembuat kebijakan untuk menolak campur tangan pemerintah dan atau pihak lain dalam
melaksanakan tugas-tugas yang ditetapkan undang-undang. Independensi personal
dapat terwujud dalam bentuk penetapan masa jabatan dewan gubernur yang berbeda
dengan masa jabatan pemerintah.
e. Financial Independence
Kewenangan yang diberikan undang-undang kepada bank sentral untuk menetapkan
dan mengelola anggaran dan aset kekayaan tanpa persetujuan oleh parlemen.
Pertanggungjawaban pengelolaan keuangan bank sentral dilakukan melalui audit yang
dilakukan oleh auditor independen yang hasilnya dipublikasikan kepada masyarakat.
Di Indonesia konsep independensi bank sentral telah banyak dibahas semenjak
tahun 1950-an. Mr. Sjafruddin Prawiranegara, presiden De Javasche Bank waktu itu sudah
mensinyalir adanya gangguan terhadap independensi karena rencana pembentukan dewan
moneter. Pengaturan independensi Bank Indonesia telah ditetapkan dalam Undang-Undang
No.23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang No. 3 Tahun 2004. Berdasarkan uraian lima aspek tersebut diatas Bank Indonesia
dapat menjalankan kebebasannya dalam kebebasan kelembagaan, kebebasan dalam
menetapkan sasaran akhir, kebebasan dalam menetapkan instrumen kebijakan moneter,
kebebasan dan kewenangan dewan gubernur dalam melaksanakan tugas-tugasnya, dan
kebebasan dan kewenangan dalam mengelola anggaran dan aset kekayaannya.

2.7. Akuntabilitas dan Transparansi

Independensi yang tinggi menuntut akuntabilitas dan transparansi yang lebih besar
pula untuk menjamin bahwa pencapaian tujuan dan pelakanaan tugas-tugas yang sudah
ditetapkan dapat dilaksanakan dengan baik oleh bank sentral. Akuntabilitas dan
transparansi terkait erat. Bank sentral yang lebih transparan akan mempermudah kinerja
bank sentral menjadi lebih baik (Poole, 2001).
Secara umum Poole (2003) memberikan pengertian mengenai transparansi
kebijakan bank sentral sebagai pengungkapan informasi kepada publik secara akurat,
termasuk segala informasi yang dibutuhkan oleh para pelaku pasar dalam rangka

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro | 122


membentuk opini selengkap mungkin mengenai kebijakan yang ditempuh bank sentral.
Sundarajan dkk (2003) memberikan pengertian yang lebih konrit bahwa transparansi
kebijakan moneter dan keuangan merujuk pada kondisi ketika tujuan kebijakan, landasan
hukum dan kelembagaan, keputusan kebijakan dan dasar pertimbangannya, data dan
informasi yang dipergunakan, dan akuntabilitas badan pembuat kebijakan disampaikan
kepada publik dengan cara yang mudah dipahami, diakses, dan tepat waktu.
Pandangan Geraats (2001) yang meletakan transparansi dalam tahapan-tahan
pemberian informasi mengenai kebijakan bank sentral kepada publik. Dalam kaitan ini
transparansi dikelompokan kedalam lima aspek yaitu ;
a. Keterbukaan mengenai tujuan kebijakan seperti sasaran kestabilan harga atau inflasi
(transparansi politik).
b. Pengungkapan data, model, dan prakiraan ekonomi yang dipergunakan bank sentral
(transparansi ekonomi).
c. Informasi mengenai strategi kebijakan dan prosedur pengambilan keputusan internal
pada bank sentral (transparansi prosedural).
d. Pengomunikasian keputusan kebijakan, seperti perubahan dan arah suku bunga
(transparansi kebijakan).
e. Keterbukaan pelaksanaan kebijakan yang diputuskan seperti operasi moneter
(transparansi operasional).

Terdapat beberapa cara dan media yang digunakan dalam transparansi kebijakan
bank sentral, seperti ; a) penjelasan melalui publikasi dokumen resmi, b) penjelasan kepada
media massa ataupun lembaga perwakilan rakyat (parlemen), c) penjelasan secara langsung
kepada masyarakat umum, d) cara penjelasan yang lain. Beberapa cara ini dapat
dipergunakan sekaligus sesuai dengan keinginan otoritas moneter dalam memperluas
transparansinya secara.efektif.
Kepada siapa transparansi dan komunikasi kebijakan bank sentral merupakan
cerminan dari penerapan prinsip akuntabilitas demokrasi seperti yang telah diuraikan
sebelumnya. Dalam kaitan ini, Blinder dkk (2003) mengemukakan empat pihak yang
menjadi target utama dari komunikasi bank sentral yaitu : a) media massa dan masyarakat,
b) pemerintah dan parlemen atau DPR, c) pasar keuangan, d) pemerhati bank sentral.
Cakupan informasi dan bagaimana metode keomunikasinya akan tergantung pada keempat
target komunikasi tersebut.
Akuntabilitas dan transparansi Bank Indonesia diatur secara jelas dalam UU No. 23
Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan UU No. 3 Tahun
2004. Dalam kaitan ini, amandemen UU Bank Indonesia memberikan penegasan bahwa
kinerja Dewan Gubernur dan Bank Indonesia dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya
dinilai oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Untuk itu Bank Indonesia diwajibkan untuk
menyampaikan laporan tahunan dan laporan triwulanan secara tertulis tentang pelaksanaan
tugas dan wewenangnya kepada DPR dan Pemerintah. Penyampaian laporan kepada DPR
adalah dalam rangka akuntabilitas, sedangkan laporan kepada Pemerintah adalah dalam
rangka informasi.

