Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

“GASTRITIS”

OLEH

NIDIA LESTARI

BT2101048

2B

CI INSTITUSI CI LAHAN

AKADEMI KEPERAWATAN BATARI TOJA

WATAMPONE

2023
I. KONSEP MEDIS
A. Definisi
Gastritis adalah peradangan yang megenai mukosa lambung,
peradangan ini dapat mengakibatkan pembengkakan mukosa lambung
sampai terlepasnya epitel akan gangguan saluran pemcernaan. Pelepasan
epitel akan merangsang timbulnya proses inflamasi pada lambung (Ardian
Ratu, 2016).
Gastritis merupakan peradangan (inflamasi) dari mukosa lambung
yang disebabkan oleh faktor iritasi dan infeksi. Gastritis dapat terjadi tiba-
tiba (gastritis akut) atau secara bertahap (gastritis kronis). Kebanyakan
kasus gastritis tidak secara permanen merusak 2 lapisan perut tetapi
seseorang yang menderita gastritis sering mengalami serangan
kekambuhan yang mengakibatkan nyeri di ulu hati (Saydam, 2017).
Gastritis merupakan salah satu masalah saluran pencernaan yang
paling sering terjadi. Asam lambung akan membuat luka-luka (ulkus) yang
dikenal dengan tukak lambung. Bahkan bisa juga disertai muntah darah
gastritis yang tidak ditangani dengan tepat waktu akan menimbulkan
komplikasi (Sylvia, 2017).
B. Etiologi
Penyebab gastritis akut adalah konsumsi alkohol dan obat anti
inflamasi nonsteroid (NSAID) yang berkepanjangan, krisis medis akut
seperti operasi besar, trauma, luka bakar dan infeksi berat. Penyebab
gastritis kronis meliputi infeksi Helicobacter pylori, refluk cairan empedu
kronis, stres dan penyakit imun (Khotimah, 2022).
Menurut Priyanto (2019) penyebab gastritis adalah sebagai berikut:
1. Infeksi bakteri
2. Sering menggunakan pereda nyeri
3. Konsumsi minuman alkohol yang berlebihan
4. Stres
5. Autoimun
C. Patofisiologi
Ketidak patuhan terhadap pola makan, obat-obatan, alkohol, garam
empedu, zat iritan lainnya dapat merusak mukosa lambung Mukosa
lambung berperan penting dalam melindungi lambung dari autodigesti
oleh asam klorida dan pepsin. Bila mukosa lambung rusak maka terjadi
difusi asam klorida ke mukosa lambung dan asam klorida akan merusak
mukosa. Kehadiran asam klorida di mukosa lambung menstimulasi
perubahan pepsinogen menjadi pepsin. Pepsin merangsang pelepasan
histamine dari sel mast. Histamin akan menyebabkan peningkatan
permeabilitas kapiler sehingga terjadi perpindahan cairan dari intrasel ke
ekstrasel dan menyebabkan edema serta kerusakan kapiler sehingga timbul
perdarahan pada lambung. Biasanya lambung dapat melakukan regenerasi
mukosa oleh karena itu gangguan tersebut menghilang dengan sendirinya
namun bila lambung sering terpapar dengan zat iritan maka inflamasi akan
terus terjadi. Jaringan yang meradang akan diisi oleh jaringan fibrin
sehingga lapisan mukosa lambung dapat menghilang (Priyanto, 2019)
D. Manifestasi Klinis
1. Gastritis Akut
a. Hematemesis dan melena yang dapat berlangsung sangat hebat
sampai terjadi renjatan karena kehilangan darah.
b. Pada bagian besar kasus, gejalanya amat ringan bahkan asimtomatis.
Keluhan itu misalnya nyeri timbul pada ulu hati.
c. Mual-mual dan muntah.
d. Perdarahan saluran cerna.
2. Gatritis Kronik
a. Gejalanya bervariasi antara satu orang dengan yang lain dan kadang
tidak jelas.
b. Perasaan Penuh, Anoreksia
Perasaan cepat penuh diakibatkan sekresi yang berlebihan
pada lambung ketika ada makanan yang masuk. Sehingga kapasitas
makanan menjadi menurun karena sebagian besar telah diisi mucus
dan cairan hasil sekresi.
c. Distres Epigastrik Yang Tidak Nyata
Distres epigastrik yang tidak nyata sering berkaitan dengan
perasaan gaster seperti penuh kalau dilakukan pengecekan secara
detail lambung tidak mengalami peningkatan intralumennya. Respon
ini terkait dengan adaptasi psikologi yang berlangsung lama, jadi
penderita seolah-olah terbawa emosi lambung terasa penuh.
d. Cepat Kenyang
