LAPORAN PENDAHULUAN
GASTRITIS PADA LANSIA
Endotoksin bakteri (masuk setelah menelan makanan yang terkontaminasi), kafein, alkohol,
dan aspirin merupakan agen-agen penyebab yang sering.
Beberapa makanan berbumbu termasuk lada, cuka dapat menyebabkan gejala yang
mengarah pada gastritis.
d.
Gastritis kronik umumnya disebabkan akibat minum alkohol berlebihan, teh panas,
merokok, merupakan predisposisi timbulnya gastritis atropik.
e.
Pada kasus anemia pernisiosa, patogenesis agaknya berkaitan dengan gangguan mekanisme
imunologik. Kebanyakan penderita mempunyai antibodi terhadap sel parietal dalam
darahnya, lebih spesifik lagi, penderita ini juga mempunyai antibodi terhadap faktor
intrinsik.
3. Patogenesis
Seluruh mekanisme yang menimbulkan gastritis erosif karena keadaan keadaan
klinis yang berat belum diketahui benar. Aspirin dan obat anti inflamasi non steroid
merusak mukosa lambung melalui beberapa mekanisme. Prostaglandin mukosa merupakan
salah satu faktor defensif mukosa lambung yang amat penting. Selain menghambat produksi
prostaglandin mukosa, aspiran dan obat aninflamasi topikal terjadi karena kandungan asam
dalam obat tersebut bersifat korosif sehingga dapat merusak sel-sel epitel mukosa.
Pemberian aspirin dan obat antiflamasi non steroid juga dapat menurunkan sekresi
bikarbonat dan mukus oleh lambung, sehingga kemampuan faktor defensif terganggu.
4. Patofisiologi
Obat-obatan, alkohol, garam empedu atau enzim enzim pankreas dapat merusak
mukosa lambung (gastritis erosif), mengganggu pertahanan mukosa lambung dan
memungkinkan difusi kembali, asam dan pepsin ke dalam jaringan lambung, hal ini
menimbulkan peradangan respons mukosa terhadap kebanyakan penyebab iritasi tersebut
dengan regenerasi mukosa, karena itu gangguan-gangguan tersebut seringkali menghilang
dengan sendirinya.
Dengan iritasi yang terus menerus, jaringan menjadi meradang dan dapat terjadi
perdarahan.
Masuknya zat-zat seperti asam dan basa yang bersifat korosif mengakibatkan
peradangan dan nekrosis pada dnding lambung.
Gastritis kronis dapat menimbulkan keadaan dengan atropi kelenjar-kelenjar lambung
dan keadaan mukosa terdapat bercak-bercak penebalan warna abu-abu. Hilangnya mukosa
lambung akhirnya akan berakibat kurangnya sekresi lambung dan timbulnya anemia
pernisiosa.
5. Manifestasi klinik
Manifestasi klinis dari gastritis akut dapat bervariasi dari keluhan abdomen yang tidak
jelas, seperti anoreksia atau mual, sampai gejala lebih berat seperti nyeri epigastrium,
muntah, perdarahan dan hematemesis. Pada pemeriksaan fisis biasanya tidak ditemukan
kelainan, kecuali mereka yang mengalami perdarahan yang hebat sehingga menimbulkan
tanda dan gejala gangguan hemodinamik yang nyata seperti hipotensi, pucat, keringat
dingin, takikardia sampai gangguan kesadaran. Klien juga mengeluh kembung, rasa asam di
mulut.
Sedangkan manifestasi klinis dari gastritis kronik ; gejala defisiensi B 12, sakit ulu hati
setelah makan, bersendawa rasa pahit dalam mulut, mual dan muntah.
6. Pemeriksaan Diagnosis
Gastritis erosif harus selalu diwaspadai pada setiap pasien dengan keadaan klinis yang
berat atau pengguna aspirin dan anti inflamasi nonsteroid. Diagnosa ini ditegakkan dengan
pemeriksaan gastroduodenoskopi. Pada pemeriksaan akan tampak mukosa yang sembab,
merah, mudah berdarah atau terdapat perdarahan spontan, erosi mukosa yang bervariasi
dari yang menyembuh sampai tertutup oleh bekuan darah dan kadang ulserasi.
