Anda di halaman 1dari 11

SEBUAH PENGANTAR 1.

KONSUMSI Konsumsi sering diartikan sebaga kegiatan menghabiskan atau mengurangi nilai guna suatu barang dan jasa, atau kegiatan memakai atau menggunakan barang dan jasa secara langsung. Masalah konsumsi sebenarnya berhubungan erat dengan pendapatan. Pendapatan merupakan sejumlah uang yang diperoleh dalam bentuk upah, bunga, sewa, laba dan sebagainya yang diterima perusahaan atau rumah tangga produksi. dalam teori keynes mengatakan bahwa pengeluaran seseorang dipengaruhi oleh tingkat pendapatan. Artinya, apabila pendapatan mengalami peningkatan, umumnya konsumsi juga mengalami peningkatan.

Seorang ahli ilmu ekonomi JM. Keynes, mengatakan bahwa Pengeluaran seseorang untuk konsumsi dan tabungan dipengaruhi oleh pendapatannya. Semakin besar pendapatan seseorang maka akan semakin banyak tingkat konsumsinya pula, dan tingkat tabungannya pun akan semakin bertambah. dan sebaliknya apabila tingkat pendapatan seseorang semakin kecil, maka seluruh pendapatannya digunakan untuk konsumsi sehingga tingkat tabungannya nol. Menurut JM. Keynes, pendatan suatu negara terdiri atas dua hal, yaitu : (1). Pendapatan Perseorangan ( Y=C+S) dan (2). Pendapatan Perusahaan (Y=C+I). Karena pembahasan kita kali ini berkaitan dengan fungsi konsumsi dan tabungan, maka pokok bahasan kita kali berkaitan dengan pendapatan perseorangan (Y=C+S) dan kaitannya dengan fungsi konsumsi dan tabungan. Apabila pendapatan berubah, maka perubahan tersebut akan berpengaruh terhadap konsumsi dan tabungan Perbandingan antara pertambahan konsumsi (C) yang dilakukan dengan pertambahan pendapatan disposible (Yd) yang diperoleh disebut kecondongan mengkonsumsi marjinal (MPC = Marginal Propensity to Consume). Perbandingan antara pertambahan tabungan (S)

dengan pertambahan pendapatan disposibel (Yd) yang diperoleh disebut kecondongan menabung marjinal (MPS = Marginal Propensity to Save). untuk mengetahui perubahan tingkat konsumsi, maka dapat digunakan rumus : MPC = C / Y dan APC = C / Y Fungsi konsumsi adalah suatu fungsi yang menggambarkan hubungan antara tingkat konsumsi rumah tangga dengan pendapatan nasional dalam perekonomian. Sedangkan fungsi tabungan adalah suatu fungsi yang menggambarkan hubungan antara tingkat tabungan rumah tangga dan pendapatan nasional dalam perekonomian. Persamaan antara hubungan itu adalah : Fungsi Konsumsi : C = a + bY Fungsi Tabungan : S = -a + (1-b)Y dimana : a = konsumsi rumah tangga secara nasional pada saat pendapatan nasional = 0 b = kecondongan konsumsi marginal (MPC) C = tingkat konsumsi S = tingkat tabungan Y = tingkat pendapatan nasional. Hubungan antara pengeluaran konsumsi dan pendapatan tersebut dinamakan fungsi konsumsi. Dengan demikian, secara makro fungsi konsumsi adalah suatu fungsi yang menggambarkan hubungan diantara tingkat konsumsi rumah tangga dalam perekonomian dengan pendapatan nasional atau pendapatan disposibel perekonomian tersebut. Dalam matematis, fungsi konsumsi dinyatakan dengan: C= f(Y)

Dalam bentuk persamaan linear C= a+bY Keterangan: C= konsumsi A= konsumsi otonom, besarnya konsumsi pada saa pendapatan nol b= disebut MPC (Margin Propencity to Consume) atau hasrat mengkonsumsi marginal yaitu perubahan pengeluaran konsumsi dan perubahan pendapatan secara matematis MPC= C Y= pendapatan

Landasan Teori 2.1.1 Konsumsi Rumah Tangga Pengeluaran konsumsi rumah tangga adalah total nilai pasar dari barang dan jasa yang dibeli oleh rumah tangga selama satu tahun. Pengeluaran konsumsi rumah tangga terdiri atas dua komponen utama, yaitu (a) pengeluaran untuk non konsumsi atau barang tahan lama. Seperti mobil, alat elektronik, dan sebagainya. Sedangkan (b) pengeluaran untuk konsumsi barang dan jasa yang tidak tahan lama seperti makanan, sabun, pakaian, dan jasa lainnya. Berikut ini akan diuraikan terori konsumsi dari berbagai ahli ekonomi. Teori Keynes ( Keynesian Consumption Model )

a.