Lambung terasa cepat penuh (Hardi.H, 2017).
E. Komplikasi
1. Gastritis Akut
Komplikasi yang timbul pada gastritis akut antara lain:
a. Perdarahan saluran cerna bagian atas, yang merupakan kedaruratan
medis, terkadang perdarahan yang terjadi cukup banyak sehingga
dapat menyebabkan kematian.
b. Ulkus, jika prosesnya hebat
c. Gangguan cairan dan elektrolit pada kondisi muntah hebat.
2. Gastritis Kronis
Komplikasi
Komplikasi yang timbul gastritis kronis, yaitu gangguan
penyerapan vitamin B 12, akibat kurang pencerapan, B 12
menyebabkan anemia pernesiosa, penyerapan besi terganggu dan
penyempitan daerah antrum pylorus (Priyanto, 2019).
F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Darah
Tes ini digunakan untuk memeriksa adanya anti bakteri
Helycobacter pylori dalam darah. Hasil tes yang positif menunjukkan
bahwa pasien pernah kontak dengan bakteri pada suatu waktu dalam
hidupnya, tapi itu tidak menunjukkan bahwa pasien tersebut terkena
infeksi. Tes darah dapat juga dilakukan untuk memeriksa anemia,
yang terjadi akibat pendarahan lambung akibat gastritis.
2. Pemeriksaan Pernapasan
Tes ini dapat menentukan apakah pasien terinfeksi
Helycobacter pylori atau tidak.
3. Pemeriksaan Feces
Tes ini memeriksa apakah terdapat Helycobacter pylori dalam
feces atau tidak. Hasil yang positif dapat mengindikasikan terjadinya
infeksi. Pemeriksaan juga dilakukan terhadap adanya darah dalam
feces. Hal ini menunjukkan adanya perdarahan pada lambung (Ali,
2017).
G. Penataksanaan Medis
1. Perawatan Gastritis
a. Makan makanan yang lembek yang mudah dicerna dan tidak
merangsang asam lambung.
b. Hindari makanan yang merangsang pengeluaran asam lambung,
seperti makanan pedas, makanan yang asam, tinggi serat, zat
tepung.
c. Hindari minuman yang merangsang pengeluaran asam lambung
seperti teh kopi, alkohol.
d. Makan secara teratur.
e. Minum obat secara teratur.
f. Hindari stress fisik dan psikologis.
2. Pemberian Obat-Obatan
Pengobatan yang dilakukan terhadap gastritis bergantung pada
penyebabnya. Pada banyak kasus gastritis, pengurangan asam
lambung dengan bantuan obat sangat bermanfaat. Antibiotik untuk
menghilangkan infeksi. Penggunaan obat-obatan yang mengiritasi
lambung juga harus dihentikan. Pengobatan lain juga diperlukan bila
timbul komplikasi atau akibat lain dari gastritis.
a. Antasida : menetalisir asam lambung dan menghilangkan nyeri.
b. Acid blocker membantu mengurang jumlah asam lambung yang
diproduksi, Contohnya : cimetidine, famotidine, ranitidine.
c. Proton pump inhibitor : menghentikan produksi asam lambung dan
menghambat H.pylori, Contohnya : omeprazol, lansoprazol,
esomeprazol.
3. Penatalaksanaan gastritis secara medis meliputi :
Gastritis akut diastasi dengan menginstruksikan pasien untuk
menghindari alkohol dan makanan sampai gejala berkurang. Bila
pasien mampu makan melalui mulut, diet mengandung gizi yang
dianjurkan. Bila gejala menetap, cairan perlu diberikan secara
parental. Bila perdarahan terjadi, maka penatalaksanaan adalah serupa
dengan prosedur yang dilakukan untuk hemoragik saluran
gastrointestinal atas.
Bila gastritis diakibatkan oleh mencerna makanan yang sangat
asam atau alkali, pengobatan terdiri dari pengenceran dan
penentralisasian agen penyebab. Untuk menentralisasi asam,
digunakan antasida umum (misal: aluminium hidroksida) untuk
menentralisasi alkali, digunakan jus lemon encer atau cuka encer. Bila
korosi luas atau berat, emetik, dan lafase dihindari karena bahasa
perforasi. Terapi pendukung mencakup intubasi, analgesic dan
sedative, antasida, seta cairan intavena.
Endoskopi fiberopti mungkin diperlukan. Pembedahan darurat
mungkin diperlukan untuk mengangkat gangrene atau jaringan
perforase. Gastrojejunostomi atau reseksi lambung mungkin
diperlukan untuk mengatasi obstruksi pilrus. Gastritis kronis diatasi
