Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN SISTEM PENCERNAAN : GASTRITIS

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Lapangan Stase Gerontik Program Profesi Ners

Dosen Pengampu : Tita Rohita, S.Kep.,Ners.,M.M.,M.Kep

DISUSUN OLEH :
Devi Rosmawati
1490122109

PROGRAM PROFESI NERS STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS GALUH
TAHUN AKADEMIK
2023
LAPORAN PENDAHULUAN

“ GASTRITIS”

A. Pengertian Gastritis

Gastritis merupakan suatu peradangan mukosa lambung yang bersifat akut,

kronik difus atau lokal, dengan karakteristik anoreksia, perasaan penuh di perut

(begah), tidak nyaman pada epigastrium, mual, dan muntah (Ardiansyah, 2012).

Gastritis adalah suatu istilah kedokteran untuk suatu keadaan inflamasi

jaringan mukosa (jaringan lunak) lambung. Gastritis atau yang lebih dikenal dengan

magh berasal dari bahasa Yunani yaitu gastro, yang berarti perut/lambung dan itis

yang berarti inflamasi atau peradangan. Gastritis bukan merupakan penyakit tunggal,

tetapi terbentuk dari beberapa kondisi yang kesemuanya itu mengakibatkan

peradangan pada lambung (Beyer, 2011)

Gastritis adalah suatu peradangan mukosa lambung paling sering diakibatkan

oleh ketidakteraturan diet, misalnya makan terlalu banyak dan cepat atau makan

makanan yang terlalu berbumbu atau terinfeksi oleh penyebab yang lain seperti

alkohol, aspirin, refluks empedu atau terapi radiasi (Brunner, 2015).

Dari beberapa pengertian diatas dapat di simpulkan bahwa gastritis adalah

suatu peradangan mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronik, diffus atau lokal

dengan kerusakan “ Erosive” karena permukaan hanya pada bagian mukosa.

B. Etiologi

Menurut Brunner (2015), Gastritis disebabkan oleh kuman helicobacter pylori

dan pada awal infeksi mukosa lambung menunjukkan respon inflamasi akut dan jika

diabaikan akan menjadi kronik.


Klasifikasi gastritis:

1. Gastritis akut

 Gastritis akut tanpa perdarahan

 Gastritis akut dengan perdarahan

Gastritis akut berasal dari makan terlalu banyak atau terlalu cepat, makan

makanan yang terlalu berbumbu atau yang mengandung

mikroorganismepenyebab penyakit, iritasi bahan semacam alcohol, aspirin,

NSAID, lisol, serta bahan korosif lain, refluks empedu atau cairan pankreas.

2. Gastritis kronik

Inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus benigna atau maligna

dari lambung, atau oleh bakteri helicobakter pylory. ( H.pylory)

3. Gastritis bacterial

Gastritis bacterial yang disebut juga gastritis infektiosa, disebabkan oleh refluks

dari duodenum.

C. Pattofisiologi

Faktor-faktor yang dapat menyebabkan rusaknya mukosa lambung adalah:

1. Kerusakan mukosa barier sehingga difusi balik ion H + meninggi

2. Perfusi mukosa lambung yang terganggu.

3. Jumlah asam lambung.

Faktor yang saling berhubungan, misalnya stress fisik yang dapat

menyebabkan perfusi mukosa lambung terganggu, sehingga timbul daerahdaerah

infrak kecil. Di samping itu, sekresi asam lambung juga dipicu. Pada gastritis refluks,

gastritis karena bahan kimia bahan, obat, mucosal barier rusak, menyebabkan difusi

balik ion H+ meninggi.


Suasana asam yang terdapat pada lumen lambung akan mempercepat

kerusakan mucosal barrier oleh cairan usus. Seluruh mekanisme yang menimbulkan

gastritis erosif karena keadaankeadaan klinis yang berat belum diketahui benar.

Faktor-faktor yang amat penting adalah ischemia pada mukosa gaster

disamping faktor pepsin, refluks empedu dan cairan pakreas. Aspirin dan obat

antiinflamasi nonsteroid merusak mukosa lambung melalui beberapa mekanisme.

