Anda di halaman 1dari 73

ASIUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HIPERTERMI DENGAN PENERAPAN KOMPRE AIR

HANGAT ALOE VERA

Dibuat untuk memenuhi tugas Stase


Anak Program Profesi Ners Reguler

DI SUSUN OLEH : ABDUL QOHAR


NIM : 20317001

PROGRAM STUDI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YATSI


TANGERANG - BANTEN
LITERATUR REVIEW : ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HIPERTERMI DENGAN PENERAPAN
KOMPRES HANGAT DENGAN ALOE VERA 2021

Erna yuliana 1, Ria setia wati 2,.


Erna yuliana, Mahasiswa setikes yatsi
Email : bundaerna081@gmail.com

Program profesi ners

STIKES YATSI. JL Arya Santika, No, 42 Tangerang Banten

ABSTRAK

Demam adalah salah satu tanda pada tubuh bahwa adanya suatu proses dimana tubuh sedang melawan infeksi.
Suhu>37,5oC dapat dikategorikan sebagai demam yang disebabkan oleh adanya infeksi dan peyakit autoimun,
ketidakmampuan mekanisme kehilangan panas tubuh juga dapat terjadi karena adanya produksi yang berlebih pada suhu
tubuh. Dengan timbulnya hipertermi dapat di atasi dengan non farmokologi penerapan kompres air hangat . Tujuan
:penuis ini adalah meninjau efek penerapan kompres air hangat terhadap penyemmbuhan hipertermi, pemberian kompres
air hangat pada daerah pembuluh darah besar merupakan upaya memberikan rangsangan pada area preoptik hipotalamus
agar menurunkan suhu tubuh. Metode : yang di gunakan pada literatur review ini menggunakan strategi tradisonal
review, seperti pencarian artikel dalam data base jurnal penelitian, pencarian melalui internet, tinjauan ulang artikel.
Hasil : dari hasil literatur review di dapatkan setelah di lakukan penerapanterapi kompres hangat selama 3 hari, dapet
menurunkan suhu tubuh setiap harinya. Kesimpulan : pada literatur review penerapan air hangat efektif untuk
menurunkan suhu tubuh pada penderita hipertermi.

Kata kunci : kompres hangat dan hipertermi


Kepustakaan :2015-2021

Fever is a sign in the body that there is a process by which the body is fighting infection. Temperature> 37.5oC can be
categorized as fever caused by infection and autoimmune disease, the inability to lose body heat can also occur due to
excess production at body temperature. With the onset of hyperthermia, it can be overcome by non-pharmacological
application of warm water compresses. Purpose: This author is to review the effect of applying warm water compresses to
treat hyperthermia, offering warm air compresses to the large blood vessels of the area that provide stimulation to the
hypothalamus preoptic area in order to reduce body temperature. Methods: used in the literature review using traditional
strategy reviews, such as searching for articles in research databases, searching for articles on the internet, reviewing
them. Result: From the literature review results it is supported after the application of warm compress therapy for 3 days,
can reduce body temperature every day. Conclusion: in the literature review the application of warm water is effective for
reducing body temperature in hyperthermic patients.

Key words: warm compresses and hyperthermia

Bibliography: 2015-2021
A. PENGERTIAN
Demam merupakan bentuk pertahanan tubuh terhadap masalah yang
terjadi dalam tubuh. Demam pada umumnya tidak berbahaya, tetapi bila demam
tinggi dapat menyebabkan masalah serius pada anak. Masalah yang sering terjadi
pada kenaikan suhu tubuh diatas 38ºC yaitu kejang demam (Ngastiyah, 2012).
Demam adalah salah satu tanda pada tubuh bahwa adanya suatu proses
dimana tubuh sedang melawan infeksi. Suhu>37,5oC dapat dikategorikan sebagai
demam yang disebabkan oleh adanya infeksi dan peyakit autoimun,
ketidakmampuan mekanisme kehilangan panas tubuh juga dapat terjadi karena
adanya produksi yang berlebih pada suhutu buh (Hartini, 2015).

B. ETIOLOGI
Demam atau hipertermi dapat disebabkan oleh virus dan mikroba. Mikroba
serta produknya yang berasal dari luar tubuh yang bersifat pirogen eksogen yang
dapat merangsang sel makrofag, leukosit, dan sel lain untukme mbentuk pirogen
endogen. Pirogen seperti bakteri dan virus menyebabkan meningkatkan suhu tubuh
(Widagdo, 2012)

C. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Nurarif (2015) tanda dan gejala terjadinya Demam adalah:
a) Anak rewel (suhu lebih tinggi dari 37,5⁰C - 39⁰C)
b) Kulit kemerahan
c) Hangat pada sentuhan
d) .Peningkatan frekuensi pernapasan
e) Menggigil
f) Dehidrasi
D. PAHWAY
Agen Infeksius Dehidrasi
mediator inflamasi