dengan memodifikas diet pasien, meningkatkan istirahat, mengurangi
stress dan memulai farmakoterapi. Helico bakteri pillory data diatasi
dengan antibiotic (seperti tetrasiklin atau amoksisilin) dan garam
bismu (pepto bismo). Pasien dengan gastritis akut biasanya
mengalami malabsorbsi vitamin B12 yag disebabkan oleh adanya
antibody terhadap faktor instrinsik (Sukarmin, 2015).
4. Penatalaksanaan secara Keperawatan meliputi :
Tirah baring, mengurangi stress, diet air teh, air kaldu, air jahe
dengan soda kemudian diberikan peroral pada interval yang sering.
Makanan yang sudah dihaluskan seperti pudding, agar-agar dan sup,
biasanya dapat ditoleransi setelah 12-24 jam dan kemudian
makananmakanan berikutnya ditambahkan secara bertahap. Pasien
dengan gastritis supervical yang kronis biasanya berespon terhadap
diet sehingga harus menghindari makanan yang berbumbu banyak
atau minyak (Pamela, K. 2018).
I. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Proses pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan
yang dilakukan secara sistematis dengan mengumpulkan data individu
secara komperhensif terkait aspek biologis, psikologis, sosial, maupun
spiritual. Pengkajian yang lengkap, akurat, sesuai kenyataan, kebenaran
data sangat penting untuk merumuskan suatu diagnosa keperawatan dan
dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai respon individu
(Sinulingga, 2019). Pengkajian dilakukan dengan pendekatan proses
keperawatan melalui wawancara, observasi langsung, dan melihat catatan
medis. Adapun data yang diperlukan pada pasien gastritis yaitu sebagai
berikut:
1. Data Dasar (Identitas Klien)
Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku, bangsa,
agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, tanggal masuk rumah sakit,
dan diagnosa medis. Data dasar pada pasien dengan gastritis yaitu :
1. Umur : Menurut Wahyu (2015) usia 26-36 tahun mempunyai
resiko lebih tinggi terkena gastritis.
2. Jenis kelamin: Perempuan mempunyai resiko lebih tinggi
daripada laki-laki untuk kejadian gastritis (Wahyu, dkk, 2015).
3. Alamat, agama, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan,
tanggal pengkajian, diagnosa medis (Sukarmin, 2012).
2. Keluhan Utama
Keluhan utama ditulis secara singkat dan jelas. Keluhan
utama merupakan keluhan yang membuat klien meminta bantuan
pelayanan kesehatan, keluhan utama dalah alasan klien masuk
rumah sakit. gastritis, datang dengan keluhan mual muntah, nyeri
epigastrum. Munculnya keluhan diakibatkan iritasi mukosa
lambung dan menyebabkan keluhan-keluhan lain yang menyertai
(Sukarmin, 2013).
4. Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat penyakit sekarang merupakan penjelasan dari
permulaan klien merasakan keluhan sampai dengan dibawa ke
rumah sakit. Pada gastritis, pasien mengeluh tidak dapat makan,
mual dan muntah. Terjadinya gejala mual-muntah sebelum makan
dan sesudah makan, setelah mencerna makanan pedas, obat-obatan
tertentu atau alkohol. Gejala yang berhubungan dengan ansietas,
stress, alergi, makan minum terlalu banyak atau makan terlalu
cepat. Gejala yang dirasakan berkurang atau hilang, terdapat
muntah darah, terdapat nyeri tekan pada abdomen (Margareth,
2012).
5. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit dahulu merupakan penyakit yang diderita
klien yang berhubungan dengan penyakit saat ini atau penyakit
yang mungkin dapat dipengaruhi atau mempengaruhi penyakit
yang diderita klien saat ini. Pada beberapa keadaan apakah ada
riwayat penyakit lambung sebelumnya, pola makan tidak teratur
atau pembedahan lambung (Sukarmin, 2013).
6. Riwayat Kesehatan
Keluarga Riwayat kesehatan keluarga dihubungkan dengan
kemungkinan adanya penyakit keturunan, kecenderungan, alergi
dalam satu keluarga, penyakit menular akibat kontak langsung