Hubungan Pendapatan Diposable dan Konsumsi

Keynes menjelaskan bahwa konsumsi saat ini (current consumption) sangat dipengaruhi oleh pendapatan diposabel saat ini (current diposable income). Jika pendapatan disposabel meningkat, maka konsumsi juga akan meningkat. Hanya saja peningkatan konsumsi tersebut tidak sebesar peningkatan pendapatan diposabel.

C = Co + bYd

Ket : C = konsumsi Co = konsumsi otonomus b = marginal propensity to consume (MPC)

Yd = pendapatan diposable 0b1

Hubungan Antara Pendapatan Disposable dan Konsumsi

Pendapatan disposable 0

konsumsi 200 1000 1800 2600 3400

Pendapatan Disposable 1000 1000 1000 1000

Konsumsi 800 800 800 800

b. Kecenderu ngan Mengonsumsi Marjinal Kecenderunga n mengonsumsi marjinal (Marginal Propensity to

1000 2000 3000 4000

Consume, disingkat MPC) adalah konsep yang memberikan gambaran tentang berapa konsumsi akan bertambah bila pendapatan disposabel bertambah satu unit.

MPC = Yd 0 < MPC < 1

c.

Kecenderungan Mengonsumsi Rata-Rata Kecenderungan mengonsumsi rata-rata (Average Propensity to

Consum, disingkat APC) adalah rasio antara konsumsi total dengan pendapatan disposabel total.

APC

C Yd

Karena besarnya MPC < 1, maka APC < 1

d.

Hubungan Konsumsi dan Tabungan Pendapatan disposabel yang diterima rumah tangga sebagian besar

digunakan untuk konsums, sedangkan sisanya ditabung. Kita juga dapat mengatakan setiap tambahan penghasilan disposabel akan dialokasikan untuk menambah konsumsi dan tabungan. Besarnya tambahan pendapatan disposabel yang menjadi tambahan tabungan disebut kecenderungan menabung marginal (Marginal Propensity to Save/MPS). Sedangkan rasio antara tingkat tabungan dengan pendapatan disposabel disebut kecenderungan menabung rata-rata (Avarage Propensity to Save/APS) Rumus : Yd MPS APS = C + S (saving) = 1 MPC = 1 APC

2.1.2 Teori Konsumsi 1. Teori Konsumsi Menurut Keynes

Teori konsumsi yang dikemukakan oleh JM. Keynes mengatakan bahwa besar kecilnya pengeluaran konsumsi hanya didasarkan atas besar kecilnya tingkat pendapatan masyarakat. Keynes menyatakan bahwa ada pengeluaran konsumsi minimum yang harus dilakukan oleh masyarakat (konsumsi outonomous) dan pengeluaran konsumsi akan meningkat dengan bertambahnya penghasilan. Beberapa ciri fungsi konsumsi menurut Keynes yaitu, pertama penentu utama dari konsumsi adalah tingkat pendapatan. Kedua kecenderungan Mengkonsumsi Marginal (Marginal Propensity to Consume) pertambahan konsumsi akibat kenaikan pendapatan sebesar satu satuan. besarnya MPC adalah antara nol dan satu. Dengan kata lain MPC adalah pertambahan atau perubahan konsumsi (C) yang dilakukan masyarakat sebagai akibat pertambahan atau perubahan pendapatan disposabel atau pendapatan yang siap dibelanjakan (Y). Ketiga, rasio konsumsi terhadap pendapatan, yang disebut dengan Kecenderungan Mengkonsumsi Rata-rata (Average Propensity to Consume), turun ketika pendapatan naik, dengan demikian APC menurun dalam jangka panjang dan MPC lebih kecil dai pada APC (MPC<APC).