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro | 123


Bagian XVII
Inflasi dan Pengangguran

7. Inflasi.

Inflasi merupakan peristiwa moneter yang dijumpai hampir pada semua negara
didunia. Inflasi dalam moneter menyangkut pada barang, uang dan berkaitan dengan harga.
Harga-harga akan naik bila terjadi kondisi-kondisi yang mempengaruhi keadaan moneter
sebagai berikut ; a) bila suatu negara berusaha untuk mencapai tingkat pertumbuhan yang
lebih cepat dari yang dibutuhkan, b) bila berbagai golongan dalam perekonomian berusaha
untuk memperoleh tambahan pendapatan relatif yang lebih besar dari kenaikan
produktivitasnya, c) bila pengharapan (expectation) yang terlalu bersemangat akan
menyebabkan permintaan barang atau jasa naik terlalu cepat dibandingkan pertambahan
output yang mungkin bisa dicapai perekonomian tersebut. Klasifikasi kenaikan harga-harga
yang dimaksud adalah ; a) bila harga-harga naik secara perlahan-lahan maka inflasi yang
terjadi disebut dengan creeping inflation, b) bila harga-harga naik secara cepat, maka inflasi
yang terjadi disebut hyper inflation.
Menurut A.P. Lerner (dalam Cornelis Rintuh, 1995) menyebutkan bahwa : inflasi
adalah kelebihan permintaan (exces demand) terhadap penyediaan barang-barang dalam
suatu perekonomian secara keseluruhan. Kelebihan tingkat pengeluaran atau permintaan
akan barang dan jasa dipandang sebagai :
a. Kelebihan tingkat pengeluaran (exces spending) dari barang akhir dibanding dengan
penyediaan output maksimum dengan sumber-sumber produksi yang tersedia, yang
dapat dicapai dalam jangka panjang, maksudnya adalah pengerjaan faktor-faktor
produksi yang normal.
b. Too much money is chasing the available goods yaitu barang-barang yang tersedia
terlalu sedikit dibandingkan dengan tingkat pengeluaran yang diharapkan.
Menurut F.W. Paish menyebutkan inflasi adalah keadaan dimana pendapatan
nominal jauh lebih cepat meningkat dibandingkan dengan pendapatan nasional riil. Atau
pendapatan nominal jauh lebih cepat meningkat dibandingkan dengan peningkatan arus
barang-barang dan jasa yang tersedia.
Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk naik secara umum dan terus
menerus. Inflasi merupakan suatu proses ketidak seimbangan (disequilibrium) yang mana
tingkat harga terus menerus mengalami peningkatan selama periode tertentu. Dari
pengertian inflasi diatas terkandung tiga unsur pokok yaitu ; a) adanya kecenderungan
(trend) harga-harga untuk meningkat, b) kenaikan harga-harga itu berlangsung
berkelanjutan (sustainable increase), c) kenaikan harga bukan pada satu atau beberapa
komoditi saja tetapi tingkat harga umum (general level of price).

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro | 124


8. Inflasi dilihat dari sudut pandang.

Kejadian dan fenomena-fenomena yang ada pada inflasi dapat dilihat dari berbagai
sudut pandang sebagai berikut :
a. Kondisi parah atau tidak parahnya inflasi
Inflasi yang terjadi dihubungkan dengan laju inflasi tersebut yaitu laju inflasi dibawah
10 % pertahun disebut inflasi ringan, laju inflasi antara 10 % sampai dengan 30 %
pertahun disebut inflasi sedang, laju inflasi antara 30 % sampai dengan 100 % pertahun
disebut inflasi berat, dan laju inflasi diatas 100 % pertahun disebut hyperinflasi. Misal
inflasi 10 % pertahun, maksudnya adalah kenaikan harga-harga secara umum 10 %
pertahun. Sedang dalam keadaan hiperinflasi masyarakat lebih cenderung memegang
barang, dan enggan memegang uang karena nilai mata uang menurun drastis sehingga
menambah keruwetan moneter, uang dibelanjakan untuk membeli barang menyebabkan
jumlah uang yang beredar semakin bertambah dan perputaran semakin cepat.
b. Didasarkan pada sebab awal inflasi, inflasi yang terjadi dapat disebabkan oleh faktor-
faktor berikut :
- Demand full inflation
Inflasi yang terjadi karena permintaan konsumen atau masyarakat atas barang dan
jasa melebihi kemampuan produsen dalam menyediakan barang dan jasa dipasar.
Sehingga akibatnya terjadi kelangkaan barang atau jasa dipasar, dan berdampak
pada pergeseran harga yang bergerak naik. Bila dipandang dari sudut permintaan
agregat, akan terjadi peningkatan harga-harga bila terjadi exces demand dalam
keadaan full employment, adanya kelebihan permintaan inilah yang menyebabkan
terjadinya perubahan harga. Penyebab inflasi dari sudut permintaan ini melahirkan
beberapa pendapat (Mulia Nasution, 1998, hal 211) yaitu :
(a) Perbedaan harga ini terjadi karena adanya kelebihan permintaan dalam
masyarakat, pendapat ini menekankan adanya kelebihan permintaan tanpa
melihat faktor-faktor lain yang mempunyai kaitan dengan penyebab inflasi.
(b) (Neo Keynesian), bahwa penyebab utama terjadi inflasi akibat adanya ekspansi
penawaran uang (money supply)
(c) Kelompok monetaris mengatakan inflasi dapat terjadi akibat adanya
peningkatan konsumsi, investasi (PMA dan PMDN) dan pengeluaran
pemerintah, walaupun jumlah sirkulasi uang yang beredar tidak meningkat.
Peningkatan konsumsi mungkin diakibatkan pencairan tabungan masyarakat,
sedangkan pengeluaran pemerintah dan investasi diakibatkan oleh perubahan
suatu kebijakan. Perhatikan gambar dibawah ini :