Obat-obat ini dapat menghambat aktivitas siklooksigenase mukosa. Siklooksigenase

merupakan enzim yang penting untuk pembentukan prostaglandin dari asam

arakidonat. Prostaglandin mukosa merupakan salah satu faktor defensive mukosa

lambung yang amat penting. Selain menghambat prostaglandin mukosa, aspirin dan

obat anti inflamasi nonsteroid tertentu dapat merusak mukosa secara topical (Suyono,

2009).

D. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinik pada penderita gastritis adalah sebagai berikut :

1. Tanda dan gejala gastritis akut Pada anamnesis biasanya didapatkan keluhan

abdomen yang tidak jelas seperti mual, muntah dan anoreksia sehingga

menyebabkan pemenuhan kebutuhan nutrisi harian berkurang, intake nutrisi tidak

adekuat, kehilangan cairan dan elektrolit. Pada beberapa orang didapat keluhan

yang lebih berat seperti nyeri epigastrium, muntah, perdarahan dan hematemesis

yang menimbulkan manifestasi kecemasan secara individu

2. Tanda dan gejala gastritis kronis

a. Gastritis sel plasma

b. Nyeri yang menetap pada daerah epigastrium

c. Nausea sampai muntah ampedu


d. Dyspepsia

e. Anoreksia

f. Berat badan menurun

g. Keluhan yang berhubungan dengan anemia

E. Pemeriksaan Penunjang

Bila seseorang didiagnosa terkena gastritis, biasanya dilanjutkan dengan

pemeriksaan tambahan untuk mengetahui secara jelas penyebabnya. Pemeriksaan

tersebut meliputi :

1. Pemeriksaan Darah

Tes ini digunakan untuk memeriksa adanya anti bakteri Helycobacter

pylori dalam darah. Hasil tes yang positif menunjukkan bahwa pasien pernah

kontak dengan bakteri pada suatu waktu dalam hidupnya, tapi itu tidak

menunjukkan bahwa pasien tersebut terkena infeksi. Tes darah dapat juga

dilakukan untuk memeriksa anemia, yang terjadi akibat pendarahan lambung

akibat gastritis.

2. Pemeriksaan Pernapasan

Tes ini dapat menentukan apakah pasien terinfeksi Helycobacter pylori atau tidak.

3. Pemeriksaan Feces

Tes ini memeriksa apakah terdapat Helycobacter pylori dalam feces atau

tidak. Hasil yang positif dapat mengindikasikan terjadinya infeksi. Pemeriksaan

juga dilakukan terhadap adanya darah dalam feces. Hal ini menunjukkan adanya

perdarahan pada lambung.

4. Endoskopi Saluran Cerna Bagian Atas

Dengan tes ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran cerna

bagian atas yang mungkin tidak terlihat dari sinar-X. Tes ini dilakukan dengan
cara memasukkan sebuah selang kecil yang fleksibel (endoskop) melalui mulut

dan masuk ke dalam esophagus, lambung dan bagian atas usus kecil. Tenggorokan

akan terlebih dahulu dimatirasakan (anestesi) sebelum endoskop dimasukkan

untuk memastikan pasien merasa nyaman menjalani tes ini. Jika ada jaringan

dalam saluran cerna yang terlihat mencurigakan, dokter akan mengambil sedikit

sampel (biopsy) dari jaringan tersebut. Sampel itu kemudian akan dibawa ke

laboratorium untuk diperiksa.

Tes ini memakan waktu lebih kurang 20 sampai 30 menit. Pasien biasanya

tidak langsung disuruh pulang ketika tes ini selesai, tetapi harus menunggu sampai

efek dari anestesi menghilang, lebih kurang satu atau dua jam. Hampir tidak ada

resiko akibat tes ini. Komplikasi yang sering terjadi adalah rasa tidak nyaman

pada tenggorokan akibat menelan ondoskop.