Tubuh kehilangan
Monosit atau
cairan elektrolit
makrofag

Sitokinpirogen Penurunan
cairan intrasel
dan ekstrasel

Mempengaruhi
hipotalamus
DEMAM Anak menangis
Hipertermia dan rewel
Aksi
antipiretik
Lemas Sulit tidur
peningkatan
evaporasi
Risiko Volume
Cairan
Tidak nafsu
Gangguan Pola Tidur
makan

Kesiapan
Peningkatan Nutrisi

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Foto Rontgen
2. Laboratorium
3. USG, Endoskopi, dll

F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertermi D: 0130
Kategorik: Lingkungan
Subkategorik: Keamanan Dan Proteksi
2. Kesiapan Peninkatan Nutrisi D: 0026
Kategorik: Fisiologis
Subkategorik: Nutrisi Dan Cairan
3. Gangguan Pola Tidur D:0055
Kategorik: Fisiologi
Subkategorik: Aktivitas/ Istirahat
G. INTERVENSI KEPERAWATAN
SDKI SLKI SIKI

Hipertermi D: 0130 Telmoregulasi L 14134 Manajemen Demam I 03099


Kategorik:  Pucat 2-4 Observasi
Lingkungan  Takikardi 2-4  Monitor tanda tanda vital (mis, suhu
Subkategorik:  Suhutubuh 2-4 tubuh, frekuensi nadi, frekuensi
Keamanan Dan  Suhukulit 2-4 napas dan tekanan darah
Proteksi  Monitor intake dan output cairan
 Menitor komplikasi akibat demam
(mis, kejang, penurunan kesadaran,
kadar elektrolit abnormal,
ketidakseimbangan asam basah
,aritmia)
Terapeutik
 Tutupi badan dengan selimut/
pakaian dengan tepat (mis, selimut/
pakaian tebal saat merasa dingin dan
selimut/ pakaian tipis saat merasa
panas)
 Lakukan tepid sponge, jika perlu
Edukasi
 Ajarkan tirah berbaring

Kesiapan peninkatan Status Nutrisi L: 03030 Edukasi pemberian makanan pada anak
nutrisi D: 0026  Pengetahuan tentang I.12403
Kategorik : Fisiologis pengetahuan makanan Observasi
Subkategorik : Nutrisi yang sehat 2-4  Indifikasi pemahaman orang
dan cairan  Penyiapan danpenyiapan tua/keluarga tentang pemlihan jenis
makanan yang aman 2-4 makanan sehat yang sesuai usia
 Nafsu makan 2-4 Terapeutik
 Sediakan materi dan media
pendidikan kesehatan
Edukasi
 Jelaskan pentingnya lingkungan
yang kondusif pada saat pemberian
makanan
 Ajarkan orang tua memilih bahan
makanan yang sehat
sesuiankebutuhan
Gangguan pola tidur Pola tidur L.05045 Terapi relaksasi otot progresif I.05187
D: 0055  Keluhan sulit tidur 2-4 Observasi
Kategorik: fisiologi  Keluhan istirahat tidak  Indifikasi tempat yang tenang dan
Subkategorik: cukup 2-4 nyaman
aktivitas/ istirahat  Keluhan tidak puas tidur Teraupetik
2-4  Berikan posisi bersandar pada kursi
atau posisi lainnya yang nyaman
Edukasi
 Ajurkan memakaian yang nyaman
dan tidak sempit
 Ajurkan melakukan otot rahang

KASUS
Seorang anak laki-laki usia 12+ tahun mengalami demam atau hipertermi. Saat
dilakukan pengkajian klien tampak lemas, dan pucat, mukosa bibir tampak kering,
orang tua klien mengatakan anaknya tidak mau makan karena mulutnya pahit. Demam
diakibatkan karena klien kelelahan sehabis perjalanan jauh dengan orang tuanya. Hasil
TTV TD: 90/70 mmHg, S: 38,5oC, R: 20 x/menit, N: 90 x/menit.
DAFTAR PUSTAKA
Hartini, S., & Pertiwi. (2015). Efektivitas Kompres Air Hangat Terhadap Penurunan
Suhu Tubuh Anak Demam Usia 1-3 Tahun Di SMC RS Telogorejo Semarang.
Ejournal stikestelogerejo.ac.id.
PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia: Definisi Dan Indikator
Keperawatan.Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Definisi Dan
Tindakan.Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI
PPNI. (2018) Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Definisi Dan Tindakan. Edisi
1. Jakarta: DPP PPNI.
Widagdo. (2012). Masalah Dan Tatalaksana Penyakit Anak Dengan Deman. Jakarta :
CV Sagung Seto.
NamaMahasiswa : Abdul qohar