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro | 125


Gambar. 17.1
Exces demand inflation

P AS
P = price/harga
Q= output/barang jasa

P1 AD1

P0 AD0

0 Q0 Q

Q0 menggambarkan terjadinya full employment dalam perekonomian, dan


penawaran agregat (agregat supply) tejadi pada garis AS, sedangkan agregat deman
digambarkan pada AD0, karena adanya peningkatan permintaan masyarakat, maka
kurva AD bergeser dari AD0 ke AD1, sehingga mendorong harga naik dari P0 ke P1.
Perubahan ini dapat terjadi sebagai akibat pertambahan permintaan dalam
masyarakat (pencairan tabungan), juga sebagai pertambahan penawaran uang, kasus
kenaikan gaji pegawai dan penetapan upah minimum akan menciptakan exces
demand.
- Cost push inflation
Inflasi yang terjadi karena meningkatnya biaya-biaya pada komponen produksi
(seperti upah tenaga kerja, biaya bahan baku, dan biaya lainnya), mencakup :
i. Wage cost push inflation
Wage cost ini berkaitan pada biaya komponen produksi yaitu biaya tenaga
kerja, tapi kenaikan biaya ini lebih disebabkan oleh desakan tertentu sehingga
upah tenaga kerja dinaikan (biaya tenaga kerja ini naik misalnya ; karena
adanya desakan dari serikat pekerja, dari pekerja pada suatu unit usaha, dari
penetapan standard upah minimum yang dikeluarkan oleh pemerintah atau yang
dikenal dengan upah minimum regional /UMR). Sementara kenaikan biaya
pada bahan baku dapat disebabkan oleh kelangkaan bahan baku dipasar
maupun dari pemasok, permainan tertentu dari pemasok atau agen untuk
menaikan harga bahan, bahan baku yang dipasok dari luar negeri bila harganya
naik di negara asal barang, maka otomatis harga dalam negeri akan naik. Biaya
lainnya, misalnya dalam pengenaan pajak yang harus ditanggung oleh

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro | 126


perusahaan berarti mengurangi pendapatan perusahaan, maka untuk
mengatasinya perusahaan menaikan harga produk yang dijualnya.
ii. Price push inflation
Inflasi yang terjadi karena kenaikan harga barang atau jasa yang disengaja atau
yang diinginkan oleh produsen atau pengusaha untuk mendapatkan dan
keuntungan yang lebih besar.
Inflasi dari sudut penawaran dapat disebabkan adanya kenaikan upah pekerja, posisi
monopoli atau oligopoli yang dimiliki oleh perusahaan, kenaikan BBM yang
diumum oleh pemerintah, naiknya tarif listrik, naiknya tarif angkutan, naiknya
besaran pajak yang harus dibayarkan oleh produsen, semua ini dapat memberikan
dampak terhadap kenaikan dan atau dorongan biaya produksi (cost push) yang dapat
dilihat pada gambar dibawah ini :

Gambar. 17.2
Inflasi dari sudut penawaran

P AS1
AS0

P1

P0

AD

0
Q1 Q0 Q
Pada output Q0 tingkat harga berada pada P0, bila terjadi kenaikan biaya produksi
maka berdampak terhadap kenaikan harga dari output yang dihasilkan produsen,
yaitu dengan bergesernya harga dari P0 ke P1 dan output pun bergeser dari Q0 ke Q1.
Model inflasi dorongan biaya ini merupakan suatu model dilema, karena tekanan
sisi penawaran akan menimbulkan kesulitan bekerjanya kebijaksanaan untuk
stablisasi, atau efek inflasi dorongan biaya akan mengakibatkan membatasi fungsi
penawaran agregat. Pergeseran kekiri akan menghasilkan tingkat harga naik dari P 0
menjadi P1 begitu juga pada output atau pendapatan dari Q0 menjadi Q1, dan
berdampak lanjutan yaitu terciptanya pengangguran.
Untuk mengatasi pengangguran ini pemerintah misalnya meningkatkan permintaan
agregat masyarakat (menambah jumlah uang beredar), ini akan menimbulkan inflasi