Pada gastritis kronis diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan endoskopi dan
histopatologi. Untuk pemeriksaan histopatologi sebaiknya dilakukan biopsi pada semua
segmen lambung. Perlu pula dilakukan kultur untuk membuktikan adanya infeksi
helicobacter pylori apalagi jika ditemukan ulkus baik pada lambung ataupun pada
duodenum, mengingat angka kejadian yang cukup tinggi yaitu hampir mencapai 100%.
Kriteria minimal untuk menegakkan diagnosis H. Pylori jika hasil PA positif.
7. Penatalaksanaan
Gastritis akut :
a.
b.
c.
Pemberian obat obat H2 blocking, antasid atau obat obat ulkus lambung yang lain.
Gastritis kronis :
Pada umumnya gastritis kronik tidak memerlukan pengobatan, yang harus diperhatikan
ialah penyakit penyakit lain yang keluhannya dapat dihubungkan dengan gastritis kronik.
Anemia yang disebabkan oleh gastritis kronik biasanya bereaksi baik terhadap pemberian
vitamin B12 atau preparat besi, tergantung dari defisiensinya.
8. Komplikasi
Komplikasi pada gastritis akut adalah :
a.
Perdarahan saluran cerna bagian atas yang merupakan kedaruratan medis. Kadang
kadang perdarahan cukup banyak sehingga dapat menyebabkan kematian.
b.
c.
a.
Atropi lambung dapat menyebabkan gangguan penyerapan terutama terhadap vitamin B 12.
Gangguan penyerapan terhadap vitamin B12 selanjutnya dapat menyebabkan anemia yang
secara klinik hampir sama dengan anemia pernisiosa. Keduanya dapat dipisahkan dengan
memeriksa antibodi terhadap faktor intrinsik. Selain vitamin B 12 penyerapan besi juga dapat
terganggu.
b.
Gastritis kronik antrum pilorum dapat menyebabkan penyempitan daerah antrum pilorum.
Gastritis kronik sering dihubungkan dengan keganasan lambung, terutama gastritis kronik
antrum pilorus.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinik tentang respon individu, keluarga atau
komunitas terhadap masalah kesehatan/proses kehidupan yang aktual atau potensial.
Adapun diagnosa keperawatan pada gastritis adalah :
a.
b.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan masukan nutrien tidak
adekuat.
c.
Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan masukan cairan berlebihan karena
muntah.
d.
e.
3. Perencanaan
a.
Tujuan
Intervensi keperawatan :
Bila pasien mencerna asam atau alkali, maka tindakan darurat diperlukan.
1) Terapi pendukung diberikan pada pasien dan keluarga selama pengobatan dan setelah
mencerna asam atau alkali yang telah dinetralisir atau diencerkan.
2) Pasien perlu disiapkan untuk pemeriksaan diagnostik (endoskopi) atau pembedahan.
3) Menggunakan pendekatan untuk mengkaji pasien dan menjawab semua pertanyaan
selengkap mungkin.
4) Semua prosedur dan pengobatan dijelaskan sesuai dengan minat dan tingkat pemahaman
pasien.
b.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan masukan nutrien tidak
adekuat.
Tujuan
Intervensi keperawatan :
1) Dukungan fisik dan emosi diberikan.
2) Pasien dibantu untuk menghadapi gejala yang dapat mencakup mual, muntah, sakit ulu hati
dan kelelahan.
3) Makanan dan cairan tidak diijinkan melalui mulut selama beberapa jam atau beberapa hari
sampai gejala akut berkurang.
4) Bila terapi intravena diperlukan, pemberiannya dipantau dengan teratur, sesuai dengan
nilai elektrolit serum.
5) Bila gejala berkurang, pasien diberikan es batu diikuti dengan cairan jernih.
6) Makanan padat diberikan sesegera mungkin untuk memberikan nutrisi oral, menurunkan
kebutuhan terhadap terapi intravena.
7) Meminimalkan iritasi pada mukosa lambung.
8) Bila makanan diberikan, adanya gejala yang menunjukkan berulangnya episode gastritis
dievaluasi dan dilaporkan.
9) Masukan minuman mengandung kafein dihindari, demikian juga merokok.
c.
Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan masukan cairan berlebihan karena
muntah.
Tujuan
Intervensi keperawatan :
1) Masukan dan haluaran cairan setiap hari dipantau untuk mendeteksi tanda tanda awal
dehidrasi.