Selain pendapatan, pengeluaran konsumsi juga dipengaruhi oleh factor-faktor lain, seperti kekayaan, tingkat sosial ekonomi, selera, tingkat bunga dan lain-lain. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa fungsi konsumsi menggambarkan sifat hubungan diantara tingkat konsumsi rumah tangga dalam perekonomian dan pendapatan nasional atau pandapatan disposibel perekonomian tersebut. Dalam ciri-ciri fungsi konsumsi dinyatakan bahwa APC mengukur pendapatan disposible yang diinginkan oleh rumah tangga untuk dibelanjakan sebagai konsumsi. MPC mengukur setiap pertambahan pendapatan disposible yang diinginkan oleh rumah tangga untuk dibelanjakan sebagai konsumsi. 2. Teori Konsumsi Dengan Hipotesis Siklus Hidup

Teori konsumsi dengan hipotesis ini dikemukakan oleh Ando, Brumberg, dan Modiglani yaitu tiga ekonom yang hidup di abad 18. Menurut teori ini faktor sosial ekonomi seseorang sangat mempengaruhi pola konsumsi orang tersebut. Teori ini membagi pola konsumsi menjadi tiga bagian berdasarkan umur. Yang pertama yaitu seseorang berumur nol hingga berusia tertentu dimana orang ini dapat menghasilkan pendapatan sendiri, maka ia mengalami dissaving (mengonsumsi tapi tidak mendapatkan penghasilan sendiri yang lebih besar dari pengeluaran konsumsinya). Yang kedua yaitu mengalami persaingan, dan yang terakhir yaitu seseorang pada usia tua dimana ia tidak mampu lagi menghasilkan pendapatan sendiri dan mengalami dissaving lagi. 3. Teori Konsumsi Dengan Hipotesis Pendapatan Relatif

Teori ini dikemukakan oleh James Duessenberry, yang menggunakan dua asumsi yaitu : a). selera sebuah rumah tangga atas barang konsumsi adalah interdependen. Artinya pengeluaran konsumsi rumah tangga dipengaruhi oleh pengeluaran yang dilakukan oleh orang disekitarnya (tetangga). Sedangkan b). Pengeluaran konsumsi adalah irreversible. Artinya pola pengeluaran seseorang pada saat penghasilan naik berbeda dengan pola pengeluaran pada saat penghasilan mengalami penurunan. Duesenberry menyatakan bahwa teori konsumsi atas dasar penghasilan absolute sebagaimana yang dikemukakan oleh Keynes yang tidak mempertimbangkan aspek psikologi seseorang dalam berkonsumsi. Duesenberry menyatakan bahwa pengeluaran konsumsi rumah tangga sangat dipengaruhi oleh posisi atau kedudukan di masyarakat sekitarnya. 4. Teori konsumsi Dengan Hipotesis pendapatan Permanen

Teori konsumsi dengan hipotesis

pendapatan permanen dikemukakan oleh M.

Friedman. Teori ini mengatakan bahwa pendapatan masyarakat dapat digolongkan menjadi dua yaitu pendapatan permanen dan pendapatan sementara. Pendapatan permanen

merupakan pendapatan yang selalu diterima pada setiap periode tertentu dan dapat diperkirakan sebelumnya, misalnya pendapatan dari upah dan gaji. Sedangkan pendapatan sementara merupakan pendapatan yang tidak dapat diperkirakan sebelumnya, nilainya dapat positif jika nasibnya baik dan dapat negatif jika bernasib buruk. Factor-faktor yang mempengaruhi besarnya pengeluaran konsumsi rumah tangga, antara lain :

1. Faktor Ekonomi Empat faktor yang menentukan tingkat konsumsi, yaitu : a. Pendapatan Rumah Tangga ( Household Income ) Pendapatan rumah tangga amat besar pengaruhnya terhadap tingkat konsumsi. Biasanya makin baik tingkat pendapatan, tongkat konsumsi makin tinggi. Karena ketika tingkat pendapatan meningkat, kemampuan rumah tangga untuk membeli aneka kebutuhan konsumsi menjadi semakin besar atau mungkin juga pola hidup menjadi semakin konsumtif, setidaktidaknya semakin menuntut kualitas yang baik. b. Kekayaan Rumah Tangga ( Household Wealth ) Tercakup dalam pengertian kekayaaan rumah tangga adalah kekayaan rill (rumah, tanah, dan mobil) dan financial (deposito berjangka, saham, dan surat-surat berharga). Kekayaan tersebut dapat meningkatkan konsumsi, karena menambah pendapatan disposable. c. Tingkat Bunga ( Interest Rate )