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro | 127


tambahan, karena kenaikan harga menghilangkan kenaikan upah riil (yang dituntut
serikat buruh), dan serikat buruh tergoda kembali menuntut kenaikan upah lagi
setelah mereka yakin bahwa reaksi pemerintah pada tingginya tingkat pengangguran
adalah kebijaksanaan yang bersifat ekspansioner (menurunkan suku bunga dengan
menambah jumlah uang beredar dan untuk meningkatkan investasi). Sebaliknya jika
pemerintah tetap bertahan pada P0 (tidak ada kebijakan ekspansioner), maka tingkat
penganggutan akan semakin bertambah.
- Struktural inflation
Inflasi yang terjadi karena kekakuan struktural, kekakuan yang dimaksud adalah
berupa pemanfaatan sumber daya ekonomi yang kurang fleksibel sukar berubah
dengan cepat, tingkat harga dan tingkat upah yang kaku (rigid) mudah naik tapi
sukar untuk turun kembali, mobilitas sumber daya yang rendah dalam
perekonomian yang menyebabkan adanya kapasitas yang menganggur (idle
capacity) dan menimbulkan kelangkaan barang dan jasa, mengakibatkan kenaikan
biaya-biaya atau biaya ekonomi menjadi tinggi (high cost economic) sehingga
mendorong terjadi inflasi.
c. Didasarkan pada asal inflasi, inflasi ini dapat dilihat dari dua asal yaitu :
- Domestic inflation
Inflasi yang terjadi dari keadaan dalam negeri, misalnya banyaknya permintaan
masyarakat terhadap berbagai macam barang yang menyebabkan naiknya harga.
- Import inflation
Inflasi yang terjadi karena pengaruh dari negara lain atau luar negeri, ini terjadi
karena ; adanya hubungan perdagangan satu negara dengan negara lain,
ketergantungan satu negara dengan negara lain, sistim perekonomian dunia yang
sudah mengglobal, adanya sentimen negatif, keraguan, ketakutan atas krisis yang
terjadi pada suatu negara.
d. Didasarkan pada sektor-sektor, inflasi yang terjadi disini dapat dilihat dari 3 sektor
yaitu :
- Sektor pemerintah
Inflasi dapat terjadi karena defisit anggaran belanja negara (APBN) dimana
pengeluaran lebih besar dari pendapatan negara, karena defisit ini pemerintah dapat
menempuh beberapa cara untuk mengatasinya yaitu dengan ; mencetak uang untuk
memenuhi kekurangan yang dimaksud sehingga jumlah uang beredar bertambah
ditengah masyarakat, menambah jumlah hutang baik hutang luar negeri maupun
dalam negeri.
- Sektor perbankan
Inflasi dapat terjadi karena perluasan atau ekspansi kredit oleh sektor perbankan,
dimana kredit yang dimaksudkan disini ialah kredit yang lebih banyak digunakan
oleh nasabah untuk keperluan konsumtif bukan untuk kepentingan produktif.
- Sektor lain
Inflasi bisa terjadi karena kegagalan panen secara menyeluruh pada suatu negara
yang berlangsung dalam waktu yang cukup lama, bukan bersifat sementara
(temporer).

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro | 128


9. Beberapa Indikator Inflasi

Ada beberapa indikator ekonomi makro yang digunakan dalam mengetahui laju
inflasi selama satu periode tertentu (dalam Prathama Rahardja, Mandala M, 2005 ; 184-
187), diantaranya adalah :

a. Indeks Harga Konsumen (Consumer Price Index)


IHK adalah angka indeks yang menunjukkan tingkat harga barang dan jasa yang harus
dibeli konsumen dalam satu periode tertentu. Angka IHK diperoleh dengan
menghitung harga barang dan jasa utama yang dikonsumsi masyarakat dalam periode
tertentu, masing-masing harga barang dan jasa tersebut diberi bobot (weigthed)
berdasarkan tingkat keutamaannya, barang dan jasa yang dianggap paling penting
diberi bobot yang paling besar.
Di Indonesia IHK dilakukan dengan mempertimbangkan sekitar beberapa ratus
komoditi pokok, untuk lebih mencerminkan keadaan yang sebenarnya perhitungan
IHK dilakukan dengan melihat perkembangan regional yaitu dengan
mempertimbangkan tingkat inflasi kota-kota besar di Indonesia.
Kenaikan harga-harga yang berlaku dari satu waktu kewaktu lainnya tidaklah seragam.
Kenaikan tersebut biasanya berlaku atas semua barang-barang tapi kenaikannya
berbeda. Berlakunya tingkat perubahan harga yang berbeda tersebut menyebabkan
indeks harga perlu dibentuk untuk menggambarkan tingkat perubahan harga-harga
yang berlaku dalam suatu negara. Untuk mengukur inflasi atau tingkat inflasi indeks
harga yang digunakan adalah ; indeks harga konsumen, yaitu indeks harga dari barang-
barang yang selalu digunakan konsumen. Untuk membentuk indeks harga diperlukan
tiga langkah yaitu :
- Memilih tahun dasar, yaitu tahun yang menjadi titik tolak dalam membandingkan
perubahan harga.
- Menentukan jenis-jenis barang yang perubahan harga-harganya akan diamati untuk
membentuk indeks harga.
- Menghitung indeks harga.