I. Biodata
A. IdentitasKlien
1. Nama/Nama panggilan : An. F
2. Tempat tgl lahir/ usia : Tangerang, 17 April 2012

3. Jenis kelamin : perempuan


4. Agama : Islam
5. Pendidikan : SD
6. Alamat : Kp. Baru pangarengan rajeg tangerang

7. Tgl masuk :
8. Tgl pengkajian : 13 januari 2021
9. Diagnosa medik : Hipertermia (Demam)
10. Rencana terapi : Pemberian kompres dengan aloevera, pemberian
terapi sleep hygiene

B. Identitas Orangtua
1. Ayah
a. Nama : Tn. A
b. Usia : 36 Tahun
c. Pendidikan : SMA
d.Pekerjaan/sumber penghasilan : Karyawan swasta
e. Agama : Islam
f.Alamat : Kp. Baru pangarengan rajeg
2. Ibu
a. N a ma : Ny.A
b. U sia : 35 Tahun
c. Pendidikan : SMA
d.Pekerjaan/Sumber penghasilan : Ibu Rumah Tangga
e.Agama : Islam
f.Alamat : Kp. Baru
C. Identitas Saudara Kandung
No NAMA USIA HUBUNGAN STATUS KESEHATAN
1. An. N 8 tahun Anak pertama dari Hipertermi
2 bersaudara

II. Keluhan Utama/Alasan Masuk RumahSakit


Seorang anak laki-laki usia 8 tahun mengalami demam atau hipertermi. Saat
dilakukan pengkajian klien tampak lemas, dan pucat, mukosa bibir tampak kering, orang
tua klien mengatakan anaknya tidak mau makan karena mulutnya pahit. Demam
diakibatkan karena klien kelelahan sehabis perjalanan jauh dengan orang tuanya. Hasil
TTV TD: 90/70 mmHg, S: 38,5oC, R: 20 x/menit, N: 90 x/menit.

III. RiwayatKesehatan
A. Riwayat Kesehatan Sekarang:
An. N tampak lemas, kulit terasa hangat saat disentuh, mukosa bibir
An. N tampak kering, pucat, tidak nafsu makan. Hasil TTV suhu 38oC, Nadi :
90 x/menit, RR : 20 x/menit.

B. Riwayat Kesehatan Lalu (khusus untuk anak usia 0 – 5tahun)


1. Prenatalcare
a. Pemeriksaan kehamilan:...............kali
b. Keluhan selama hamil : perdarahan (tidak ada) , PHS (tidak ada), infeksi (tidak
ada), Ngidam (ada)
Muntah-muntah (tidak ada), demam (tidak ada) , perawatan
selama hamil…………………
c. Riwayat : terkena sinar (tidak ada) , terapi obat (tidak ada)
d. Kenaikan BB selama hamil.............................Kg
e. Imunisasi TT..................kali
f. Golongan darah ibu ………………… Golongan darah ayah…………………
2. Natal
a, Tempat melahirkan : RS (Siloam Hospital), Klinik
(-), Rumah (-)
b. Lama dan jenis persalinan: spontan forceps operasi 
lain-lain
c. Penolong persalinan: dokter  , bidan , dukun
d. Cara untuk memudahkan persalinan: drips
, oobat perangsang 
e. Komplikasi waktu lahir : robek perineum
, infeksi nifas
3. Postnatal
a. Kondisi bayi : BB lahir 2600 g1ram, PB 47 cm
b. Apakah anak mengalami : penyakit kuning ,kebiruan ,
kemerahan
problem menyusui  , BB tidak stabil (Untuk semua Usia)
¤ Penyakit yang pernah dialami: Batuk
, demam 
,diare kejang
,lain-lain
¤ Kecelakaan yang dialami: jatuh
,tenggelam ,lalu lintas

¤ ,keracunan : makanan ,
textil obat– , zat/subtansi kimia
obatan
¤ Komsumsi obat-obatan bebas -
¤ Perkembangan anak dibanding saudara-saudaranya : lambat
Cepat, Sama

KESIMPULAN : terdapat masalah hipertermi pada An. N

C. Riwayat KesehatanKeluarga
¤ Penyakit anggota keluarga: alergi ,asma , TBC
hipertensi  ,penyakit jantung , stroke
anemia ,hemofilia ,artritis ,
migrainDM ,kanker ,jiwa

KESIMPULAN : Ny. A mempunyai riwayat penyakit Hipertensi


¤Genogram

Keterangan :

: Perempuan

:: Keturunan
Laki-laki

: Klien
: Tinggal serumah

IV. Riwayat Immunisasi


NO Jenis immunisasi Waktu pemberian Reaksi setelah pemberian
1. BCG Usia 1 bulan Tidak ada keluhan
2. DPT (I,II,III) DPT I usia 2 bulan Demam
DPT II usia 3 bulan,
DPT III usia 4 bulan
3. Polio (I,II,III,IV) Polio I usia 1 bulan, Demam
Polio II usia 2 bulan,
Polio III usia 3 bulan,
Polio IV usia 4 bulan
4. Campak Usia 9 bulan Tidak ada keluhan
5. Hepatitis Usia 3 Tidak ada keluhan