2) Bila makanan dan minuman ditunda, cairan intravena biasanya diberikan.
3) Masukan cairan ditambah nilai kalori diukur.
4) Nilai
elektrolit
dapat
dikaji
setiap
24
jam
untuk
mendeteksi
indikator
awal
ketidakseimbangan.
5) Pantau adanya indikator gastritis
6) Pantau tanda-tanda vital sesuai kebutuhan.
d.
Tujuan
Intervensi keperawatan :
1) Pengetahuan pasien tentang gastritis dievaluasi.
2) Diet diresepkan dan disesuaikan dengan jumlah kebutuhan kalori harian pasien, makanan
yang disukai, pola makan.
3) Pasien diberi daftar zat zat untuk dihindari.
4) Antibiotik, obat obatan untuk menurunkan sekresi lambung diberikan sesuai resep.
5) Pasien dengan anemia pernisiosa diberi instruksi tentang kebutuhan terhadap injeksi
vitamin B12 jangka panjang.
e.
Tujuan
Intervensi keperawatan :
1) Pasien diinstruksikan untuk menghindari makanan dan minuman yang dapat mengiritasi
mukosa lambung.
2) Perawat mengkaji tingkat nyeri.
3) Pantau kenyamanan pasien setelah penggunaan obat obatan.
4) Hindari zat pengiritasi.
4. Implementasi
b.
Keterampilan interpersonal, intelektual, teknikal, dilakukan dengan cermat dan efisien pada
situasi yang tepat.
c.
d.
5. Evaluasi
Bagian terakhir dari proses keperawatan. Semua tahap proses keperawatan harus dievaluasi.
Hasil yang diharapkan :
a.
b.
Menghindari makan makanan pengiritasan, atau minuman yang mengandung kafein atau
alkoholik.
c.
Data biografis
Nama klien
TTL
Jenis kelamin
Pendidikan
Alamat/tlp
Suku
Agama
: Ny. P
: Makassar 1930-an ( 72 tahun)
: Perempuan
: Tidak sekolah
: Panti social tresna werda Gau Mabaji Gowa Wisma XI
: Makassar
: Islam
III.
Riwayat hidup
Pasangan
Hidup
: Tidak ada
Kematian
Tahun meninggal : Suami, Tahun 1977
Penyebab kematian : Sesak nafas.
Anak-anak
Hidup
: Tidak ada
Nama & alamat
:Riwayat pekerjaan
Status pekerjaan saat ini : Tidak ada
Pekerjaan sebelumnya
: Menjahit
Sumber pendapatan saat ini : Sumbangan dari pemerintah/relawan
IV.
V.
VI.
Sistem pelayanan kesehatan yang digunakan : Pelayanan kesehatan yang ada di panti.
VII.
Deskripsi aktivitas selama 24 jam (kalau bisa buatkan jadwal kegiatan harian klien)
Klien bangun pagi, mandi, memakai bedak, kadang sarapan kadang tidak,
berinteraksi/bertukar pikliran dengan mahasiswa praktek sampai jam 14.30, istirahat siang,
mandi sore, makan malam, bersantai, istirahat.
Dosis
1x1
Waktu pemakaian
Setelah makan siang
Tgl diresepkan
-
Masalah yang berkaitan dengn konsumsi obat : persepsi klien terhadap keefektifan obat
kurang bagus
Riwayat alergi
Obat-obatan
: Tidak pernah
Makanan
: Tidak ada
Alergen
: Tidak ada
Faktor lingkungan : Tidak ada
Nutrisi
Intake cairan
: 1000-1500cc/24 jam
Jenis cairan
: Air putih + Air teh.
Diet khusus
: Tidak ada
Pembatasan makanan/ pilihan : Klien menghindari makan bubur dan klien sangat memilih
dalam makan.
Istirsahat/ Tidur
Klien mengatakan susah tidur malam
Klien mengatakan tidurnya hanya 5 jam/ hari
Klien mengatakan sering terbangun dari tidur malamnya.
Klien nampak mengantuk
Klien nempak tertidur pada pagi hari.
Aktivitas fisik
Klien mengatakan tidak bisa menggerakkan kedua kakinya
Klien mengatakan tidak bisa berjalan sejak tahun 1950-an.