Contoh menghitung indeks harga


Misalkan tahun dasar adalah tahun 1999. Yang dihitung adalah indeks harga pada akhir
tahun 2009. Anggap 4 jenis barang digunakan untuk membentuk indeks harga
konsumen yaitu barang A, B, C, dan D. Disamping mengumpulkan data perubahan
harga, harganya harus pula ditentukan “kepentingan relatif” (weigths) setiap kelompok
barang dalam konsumsi masyarakat. Misalkan barang A sangat penting dalam
masyarakat, pengeluarannya meliputi 50 % dari pengeluaran keseluruhan masyarakat,
maka barang A diberi weigth sebanyak 50, lihat tabel berikut :

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro | 129


Tabel.17.1
Perhitungan IHK

Tahun dasar
Kelompok Kepentingan Tahun 2009
1999
barang (weigths)
Harga Rp Weigths x Rp Harga Rp Weigths x Rp
A 50 1.000 50.000 2.000 100.000
B 20 5.000 100.000 11.000 220.000
C 5 5.000 25.000 16.000 80.000
D 25 3.000 75.000 8.000 200.000
100 250.000 600.000

Maka indeks harga tahun 2009, maka IHK = 600.000 / 250.000 x 100 % = 240 %
Indeks harga tahun dasar adalah 100 %, maka dalam rentang waktu 10 tahun telah
terjadi peningkatan harga sebanyak 140 %. Penghitungan tingkat inflasi dimaksudkan
untuk menggambarkan perubahan-perubahan harga dalam satu tahun tertentu.
Berdasarkan contoh diatas, misalkan pada tahun 2010 indeks harga konsumen adalah
251, berapakah tingkat inflasi dalam tahun 2010 ?. Maka tingkat inflasi tahun 2010 =
251 – 240 / 240 x 100 % = 4,6 %.

Tabel 17.2.
IHK Gabungan 27 Kota di Indonesia

Akhir Periode Indeks Harga Konsumen Perubahan IHK (%)


2004 210 -
2005 219 4,28
2006 225 2,74
2007 233 3,55
2008 235 0,86

Yang berarti periode 2004-2005 telah terjadi inflasi sebesar 4,28 %. Dilihat dari
cakupan komoditi yang dihitung, IHK kurang mencerminkan tingkat inflasi yang
sebenarnya. Tapi IHK sangat berguna karena menggambarkan besarnya kenaikan biaya
hidup bagi konsumen, sebab IHK memasukan komoditi-komoditi yang relevan
(pokok) yang biasanya dikonsumsi oleh masyarakat.

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro | 130


b. Indek Harga Perdagangan Besar (Wholesale Price Index)
Bila IHK dilihat dari sisi konsumen, maka IHPB dilihat dari sisi produsen, oleh karena
itu IHPB sering juga disebut sebagai indeks harga produsen (producer price index).
IHP menunjukkan tingkat harga yang diterima produsen pada berbagai tingkat
produksi.
Tabel 17.3.
IHPB 2005 – 2008
(tahun dasar 1998 = 100)

Akhir Periode IHPB Perubahan IHPB (%)


2004 110 -
2005 119 8,18
2006 125 5,04
2007 133 6,4
2008 135 1,50

c. Indeks Harga Implisit


Dalam kenyataan, jenis barang dan jasa yang diproduksi atau dikonsumsi dalam
sebuah perekonomian dapat mencapai ribuan, puluhan ribu bahkan mungkin ratusan
ribu jenis. Kegiatan ekonomi juga terjadi tidak hanya di beberapa kota saja, melainkan
seluruh pelosok wilayah. Untuk mendapatkan gambaran inflasi yang paling mewakili
keadaan sebenarnya dapat digunakan indeks harga implisit (IHI) atau GDP deflator.

Tabel 17.4.
IHI 2000 – 2009
(tahun dasar 2000 = 100)
Akhir Periode IHI Perubahan IHI (%)
2000 110 -
2001 119 8,18
2002 125 5,04
2003 133 6,4
2004 135 1,50
2005 140 3,70
2006 149 6,43
2007 157 5,34
2008 168 7,00
2009 175 4,16

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro | 131


10. Pengangguran

Pengangguran merupakan suatu kondisi dimana seseorang yang tergolong dalam


angkatan kerja ingin mendapatkan pekerjaan tapi belum mendapatkan pekerjaan itu.
Adapun faktor yang menimbulkan pengangguran antara lain ; 1) kekurangan dalam
pengeluaran agregat, 2) menganggur karena ingin mencari kerja lain yang lebih baik, 3)
penggunaan tehnologi modern dalam kegiatan produksi, 4) ketidaksesuaian antara
keterampilan yang dimiliki oleh seseorang dengan keterampilan yang dibutuhkan dunia
kerja atau industri. 5) Karena stok modal yang disimpan dilembaga keuangan dalam jumlah
yang besar. Pengangguran akan berdampak kepada kondisi politik, sosial, ekonomi,
kesejahteraan masyarakat, mengurangi pendapatan masyarakat, dan prospek pembangunan
ekonomi jangka panjang.
Dalam ilmu kependudukan (demografi) orang yang mencari kerja masuk dalam
kelompok penduduk yang disebut angkatan kerja. Berdasarkan kategori usia, usia angkatan
kerja dalah 15 sampai 64 tahun. Tetapi tidak semua orang yang berusia 15 sampai 64 tahun
dihitung sebagai angkatan kerja. Yang dihitung sebagai angkatan kerja adalah penduduk
berusia 15 sampai 64 tahun dan sedang mencari kerja, sedangkan yang tidak mencari kerja
(seperti ; mengurus keluarga, sekolah, kuliah, anak orang kaya yang tak mau bekerja tidak
termasuk angkatan kerja). Perhatikan struktur penduduk berdasarkan usia, gambar 17.3.
berikut :
Total Penduduk