KESIMPULAN : Imunisasi An. N lengkap

V. Riwayat Tumbuh Kembang


A. Pertumbuhan Fisik
1. Berat badan : 13 gram
2. Tinggi badan : 113 cm
3. Waktu tumbuh gigi 6/ bulan/ kurang
KESIMPULAN : Tidak ada kelainan dalam pertumbuhan An.N
B. Perkembangan Tiap tahap Usia anak saat

1. Berguling : 4/5 bulan


2. Duduk : 5 bulan
3. Merangkak : 7 bulan
4. Berdiri : 9 bulan
5. Berjalan : 1 tahun 2 bulan
6. Senyum kepada orang lain pertama kali : 6 bulan
7. Bicara pertama kali : 14 bulan
8. Berpakaian tanpa bantuan: 4 tahun
KESIMPULAN : Perkembangan tiap tahap pada An. Nsesuai dengan tingkat
perkembangan yang normal
VI. Riwayat Nutrisi
A. Pemberian ASI
1. Pertama kali disusui :………………………………………………
2. Cara pemberian : Setiap kali menangis terjadwal
,
3. Lama pemberian...................................tahun
B. Pemberian susu formula
1. Alasan pemberian : ASI tidak keluar
2. Jumlah pemberian : 3-4 botol susu
3. Carapemberian : dengan dot  , sendok
C. Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutrisi saatini
Usia Jenis Lama Pemberian
Nutrisi
1. 0 – 4 Bulan Susu formula sama pisang 4 tahun
Susu formula, makanan pendamping 6 bulan
2. 4 – 12 Bulan
seperti nasi bubur
3. Saat ini Nasi, sayur yang berkuah (seperti sayur 5 tahun
sup, bayam, soto, dll), lauk (seperti telur,
ayam, ikan), Buah (seperti pisang, pepaya,
melon, dll), air putih, susu kaleng

KESIMPULAN : Ibu klien mengatakan tida ada masalah dalam pemenuhan nutrisi An. N

VII. RiwayatPsikososial
¤ Apakah anak tinggal di:apartemen ,rumah sendiri  , kontrak
¤ Lingkungan berada di: kota  ,desa
, setengah kota
¤ Apakah rumah dekat: sekolah
, ada tempat
bermain
, punya kamar
tidur sendiri
¤ Apakah ada tangga yang bisa berbahaya ,Apakah anak punya ruang bermain
¤ Hubungan antar anggota keluarga; harmonis  ,berjauhan
¤ Pengasuh anak :Orangtua  ,Baby sister ,pembantu , nnenek/kakek

KESIMPULAN : Tidak terdapat masalah pada riwayat psikososial An. N

VIII. RiwayatSpiritual
¤ Support sistem dalam keluarga : ibu klien mengatakan support system dalam
keluarganya sangat baik selalu siberikan
kasih sayang untuk setiap anggota
keluarganya dan setiap masalah selalu
diselesaikan bersama
¤ Kegiatan keagamaan : ibu klien mengatakan setiap hari melaksanakan sholat 5
waktu walaupun jarang-jarang lalu An. N setiap sore
selalu mengikuti pengajian anak kecil didekat
rumahnya

KESIMPULAN : Dukungan keluarga Tn. A sangat baik dan tidak ada masalah
dalam kegiatan keagamaan
IX. Reaksi Hospitalisasi
A. Pengalaman keluarga tentang sakit dan rawatinap
- Mengapa ibu membawa anaknya ke RS:
- Apakah dokter menceritakan tentang kondisi anak:Ya ,tidak
- Bagaimana perasaan orang tua saat ini: , ,
takut 1Khawat , biasa
Cemas
ir
- Apakah orang tua akan selalu berkunjung: Ya
, kadang-kadang tidak
- Siapa yang akan tinggal dengan anak: Ayah ,
, bu
I , , Lain-
Kakak

lain KESIMPULAN:

B. Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap


- Mengapa keluarga/orang tua membawa kamu ke RS ?....................................................
-Menurut mu apa penyebab kamu sakit?...........................................................................
-Apakah dokter menceritakan keadaanmu?......................................................................
- Bagaimana rasanya dirawat di RS :bosan , Takut , Senang ,
Lain- lain
KESIMPULAN :

X. Aktivitas sehari-hari
A. Nutrisi
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Selera makan Ibu klien mengatakan selera makan Ibu An. A mengatakan selera makan
An. D baik An. D sedikit berkurang, dalam
sehari hanya makan 2 kali makan
Nasi, sayur yang berkuah, lauk ikan, itupun di paksa
telur ayam, Bubur, sayuran yang berkuah,

