Anda di halaman 1dari 7

PERTOLONGAN PADA KERACUNAN

No. :
Dokumen 440/454/SOP/426.102.4/201
9

No. Revisi :1
SOP
Tanggal : 02 Februari 2019
Terbit
Halaman :1/6

PUSKESMAS dr. H. Achmad Hanafi,M.Si


BANTARAN NIP. 196703152000121003

1. Pengertian Masuknya bahan beracun memulai saluran cerna, saluran pernafasan, kulit
maupun pembuluh darah.

2. Tujuan 1. Meningkatnya mutu Pelayanan Rumah Sakit


2. Meningkatnya mutu Pelayanan Kegawat Daruratan
3. Meningkatnya Keselamatan Pasien
4. Meningkatnya Kepuasan Pasien
5. Sebagai acuan dalam penatalaksanaan keracunan.
3. Kebijakan Penetapan penanggung jawab dan pelaksana Puskesmas Bantaran No.
440/152/SK/426.102.4/2019
4. Referensi Peraturan Menteri Ksehatan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014
Tentang Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Primer.
1. Prosedur/ 1. KERACUNAN INSEKTISIDA.
Langkah
Seperti: Baygon, Raid, Morten, dan lain-lain

Seperti pasien yang datang karena keracunan, maka yang harus


dilakukan adalah:

1. Petugas jaga menganamneses; cari penyebab dan berapa banyak


yang ditelan.
2. Petugas jaga menilai kesadarannya, observasi tanda-tanda vital.
3. Petugas jaga melakukan tindakan:
a. Bebaskan jalan nafas, beri oksigen 3 – 4 lt/menit.
b. Pasang infuse Dextrose 5 % /RD/RL.
c. Berikan injeksi SA 2 mg IV setiap 15 menit, dan diulangi sampai
ada gejala atropinisasi:
1. Muka merah.
2. Mulut kering.
3. Takikardi.
4. Midriasis.
5. Isap lendir yang berlebihan dengan suction.
d. Cegah dan perlambat terjadinya absorbs dengan melakukan:
1. Beri minum susu yang banyak.
2. Bila susu belum tersedia, beri air putih sebanyak-banyaknya.
3. Rangsang supaya muntah, dengan cara; merangsang
pharynx
dan belakang lidah dengan tongspatel.

4. Bila kesadaran pasien menurun, maka cepat lakukan


pemasangan NGT (Naso Gastric Tube).
e. Lakukan lavage/bilas lambung dengan susu cair, kalau tidak ada
atau belum tersedia berikan air hangat 38 0 C sebanyak 300 cc.
f. Miringkan pasien ke sebelah kiri agak setengah terlungkup,
pertahankan posisi ini selama prosedur berlangsung.
g. Mulut dihisap dengan suction catheter, mencegah terjadinya
aspirasi pada saat pasien muntah.
h. Lavage lambung inidilakukan terus sampai bersih, yang terbukti
dari susu tidak mengandung minyak lagi atau air sudah jernih.
Prosedur ini tidak boleh ditunda-tunda, harus segera
dilaksanakan. Kalau susu/air hangat belum tersedia, lakukan dengan air
biasa dulu. Dan pada akhir prosedur, lambung harus kosong dan NGT
sementara jangan dilepas dulu. Pada waktu melakukan bilas lambung,
secara simultan dapat diberikan mucolitik, Mylanta sirup, atau injeksi
Tagamet/Ulsicur 1 amp IV yang diencerkan dan diberikan secara
perlahan-lahan.

Selain itu cegah pasien agar tidak bertambah kedinginan,tetapi


jangan diberi kompres panas, cukup diberi selimut saja. Setelah
kegawatan pasien telah diatasi, maka dianjurkan pada pasien/ keluarga
untuk dirawat.

2. KERACUNAN PADA KULIT.


1. Guyur/ semprot tubuh/ kulit yang kena kontaminasi dengan air yang
mengalir.
2. Bersihkan kulit seluruhnya dangan sempurna memakai sabun dan
air.
3. Jangan memakai zat-zat sebagai antidotum.
3. KERACUNAN INHALASI.
Zat-zat yang dapat menimbulkan keracunan inhalasi, antara lain:

1. Carbodioksida (CO).
2. Cyanida.
3. Bensin.
4. Dan macam-macam pelarut organic
Petugas jaga melakukan tindakan:

1. Bawa segera korban ke udara bebas/ segar, longgarkan pakaian


pakaian yang ketat. Observasi tanda-tanda vital (T, S, N, P).
2. Beri oksigen 3 – 4 lt/menit.
3. Lakukan pernafasan buatan kalau ada tanda-tanda cyanosis atau
pernafasan kurang memadai.
a. Berdasarkan jalan nafas.
b. Buang sumbatan di mulut
c. Dagu tarik ke belakang, kepala ditengadahkan (se-ekstensi
mungkin).
4. Bila terjadi bronchospasme, berikan aminophylin 1 amp IV pelan
pelan dan lanjutkan dengan Dex 5% + 1 amp Aminophylin dengan
kecepatan tetesan 10 tetes/ menit, atau disesuaikan dengan
kebutuhan.
5. Observasi kembali tanda-tanda vital.
Bila terjadi hipotensis selai Dex 5 % dapat diberikan cairan RL/RD.

6. Kemungkinan beri terapi Oradexon 5 – 10 mg IV tiap 6 jam, selama


24 jam pertama.
7. Rekam EKG.
8. Kemudian konsulkan ke dokter UPI, penyakit dalam, dan jantung
9. Bila keadaan pasien ringan, lakukan observasi minimal 3 jam
setelah masa kegawatannya telah lewat.
4. GIGITAN BINATANG
Ada beberapa cara yang diterima manusia dari hewan:

1. Gigitan : anjing, ular, kera, dll.


2. Sengatan : semut, tawon, kalajengking.
3. Kontak pasif : ulat bulung.
4. Semprotan : serangga.
Oleh karena itu sikap yang harus diambil, yaitu bagaimana
menghadapi manusianya dan bagaimana menhadapi binatangnya
(bila ada).