maupun tidak langsung. Pada pasien gastritis, dikaji adakah
keluarga yang mengalami gejala serupa, penyakit keluarga
berkaitan erat dengan penyakit yang diderita pasien. Apakah hal ini
ada hubungannya dengan kebiasaan keluarga dengan pola makan,
misalnya minum-minuman yang panas, bumbu penyedap terlalu
banyak, perubahan pola kesehatan berlebihan, penggunanaan obat-
obatan, alkohol, dan rokok (Sukarmin, 2013).
7. Riwayat Psikososial
Meliputi mekanisme koping yang digunakan klien untuk
mengatasi masalah dan bagaiamana motivasi kesembuhan dan cara
klien menerima keadaannya (Sukarmin, 2013).
8. Genogram
Genogram umunya dituliskan dalam tiga generasi sesaui
dengan kebutuhan. Bila klien adalah seorang nenek atau kakek,
maka dibuat dua generasi dibawah, bila klien adalah anak-anak
maka dibuat generasi keatas (Sukarmin, 2013).
9. Pola Kebiasaan Sehari-hari
a. Pola nutrisi
Pola nutrisi dan metabolisme yang ditanyakan adalah
diet khusus/suplemen yang dikonsumsi dan instruksi diet
sebelumnya, nafsu makan atau minum serta cairan yang
masuk, ada tidaknya mual- mual, muntah, stomatitis, fluktuasi
BB 6 bulan terakhir naik/turun, adanya kesukaran menelan,
penggunaan gigi palsu atau tidak, riwayat
masalah/penyembuhan kulit, ada tidaknya ruam, kebutuhan zat
gizinya, dan lain-lain. Nafsu makan pada pasien gastritis
cenderung menurun akibat mual dan muntah, bisa juga karena
terjadinya perdarahan saluran cerna.
b. Pola eliminasi
Pada pola ini yang perlu ditanyakan adalah jumlah
kebiasaan defekasi perhari, ada tidaknya disuria, nocturia,
urgensi, hematuria, retensi, inkontinensia, apakah kateter
indwelling atau kateter eksternal, dan lain-lain. Pada pasien
dengan gastritis didapatkan mengalami susah BAB, distensi
abdomen, diare, dan melena. Konstipasi juga dapat terjadi
(perubahan diet, dan penggunaan antasida).
c. Pola istirahat dan tidur
Pengkajian pola istirahat tidur ini yang perlu
ditanyakan adalah jumlah jam tidur pada malam hari, pagi,
siang, apakah merasa tenang setelah tidur, adakah masalah
selama tidur, apakah terbangun dini hari, insomnia atau mimpi
buruk. Pada pasien dengan gastritis, adanya keluhan tidak
dapat beristirahat, sering terbangun pada malam hari karena
nyeri atau regurtisasi makanan.
d. Pola aktivitas/latihan
Pada pengumpulan data ini perlu ditanyakan
kemampuan dalam menata diri, apabila tingkat kemampuannya
0 berarti mandiri, 1 = menggunakan alat bantu, 2 = dibantu
orang lain, 3 = dibantu orang dengan peralatan, 4 =
ketergantungan/tidak mampu. Yang dimaksud aktivitas sehari-
hari antara lain seperti makan, mandi, berpakaian, toileting,
tingkat mobilitas ditempat tidur, berpindah, berjalan,
berbelanja, berjalan, memasak, kekuatan otot, kemampuan
ROM (Range of Motion), dan lain-lain. Pada pasien gastritis
biasanya mengalami penurunan kekuatan otot ekstremitas,
kelemahan karena asupan nutrisi yang tidak adekuat
meningkatkan resiko kebutuhan energi menurun.
e. Pola kognisi perceptual
Pada pola ini ditanyakan keadaan mental, sukar
bercinta, berorientasi kacau mental, menyerang, tidak ada
respon, cara bicara normal atau tidak, bicara berputar-putar
atau juga afasia, kemampuan komunikasi, kemampuan
mengerti, penglihatan, adanya persepsi sensori (nyeri),
penciuman, dan lain-lain. Pada pasien gastritis biasanya
mengalami depresi dan intensitas nyeri tergantung pada
penyebabnya (pada gastritis akut dapat menyebabkan rasa
tidak nyaman pada epigastrik dan nyeri ulu hati).
f. Pola toleransi koping stres
Pada pengumpulan data ini ditanyakan adanya koping
mekanisme yang digunakan pada saat terjadinya masalah atau
kebiasaan menggunakan koping mekanisme serta tingkat
toleransi stress yang pernah dimiliki. Pada pasien gastritis,
biasanya mengalami stress berat baik emosional maupun fisik,
emosi labil.
g. Pola persepsi diri/konsep koping