4 kali sehari 2 kali sehari


2. Menu makan
Tidak ada pantangan Tidak boleh jajan sembarangan
3. Frekuensi makan
Tidak ada pembatasan pola makan Ibu klien mengatakan An. D dibatasi
4. Makanan pantangan
untuk tidak jajan minuman es
An. D makan disuapi oleh ibunya
5. Pembatasan pola
makan Sebelum dan sesudah makan An. D
6. Cara makan membaca doa terlebih dahulu

7. Ritual saat makan


KESIMPULAN : adanya perubahan sedikit pada frekuensi dan nafsu makan An. D
B. Cairan
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Jenis minuman Air putih, sering minum es Air putih
Air putih : 5-6 gelas per hari Air putih : 3 gelas dan susu 1
2. Frekuensi minum
gelas

± 1,8 liter ± 600 ml dan susu 200 ml


3. Kebutuhan cairan
4. Cara pemenuhan Menggunakan gelas Menggunakan gelas

KESIMPULAN : Terdapat masalah pada pemenuhan cairan An. D karena hanya


sedikit mengkonsumsi air putih pada sebelum sakit

C. Eliminasi (BAB & BAK)


Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
BAB (Buang Air Besar ) :
1. Tempat pembuangan
kamar mandi+WC kamar mandi+WC
2. Frekuensi (waktu) 1-2 kali sehari pada pagi atau 1 kali sehari pada pagi atau
malam hari malam hari
3. Konsistensi Padat lunak Padat lunak
4. Kesulitan Tidak ada kesulitan dalam
Tidak ada kesulitan dalam BAB
BAB
5. Obat pencahar Tidak mengkonsumsi obat Tidak mengkonsumsi obat
pencahar pencahar

BAK (Buang Air Kecil):


1. Tempat pembuangan kamar mandi+WC kamar mandi + WC
2. Frekuensi 4-5 kali sehari 4-5 kali sehari
3. Warna dan Bau Kuning jernih dan bau khas Kuning dan bau khas urine
urine
4. Volume 150 cc 100 cc
5. Kesulitan Tidak ada kesulitan BAK Tidak ada kesulitan BAK
KESIMPULAN : Tidak terdapat masalah BAB dan BAK ada An. N
D. Istirahat tidur

Kondisi Sebelum sakit Sesudah sakit


1. Jam tidur
- Siang
- Malam 13.00-15.00 wib 12.00-15.00
2. Pola tidur 21.00-05.30 wib 19.30-05.00
3. Kebiasaan sebelum tidur
4. Kesulitan tidur Teratur Teratur
Membaca doa Membaca doa
Tidak ada kesulitan Suka kebangun malam hari
tidur dan rewel
KESIMPULAN : Terdapat masalah tidur pada An.N

E. Olahraga

Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit


1. Program olahraga Bermain bola dan lari-larian Tidak bermain
dengan teman dirumahnya
2. Jenis dan frekuensi Sepak bola pada sore hari Tidak bermain

3. Kondisi setelah olah An. D terlihat senang dan tetap An. D tampak lemas dan tidak
raga aktif saat bermain dengan bermain dengan temannya
temannya
KESIMPULAN : An. D saat sakit tidak bermain diluar rumah hanya bermain didalam rumah
dengan ibunya
F.Personal Hygiene
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Mandi
Sudah bisa mandi sendiri Di lap-lap oleh ibunya
- Cara
- Frekuensi 2 kali sehari 2 kali sehari
Sabun, shampo, sikat gigi dan Sabun, sikat gigi, pasta gigi
- Alat mandi
pasta gigi

2. Cuci rambut
- Frekuensi 2 kali sehari 1 kali sehari
Sudah dapat keramas sendiri Dibantu oleh ibunya
- Cara
3. Gunting kuku
1 minggu sekali 1 minggu sekali
- Frekuensi
- Cara Dibantu oleh ibunya Dibantu oleh ibunya
4. Gosok gigi
- Frekuensi 2 kali sehari 2 kali sehari
Sudah bisa sikat gigi sendiri Dibantu dengan ibunya
- Cara

KESIMPULAN : tidak ada masalah perosonal hygiene pada An. D hanya saja saat sakit
lebih banyak dibantu oleh ibunya
G. Aktifitas/Mobilitas Fisik
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Kegiatan sehari-hari Setelah bangun tidur An. D Setelah bangun tidur An.D
mandi untuk siap-siap sarapan, lalu setelah sarapan
bersekolah, lalu setelah pulang An. D menonton Tv atau
sekolah An. D bermain dengan bermain game didalam rumah,
temannya+maen game jika dan tidak mengikuti pengajian
sudah sore hari An. D akan sore karena sakit.
mengaji di dekat rumahnya