Anamnesa:

1. Binatangnya.
a. Apakah tempat tinggal endemic Rabies/ tidak?
b. Apakah keadaan binatang pada waktu menggigit:
1) Sedang beranak.
2) Dalam keadaan terangsang.
3) Vaksinasi yang masih berlaku.
2. gigitannya
a. Jenis luka.
b. Banyak luka dan dekat/tidak pada CNS.
c. Vaksinasi yang diterima

Petugas jaga melakukan tindakan:

1. Tindakan debridement pada luka.


Bila lukanya parah dan terdapat jaringan yang nekrosis, maka buang
jaringan yang nekrosis atau jaringan yang akan nekrosis. Kemudian
luka dicuci dengan air sabun atau larutan H2O2 dan luka jangan
dijahit.

2. Tutup luka tersebut, tetapi jangan terlalu tebal untuk menghindari


kontaminasi dengan kotoran.
3. Anjurkan pada pasien untuk dirujuk ke rumah sakit yang mempunyai
serum nti rabies seperti RSUD DR Saiful Anwar Malang
5. GIGITAN/ PATUKAN ULAR
Keracunan akut karena gigitan ular, paling sering terjadi di daerah
tropis dan subtropics. Derajat keracunan akibat gigitan ular tergantung
pada:

1. Kekuatan racun (tergantung jenis ular).


2. Kenali sifat racunnya, seperti:
a. Bersifat Neurotoksik,
b. Bersifat Haemotoksik,
c. Bersifat kardiotoksin, ng.
d. Bersifat Cytolytik,
Jenis ular Cobra termasuk jenis neurotoksik yang hebat, sedangkan
ancistrodon (ular tanah) menyebabkan haemolysis yang hebat.

Gejalanya:

1. Tanda-tanda bekas taring, laserasi.


2. Bengkak dan kemerahan kadang-kadang bulae/ vaksikular.
3. Sakit kepala, enek dan muntah.
4. Demam, keringat dingin.
5. * Untuk bisa bersifat Neurotoksik, mengakibatkan:
a. Kelumpuhan otot pernafasan.
b. Kardiovaskuler terganggu
c. Kesadaran menurun sampai koma
 Untuk bisa yang bersifat hemolytic:
a. Luka bekas patukan yang terus berdarah.
b. Haematoma pada tiap suntikan IM.
c. Haematuria.
d. Haemoptisis/ haematemesis
Petugas jaga melakukan tindakan.

Prinsipnya:

1. Menghalangi penyerapan dan penyebaran bisa.


2. Menetralkan bisa.
3. Mengobati komplikasi.
Pertolongan yang diberikan:

1. Tourniquet dengan pita lebar untuk mencegah aliran getah bening. Pita
dilepas bila anti telah diberikan.
2. Imobilisasi penderita, terutama daerah bekas gigitan/ patukan.
3. Bersihkan luka dengan air garam fisiologi dan air garam biasa atau air
steril.
4. Incisi.
Lakukan incise menyilang antara 0,5 – 0,25 cm dalamnya, lalu tekan
sampai darahnya keluar (hisap darahnya degan alat penghisap), hal ini
akan menghilangkan sampai 20 %, bila dilakukan kurang dari 30 menit

Kemudian segera kirim ke rumah sakit yang mempunyai persediaan


ABU (Anti Bisa Ular).

Catatan:

Untuk gigitan yang bersifat haemolotik, jangan dilakukan incisi sebab


menyebabkan pendarahan hebat.

6. RACUN YANG TER/DISUNTIKKAN (OVER DOSIS)


Penatalaksanaan adalah:

1. Petugas jaga meletakkan/terlentangkan pasien pelan-pelan.


2. Petugas jaga memasang Torniquet sebelah proksimal dari lokasi
suntikan dan nadi sebelah distal harus tetap teraba, minimal harus
dapat dirasakan oleh pasien sendiri. Lepaskan turniket tiap 15 menit
selama1 menit.
3. Petugas jaga mengompres tempat suntikan dengan es.
Pada prinsipnya, penanganan kasus ini adalah:
1. Cegah/ kurangi/ hambat proses absorsinya.
2. Kurangi efek racun itu.
3. Kenalilah berat ringannya/ serius atau kegawatannya, sehingga
dapat ditentukan tentang pengobatan selanjutnya.
2. Diagram Alir
Petugas mengidentifikasi
pasien

Petugas mencuci tangan dan memakai APD ( masker),

Petugas menganamnesa tentang riwayat penyakit,

Petugas melakukan pemeriksaan fisik,

Petugas mencuci tangan setelah tindakan,

Petugas membuat rujukan internal ke laboratorium untuk


tes darah lengkap, urin lengkap,

Pasien menunggu hasil Laboratorium kemudian kembali


ke Ruangan Umum,

Jika pasien hasilnya Lab positif, maka petugas ruangan umum


membuat rujukan internal ke UGD untuk rawat inap, jika pasien hasil
Lab dinyatakan masih gejala, petugas memberikan terapi antibiotik
dengan dosis pemberian dosis tinggi,

Pasien rawat inap atau


pasien boleh pulang.

3. Unit terkait - Semua Program UKM


- Pelayanan BP

4. Rekaman historis perubahan

No Yang dirubah Isi Perubahan Tgl.mulai


diberlakukan
1. Bentuk SOP Mengikuti pedoman Tata Naskah 2019 28 Februari
2019

Anda mungkin juga menyukai