Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

GASTRITIS

Disusun oleh :
Nama : Uyun Lare Sanju
NIM : C1016046

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN DAN NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BHAKTI MANDALA HUSADA
2019
A. Definisi
Gastritis pada lansia adalah suatu peradangan mukosa lambung yang dapat
bersifat kronis, difus atau lokal yang sering terjadi pada lansia: dua jenis gastritis
yang paling sering terjadi : gastritis superfisial akut dan gastritis atropik kronik.
B. Etiologi

Gastritis seringkali akibat dari stres.


a. Endotoksin bakteri (masuk setelah menelan makanan yang terkontaminasi),
kafein, alkohol, dan aspirin merupakan agen-agen penyebab yang sering.
b. Penyebab lain adalah obat-obatan seperti : sulfonamida, steroid.
c. Beberapa makanan berbumbu termasuk lada, cuka dapat menyebabkan gejala
yang mengarah pada gastritis.
d. Gastritis kronik umumnya disebabkan akibat minum alkohol berlebihan, teh
panas, merokok, merupakan predisposisi timbulnya gastritis atropik.
e. Pada kasus anemia pernisiosa, patogenesis agaknya berkaitan dengan gangguan
mekanisme imunologik. Kebanyakan penderita mempunyai antibodi terhadap
sel parietal dalam darahnya, lebih spesifik lagi, penderita ini juga mempunyai
antibodi terhadap faktor intrinsik.
C. Patofisiologi
Obat-obatan, alkohol, garam empedu atau enzim – enzim pankreas dapat
merusak mukosa lambung (gastritis erosif), mengganggu pertahanan mukosa
lambung dan memungkinkan difusi kembali, asam dan pepsin ke dalam
jaringan lambung, hal ini menimbulkan peradangan respons mukosa terhadap
kebanyakan penyebab iritasi tersebut dengan regenerasi mukosa, karena itu
gangguan-gangguan tersebut seringkali menghilang dengan sendirinya. Dengan
iritasi yang terus menerus, jaringan menjadi meradang dan dapat terjadi
perdarahan. Masuknya zat-zat seperti asam dan basa yang bersifat korosif
mengakibatkan peradangan dan nekrosis pada dnding lambung.
Gastritis kronis dapat menimbulkan keadaan dengan atropi kelenjar-
kelenjar lambung dan keadaan mukosa terdapat bercak-bercak penebalan
warna abu-abu. Hilangnya mukosa lambung akhirnya akan berakibat
kurangnya sekresi lambung dan timbulnya anemia pernisiosa.
D. Manifestasi klinik
Manifestasi klinis dari gastritis akut dapat bervariasi dari keluhan
abdomen yang tidak jelas, seperti anoreksia atau mual, sampai gejala lebih
berat seperti nyeri epigastrium, muntah, perdarahan dan hematemesis. Pada
pemeriksaan fisis biasanya tidak ditemukan kelainan, kecuali mereka yang
mengalami perdarahan yang hebat sehingga menimbulkan tanda dan gejala
gangguan hemodinamik yang nyata seperti hipotensi, pucat, keringat dingin,
takikardia sampai gangguan kesadaran. Klien juga mengeluh kembung, rasa
asam di mulut.
Sedangkan manifestasi klinis dari gastritis kronik ; gejala defisiensi
B12, sakit ulu hati setelah makan, bersendawa rasa pahit dalam mulut, mual
dan muntah.
E. Pemeriksaan Diagnosis
Gastritis erosif harus selalu diwaspadai pada setiap pasien dengan
keadaan klinis yang berat atau pengguna aspirin dan anti inflamasi
nonsteroid. Diagnosa ini ditegakkan dengan pemeriksaan
gastroduodenoskopi. Pada pemeriksaan akan tampak mukosa yang sembab,
merah, mudah berdarah atau terdapat perdarahan spontan, erosi mukosa yang
bervariasi dari yang menyembuh sampai tertutup oleh bekuan darah dan
kadang ulserasi.
Pada gastritis kronis diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan
endoskopi dan histopatologi. Untuk pemeriksaan histopatologi sebaiknya
dilakukan biopsi pada semua segmen lambung. Perlu pula dilakukan kultur
untuk membuktikan adanya infeksi helicobacter pylori apalagi jika ditemukan
ulkus baik pada lambung ataupun pada duodenum, mengingat angka kejadian
yang cukup tinggi yaitu hampir mencapai 100%. Kriteria minimal untuk
menegakkan diagnosis H. Pylori jika hasil PA positif.
F. Penatalaksanaan
Gastritis akut :
a. Mengatasi kedaruratan medis yang terjadi.
b. Mengatasi atau menghindari penyebab apabila dijumpai / ditemukan.
c. Pemberian obat – obat H2 blocking, antasid atau obat – obat ulkus
lambung yang lain.