Klien mengatakan selalu menggunakan kursi rodanya jika mau berpindah dari satu tempat ke
tempat yang lain.
Klien nempak tidak bisa menggerakkan kedua kakinya.
Klien nampak selalu duduk di kursi roda dan menggerakkannya jika mau ke tempat lain.
Klien nempak tidak bisa berdiri ataupun berjalan.
Pengetahuan
Klien mengatakan ia tidak terlalu banyak tahu tentang penyakit yang dideritanya
Klien mengatakan ia tidak pernah memeriksakan dirinya ke pelayanan kesehatan
Klien mengatakan tidak mengetahui penyebab kelumpuhannya.
Klien nampak bertanya-tanya tentang penyakitnya.
Klien nempak bingung ketika kaji tentang penyakitnya
IX.
G1
G2
72
G3
Keterangan :
: Laki-Laki
: Perempuan
: Klien
: Laki-laki meninggal
: Perempuan meninggal
?
: Tidak diketahui umur
: Garis Keturunan
: Garis Persaudaraan
G1: Kakek dan nenek dari ayah dan ibu klien sudah meninggal karena factor usia. Klien pun
mengatakan telah lupa kejadian meninggalnya.
G2: Ayah dan ibu Klien telah meninggal dunia. Ibu klien meninggal karena pembengkakan pada
perutnya, sedangkan ayah klien meninggal pada saat pergi mencari ikan di laut.
G3: Klien sekarang mengalami gastritis. Klien tinggal bersama dengan 4 orang nenek dip anti 11.
X. Tinjauan Sistem
Status vitalis
TD (120/70mmHg), N(60x/i), Suhu (36,0C), RR(20x/i)
Status Generalis
Hemoptoe : tidak
Perdarahan/ memar : tidak
Anemia : tidak
Riwayat transfuse darah : tidak
Kepala :
Bengkak : tidak
Keluar cairan dari putting susu : tidak
Perubahan pada putting susu : ya
Pemeriksaan SADARI : tidak
Tgl pemeriksaan mammogram terakhir : Klien tidak pernah melakukan pemeriksaan.
Kardiovaskular :
Nyeri/ ketidaknyamanan dada : tidak
Palpitasi : tidak
Dispnea : tidak
Dispnea saat aktivitas : tidak
Dispnea nocturnal paroksismal : tidak
BJ tambahan : tidak
Edema : tidak
Varises : tidak
Parestesia : tidak
Perubahan warna kaki : tidak
Pernapasan :
Batuk : tidak
Dispnea : tidak
Sputum : tidak
Bunyi napas tambahan : tidak
Asma/ alergi : tidak
Tgl pemeriksaan foto thorax terakhir : Tidak pernah melakukan pemeriksaan.
Gastro intestinal :
Tidak dapat mencerna : tidak
Disfagia : tidak
Nyeri ulu hati : ya
Mual/ muntah : sering mual
Hematemesis : tidak
Perubahan nafsu makan : ya
Intoleransi makanan : tidak
Ulkus : tidak
Nyeri : ya
Ikterik : tidak
Benjolan/ massa : tidak
Perubahan kebiasaan defekasi : tidak
Diare : tidak
Konstipasi : tidak
Melena : tidak
Haemorhoid : tidak
Perdarahan rectum : tidak
Perkemihan :
Disuria : tidak
Menetes : tidak
Ragu-ragu : tidak
Dorongan : tidak
Heamturia : tidak
Poliuria : tidak
Nokturia : tidak
Inkontinensia : tidak
Nyeri saat berkemih : tidak
Batu : tidak
Infeksi : tidak
Genitoreproduksi:
Perdarahan pasca senggama (wanita) : tidak
Nyeri pelvic (wanita) : tidak
Penyakit kelamin : tidak
Riwayat menopause : ya
Tgl dan pemeriksaan terakhir PAP Smear : Tidak pernah
Muskuloskeletal :
Nyeri persendian : ya
Kekakuan : ya
Pembengkakan sendi : tidak
Deformitas : tidak
Spasme : tidak
Kram : tidak
Kelemahan otot : ya
Masalah cara berjalan : ya (klien tidak bisa berjalan)
Nyeri punggung : ya
Protesa : tidak
Latihan/ olahraga : tidak
Dampak pada aktivitas sehari-hari : ada
Endokrin :
Intoleran terhadap panas : tidak
Intoleran terhadap dingin : tidak
Goiter : tidak
Pigmentasi kulit/ tekstur : tidak
Perubahan rambut : ya
Polifagia : tidak
Polidpsia : tidak
Poliuria : tidak
Saraf pusat :
Sakit kepala : tidak
Kejang : tidak
Sinkope/ heart attack : tidak
Paralisis : tidak
Paresis : tidak
Masalah koordinasi : tidak
Tic/ tremor/ spasme : tidak
Parestesia : tidak
Cedera kepala : tidak
Masalah memori : ya
Psikososial :
Cemas : tidak
Depresi : tidak
Insomnia : ya
Menangis : ya
Gugup : tidak
Takut : tidak
Lampiran 2
INDEKS ADL KATZ