5. Rontgen Saluran Cerna Bagian Atas

Tes ini akan melihat adanya tanda-tanda gastritis atau penyakit pencernaan

lainnya. Biasanya akan diminta menelan cairan barium terlebih dahulu sebelum

dilakukan ronsen. Cairan ini akan melapisi saluran cerna dan akan terlihat lebih

jelas ketika dirontgen

F. Penatalaksanaan Medis

1. Cara Perawatan Gastritis

a. Ketika sedang sakit, makanlah makanan yang lembek yang mudah dicerna dan

tidak merangsang asam lambung.

b. Hindari makanan yang merangsang pengeluaran asam lambung, seperti

makanan pedas, makanan yang asam, tinggi serat, zat tepung.

c. Hindari minuman yang merangsang pengeluaran asam lambung seperti teh

kopi, alkohol.
d. Makan secara teratur.

e. Minum obat secara teratur.

f. Hindari stress fisik dan psikologis

2. Pemberian Obat-Obatan

Pengobatan yang dilakukan terhadap gastritis bergantung pada penyebabnya. Pada

banyak kasus gastritis, pengurangan asam lambung dengan bantuan obat sangat

bermanfaat. Antibiotik untuk menghilangkan infeksi. Penggunaan obat-obatan

yang mengiritasi lambung juga harus dihentikan. Pengobatan lain juga diperlukan

bila timbul komplikasi atau akibat lain dari gastritis.

Kategori obat pada gastritis adalah :

a. Antasid : menetalisir asam lambung dan menghilangkan nyeri.

b. Acid blocker membantu mengurang jumlah asam lambung yang diproduksi.

c. Proton pump inhibitor : menghentikan produksi asam lambung dan

menghambat H.pylori

G. Komplikasi

Menurut Ali (2011), komplikasi yang mungkin terjadi pada penderita gastritis adalah :

1. Gastritis Akut

Terjadinya perdarahan pada saluran cerna bagian atas berupa hematomesis dan

melena dapat berakhir sebagai syok hemoragik. Khusus untuk perdarahan saluran

cerna bagian atas, perlu dibedakan dengan tukak peptic. Gambaran klinis yang

diperhatikan hampir sama, namun pada tukak peptic penyebab utamanya adalah

infeksi Helicobater pylori, sebesar 100% pada tukak duodenum dan 60 – 90%

pada tukak lambung. Diagnosis dapat ditegakkan dengan endoskopi.

2. Gastritis Kronik
Komplikasi yang muncul pada gastritis kronik adalah perdarahan saluran cerna

bagian atas, ulkus, perforasi dan pemeriksaan fisik tidak dijumpai kelainan. Pada

penderita gastritis kronik dapat terjadi atrofi lambung menyebabkan gangguan

penyerapan terutama vitamin B12 selanjutnya dapat menyebabkan anemia

perniosa. Keduanya dapat dipisahkan dengan memeriksa antibody terhadap faktor

intrinsik. Penderita anemia perniosa biasanya mempunyai antibody terhadap

faktor intrinsik dalam serum atau cairan gasternya. Selain vitamin B12,

penyerapan besi juga dapat terganggu. Gastritis kronik antrum pylorus dapat

menyebabkan penyempitan daerah antrum pylorus.


H. Pathway

Obat-Obatan (NISAD, H. Phylori Kafein

Apirin, Sulfanomida

Steroid, Digitalis

Melekat Pada Epitel Me ↓ Produksi

Lambung Bikarbonat ( 𝐻𝐶𝑂3−)

Mengganggu Menghancurkan Lapisan Me ↓ Kemampuan

Pembentukan Sawet Mukosa Lambung Protektif Terhadap Asam

Mukosa Lambung

Me↓ Barrier Lambung Menyebabkan Difusi

Terhadap Asam Dan Pepsin Kembali Asam Lambung

& Pepsin Kekurangan Volume Cairan

Inflamasi Erosi Mukosa Lambung Perdarahan

Nyeri Epigastrium Me ↓ Tonus Dan Peristaltik Mukosa Lambung

Lambung Kehilangan Integritas

Jaringan

Me ↓ Sensori Untuk Makan Refluk Isi Duodenum

Kelambung

Anoreksia

Mual Dorongan Ekspulsi Isi

Lambung Kemulut

Nyeri Akut Ketidak Seimbangan Muntah

Nutrisi Kurang Dari


Kebutuhan Tubuh Kekurangan Volume Cairan
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