Pada persepsi ini yang ditanyakan adalah persepsi
tentang dirinya dari masalah yang ada seperti perasaan
kecemasan, ketakutan, atau penilaian terhadap diri mulai dari
peran, ideal diri, konsep diri, gambaran diri, dan identitas
tentang dirinya. Pada pasien gastritis, biasanya pasien
mengalami kecemasan dikarenakan nyeri, mual, dan muntah.
h. Pola seksual reproduktif
Pada pengumpulan data tentang seksual dan reproduksi
ini dapat ditanyakan periode menstruasi terakhir, masalah
menstruasi, masalah pap smear, pemeriksaan payudara/testis
sendiri tiap bulan dan masalah seksual yang berhubungan
dengan penyakit.
i. Pola hubungan dan peran
Pada pola ini yang perlu ditanyakan adalah pekerjaan,
status pekerjaan, kemampuan bekerja, hubungan dengan klien
atau keluarga dan gangguan terhadap peran yang dilakukan.
Pada pasien gastritis, biasanya tegang, gelisah, cemas, mudah
tersinggung, namun bila bisa menyesuaikan tidak akan menjadi
masalah dalam hubungannya dengan anggota keluarga.
j. Pola nilan dan keyakinan
Yang perlu ditanyakan adalah pantangan dalam agama
selama sakit serta kebutuhan adanya rohaniawan dan lain- lain.
Pada pasien gastritis, tergantung pada kebiasaan, ajaran, dan
aturan dari agama yang dianutnya.
10. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan yang dilakukan mulai dari ujung rambut sampai ujung
kaki dengan menggunakan 4 teknik, yaitu inspeksi, palpasi,
perkusi, dan auskultasi. Menurut Doengoes (2014), data dasar
pengkajian pasien gastritis meliputi :
a. Keadaan Umum
1) Tanda-tanda vital
a) Tekanan darah mengalami hipotensi (termasuk postural)
b) Takikardia, disritmia (hipovolemia/hipoksemia),
kelemahan/nadi perifer lemah.
c) Pengisian kapiler lambat/perlahan (vasokonstriksi).
d) Pada respirasi tidak mengalami gangguan.
2) Tingkat kesadaran dapat terganggu, rentak dari cenderung
tidur, disorientasi bingung, sampai koma (tergantung pada
volume sirkulasi/oksigenasi)
b. Pemeriksaan Fisik Head to Toe
1) Kepala dan Muka
Wajah pucat dan sayu (kekurangan nutrisi), wajah berkerut
(Sukarmin, 2013).
2) Mata
Mata cekung (penurunan cairan tubuh), anemis (penurunan
oksigen ke jaringan), konjungtiva pucat dan kering
(Sukarmin, 2013).
3) Mulut dan Faring
Mukosa bibir kering (penurunan cairan intrasel mukosa),
bibir pecah-pecah, lidah kotor, bau mulut tidak sedap
(penurunan hidrasi bibir dan personal hygiene) (Sukarmin,
2013).
4) Abdomen
a) Inspeksi : Keadaan kulit warna, elastisitas, kering, lembab,
besar dan bentuk abdomen rata atau menonjol. Jika pasien
melipat lutut dada sering merubah posisi, menandakan
pasien nyeri.
b) Auskultasi : Distensi bunyi usus sering hiperaktif selama
perdarahan, dan hipoaktif setelah perdarahan.
c) Perkusi
Pada penderita gastritis suara abdomen yang ditemukan
hypertimpani (bising usus meningkat).
d) Palpasi Pada pasien gastritis dinding abdomen tegang.
Terdapat nyeri tekan pada regio epigastrik (terjadi karena
distruksi asam lambung) (Doengoes, 2014).
5) Integumen
Warna kulit pucat, sianosis (tergantung pada jumlah
kehilangan darah), kelemahan kulit/membran mukosa
berkeringan (menunjukkan status syok, nyeri akut, respon
psikologik) (Doengoes, 2014).
C. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan keputusan klinis mengenai
seseorang, keluarga atau masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan
atau proses kehidupan yang aktual atau potensial. Setelah mengumpulkan
data-data klien yang relevan, informasi tersebut dibandingkan dengan
ukuran normal sesuai umur klien, jenis kelamin, tingkat perkembangan,
latar belakang sosial dan psikologis. Diagnosis keperawatan Gastritis
dengan menggunakan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (PPNI,
2017) :
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (inflamasi)
dibuktikan dengan meringis.
a. Gejala dan tanda mayor