Indeks Kemandirian Dalam Aktivitas Sehari-hari
Indeks kemandirian dalam aktivitas sehari-hari dibuat berdasarkan evaluasi kemandirian atau
ketergantungan fungsional klien dalam hal mandi, berpakaian, ke kamar kecil, berpindah,
kontinensia, dan makan. Definisi spesifik dari kemandirian atau ketergantungan fungsional
diuraikan di bawah index
A : Kemandirian dalam hal makan, berpakaian, kontinensia, ke kamar kecil, berpakaian dan
mandi
B : Kemandirian dalam semua hal kecuali satu dari fungsi tsb
C : Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi dan salah satu fungsi tambahan
D : Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi, berpakaian dan satu fungsi tambahan
E : Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi, berpakaian, ke kamar kecil dan satu fungsi
tambahan
F : Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi, berpakaian, ke kamar kecil, berpindah dan
satu fungsi tambahan
G : Ketergantungan pada ke enam fungsi tsb
Lain-lain : Tergantung pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat diklasifikasikan sebagai
C, D, E, atau F.
Kemandirian berarti tanpa pengawasan, pengarahan, atau bantuan pribadi aktif, kecuali
seperti secara spesifik diperlihatkan di bawah ini. Seorang klien yang menolak untuk
melakukan suatu fungsi dianggap sebagai tidak melakukan fungsi, meskipun ia dianggap
mampu.
Mandi (spon, pancuran atau bak)
Mandiri
: Klien mandi sendiri sepenuhnya.
Berpakaian
Mandiri
: mengambil baju dari lemari/ laci, berpakaian, melepaskan pakaian,
mengancing pakaian, mengikat dan melepas ikatan sepatu
Ke Kamar kecil
Mandiri
: ke kamar kecil, masuk dan keluar dari kamar kecil, merapikan baju,
membersihkan organ-organ ekskresi, dapat mengatur bedpan sendiri yang digunakan hanya
pada malam hari dan tidak menggunakan alat bantu
Berpindah
Mandiri
: berpindah ke dan dari tempat tidur/ kursi secara mandiri ( menggunakan alat
bantu kursi roda)
Kontinensia
Mandiri
: BAB dan BAK seluruhnya dikontrol sendiri
Makan
Mandiri
: mengambil makanan dari piring dan memasukannya ke mulut (memotongmotong daging/ ikan, mengolesi roti dengan mentega tidak dimasukkan dalam evaluasi)
Lampiran 3
SKALA DEPRESI GERIATRIK YESAVAGE
1. Apakah anda puas dengan kehidupan anda ? (tidak)
Tidak
2. Apakah anda mengurangi hobi dan aktivitas sehari-hari ? (ya)
Ya
3. Apakah anda merasa bahwa hidup anda kosong ? (ya)
Ya
4. Apakah anda sering merasa bosan ? (ya)
Ya
5. Apakah anda selalu bersemangat ? (tidak)
Ya
6. Apakah anda takut sesuatu yang buruk akan terjadi pada anda ? (ya)
Ya
7. Apakah anda selalu merasa bahagia ? (tidak)
Tidak
8. Apakah anda sering merasa putus asa ? (ya)
Ya
9. Apakah anda lebih suka tinggal di rumah pada malam hari daripada keluar dan melakukan
sesuatu yang baru? (ya)
Ya
10. Apakah anda merasa mempunyai lebih banyak masalah dengan ingatan dibanding dengan
orang lain ? (ya)
Tidak
11. Apakah anda berpikir bahwa hidup ini sangat menyenangkan ? (tidak)
Tidak
12. Apakah anda merasa tak berguna ? (ya)
Tidak
13. Apakah anda merasa berenergi ? (tidak)
Tidak
14. Apakah anda berpikir bahwa situasi anda tidak ada harapan ? (ya)
Tidak
15. Apakah anda berpikir bahwa banyak orang yang lebih baik daripada anda ? (ya)
Ya
Skor 1 poin untuk tiap respon yang sesuai dengan jawaban Ya atau Tidaksetelah pertanyaan
Skor 5 atau lebih menunjukkan adanya depresi
Dari hasil penilaian NyP tidak menunjukkan adanya tanda-tanda depresi
Lampiran 4
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Lampiran 5
MINI MENTAL STATE EXAMINATION (MMSE)
Nama pasien : Ny.P
Tgl wawancara
:19 Februari 2013
Usia
: 72 Thn
Waktu
: 08.30 WITA
Pendidikan
: Tidak ada
Tempat
: Di Kamar Klien
SKO
R
MAX
5
5
SKOR
PASIEN
2
3
PERTANYAAN
KET
Analisa Data
No
Data
.