Menurut Doengoes (2014), pengkajian merupakan tahap awal dari proses

dimana kegiatan yang dilakukan yaitu mengumpulkan data, mengelompokkan data

dan menganalisa data. Hal-hal yang perlu dikaji dalam penanganan asuhan

keperawatan penderita gangguan sistem gastrointestinal ”gastritis” antara lain adalah :

1. Identitas pasien

2. Riwayat kesehatan pasien :

a. Riwayat kesehatan dahulu

b. Riwayat kesehatan sekarang

c. Riwayat kesehatan keluarga

d. Pola aktifitas sehari-hari (ADL) :

1) Pola Nutrisi

2) Pola Eliminasi

3) Pola Istirahat Tidur

4) Pola Aktifitas

5) Aspek Boi-Psiko-Sosial dan Spiritual

e. Pemeriksaan fisik

f. Keadaan Umum

g. Kesadaran

h. Faktor Psikologis

i. Toleransi/Kemampuan memahami tindakan

j. Koping
B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menguraikan respon aktual

atau potensial pasien terhadap masalah kesehatan yang perawat mempunyai izin dan

berkompeten untuk mengatasinya. Respon aktual dan potensial pasien didapatkan dari

data dasar pengkajian, tinjauan literatur yang berkaitan, catatan medis pasien masa

lalu dan konsultasi dengan profesional lain. Diagnosa keperawatan pada gastritis

meliputi (Nurarif .A.H, 2015)

Diagnosa
Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan
Keperawatan

Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Observasi:

keperawatan selama 1x24


a. Identifikasi lokasi, karakteristik,
jam diharapkan nyeri
durasi, frekuensi, kualitas,intensitas
teratasi dengan kriteria
nyeri
hasil:
b. Identifikasi skala nyeri

Keluhan nyeri menurun (5) c. Identivikasirespon nyeri non verbal

d. Identivikasi faktor yang


Meringis menurun(5)
memperberat dan memperingan
Sikap protektif menurun(5) nyeri

e. Identivikasi pengetahuan dan


Gelisah menurun(5)
keyakinan tentang nyeri
Kesulitan tidur menurun(5)
f. Identivikasi pengaru budaya

Frekuensi nadi membaik(5) terhadap respon nyeri

g. Identivikasi pengaruh nyeri


terhadap kualitas hidup

h. Monitor keberhasilan terapi

komplementer yang sudah

diberikan

i. Monitor efek samping penggunaan

analgetik

Terapiutik :

a. Berikan teknik non farmakologi

untuk mengurangi rasa nyeri

b. Kontrol lingkungan yang

memperberat rasa nyeri

c. Fasilitasi istirahat dan tidur

d. Pertimbangkan jenis dansumber

nyeri dalam pemilihan strategi

meredakan nyeri

Edukasi :

a. Jelaskan penyebab periode dan

pemicu nyeri

b. Jelaskan strategi meredakan nyeri

c. Anjurkan memonitor nyeri secara

mandiri

d. Anjurkan menggunakan analgetik

secara tepat
e. Anjurkan teknik nonfarmakologis

untuk mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi:

a. Kolaborasi pemberian analgetik.jika

perlu

Devisit nutrisi Setelah dilakukan tindakan Observasi:

keperawatan selama 1x 24
a. Identivikasi status nutrisi
jam diharapkan nutrisi
b. Identivikasi alergi dan intoleransi
membaik dengan kriteria
makanan
hasil :
c. Identivikasi makanan yang disukai

