Anda di halaman 1dari 4

Gambar Kurva Biaya Total (TC).

Dalam diagram digambarkan kurvae biaya Total (disingkat TC) yang menunjukkan bagaimana

hubungan antara JUMLAH PRODUKSI dan tinggi rendahnya BIAYA PRODUKSI. Jika jumlah produk

ditambah (+), biaya produksi juga bertambah (+). Karena itu garis TC naik dari kiri-bawah (dimulai dari 10 juta)

kekanan-atas.

Bagaimana bentuk persamaan garis yang seperti itu? Dan bagaimana persamaan dari garis TC dalam

contoh ini?
BIAYA
(Juta Rp)

TC

30

20

10

0 Q
Biaya Tetap
10 20 30 40 50 000/bln

Karena dalam Tabel diatas Biaya Total telah dirinci atas biaya tetap dan biaya variabel, maka hal yang

sama dapat juga digambarkan dalam grafik biaya produksi.

Dari tabel dapat dilihat bahwa Biaya Tetap (TC) itu tetap, berapapun jumlah produk yang dihasilkan.

Pada produksi sebanyak satu potong roti perbulan, berapa biaya tetapnya? 10 juta! Pada produksi sebanyak

10.000 potong roti, berapa biaya tetapnya? Tetap 10 juta. Baru jika produksi hendak diperbesar lebih dari

50.000 potong per bulan, biaya tetap akan “meloncat” ketaraf yang lebih tinggi, karena akan diperlukan

bangunan, kompor, gudang dan lain-lain yang lebih besar.

Jika hal ini dilukiskan dalam grafik biaya, semua titik yang mengambarkan pasangan [jumlah

produksi tertentu] dengan [biaya tetap Rp 10 juta] membentuk sebuah garis lurus sejajar dengan sumbu x, yaitu

garis Biaya Tetap (FC). Garis Fc ini secara grafik memperlihatkan bahwa berapa pun besarnya jumlah produksi

(dari 0 sampai 50.000 potong) Biaya Tetap adalah tetap Rp 10 juta, tidak lebih dan tidak kurang.

Gambar Kurve TC = FC + VC.


Biaya total diperinci (terdiri dari) Biaya Tetap dan Biaya Variabel. Dalam grafik dapat dilihat bahwa

pada jumlah produksi sebanyak Q = 40.000 potong/bulan, Biaya Total TC = Rp 30 juta, yang terdiri dari FC =

Rp.10 juta dan VC = Rp. 20 juta.

Gambarkan sendiri : Biaya Variabel dulu kemudian Biaya Tetap ditambahkan untuk menemukan

Biaya Total.

Gambarkan juga Biaya Tetap (FC) tersendiri, Biaya Variabel (VC) tersendiri, kemudian dijumlahkan

menjadi Biaya Total (TC).

BIAYA
(Juta Rp)

TC

30

Biaya Variabel
20 20 Juta

FC
10
Biaya Tetap
10 Juta

0 Q
10 20 30 40 50 ribuan
Biaya Variabel

Dengan menggambarkan garis Biaya Tetap (FC) dalam grafik Biaya Total, maka sekaligus Biaya

Variabel menjadi kelihatan juga, yaitu sebagai selisih antara garis Biaya Total (TC) dan Biaya Tetap (FC).

Sebab TC = FC + VC. Cocokkan sendiri angka-angka dari tabel dengan garfik dalam gambar.

2.4. Biaya Total Dan Penerimaan Total : Titik Break-Even

Sebelum kita lanjutkan dengan biaya per satuan, kita lihat dulu suatu penerapan yang penting dari

kurve Biaya Total, sekaligus menanggapi pertanyaan yang belum terjawab tadi: berapa yang harus

diproduksikan oleh perusahaan roti MANIS supaya mendapat laba atau paling sedikit tidak menderita kerugian.

Jika diketahui bahwa harga jual adalah Rp. 1000,- perpotong (dan kita andaikan bahwa semua roti

yang dihasilkan akan terjual pada harga tersebut), maka dengan mudah dapat kita bandingkan antara Biaya Total

(TC) dan penerimaan Total (TR), sehingga besar-kecilnya Rugi/Laba pada berbagai jumlah produksi juga dapat

diketahui. Penerimaan total disingkat dengan huruf TR dari Total Revenue.