Gastritis kronis :
Pada umumnya gastritis kronik tidak memerlukan pengobatan, yang harus
diperhatikan ialah penyakit – penyakit lain yang keluhannya dapat
dihubungkan dengan gastritis kronik. Anemia yang disebabkan oleh gastritis
kronik biasanya bereaksi baik terhadap pemberian vitamin B12 atau preparat
besi, tergantung dari defisiensinya.
G. Komplikasi
Komplikasi pada gastritis akut adalah :
a. Perdarahan saluran cerna bagian atas yang merupakan kedaruratan medis.
Kadang – kadang perdarahan cukup banyak sehingga dapat menyebabkan
kematian.
b. Terjadi ulkus kalau prosesnya hebat.
c. Jarang terjadi perforasi.
Komplikasi pada gastritis kronik adalah :
a. Atropi lambung dapat menyebabkan gangguan penyerapan terutama
terhadap vitamin B12. Gangguan penyerapan terhadap vitamin
B12 selanjutnya dapat menyebabkan anemia yang secara klinik hampir
sama dengan anemia pernisiosa. Keduanya dapat dipisahkan dengan
memeriksa antibodi terhadap faktor intrinsik. Selain vitamin B12-
penyerapan besi juga dapat terganggu.
b. Gastritis kronik antrum pilorum dapat menyebabkan penyempitan daerah
antrum pilorum. Gastritis kronik sering dihubungkan dengan keganasan
lambung, terutama gastritis kronik antrum pilorus.
B. Konsep Asuhan Keperawatan
Defenisi proses keperawatan adalah suatu metode yang sistematis untuk
mengkaji respon manusia terhadap masalah – masalah kesehatan dan membuat
rencana keperawatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah – masalah
tersebut. Proses keperawatan terdiri dari 5 tahap yaitu pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi.
1. Pengkajian
Adalah dasar utama dari proses keperawatan. Pengumpulan data yang
akurat dan sistematis akan membantu penentuan status kesehatan dan pola
pertahanan klien, mengidentifikasi kekuatan dan kebutuhan klien, serta
merumuskan diagnosis keperawatan.
Data subyektif meliputi anoreksia, mual, tidak nyaman perut pada tingkat
tertentu.
Data obyektif meliputi selaput mukosa kering, otot lemah, muntah (jumlah,
frekuensi, adanya darah), ada tanda – tanda ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit, haus, penurunan turgor kulit
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinik tentang respon individu,
keluarga atau komunitas terhadap masalah kesehatan/proses kehidupan yang
aktual atau potensial.
Adapun diagnosa keperawatan pada gastritis adalah :
a. Ansietas berhubungan dengan pengobatan.
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan masukan
nutrien tidak adekuat.
c. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan masukan cairan
berlebihan karena muntah.
d. Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan diet dan proses penyakit.
e. Nyeri berhubungan dengan mukosa lambung teriritasi.
3. Perencanaan
a. Ansietas berhubungan dengan pengobatan.
Tujuan : Utama mencakup mengurangi ansietas
Intervensi keperawatan :
Bila pasien mencerna asam atau alkali, maka tindakan darurat diperlukan.
1) Terapi pendukung diberikan pada pasien dan keluarga selama
pengobatan dan setelah mencerna asam atau alkali yang telah
dinetralisir atau diencerkan.
2) Pasien perlu disiapkan untuk pemeriksaan diagnostik (endoskopi)
atau pembedahan.
3) Menggunakan pendekatan untuk mengkaji pasien dan menjawab
semua pertanyaan selengkap mungkin.
4) Semua prosedur dan pengobatan dijelaskan sesuai dengan minat
dan tingkat pemahaman pasien.
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan masukan
nutrien tidak adekuat.
Tujuan : Menghindari makanan pengiritasi dan menjamin masukan
nutrien adekuat.
Intervensi keperawatan :
1) Dukungan fisik dan emosi diberikan.
2) Pasien dibantu untuk menghadapi gejala yang dapat mencakup mual,
muntah, sakit ulu hati dan kelelahan.
3) Makanan dan cairan tidak diijinkan melalui mulut selama beberapa
jam atau beberapa hari sampai gejala akut berkurang.
4) Bila terapi intravena diperlukan, pemberiannya dipantau dengan