U K 15-64 Tahun B U K 0-14 + ≥ 65 Tahun

Bukan Angkatan Kerja Angkatan Kerja


(Bukan Pengangguran)
Usia kerja dan mencari kerja
Penduduk usia kerja, tapi
tidak mencari kerja dengan
berbagai alasan, misalnya; Bekerja Tidak Bekerja
sekolah/kuliah, mengurus ≥ 35 jam seminggu (Pengangguran)
rumah tangga, dan lainnya. < 35 jam seminggu

UK = Usia Kerja
BUK = Bukan Usia Kerja ( Sumber : Prathama Rahardja 2005 ; 193)

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro | 132


4.1. Tenaga kerja dan pengangguran.

Angkatan kerja adalah jumlah tenaga kerja yang terdapat dalam suatu perekonomian
pada suatu waktu tertentu. Untuk menentukan angkatan kerja diperlukan dua informasi
yaitu :
a) Jumlah penduduk yang berusia lebih dari 10 tahun (penduduk usia kerja)
b) Jumlah penduduk yang berusia lebih dari 10 tahun dan tak ingin bekerja
seperti ; pelajar, mahasiswa, ibu rumah tangga, anak orang kaya yang tak bekerja atau
penganggur sukarela atau disebut juga penduduk bukan angkatan kerja.
Angkatan kerja dan tingkat partisipasi angkatan kerja dapat ditentukan dengan cara
berikut :
- Angkatan kerja = Jumlah penduduk usia kerja dikurang jumlah penduduk bukan
angkatan kerja.
- Tingkat partisipasi angkatan kerja = angkatan kerja dibagi penduduk usia kerja dikali
100 %.

Contoh :
Misalkan Indonesia berpenduduk 220 juta jiwa, dari jumlah 220 juta jiwa ini yang
tergolong sebagai penduduk usia kerja berjumlah 130 juta jiwa, tetapi hanya sebanyak
100 juta jiwa yang tergolong sebagai angkatan kerja. Diantara angkatan kerja tersebut
hanya sebanyak 90 juta jiwa yang mempunyai pekerjaan. Dari data tersebut tentukan ;
a) tingkat partisipasi angkatan kerja,
b) jumlah pengangguran.

Jadi jumlah penduduk : 220 juta jiwa


Usia kerja : 130 juta jiwa
Angkatan kerja : 100 juta jiwa
Orang yang bekerja : 90 juta jiwa

Jawab :
JAK
a. TPAK = x100 %
JPUK
100 Juta
= x100 % = 76,92 %
130 Juta

TPAK = tingkat partisipasi angkatan kerja, JAK = jumlah angkatan kerja, JPUK =
jumlah penduduk usia kerja

b. Jumlah pengangguran = Angkatan kerja – Orang yang bekerja


= 100 juta – 90 juta = 10 juta.

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro | 133


= 10 %

Tabel 17.5.
Jumlah penduduk Indonesia

Ilustrasi ( dalam juta jiwa)


Periode
Struktur Penduduk
Feb 2009 Agust 2009 Feb 2010
Penduduk 229 229,8 230
a. Bukan Usia Kerja 99 89,8 80
1. 0 -14 Tahun 91 79,8 69
2. ≥ 65 Tahun 8 10 11
b. Usia Kerja ( 15 – 64 Tahun ) 130 140 150
1. Bukan Angkatan Kerja 16,26 26,17 34
2. Angkatan Kerja 113,74 113,83 116
- Bekerja 104,49 104,87 107,41
- Menganggur 9,25 8,96 8,59

Pengangguran per periode (%) 8,13 7,87 7,41

Besar kecilnya angka pengangguran sangat tergantung dari definisi atau


pengklasifikasian pengangguran. Setidaknya ada dua dasar utama penggolongan
pengangguran ini, yaitu :
a. Pendekatan angkatan kerja (labour force approach)
Pendekatan ini mendefinisikan pengangguran sebagai angkatan kerja yang tidak bekerja,
seperti yang disajikan dalam tabel 17.5 diatas.
b. Pendekatan pemanfaatan tenaga kerja (labour utilization approach), dalam pendekatan
ini dibagi lagi dalam tiga kelompok :
1) Menganggur (unemployed)
Yaitu mereka yang sama sekali tidak bekerja atau sedang mencari pekerjaan.
Kelompok ini sering disebut juga pengangguran terbuka (open unemployment),
berdasarkan definisi ini, tingkat pengangguran di Indonesia umumnya relatif rendah
(dibawah 10 % pertahun).
2) Setengah menganggur (Under Employment)
Yaitu mereka yang bekerja, tetapi belum dimanfaatkan secara penuh, artinya jam
kerja mereka dalam seminggu kurang dari 35 jam. Berdasarkan definisi ini tingkat
pengangguran di Indonesia relatif tinggi, karena angkanya berkisar 35 % pertahun.
3) Bekerja penuh (Employment).
Yaitu orang-orang yang bekerja penuh atau jam kerjanya mencapai 35 jam
perminggu.

