Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN GASTRITIS PADA LANSIA

OLEH :
TUMBOL BRYLIAN KAVIN THIMOTTY
711490120036

PROGRAM STUDI PROFESI NERS LANJUTAN


POLTEKKES KEMENKES MANADO
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
GASTRITIS PADA LANSIA

A.    Konsep Dasar Medis

1.      Pengertian gastritis


Gastritis pada lansia adalah suatu peradangan mukosa lambung yang dapat bersifat
kronis, difus atau lokal yang sering terjadi pada lansia: dua jenis gastritis yang paling
sering terjadi : gastritis superfisial akut dan gastritis atropik kronik.
2.      Etiologi

Gastritis seringkali akibat dari stres.

a.       Endotoksin bakteri (masuk setelah menelan makanan yang terkontaminasi),

kafein, alkohol, dan aspirin merupakan agen-agen penyebab yang sering.

b.      Penyebab lain adalah obat-obatan seperti : sulfonamida, steroid.

c.       Beberapa makanan berbumbu termasuk lada, cuka dapat menyebabkan gejala

yang mengarah pada gastritis.

d.         Gastritis kronik umumnya disebabkan akibat minum alkohol berlebihan, teh

panas, merokok, merupakan predisposisi timbulnya gastritis atropik.

e.          Pada kasus anemia pernisiosa, patogenesis agaknya berkaitan dengan

gangguan mekanisme imunologik. Kebanyakan penderita mempunyai antibodi

terhadap sel parietal dalam darahnya, lebih spesifik lagi, penderita ini juga

mempunyai antibodi terhadap faktor intrinsik.

3.      Patogenesis

Seluruh mekanisme yang menimbulkan gastritis erosif karena keadaan –

keadaan klinis yang berat belum diketahui benar. Aspirin dan obat anti inflamasi non

steroid merusak mukosa lambung melalui beberapa mekanisme. Prostaglandin

mukosa merupakan salah satu faktor defensif mukosa lambung yang amat penting.
Selain menghambat produksi prostaglandin mukosa, aspiran dan obat aninflamasi

topikal terjadi karena kandungan asam dalam obat tersebut bersifat korosif sehingga

dapat merusak sel-sel epitel mukosa. Pemberian aspirin dan obat antiflamasi non

steroid juga dapat menurunkan sekresi bikarbonat dan mukus oleh lambung,

sehingga kemampuan faktor defensif terganggu.

4.      Patofisiologi

Obat-obatan, alkohol, garam empedu atau enzim – enzim pankreas dapat

merusak mukosa lambung (gastritis erosif), mengganggu pertahanan mukosa

lambung dan memungkinkan difusi kembali, asam dan pepsin ke dalam jaringan

lambung, hal ini menimbulkan peradangan respons mukosa terhadap kebanyakan

penyebab iritasi tersebut dengan regenerasi mukosa, karena itu gangguan-gangguan

tersebut seringkali menghilang dengan sendirinya.

Dengan iritasi yang terus menerus, jaringan menjadi meradang dan dapat

terjadi perdarahan.

Masuknya zat-zat seperti asam dan basa yang bersifat korosif mengakibatkan

peradangan dan nekrosis pada dnding lambung.

Gastritis kronis dapat menimbulkan keadaan dengan atropi kelenjar-kelenjar

lambung dan keadaan mukosa terdapat bercak-bercak penebalan warna abu-abu.

Hilangnya mukosa lambung akhirnya akan berakibat kurangnya sekresi lambung

dan timbulnya anemia pernisiosa.


5.      Manifestasi klinik

Manifestasi klinis dari gastritis akut dapat bervariasi dari keluhan abdomen

yang tidak jelas, seperti anoreksia atau mual, sampai gejala lebih berat seperti nyeri

epigastrium, muntah, perdarahan dan hematemesis. Pada pemeriksaan fisis biasanya

tidak ditemukan kelainan, kecuali mereka yang mengalami perdarahan yang hebat
sehingga menimbulkan tanda dan gejala gangguan hemodinamik yang nyata seperti

hipotensi, pucat, keringat dingin, takikardia sampai gangguan kesadaran. Klien juga

mengeluh kembung, rasa asam di mulut.