teratur, sesuai dengan nilai elektrolit serum.
5) Bila gejala berkurang, pasien diberikan es batu diikuti dengan cairan
jernih.
6) Makanan padat diberikan sesegera mungkin untuk memberikan nutrisi
oral, menurunkan kebutuhan terhadap terapi intravena.
7) Meminimalkan iritasi pada mukosa lambung.
8) Bila makanan diberikan, adanya gejala yang menunjukkan
berulangnya episode gastritis dievaluasi dan dilaporkan.
9) Masukan minuman mengandung kafein dihindari, demikian juga
merokok.
c. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan masukan cairan
berlebihan karena muntah.
Tujuan : Mempertahankan keseimbangan cairan.
Intervensi keperawatan :
1) Masukan dan haluaran cairan setiap hari dipantau untuk mendeteksi
tanda – tanda awal dehidrasi.
2) Bila makanan dan minuman ditunda, cairan intravena biasanya
diberikan.
3) Masukan cairan ditambah nilai kalori diukur.
4) Nilai elektrolit dapat dikaji setiap 24 jam untuk mendeteksi indikator
awal ketidakseimbangan.
5) Pantau adanya indikator gastritis
6) Pantau tanda-tanda vital sesuai kebutuhan.
d. Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan diet dan proses penyakit.
Tujuan : Meningkatkan kesadaran tentang penatalaksanaan diet.
Intervensi keperawatan :
1) Pengetahuan pasien tentang gastritis dievaluasi.
2) Diet diresepkan dan disesuaikan dengan jumlah kebutuhan kalori
harian pasien, makanan yang disukai, pola makan.
3) Pasien diberi daftar zat – zat untuk dihindari.
4) Antibiotik, obat – obatan untuk menurunkan sekresi lambung
diberikan sesuai resep.
5) Pasien dengan anemia pernisiosa diberi instruksi tentang kebutuhan
terhadap injeksi vitamin B12 jangka panjang.
e. Nyeri berhubungan dengan mukosa lambung teriritasi.
Tujuan : Menghilangkan nyeri.
Intervensi keperawatan :
1) Pasien diinstruksikan untuk menghindari makanan dan minuman yang
dapat mengiritasi mukosa lambung.
2) Perawat mengkaji tingkat nyeri.
3) Pantau kenyamanan pasien setelah penggunaan obat – obatan.
4) Hindari zat pengiritasi.
4. Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan perencanaan keperawatan oleh perawat
dan klien. beberapa petunjuk pada implementasi adalah :
a. Intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana.
b. Keterampilan interpersonal, intelektual, teknikal, dilakukan dengan cermat
dan efisien pada situasi yang tepat.
c. Keamanan fisik dan psikologis dilindungi
d. Dokumentasi intervensi dan respons klien
5. Evaluasi
Bagian terakhir dari proses keperawatan. Semua tahap proses keperawatan
harus dievaluasi.
Hasil yang diharapkan :
a. Menunjukkan berkurangnya ansietas
b. Menghindari makan makanan pengiritasan, atau minuman yang
mengandung kafein atau alkoholik.
c. Mempertahankan keseimbangan cairan.
1) Mentoleransi terapi intravena sedikitnya 1,5 liter setiap hari.
2) Minum 6 – 8 gelas air setiap hari.
3) Mempunyai haluaran urine 1 liter setiap hari.
4) Menunjukkan turgor kulit yang adekuat.
5) Mematuhi program pengobatan.
6) Memilih makanan dan minuman bukan pengiritasi.
7) Menggunakan obat-obatan sesuai resep.
8) Melaporkan nyeri berkurang
DAFTAR PUSTAKA

Guyton, A.C. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, editor, Irawati Setiawan, Edisi 9.
Jakarta; EGC

Keliat, B.A. 1994. Proses Keperawatan. Jakarta; EGC

Long, B.C. 1996. Perawatan Medikal Bedah, Edisi I, Bandung

Mansjoer, A,. 2001. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi ketiga Jilid Pertama. Jakarta;
Media Aeusculapius,

Price, S.A,. 1994. Patofisiologi : konsep klinis proses-proses penyakit,; alih bahasa,
Peter Anugrah; editor, Caroline Wijaya, Edisi 4. Jakarta; EGC

Smeltzer, S.C,. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth, ;
alih bahasa, Agung Waluyo; editor Monica Ester, Edisi 8, Vol.2. Jakarta; EGC

Soeparman, S.W,. 2001. Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II,. Jakarta; Gaya Baru

Anda mungkin juga menyukai