Anda di halaman 1dari 4

Nama : Baso Farihal farhan

NIM : 105501109822

Gastritis

A. Definisi

Gastritis merupakan gangguan kesehatan pada saluran pencernaan yang sering di jumpai di
klinik berdasarkan gejala klinis bukan berdasarkan pemeriksaan hispatologi. Gastritis adalah proses
inflamasi pada mukosa lambung dan sub mukosa lambung. 1 Gastritis merupakan gangguan
kesehatan terkait proses pencernaan terutama lambung. Lambung bisa mengalami kerusakan
karena proses peremasan yang terjadi secara terus menerus selama hidupnya. Lambung bisa
mengalami kerusakan jika sering kosong, karena lambung akan meremas hingga dinding lambung
lecet dan luka, dengan adanya luka tesebut mengalami proses inflamasi yang disebut gastritis. 2
Gastritis akut merupakan inflamasi akut darididinding lambung terbatas pada mukosanya, sedangkan
gastritis kronis inflamasi kronik terjadi dalam waktu yang lama pada permukaan lambung. 3

B. Etiologi

 Gatritis akut disebabkan oleh faktor interna (kondisi pemicu yang menyebabkan pengeluaran
asam lambung berlebihan) maupin faktor eksterna(menyebabkan iritasi dan infeksi) .
1). Faktor dari luar : makanan, diet yang salah, makanan banyak, terlalu cepat, makanan
berbumbu yang dapat merusak mukosa lambung, seperti rempahrempah, alkohol, kopi, stres.
Obat obatan digitalis, iodium, kortison, analgesik, anti inflamasi, bahan alkali yang kuat (soda).
2). Faktor dari dalam: toxin, bakteri yang beredar dalam darah misal morbili, difteri, variola.
Infeksi pirogen langsung pada dinding lambung seperti streptococus, stapilococcus. 4

 Gastritis kronis disebabkan oleh benigna atau maglinadari lambung atau oleh bakteri
Helicobacter pylori (H.pylory)
1). Tipe A (gastritis autoimun) seperti anemia
2). Tipe B (gastritis H. Pylori): faktor diet minum panas, pedas, alkohol, merokok, refluk isi usus
kedalam lambung.3

C. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis Tanda gejala gastritis meliputi:

a. Gastritis akut: ketidak nyamanan, sakit kepala, malas, mual, mutah, anoreksia.

b. Gastritis kronis: tipe A secara khusus asimtomatik. Tipe B pasien mengeluh anoreksia, nyeri ulu
hati setelah makan, kembung, rasa asam di mulut, mual, mutah. 3
D. Patofisiologi

E. Pemeriksaan Diagnostik

1. Pemeriksaan Darah

Tes ini digunakan untuk memeriksa adanya antibody H. Pylori dalam darah. Tes darah
juga dilakukan untuk memeriksa anemia yang terjadi akibat perdarahan lambung akibat gastritis

2. Pemeriksaan Fases

Tes imi memeriksa apakah terdapat H. pylory dalam fases atau tidak, Hasil yang positif
dapat mengindikasikan terjadinya infeksi. Pemeriksaan juga dilakukan terhadap adanya darah
dalam fases. Hal ini menunjukkan adanya pendarahan pada lambung.

3. Endoskopi

Dengan tes ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran cerna bagian atas
yang mungkin tidak erlihat oleh sinar-X. Tes ini dilakukan dengan cara memasukkan sebuah selang
kecil yang fleksibel (endoskop) melalui mulut dan masuk kedalam esophagus, lambung, dan
bagian atas usus kecil.

4. Rontgen saluran cerna bagian atas

Tes ini akan melihat adanya tanda-tanda gastritis atau penyakit pencernaan lainnya.
Biasanya akan diminta menelan cairan barium terlebih dahulu sebelum dilakukan rontgen.
F. Tatalaksana

Pengobatan untuk gastritis meliputi :

1. Antikoagulan:pada lambung bila mengalami perdarahan.


2. Antasida: untuk gastritis yang parah, untuk mempertahankan keseimbangan cairan sampai
gejala-gejala mereda cairan dan elektrolit diberikan lewat intravena, untuk gastritis yang tidak
parah diobati dengan antasida serta istirahat.
3. Histonin: untuk menghambat pembentukan asam lambung serta untukmenurunkan iritasi
lambungdapat diberikan ranitidin.
4. Sulcralfate: diberikan untuk melindungi mukosa lambung dengan cara menyeliputinya, untuk
mencegah difusi kembali asam serta pepsin yang menyebabkan iritasi.
5. Pembedahan: untuk mengangkat gangreen dan perforasi, Gastrojejunuskopi atau reseksi
lambung: mengatasi obstruksi pilorus

Gastritis akut dapat diatasi dengan menginstruksikan pasien agar menghindari alkohol serta
makanan sampai gejala berkurang. Apabila pasien bisa makan melalui mulut, dianjurkan diet yang
bergizi. Apabila gejala menetap, perlu diberikan cairan secara parenteral. Apabila terjadi perdarahan,
maka enatalaksanaannya serupa dengan prosedur yang dilakukan untuk hemoragik saluran
gastrointestinal atas. Apabila gastritis diakibatkan karena mencerna makanan yang sangat asam atau
alkali, pengobatannya ialah pengenceran serta penetralisasian agen penyebab. Untuk menetralisasi
asam, digunakan antasida umum (misal : alumunium hidroksida) untuk menetralisasi alkali,
digunakan jus lemon encer atau cuka encer. Apabilakorosi luas atau berat, emetik, dan lafase
dihindari karena bahaya perforasi. Terapi pendukung meliputi intubasi, analgesic dan sedative,
antasida, serta cairan intravena, mungkin juga diperlukan endoskopi fiberopti. Untuk mengangkat
gangreen atau jaringan perforasi dapat juga dilakukan pembedahan darurat. Untuk mengatasi
obstruksi pilrus juga diperlukan gastrojejunostomi atau reseksi lambung. Gastritis kronis dapat diatasi
dengan memodifikasi diet pasien, meningkatkan istirahat, mengurangi stress serta memulai
farmakoterapi. H. Pilory data diatasi dengan antibiotic (seperti tetrasiklin atau amoksisilin) dan garam
bismu (pepto bismo). Pasien dengan gastritis A biasanya mengalami malabsorbsi vitamin B12 yang
dikarenakan oleh adanya antibody terhadap faktor instrinsik

G. Komplikasi

Komplikasi yang kemungkinan muncul pada gastritis menurut Dermawan (2010) yakni :

1. Saluran cerna bagian atas mengalami perdarahan.

2. Ulkus peptikum, gangguan absorbsi vitamain B12yang menyebabkan perforasi dan anemia.
Sumber:

1. Rizky, I.I, Kepel, B,J, Kiling, M. 2019. „Hubungan Penanganan Awal gastritis dengan Skala
Nyeri Pasien UGD RS GMM Betheda‟ Tamahan. Vol 7 No 1. e-jurnal keperawatan.
2. Muhith A, Siyoto S. 2016. „Pengaruh Pola Makan Dan Merokok Terhadap Kejadian Gastritis
Pada Lansia‟. Jurnal Keperawatan. Vol. IX No 3. ISSN 1979-8091.
3. Smeltzer,.S,C& Bare,.B,.B. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Vol 2. Jakarta: EGC.
4. Selviana, Berta, Yolanda. 2015. „Effect Of Coffee And Stress With The Incidence Gastritis‟. J
Majority Jurnal. Vol.4. No. 2.

Anda mungkin juga menyukai