Tingkat bunga yang tinggi dapat mengurangi keinginan konsumsi. Dengan tingkat bunga yang tinggi, maka biaya ekonomi (opportunity cost) dari kegiatan konsumsi akan semakin mahal. Bagi mereka yang ingin mengonsumsi dengan berutang dahulu, misalnya dengan meminjam dari bankatau menggunakan kartu kredit, biaya bunga semakin mahal, sehingga lebih baik menunda/mengurangi konsumsi. d. Perkiraan Tentang Masa Depan (Household Expectation About The Future) Faktor-faktor internal yang dipergunakan untuk memperkirakan prospek masa depan rumah tangga antara lain pekerjaan, karier dan gaji yang menjanjikan, banyak anggota keluarga yang telah bekerja. Sedangkan faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi antara lain kondisi perekonomian domestic dan internasional, jenis-jenis dan arah kebijakan ekonomi yang dijalankan pemerintah.

2. Faktor Demografi a. Jumlah Penduduk Jumlah penduduk yang banyak akan memperbesar pengeluaran konsumsi secara menyeluruh, walaupun pengeluaran rata-rata per orang atau per keluarga relative rendah. Pengeluaran konsumsi suatu negara akan sangat besar, bila jumlah penduduk sangat banyak dan pendapatan per kapita sangat tinggi. b. Komposisi Penduduk Pengaruh komposisi penduduk terhadap tingkat konsumsi, antara lain : o Makin banyak penduduk yang berusia kerja atua produktif (15-64 tahun), makin besar tingkat konsumsi. Sebab makin banyak penduduk yang bekerja, penghasilan juga makin besar. o Makin tinggi tingkat pendidikan masyarakat, tingkat konsumsinya juga makin tinggi, sebab pada saat seseorang atau suatu keluarga makin berpendidikan tinggi maka kebutuhan hidupnya makin banyak. o Makin banyak penduduk yang tinggal di wilayah perkotaan (urban), pengeluaran konsumsi juga semakin tinggi. Sebab umumnya pola hidup masyarakat perkotaan lebih konsumtif disbanding masyarakat pedesaan.

3. Faktor-faktor Non Ekonomi Faktor-faktor non-ekonomi yang paling berpengaruh terhadap besarnya konsumsi adalah faktor social budaya masyarakat. Misalnya saja, berubahnya pola kebiasaan makan, perubahan etika dan tata nilai karena ingin meniru kelompok masyarakat lain yang dianggap lebih hebat/ideal.

Hubungan antara Konsumsi dengan Pertumbuhan Ekonomi Pengeluaran konsumsi rumah tangga merupakan nilai belanja yang dilakukan oleh rumah tangga untuk membeli berbagai jenis kebutuhannya dalam satu tahun tertentu.

Pendapatan yang diterima oleh rumah tangga akan digunakan untuk membeli makanan, pakaian, biaya jasa pengangkutan, membayar pendidikan anak, membayar sewa rumah dan membeli kendaraan. Barang-barang tersebut dibeli rumah tangga untuk memenuhi kebutuhannya. (Sukirno, 1994). Keputusan konsumsi rumah tangga dipengaruhi keseluruhan prilaku baik jangka panjang maupun jangka pendek. Keputusan konsumsi rumah tangga untuk jangka panjang adalah penting karena peranannya dalam pertumbuhan ekonomi. Sedangkan untuk analisa jangka pendek peranannya penting dalam menentukan permintaan agregat. Konsumsi adalah dua per tiga dari GDP. Menurut sukirno Pengeluaran konsumsi yang dilakukan oleh rumah tangga dalam perekonomian tergantung pada pendapatan yang diterima oleh mereka. Semakin besar pendapatan maka semakin besar pula konsumsinya. (Sukirno, 1994). Seperti yang telah dijelaskan bahwa semakin tinggi pendapatan maka semakin besar pula konsumsi yang dilakukan oleh rumah tangga, namun pertambahan konsumsi yang terjadi, lebih rendah dari pada pertambahan yang berlaku. Maka makin lama, kelebihan konsumsi rumah tangga yang wujud bila dibandingkan dengan pendapatan yang diterimanya akan menjadi bertambah. Kelebihan konsumsi ini merupakan tabungan masyarakat. Hubungan ini dapat dilukiskan dalam bentuk persamaan : Yd = C + S...(2.1) dimana Yd adalah pendapatan disposibel, C adalah Konsumsi dan S adalah tabungan. Akan tetapi, pada tingkat pendapatan yang sangat rendah, bisa saja seluruh pendapatan untuk digunakan untuk konsumsi sehingga tabungan adalah nol. Bahkan terpaksa