Tidak ada

Tidak menggunakan alat bantu Tidak ada


2. Pengaturan jadwal harian apapun
Tidak menggunakan alat
Tidak mengalami kesulitan bantu apapun
3. Penggunaan alat Bantu
bergerak
aktifitas
Tidak mengalami kesulitan
4. Kesulitan pergerakan tubuh bergerak

KESIMPULAN : terdapat perubahan pada pola aktivitas sehari-hari An. D pada saat sakit

H. Rekreasi
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Perasaan saat sekolah Senang Tidak terlalu bersemangat
2. Waktu luang
Bermain, menonton tv atau Menonton tv atau menonton
maen game di hp youtube di hp

Lebih happy
3. Perasaan setelah Belum rekreasi saat sakit
rekreasi
Menonton tv atau makan
4. Waktu senggang klg bersama Menonton tv atau makan
bersama
Jalan-jalan sore
5. Kegiatan hari libur
Dirumah saja

KESIMPULAN : tidah ada masalah pada tahap rekreasi An. D

XI. PemeriksaanFisik
A. Keadaan umum klien
Baik ,Lemah  , Sakit berat

B. Tanda-tanda vital
= Suhu : 38,5oC
= Nadi : 90 x/menit
=Respirasi : 20 x/menit
= Tekanan darah : 90/60 mmHg
KESIMPULAN : adanya peningkatan suhu pada An. N
C. Antropometri
=Tinggi Badan 113
=Berat Badan : 13kg
= Lingkar lengan atas : 17 cm
=Lingkar kepala : 48 cm
=Lingkar dada : 53 cm
=Lingkar perut : 55 cm
= Skinfold : tidak dapat dikaji karena keterbatasan alat
KESIMPULAN: tidak ada masalah pada antropometri pada An. D

D.Sistem pernapasan
= Hidung: simetris , pernapasan cuping hidung secret polip
epistaksis
= Leher : pembesaran  ,tumor
kelenjar
= Dada
¤ Bentuk dada normal 
,barrel , pigeonchest
¤ Perbandingan ukuran AP dengan transversal………………
¤ Gerakan dada : simetris
 ,terdapat retraksi , otot Bantu pernapasan
¤ Suara napas:VF
,Ronchi ,Wheezing , Stridor ,Rales
= Apakah ada Clubbing finger

KESIMPULAN : tidak ada masalah pada sistem pernafasan

E. Sistem CardioVaskuler
= Conjunctiva anemia/tidak, bibir pucat/cyanosis , arteri carotis :
kuat/lemah Tekanan vena jugularis : meninggi/tidak
= Ukuran jantung : 
, membesar , IC/apex
Normal

= Suara jantung : S1
, S2  , Bising aorta , Murmur , gallop

= Capillary Refilling Time < 3 detik


KESIMPULAN : tidak terdapat masalah pada sistem kardiovaskuler
F. Sistem Pencernaan
= Sklera : Ikterus/tidak, bibir : lembab , kering,  pecah-pecah
labio skizis
= Mulut :Stomatitis , palatoskizis Jml gigi , Kemampuan menelan :baik
/sulit
=Gaster: kembung , nyeri ,gerakan peristaltic
= Abdomen : Hati: teraba , lien , ginjal ,faeces
=Anus: lecet
haemoroid
KESIMPULAN : Tidak ada masalah pada sistem
pencernaan An. N

G. Sistem indra
1. Mata
- Kelopak mata  
 , bulu mata ,alis
- Visus (gunakan Snellenchard) tidak dapat dikaji karena keterbatasan alat
- Lapang pandang baik
2. Hidung

- Penciuman ,perih dihidung ,trauma ,mimisan
- Sekret yang menghalangi penciuman
3. Telinga
- Keadaan daun telinga  , kanal auditoris: bersih ,serumen
- Fungsi pendengaran: Terdengar sama antara telinga kanan dan

kiri KESIMPULAN : Tidak ada masalah pada telinga An. N

H. Sistem saraf
1. Fungsi cerebral
a. Status mental : Oreintasi baik, daya ingat baik, perhatian &
perhitungan untuk perhatian An. A gampang teralihkan dengan hal
lain & untuk perhitungan An. A mampu berhitung hitungan dasar
Bahasa menggunakan bahasa indonesia
b. Kesadaran : Eyes 4 , Motorik 5, Verbal 6 , dengan GCS 15
c. Bicara ekspresif sesuai ,Resiptive baik
2. Fungsi cranial
a. N I, normal dapat mencium bau
b. N II : Visus tidak dapat dikaji karena keterbatasan awal , lapang pandang
penglihatan normal
c. N III, IV, VI : Gerakan bola mata : normal dapat menggerakan kedua bola mata
sesuai arahan, pupil : isoskor ,anisokor
d. N V : Sensorik : dapat merasakan sentuhan pada wajah, Motorik : gerakan
sekitar wajah baik
e. N VII : Sensorik : dapat merasakan yang diberikan pada lidah, otonom : mampu
tersenyum ,motorik : ekspresi wajah baik
f. N VIII : Pendengaran : normal, keseimbangan : baik dapat menjaga
keseimbangan penuh
g. N IX : dapat membedakan rasa manis dan asam
h. N X : Gerakan uvula : normal, rangsang muntah/menelan : baik
i. N XI : Sternocledomastoideus : normal, trapesius : normal dapat menggerakan bahu
j. N XII : Gerakan lidah : normal, dapat menggerakan lidah kekanan dan kiri
3. Fungsi motorik : Massa otot - ,tonus otot - , kekuatan otot : baik
4. Fungsi sensorik : Suhu 38oC, Nyeri : tidak ada , getaran : tidak ada, posisi ,diskriminasi
: tidak ada
5. Fungsi cerebellum : Koordinasi : normal, keseimbangan : baik
6. Refleks : Bisep : normal , trisep : normal, patella : normal ,babinski : normal
7. Iritasi meningen : Kaku kuduk : tidak ada, laseque sign : tidak ada, Brudzinki I/II :
tidak ada kelainan