 Porsi makanan yang d. Identivikasi kebutuhan kalori dan

dihabiskan meningkat jenis nutrien

(5) e. Identivikasi perlunya penggunaan

 Nyeri abdomen selang nasogastrik

menurun(5) f. Monitor asupan makanan

 Berat badan membaik(5) g. Monitor berat badan

 Indeks massa tubuh h. Monitor hasil pemeriksaan

membak (5) laboratorium

Terapeutik :

a. Lakukan oral hygiene sebelum

makan. Jika perlu

b. Fasilitasi menentukan pedoman diet


c. Sajikan makanan secara menarik

dan suhu yang sesuai

d. Berikan makanan tinggi serat untuk

mencegah konstipasi

e. Berikan makanan tinggi kalori dan

tinggi protein

f. Berikan suplemen makanan

g. Hentikan pemberian makan melalui

selang nasogastrik jika asupan oral

dapat ditoleransi

Edukasi :

a. Anjurkan psisi duduk

b. Ajarkan diet yang diprogramkan

Kolaborasi :

a. Kolaborasi pemberian medikasi

sebelum makan

b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk

menentukan jumlah kalori dan jenis

nutrien yang dibutuhkan

Intoleransi Setelah dilakukan tindakan Observasi :

aktivitas keperawatan selama 1 x 24


a. Identivikasi gangguan fungsi tubuh
jam diharapkan aktivitas
yang mengakibatkan kelelahan
meningkat dengan kriteria
b. Monitor kelelahan fisik dan
hasil : emosional

c. Monitor pola dan jam tidur


 Frekuensi nadi
d. Monitor lokasi dan
meningkat (5)
ketidaknyamanan selama
 Keluhan lelah
melakukan aktivitas
menurun(5)

 Warna kulit membaik(5) Terapiutik :

a. Sediakan lingkungan nyaman dan

rendah stimulus

b. Lakukan latihan rentang gerak pasif

dan aktif

c. Berikan aktivitas diatraksi yang

menenangkan

d. Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur,

jika tidak dapat dipindah atau

berjalan

Edukasi :

a. Anjurkan tirah baring

b. Anjurkan melakukan aktivitas

secara bertahap

c. Anjurkan menghubungi perawat

jika tanda dan gejala kelelahan

tidak berkurang

d. Ajarkan strategi koping untuk


mengurangi kelelahan

Kolaborasi :

a. Kolaborasi dengan ahli gii tentang

cara meningkatkan asupan makanan

Ansietas/ Setelah dilakukan tindakan Observasi :

kecemasan keperawatan selama 1 x 24


a. Identivikasi saat tingkat ansietas
jam kecemasan menurun
berubah
dengan kriteria hasil :
b. Identivikasi kemampuan

 Verbalisasi kebingungan mengambil keputusan

menurun (5) c. Monitor tanda tanda ansietas

 Perilaku gelisa
Terapeutik :
menurun(5)

 Perilaku tegang menurun a. Ciptakan suasana terapeutik untuk

(5) menumbuhkan kepercayaan

 Konsentrasi membaik (5) b. Temani pasien untuk mengurngi

 Pola tidur membaik (5) kecemasan

c. Pahami situasi yang membuat

ansietas

d. Dengarkan dengan penuh perhatian

e. Gunakan pendekatan yang tenang

dan meyakinkan

f. Tempatkan barang pribadi yang

memberikan kenyamanan motivasi


mengidentivikasi situasi yang

menyebabkan kecemasan

g. Diskusikan perencanaan realistis

tentang peristiwa yang akan datang

Edukasi :

a. Jelaskan prosedur, termasuk sensasi

yang mungkin dialami

b. Informasikan secara faktual

mengenai diagnosis, pengobatan,

dan prognosis

c. Anjurkan keluarga untuk tetap

bersama pasien

d. Anjurkan melakukan kegiatan yang

tidak kompetitif

e. Anjurkan mengungkapkan perasaan

dan persepsi

f. Latih kegiatan pengalihan untuk

mengurangi ketegangan

g. Latih penggunaan mekanisme

pertahanan diri yang tepat

h. Latih teknik relaksasi

Terapeutik :

a. Kolaborasi pemberian obat


antiansietas.