konsumsi dibiayai dari kekayaan atau pendapatan masa lalu. Kondisi ini disebut dissaving atau mengorek tabungan. Perkembangan ekonomi yang terjadi mengakibatkan bertambahnya variabel yang dapat mempengaruhi pengeluaran konsumsi selain pendapatan, diantaranya yaitu tingkat bunga, kekayaan, dan barang tahan lama. Tingkat bunga ini penting pengaruhnya terhadap tabungan yang pada akhirnya akan mempengaruhi konsumsi. Konsumen mempunyai preferensi terhadap suatu barang sekarang dibandingkan dengan barang itu diperoleh pada masa yang akan datang. Agar konsumen bersedia menangguhkan pengeluaran konsumsinya, diperlukan balas jasa yang disebut bunga. Semakin tinggi tingkat bunga maka semakin besar pula uang yang ditabung (berarti semakin kecil uang yang dibelanjakan untuk konsumsi). Sebaliknya, semakin rendah tingkat bunga, maka jumlah uang yang ditabung juga semakin rendah (berarti semakin besar uang yang digunakan untuk konsumsi). Kekayaan, perubahan tingkat harga akan menyebabkan seseorang yang memiliki kekayaan akan mengalami perubahan kekayaan tersebut. Jika tingkat harga naik, maka nilai kekayaan akan naik dan pada kondisi tersebut pemilik kekayaan akan merasa lebih kaya dan akibatnya akan meningkatkan pengeluaran konsumsinya. Sebaliknya, jika harga turun, nilai kekayaan akan turun dan pemilik kekayaan akan merasa nilai kekaaynnya menurun. Akibatnya ia akan mengurangi pengeluaran konsumsinya. barang tahan lama adalah barang yang dapat dinikmati sampai pada masa yang akan datang (biasanya lebih dari satu tahun) seperti, alat atau perabotan elektronik, mobil, motor, telepon seluler, dan lainnya. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pendapatan mempunyai peranan penting dalam mempengaruhi pengeluaran konsumsi masyarakat, baik itu untuk konsumsi barang

tidak tahan lama, barang tahan lama, dan jasa. Semakin tinggi konsumsi masyarakat, maka pertumbuhan ekonomi pun akan ikut meningkat. Teori Pengeluaran Pemerintah Pengeluaran pemerintah berperan untuk mempertemukan permintaan masyarakat dengan penyediaan sarana dan prasarana yang tidak dapat dipenuhi oleh pihak swasta. Dikatakan pula bahwa pengeluaran pemerintah yang dinyatakan dalam belanja pembangunan bertujuan untuk meningkatkan kapasitas produksi dalam proyek yang mengacu pada pertumbuhan ekonomi, pemerataan pendapatan, peningkatan kesejahteraan, dan program yang menyentuh langsung kawasan yang terbelakang. Tidak dapat dipungkiri bahwa campur tangan pemerintah dalam perekonomian sangat membantu, terutama stelah terjadi krisis ekonomi tahun 1997. Pemerintah menetapkan kebijakan pokok mengenai arah perekonomian melalui perencanaan, kebijakan pemerintah dan pengaturan. Pemerintah harus melakukan pengeluaran untuk melaksanakan

penyelenggaraan pemerintahan, pelayanan umum, dan pembangunan, (Sicat, G.P dan Arndt, H. W:1991). Pengeluaran pemerintah mencerminkan kebijakan pemerintah apabila pemerintah telah menetapkan suatu kebijakan untuk membeli barang dan jasa. Pengeluaran pemerintah mencerminkan biaya yang harus dikeluarkan oleh pemerintah untuk meleksanakan kebijakan tersebut. Teori mengenai pengeluaran pemerintah terdiri dari pendekatan teori makro (Basri dan Subri, 2003).

Anda mungkin juga menyukai