1.
Ds
Klien mengatakan nyeri dirasakan paling kuat
jika klien lupa/malas makan.
Klien mengatakan nyerinya dirasakan seperti
tertarik kuat (tajam)
Klien mengatakan sakitnya dirasakan pada
daerah uluh hati.
Klien mengatakan nyerinya pada skala 7
(Nyeri berat).
Klien mengatakan nyerinya dirasakan tidak
menentu waktunya, muncul sesekali selama
5 menit dengan durasinya 15 menit.
Do
Wajah klien nampak meringis
Klien nempak menekan daerah lambung jika
nyerinya timbul.
Klien terdengar berteriak kesakitan jika
nyerinya muncul.
2.
Ds
Klien mengatakan susah tidur malam
Masalah keperawatan
Nyeri
Ds
Klien mengatakan tidak bisa menggerakkan
kedua kakinya
Klien mengatakan tidak bisa berjalan sejak
3.
tahun 1950-an.
Klien mengatakan selalu menggunakan kursi
rodanya jika mau berpindah dari satu tempat
ke tempat yang lain.
Imobilisasi fisik
Do
Klien nempak tidak bisa menggerakkan
kedua kakinya.
Klien nampak selalu duduk di kursi roda dan
menggerakkannya jika mau ke tempat lain.
Klien nempak tidak bisa berdiri ataupun
berjalan.
Ds
Klien mengatakan ia tidak terlalu banyak
tahu tentang penyakit yang dideritanya
Klien mengatakan ia tidak pernah
4.
memeriksakan
dirinya
ke
pelayanan
kesehatan
Klien
mengatakan
tidak
mengetahui
penyebab kelumpuhannya.
Do
Klien nampak bertanya-tanya tentang
penyakitnya.
Klien nempak bingung ketika dikaji tentang
penyakitnya
1.
2.
3.
4.
Diagnosa keperawatan
Nyeri berhubungan dengan adanya peradangan pada mukosa lambung
Gangguan pola tidur berhubungan dengan kegelisahan yang selalu dialami klien.
Imobilisasi fisik berhubunga dengan kelumpuhan pada bagian ekstremitas bawah
Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurang terpapar informasi
kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Guyton, A.C. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, editor, Irawati Setiawan, Edisi 9. Jakarta; EGC
Keliat, B.A. 1994. Proses Keperawatan. Jakarta; EGC
Long, B.C. 1996. Perawatan Medikal Bedah, Edisi I, Bandung
Mansjoer, A,. 2001. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi ketiga Jilid Pertama. Jakarta; Media
Aeusculapius,
Price, S.A,. 1994. Patofisiologi : konsep klinis proses-proses penyakit,; alih bahasa, Peter Anugrah;
editor, Caroline Wijaya, Edisi 4. Jakarta; EGC
Smeltzer, S.C,. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth, ; alih bahasa,
Agung Waluyo; editor Monica Ester, Edisi 8, Vol.2. Jakarta; EGC
Soeparman, S.W,. 2001. Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II,. Jakarta; Gaya Baru