Defisit Setelah dilakukan tindakan Observasi :

pengetahuan keperawatan selama 1 x 24


a. Identivikasi kesiapan dan
jam diharapkan pengetahuan
kemampuan menerima informasi
meningkat dengan kriteria
b. Identivikasi faktor-faktor yang
hasil :
dapat meningkatkan dan

 Perilaku sesuai menurunkan motivasi perilaku

pengetahuan meningkat hidup bersih dan sehat

(5)
Terapeutik:
 Pertanyaan tentang

masalah yang dihadapi a. Sediakan materi dan media

menurun (5) pendidikan kesehatan

 Perilaku membaik(5) b. Jadwalkan pendidikan kesehatan

sesuai kesepakatan

c. Berikan kesempatan untuk bertanya

Edukasi :

a. Jelaskan faktor resiko yang dapat

mempengaruhi kesehatan

b. Anjurkan perilaku hidup bersih dan

sehat

c. Anjurkan strategi yang dapat

digunakan untuk meningkatkan

perilaku hidup bersih dan sehat.


C. Implementasi

Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas-aktivitas yang

telah dicatat dalam rencana perawatan pasien. Agar implementasi/ pelaksanaan

perencanaan ini dapat tepat waktu dan efektif maka perlu mengidentifikasi prioritas

perawatan, memantau dan mencatat respon pasien terhadap setiap intervensi yang

dilaksanakan serta mendokumentasikan intervensi keperawatan. Implementasi, yang

merupakan komponen dari proses keperawatan, adalah kategori dari perilaku

keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang

diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan (Wijayaningsih,

2013).

1. Tindakan Keperawatan Mandiri Tindakan yang dilakukan Tanpa Pesanan Dokter.

Tindakan keperawatan mendiri dilakukan oleh perawat. Misalnya menciptakan

lingkungan yang tenang, mengompres hangat saat klien demam.

2. Tindakan Keperawatan Kolaboratif Tindakan yang dilakukan oleh perawat apabila

perawata bekerja dengan anggota perawatan kesehatan yang lain dalam membuat

keputusan bersama yang bertahan untuk mengatasi masalah klien.

D. Evaluasi

Langkah evaluasi dari proses keperawatan mengukur respons klien terhadap

tindakan keperawatan dan kemajuan klien kea rah pencapaian tujuan. Evaluasi terjadi

kapan saja perawat berhubungan dengan klien. Penekanannya adalah pada hasil klien.

Perawat mengevaluasi apakah perilaku klien mencerminkan suatu kemunduran atau

kemajuan dalam diagnose keperawatan (Wijayaningsih, 2013).


Pada saat akan melakukan pendokumentasian, menggunakan SOAP, yaitu :

S : Data subyektif merupakan masalah yang diutarakan klien

O : Data obyektif merupakan tanda klinik dan fakta yang berhubungan dengan

diagnosa keperawatan.

A : Analisis dan diagnosa.

P : Perencanaan merupakan pengembangan rencana untuk yang akan datang dari

intervensi.
DAFTAR PUSTAKA

Ali. 2011. Gastritis. EGC : Jakarta

Ardiansyah. Muhamad. 2012. Medikal Bedah untuk mahasiswa. DIVA Press:


Jogjakarta

Beyer. 2011. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama Anonimous : Jakarta.

Brunner & Suddarth. 2015. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. EGC : Jakarta.

Doengoes. 2014. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC : Jakarta

Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. MediAction: Jogjakarta.
Suyono, Slamet. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Balai Penerbitan
FKUI : Jakarta.
Wijayaningsih, Kartika sari. (2013). Standar Asuhan Keperawatan. Jakarta : CV. Trans
Info Media.
Tim Pokja SDKI,SLKI,SIKI. (2019).SDKI Devinisi Dan Indikator Diagnostik, SLKI
Definisi Dan Kriteria Hasil Keperawatan,SIKI Definisi Dan Tindakan
Keperawatan.Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Anda mungkin juga menyukai