1) Subjektif
a) Mengeluh nyeri
2) Objektif
a) Tampak meringis
b) Bersikap protektif (mis.waspada, posisi menghindari nyeri)
c) Gelisah
d) Frekuensi nadi meningkat
e) Sulit tidur
b. Gejala dan tanda minor
1) Subjektif
(tidak tersedia)
2) Objektif
1. Tekanan darah meningkat
2. Pola nafas berubah
3. Nafsu makan berubah
4. Proses berfikir terganggu
5. Menarik diri
6. Berfokus pada diri sendiri
7. Diaphoresis
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang control tidur
dibuktikan dengan sulit tidur
a. Gejala dan tanda mayor
1) Subjektif
a) Mengeluh sulit tidur
b) Mengeluh sering terjaga
c) Mengeluh tidak puas tidur
d) Mengeluh pola tidur berubah
e) Mengeluh istirahat tidak cukup
2) Objektif
Tidak tersedia
b. Gejala dan tanda minor
1) Subjektif
a) Mengeluh kemampuan beraktivitas menurun
2) Objektif
Tidak tersedia
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan dibuktikan
dengan lemah setelah beraktivitas.
a. Gejala dan tanda mayor
1) Subjektif
a) Mengeluh lelah
2) Objektif
a) Frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat
b. Gejala dan tanda minor
1) Subjektif
a) Dyspnea saat/setelah aktivitas
b) Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas
c) Merasa lemah
2) Objektif
a) Tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat
b) Gambaran EKG menunjukkan aritmia saat/setelah aktivitas
c) Gambaran EKG menunjukkan iskemia
d) Sianosis
4. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi dibuktikan
dengan tegang, gelisah.
a. Gejala dan tanda mayor
1) Subjektif
a) Merasa bingung
b) Merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi
c) Sulit berkonsentrasi
2) Objektif
a) Tampak gelisah
b) Tampak tegang
c) Sulit tidur
b. Gejala dan tanda minor
1) Subjektif
a) Mengeluh pusing
b) Anoreksia
c) Palpitasi
d) Merasa tidak berdaya
2) Objektif
a) Frekuensi nafas meningkat
b) Frekuansi nadi meningkat
c) Tekanan darah meningkat
d) Diaphoresis
e) Tremor
f) Muka tampak pucat
g) Suara bergetar
h) Kontak mata buruk
i) Sering berkemih
j) Berorientasi pada masa lalu
a. Resiko ketidak seimbangan cairan
Factor resiko :
1) Prosedur pembedahan mayor
2) Trauma/perdarahan
3) Luka bakar
4) Aferesi
5) Asitas
6) Obstruksi intestinal
7) Peradangan pancreas
8) Penyakit ginjal dan kelenjar
9) Disfungsi intestital
1.
D. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan
oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian kelinis
untuk mencapai luaran (outcome) yang diharapkan (Tim Pokja SIKI DPP
PPNI, 2018). Intervensi keperawatan pada kasus Gastritis berdasarkan
buku Standar Intervensi Keperawatan Indonesia dan buku Standar Luaran
Keperawatan Indonesia sebagai berikut:
E. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu pasien dari masalah status
kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Proses pelaksanaan
implementasi harus berpusat kepada kebutuhan klien, faktor-faktor lain
yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi implementasi
keperawatan, dan kegiatan komunikasi (Dinarti & Muryanti, 2017).
F. Evaluasi keperawatan
Evaluasi adalah proses keberhasilan tindakan keperawatan yang
membandingkan antara proses dengan tujuan yang telah ditetapkan, dan
menilai efektif tidaknya dari proses keperawatan yang dilaksanakan serta
hasil dari penilaian keperawatan tersebut digunakan untuk bahan
perencanaan selanjutnya apabila masalah belum teratasi. (Dinarti &
Muryanti, 2017).
Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari rangkaian
proses keperawatan guna tujuan dari tindakan keperawatan yang telah
dilakukan tercapai atau perlu pendekatan lain. Evaluasi keperawatan
mengukur keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan tindakan
keperawatan yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan pasien (Dinarti
& Muryanti, 2017).
DAFTAR PUSTAKA