Untuk itu pertama-tama kita susun sebuah tabel, dengan kolom-kolom sebagai berikut : jumlah produk

(Q),jumlah biaya produksi (TC) serta banyaknya penerimaan (TR). Selisih antara biaya dan penerimaan akan

menunjukkan besarnya Rugi/Laba.

TABEL
JUMLAH PRODUK, BIAYA TOTAL, PENERIMAAN TOTAL
(1) (3) (4)
(2)
Jumlah Penerimaan Total Rugi/Laba
Biaya Total
Produk (Q x Rp. 1000,-) -/+
TC
Q TR (TR-TC)
0 Rp. 10.000.000,. 0,- Rp. - 10.000.000,.
1.000 10.500.000,. 1.000.000,. - 9.500.000,.
10.000 15.000.000,. 10.000.000,. - 5.000.000,.
20.000 20.000.000,. 20.000.000,- 0,.
25.000 22.500.000,. 25.000.000,- + 2.500.000,.
30.000 25.000.000,. 30.500.000,- + 5.000.000,.
40.000 30.000.000,. 40.000.000,- +10.000.000,.
50.000 35.000.000,. 50.000.000,- +15.000.000,.
Tabel ini harus dibaca : KALAU jumlah produksi sebanyak 30.000 potong roti (per bulan), maka

biaya total adalah sebanyak Rp.25.000.000,-, sedang penerimaan total adalah Rp.30.000.000,- sehingga ada laba

total sebanyak Rp.5.000.000,-. Tetapi KALAU produksi sebanyak 20.000 potong....dst.

Garfik Break-Even

Angka-angka dari tabel diats juga dapat digambarkan dalam bentuk sebuah grafik, yang sepintas kilas

memperlihatkan pada jumlah produksi berapa ada rugi atau laba. Dalam gambar diatas digambarkan dua garis

yang saling berpotongan yaitu banyaknya BIAYA pada berbagai jumlah produksi (garis TC) dan banyaknya

PENERIMAAN pada jumlah produksi itu (garis TR). Selisih antara kedua garis tersebut menunjukkan besarnya

RUGI/LABA.

Titik potong antara garis Biaya Total (TC) dan Penerimaan Total (TR) mendapat nama tersendiri,

yaitu Titik Break-even. Titik Break-even menunjukkan bahwa pada jumlah produksi sebanyak itu pas tidak ada

rugi dan tidak ada laba, karena jumlah biaya total dan jumlah penerimaan total tepat sama besarnya. Dengan

demikian Titik Break-even. Titik Break-even menunjukkan bahwa pada jumlah produksi sebanyak itu pas tidak

ada rugi dan tiak ada laba, karena jumlah biaya total dan jumlah penerimaan total tepat sama besarnya. Dengan

demikian Titik Break-even juga menunjukkan jumlah produksi harus minimal berapa supaya perusahaan tidak

menderita kerugian. TBE juga disebut Titik Impas atau Titik Buk.

Gambar Grafik Break-even

Titik Break-even adalah perpotongan antara garis Biaya Total (TC) dan garis Penerimaan Total (TR).

Dengan harga jual Rp. 1.000,- perpotong, jumlah produksi minimum harus 20.000 potong per-bulan supaya

tidak rugi. Baru pada produksi lebih dari 20.000 potong per bulan mulai ada laba.
Titik Break-Even dapat dihitung dari persamaan TC dan TR: TC = FC + (AVC x Q) dan TR = P x Q.

Cocokkan sendiri angka-angka dari Tabel dengan kurve dalam grafik!

Rp
(Juta)
TR
40
Laba
30 TC
TBE

20

10
Rugi

0 Q
10 20 30 40 50 ribuan
Pada produksi sebanyak 10.000 potong : Penerimaan Total = Rp. 10.000.000
Biaya Total = Rp. 15.000.000
RUGI = Rp. 5.000.000

Pada produksi sebanyak 25.000 potong : Penerimaan Total = Rp. 25.000.000


Biaya Total = Rp. 22.500.000
LABA = Rp. 2.500.000

Pada produksi sebanyak 35.000 potong maka .......

Apa yang terjadi kalau harga jual dinaikkan menjadi Rp. 1.250,. perpotong? Gambarkan sendiri. Apa yang

terjadi dengan arah kurve TC? Mengapa demikian? Dimanakah Titik Break-even sekarang? Bagaimana jika

harga jual h anya Rp. 750,- per potong, berapa produksi minimum supaya masih ada laba? Tunjukkan dalam

grafik!

Anda mungkin juga menyukai