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro | 134


4.2. Jenis-Jenis Pengangguran.

Bila dilihat dari sifatnya pengangguran itu dapat dibedakan pada dua sifat, adalah
sebagai berikut :
a. Pengangguran sukarela (voluntary unemployment)
Pengangguran sukarela adalah pengangguran yang bersifat sementara, karena
seseorang ingin mencari pekerjaan yang lebih cocok.
b. Pengangguran dukalara (involuntary unemployment)
Pengangguran dukalara adalah pengangguran yang terpaksa diterima oleh seseorang,
walaupun sebenarnya dia masih ingin bekerja.
Pengangguran sukarela maupun pengangguran dukalara erat kaitannya dengan jenis-
jenis pengangguran berikut :
a. Pengangguran Friksional (Frictional Unemployment)
Bila suatu perekonomian yang terus mengalami perkembangan dan kemajuan, maka
pegangguran akan semakin menjadi rendah, dan akhirnya perekonomian mencapai
penggunaan tenaga kerja penuh (full employment) yaitu pengangguran tidak melebihi
dari 4 %. Pengangguran friksional bukanlah wujud sebagai akibat dari
ketidakmampuan memperoleh pekerjaan, melainkan sebagai akibat dari keinginan
untuk mencari kerja yang lebih baik. Didalam proses mencari kerja yang lebih baik itu
adakalanya harus menganggur, namun pengangguran ini tidak serius karena bersifat
sementara.
b. Pengangguran Struktural (Structural Unemployment)
Adalah dimana pencari kerja tidak mampu memenuhi persyaratan yang dibutuhkan
untuk lowongan pekerjaan yang tersedia, karena spesifikasi pekerjaan, tehnologi,
pendidikan, pengalaman, dan kemampuan penguasaan bahasa (bahasa inggris).
Pengangguran struktural lebih sulit diatasi dibanding pengangguran friksional, selain
membutuhkan pendanaan yang besar, juga waktu yang lama
c. Pengangguran Siklis (Cyclical Unemployment)
Pengangguran siklis atau konjungtur adalah pengangguran yang diakibatkan oleh
perubahan-perubahan dalam tingkat kegiatan perekonomian (seperti kegiatan ekonomi
yang lesu, stabil atau kondusif), kondisi ini akan mempengaruhi penggunaan tenaga
kerja pada sektor kegiatan ekonomi.
d. Pengangguran Musiman (Seasonal Unemployment)
Pengangguran yang terjadi sangat erat kaitannya dengan fluktuasi kegiatan ekonomi
jangka pendek (temporary), terutama disektor pertanian dan didaerah tertentu,
misalnya; diluar musim tanam dan musim panen pentani menganggur sampai musim
tanam berikutnya. Atau oleh kondisi alam seperti disaat musim hujan petani dapat
bekerja mengerjakan lahannya, dan bila musim kemarau petani tak dapat menggarap
lahan pertaniannya atau menganggur.
Dalam prakteknya suatu negara dianggap sudah mencapai tingkat penggunaan
tenaga kerja penuh apabila dalam perekonomian tingkat penganggurannya adalah kurang
dari 4 %. Contoh data tahun 1994 :
- Negara-negara di Eropa tingkat pengangguran antara 8 sampai 10 %
- Negara-negara di benua Amerika (seperti Amerika Serikat) tingkat pengangguran antara
6 sampai 7 %. Negara Jepang tingkat pengangguran adalah kurang dari 4 %.

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro | 135


4.3. Inflasi dan Pengangguran dari sudut analisis Kurva Phillips (Phillips Curve).

Dari hasil penelitian Profesor A.W. Phillips (1958) di Inggris periode 1861-1957
menunjukkan adanya hubungan negative dan non linear antara kenaikan tingkat upah atau
inflasi tingkat upah (wage inflation) dengan pengangguran (unemployment), seperti pada
gambar dibawah ini :

Gambar 17.3
Hubungan tingkat upah dengan pengangguran

upah

A
W1

W2 B

W3
C

0 U1 U2 U3 Pengangguran

Misalkan kondisi awal yang dihadapi adalah titik B dimana tingkat upah W2 dan
tingkat pengangguran U2. Jika pengangguran ingin dikurangi menjadi U1 tingkat upah naik
menjadi W1 yang berarti terjadi inflasi. Seandainya ditargetkan adalah penurunan inflasi,
yang harus dilakukan adalah mengubah titik B ke titik C, karena W3 < W2, namun harga
yang harus dibayar adalah meningkatnya pengangguran.

4.3.1. Adopsi kaum Keynesian : Kurva Phillips jangka pendek (short run Phillips
Curve)

Hasil temuan Phillips ini diadopsi oleh ekonom Keynesian untuk menjelaskan
adanya trade off (imbang korban atau harga yang harus dibayar) antara tingkat inflasi dan
pengangguran, jika ingin mengurangi pengangguran harga yang harus dibayar adalah
meningginya inflasi. Hubungan ini oleh ekonomi Keynesian dapat dijelaskan dengan
menggunakan analisis kurva AD-AS dengan asumsi ; analisis AD-AS dalam jangka pendek
a. Faktor produksi umumnya bersifat tetap (fixed input)
b. Tenaga kerja dalam jangka pendek tak mudah ditambah

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro | 136


Karena itu pertumbuhan penawaran agregat (kurva AS) tidak bisa secepat
pertumbuhan permintaan agergat (kurva AD), perhatikan gambar berikut :