Sedangkan manifestasi klinis dari gastritis kronik ; gejala defisiensi B12, sakit

ulu hati setelah makan, bersendawa rasa pahit dalam mulut, mual dan muntah.

6.      Pemeriksaan Diagnosis

Gastritis erosif harus selalu diwaspadai pada setiap pasien dengan keadaan

klinis yang berat atau pengguna aspirin dan anti inflamasi nonsteroid. Diagnosa ini

ditegakkan dengan pemeriksaan gastroduodenoskopi. Pada pemeriksaan akan

tampak mukosa yang sembab, merah, mudah berdarah atau terdapat perdarahan

spontan, erosi mukosa yang bervariasi dari yang menyembuh sampai tertutup oleh

bekuan darah dan kadang ulserasi.

Pada gastritis kronis diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan

endoskopi dan histopatologi. Untuk pemeriksaan histopatologi sebaiknya

dilakukan biopsi pada semua segmen lambung. Perlu pula dilakukan kultur untuk

membuktikan adanya infeksi helicobacter pylori apalagi jika ditemukan ulkus baik

pada lambung ataupun pada duodenum, mengingat angka kejadian yang cukup

tinggi yaitu hampir mencapai 100%. Kriteria minimal untuk menegakkan diagnosis

H. Pylori jika hasil PA positif.

7.      Penatalaksanaan

Gastritis akut :

a.          Mengatasi kedaruratan medis yang terjadi.

b.         Mengatasi atau menghindari penyebab apabila dijumpai / ditemukan.


c.          Pemberian obat – obat H2 blocking, antasid atau obat – obat ulkus lambung

yang lain.

Gastritis kronis :

Pada umumnya gastritis kronik tidak memerlukan pengobatan, yang harus

diperhatikan ialah penyakit – penyakit lain yang keluhannya dapat dihubungkan

dengan gastritis kronik. Anemia yang disebabkan oleh gastritis kronik biasanya

bereaksi baik terhadap pemberian vitamin B12 atau preparat besi, tergantung dari

defisiensinya.

8.      Komplikasi

Komplikasi pada gastritis akut adalah :

a.          Perdarahan saluran cerna bagian atas yang merupakan kedaruratan medis. Kadang

– kadang perdarahan cukup banyak sehingga dapat menyebabkan kematian.

b.         Terjadi ulkus kalau prosesnya hebat.

c.          Jarang terjadi perforasi.

Komplikasi pada gastritis kronik adalah :

a.          Atropi lambung dapat menyebabkan gangguan penyerapan terutama terhadap

vitamin B12. Gangguan penyerapan terhadap vitamin B12 selanjutnya dapat

menyebabkan anemia yang secara klinik hampir sama dengan anemia pernisiosa.

Keduanya dapat dipisahkan dengan memeriksa antibodi terhadap faktor intrinsik.

Selain vitamin B12 penyerapan besi juga dapat terganggu.

b.         Gastritis kronik antrum pilorum dapat menyebabkan penyempitan daerah antrum

pilorum. Gastritis kronik sering dihubungkan dengan keganasan lambung,

terutama gastritis kronik antrum pilorus.


DAFTAR PUSTAKA

Guyton, A.C. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, editor, Irawati Setiawan, Edisi 9. Jakarta; EGC

Keliat, B.A. 1994. Proses Keperawatan. Jakarta; EGC

Long, B.C. 1996. Perawatan Medikal Bedah, Edisi I, Bandung

Mansjoer, A,. 2001. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi ketiga Jilid Pertama. Jakarta; Media
Aeusculapius,

Price, S.A,. 1994. Patofisiologi : konsep klinis proses-proses penyakit,; alih bahasa, Peter Anugrah;
editor, Caroline Wijaya, Edisi 4. Jakarta; EGC

Smeltzer, S.C,. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth, ; alih bahasa,
Agung Waluyo; editor Monica Ester, Edisi 8, Vol.2. Jakarta; EGC

Soeparman, S.W,. 2001. Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II,. Jakarta; Gaya Baru

Anda mungkin juga menyukai