Ali. (2017). Gangguan Gastritis. Aplikasi, Asuhan Keperawatan Medikal Bedah


Nuha Medika. Yogyakarta.

Ardian, Ratu. (2016). Penyakit Hati, Lambung, Usus, dan Ambeien. Yogyakarta :
Nuha Medika.

Doenges, M. E. (2014). Manual Diagnosis Keperawatan Rencana, Intervensi, &


Dokumentasi Asuhan Keperawatan. (P. E. Karyuni, E. A. Mardella, E.
Wahyuningsih, & M. Mulyaningrum, Eds.) (Edisi 3). Jakarta: EGC.

Dinarti, & Muryanti, Y. (2017). Bahan Ajar Keperawatan: Dokumentasi


Keperawatan.

Hadi, H. (2017). Studi Komparasi Kejadian Gastritis Pada Mahasiswa


Keperawatan Universitas. Aisyiyah. Yogyakarta.

Khotimah (2022). Penyakit gangguan sistem tubuh. Jakarta: Yayasan Kita Menulis

Pamela, K. (2018). Pedoma Keperawatan Emergensi : Jakarta : Penerbit Buku


Kedokteran : EGC.

Tim Pokja SDKI DPP, PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Dewan Pengurus Pusat: Jakarta Selatan.

Tim Pokja SIKI DPP, PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Dewan Pengurus Pusat: Jakarta Selatan.

Tim Pokja SLKI DPP, PPNI. (2017). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Dewan Pengurus Pusat : Jakarta Pusat.

Priyanto, A. (2019). Endoskopi gastrointestional, Jakarta: Salemba Medika

Saydam. (2017). Penyakit Gastritis Dengan Gangguan Pencernaan. Bandung :


Alfabeta.
Sinulingga, S. B. (2019). Pengkajian Keperawatan Dan Tahapannya Dalam Proses
Keperawatan. Jakarta: EGC.

Sylvia. (2017). Buku Patologias : Penerbit Buku Kedokteran : EGC.

Sukarmin. (2012),(2013),(2015). Keperawatan Pada Sistem Pencernaan.


Yogyakarta : Pustaka belajar.

Anda mungkin juga menyukai