Gambar 17.4
Kurva Phillips berdasarkan Analisis Kurva AD-AS

P Inflasi (%/Th)

AS0 AS1 AS2

P2 C

B
P1 AD2 Kurva Phillips
P2
A
P0 AD1 P1

P0
AD0
0 Y0 Y1 Y2 Y 0 U2 U1 U0 Pengangguran
(a) (b)

Gambar diatas menunjukkan apa yang terjadi jika perekonomian terus bertumbuh.
Karena penawaran agregat (kurva AS) tidak bisa bertumbuh lebih cepat dari permintaan
agregat (kurva AD), maka pertumbuhan ekonomi jangka pendek diikuti oleh inflasi. Titik
keseimbangan A,B,C menunjukan bahwa output menjadi lebih besar ( Y2 > Y1 > Y0 ),
tetapi harga-harga umum juga menjadi lebih tinggi ( P2 > P1 > P0 ).
Jika dianggap ada hubungan yang tetap antara kesempatan kerja (N) dengan tingkat
output (Y), misalnya N = αY, dimana α > 0, maka bertambahnya output akan menambah
kesempatan kerja ( N2 > N1 > N0 ). Karena jumlah tenaga kerja juga dianggap tetap maka
penambahan kesempatan kerja akan mengurangi pengangguran (U) sehingga U2 < U1 < U0.
Untuk menderifasi kurva Phillips yang perlu dilihat adalah hubungan antara P dan U. Jika P
maka U. Hasilnya adalah seperti pada gambar b, dimana kurva Phillips diturunkan
berdasarkan analisis jangka pendek, sehingga disebut kurva Phillips jangka pendek.

4.3.2. Adopsi kaum Klasik : Kurva Phillips jangka panjang (long run Phillips Curve)

Analisis yang dikemukakan oleh ekonomi Keynesian mengundang keberatan dari


ekonom Klasik, menurut mereka, kelemahan analisis diatas adalah dimensi waktu yang
berjangka pendek, hasil analisis jangka pendek akan berbeda dengan hasil analisis jangka
panjang.

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro | 137


Gambar 17.5
Kurva Phillips Jangka Panjang

P
AS
LPC

P2

P1 AD2

AD1
P0

AD0

0
YF Y

Menurut kaum Klasik dalam jangka panjang perekonomian berada dalam keadaan
kesempatan kerja penuh (full employment), maka bentuk kurva AS menjadi tegak lurus,
sehingga peningkatan permintaan agregat hanya akan menyebabkan inflasi ( P2 > P1 > P0 ) ;
sementara output tidak bertambah. Karena itu pula kurva Phillips jangka panjang (long run
Phillips Curve disingkat LPC) berbentuk tegak lurus. Jadi menurut kaum Klasik, dalam
jangka panjang tidak ada trade of antara inflasi dan pengangguran.

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro | 138


Daftar Pustaka

Boediono Dr., Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No. 2, Ekonomi Makro. Edisi
keempat, Cetakan kedelapan belas, BPFE-UGM Yogyakarta, 1998.
Deliarnov Drs., M.Sc., Pengantar Ekonomi Makro. Cetakan pertama, Penerbit
Universitas Indonesia ( UI Press), Jakarta, 1995.
Mankiw, Gregory N., Teori Makro Ekonomi. Alih bahasa, Imam Nurmawan, Edisi
keempat, Penerbit Erlangga, Jakarta, 2000.
Nopirin Dr., Pengantar Ilmu Ekonomi Makro & Mikro. Edisi pertama, Cetakan keenam,
BPFE UGM Yogyakarta, 2000.
Prathama, Rahardja, Mandala Manurung., Teori ekonomi makro suatu pengantar. Edisi
ketiga, Lembaga penerbit fakultas ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 2005.
Reksoprayitno, Soediyono Prof.Dr., MBA., Ekonomi Makro (Pengantar Analisis
Pendapatan Nasional), Edisi kelima, Cetakan kedua, Penerbit Liberty,
Yogyakarta, 1992
Sukirno, Sadono SE., M.S.Sc., Pengantar Teori Makroekonomi. Cetakan ketiga belas,
Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002.
Susanti, Hera, Moh. Ikhsan dan Widyanti., Indikator-Indikator Makroekonomi. Edisi
ketiga, Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (UI Press), Jakarta, 2007.
Cornelis Rintuh., Pengantar Ekonomi Indonesia. Edisi Pertama, Cetakan Pertama, Penerbit
Liberty, Yokyakarta, 1995.
Warjiyo, Perry (Editor)., Bank Indonesia (Bank Sentral Republik Indonesia Sebuah
Pengantar), Edisi Pertama, Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan, Jakarta,
2004.
Nasution, Mulia. SE., Ekonomi Moneter, Uang dan Bank. Jambatan, Jakarta, 1998
-------------------., Bahan perkuliahan Makro Ekonomi, Tingkat Sarjana, Sekolah Tinggi
Ilmu Ekonomi “Tri Karya” Medan, 1990.
-------------------., Bahan perkuliahan Makro Ekonomi, Pascasarjana Program Studi PPn,
Universitas Andalas, Padang, 2002.

HERISPON, SE.M.Si Bahan Ajar Ekonomi Makro | 139

Anda mungkin juga menyukai