KESIMPULAN: Normal, tidak ada kelainan

I. Sistem Muskulo Skeletal


1. Kepala : Bentuk kepala : lonjong, gerakan : baik
2. Vertebrae:Scoliosis , Lordosis , kyposis , gerakan,  ROM ,
Fungsi gerak 
3. Pelvis : Gaya jalan normal tidak ada kelainan terkait gaya berjalan ,gerakan : normal ,
ROM dapat dilakukan secara aktif, Trendelberg test tidak terkaji ,Ortolani/Barlow :
tidak ada kelainan
4. Lutut : Bengkak tidak, kaku tidak, gerakan normal tidak ada kelainan,
Mc Murray test tidak ada kelainan, Ballotement test : tidak ada kelainan

5. Kaki : bengkak tidak, gerakan normal, kemampuan jalan


tidak ada kelainan, tanda tarikan baik
6. Tangan : bengkak tidak, gerakan normal tidak ada kelainan, ROM dapat dilakukan
secara aktif

KESIMPULAN : Tidak ada masalah pada sistem muskuloskeletal

J. Sistem Integumen
= Rambut : Warna hitam , tidak mudah dicabut
= Kulit : wara cokelat, temperatur 38oC, kelembaban baik, bulu kulit halus, erupsi tidak ada, tahi
lalat ada, ruam tidak ada, tekstur halus
= Kuku : warna merah muda, permukaan kuku halus, tidak mudah patah, kebersihan baik (kuku
terawat)

KESIMPULAN : Terdapat peningkatan suhu tubh pada An. D

K. Sistem Endokrin
= Kelenjar thyroid : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
= Ekskresi urine berlebihan tidak ada, poldipsi tidak ada, poliphagi tidak ada
= Suhu tubuh yang tidak seimbang, terdapat keringat berlebihan
= Riwayat bekas air seni dikelilingi semut tidak ada

KESIMPULAN : terdapat sedikit masalah pada sistem endokrin An. N

L. Sistem Perkemihan
=Oedema palpebra tidak ada, moonface tidak ada, oedema anasarka tidak ada
= Keadaan kandung kemih kosong
=Nocturia tidak ada, dysuria tidak ada, kencing batu tidak ada

KESIMPULAN : tidak terdapat masalah pada sistem perkemihan An. N

M. Sistem Reproduksi
1. Wanita
- Payu dara: Putting ,aerolamammae ,besar
- Labia mayora & minorabersih ,secret ,bau
2. Laki-laki
- Keadaan gland penis normal dan bersih, uretra tidak ada penyumbatan, kebersihan baik
- Testis tidak ada benjolan dan tidak ada nyeri tekan
- Pertumbuhan rambut : belum ada kumis, janggut dan rambut ketiak
- Pertumbuhan jakun : belum ada pertumbuhan jakun, dan belum ada perubahan suara
KESIMPULAN : tidak ada masalah pada sistem reproduksi An.N
N. Sistem Imun
= Alergi (cuca, debu, bulu binatang, zat kimia)
= Penyakit yang berhubungan dengan perubahan cuaca: Ibu klien mengatakan
anaknya mengalami sakit yang berhubungan dengan perubahan cuaca
KESIMPULAN : Terdapat masalah pada sistem imun An. D

XI. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan

UMUR GERAKAN KASAR GERAKAN HALUS KOMUNITAS SOSIAL &


BERBICARA KEMANDIRIAN
1 bulan Tangan & kaki bergerak aktif Kepala menoleh ke samping kiri Bereaksi terhadap Menatap wajah ibu /
& kanan Bunyi pengasuh
2 bulan Mengankat kepala ketika Bersuara Tersenyum sopan
Terkurap Ooo .Ooo / ooo…ooo
3 bulan Kepala tegak ketika Memegang mainan Tertawa/berteriak Memandang tanganya
Didudukan
4 bulan Tengkurap-terlentang sendiri
5 bulan Meraih, menggapai Menoleh ke suara Meraih mainan
6 bulan Duduk tanpa berpegangan Masukan benda kemulut
7 bulan Mengambil dengan tangan kanan Bersuara ma..ma
& kiri da..da
8 bulan Berdiri berpegangan Bersuara ma..ma
da..da
9 bulan Menjepit Memanggil mama papa Melambaikan tangan
10 bulan Memukul mainan dengan kedua Bertepuk tangan
tangan
11 bulan Memanggil mama papa Menunjuk dan meminta
12 bulan Berdiri tanpa berpegangan Memasukan mainan ke cangkir Bermain dengan orang
lain
15 bulan Berjalan Mencoret-coret Berbicara 2 kata Minum dari gelas
1,5 tahun Lari, naik tangga Menumpuk 2 kubus Berbicara beberapa Memakai sendok dan
kata menyuapi boneka
2 tahun Menendang bola Menumpuk 4 kubus Menunjuk 1 gambar Menyikat gigi,melepas
dan memakai pakaian
2,5 tahun Melompat Menunjuk bagian 6 Mencuci dan mengerikan
tubuh tangan
3 tahun Menumpuk 8 kubus Menyebut 4 gamabar Menyebut nama teman
3,5 tahun Berdiri satu kaki 3 detik Menggoyangkan ibu jari Memakai baju kaos
4 tahun Menggambar lingkaran Memakai baju tanpa
dibantu
4,5 tahun Menggambar manusia Bermain kartu,menyikat
(kepala,badan,kaki,tangan) gigi tanpa dibantu
5 tahun Berdiri satu kaki 5 detik Menghitung kubus Mengambil makanan
sendiri

KESIMPULAN :
XII. SKRINING GIZI ANAK (Berdasarkan metode strong kids)
( lingkari skor sesuai dengan jawaban , total skor adalah jumlah skor yang dilingkari)

NO Parameter Skor
1 Apakah pasien tampak kurus ?
a Tidak 0
b Ya 1
Apakah terdapat penyakit atau keadaan berikut yang mengakibatkan pasien beresikomengalami malnutrisi ?
 Diare kronik (lebih dari 2minggu)  Kelainan anatomi daerah mulut yang
 Penyakit jantungbawaan menyebabkan kesulitan makan (missal :
 Infeksi Human Immunodeficiency Virus(HIV) bibirsumbing)
 Kanker  Trauma
 Penyakit hatikronik  Kelainan metabolicbawaan
 Penyakit ginjalkronik  Retardasimental
2  TBParu  Keterlambatanperkembangan
 Luka bakar luas  Rencana / paska operasi mayor (missal :
 Lain – lain (berdasarkan pertimbangan dokter) laparotomi, Torakotomi)
 TerpasangStoma

a. Tidak 0
b. Ya 2
Apakah terdapat salah satu dari kondisi berikut ?
 Diaree z 5 kali / hari dan atau muntah > 3kali/hari dalam semingguterakhir
3
 Asupan makanan berkurangselama1mingguterakhir
a Tidak
b Ya
Apakah terdapat penurunan berat badan atau tidak ada penambahanberat badan ( bayi <1tahun) selamaeberapa
4 minggu/bulan
a Tidak 0
b Ya 1

Total skor 1
Hasil total Skor
0 : berisiko rendah, ulangi skrining setiap7 hari
1-3 : berisiko menengah, dirujuk ke tim Terapi Gizi, Monitor asupan makanan setiap 3
hari 4-5 : berisiko tinggi, dirujuk ke tim terapi Gizi ,Monitor asupan makanan setiap hari
Sudah dilaporkan ke Tim Terapi Gizi
: () Tidak (-), Ya, tanggal & jam
KESIMPULAN : Terdapat masalah pada status gizi An. N
XIII. Test Diagnostik
= Laboratorium
= Foto Rotgen
= CT scan
= MRI, USG, EEG, ECG, dll

IV. Terapi saat ini (ditulis dengan rinci)


No Analisa Data Diagnosa keperawatan
1. Ds Hipertermi D: 0130
- Ibu klien mengakatan anaknya Kategorik: Lingkungan
demam Subkategorik: Keamanan Dan Proteksi
- Ibu klien mengakatan tidak mau
makan karna mulutnya pahit
- Ibu klien mengakatan anaknya
selama sakit kurang minum air
putih
Do
- Suhu 38oc
- Anak N tampak lemas dan pucat
mukosa bibir kering
2. Ds Kesiapan peninkatan nutrisi D: 0026
- Ibu klien mengakatan anaknya Kategorik : Fisiologis
tidak mau makan karna mulutnya Subkategorik : Nutrisi dan cairan
pahit
- Ibu klien mengkatan rasa sakit
hanya makan 2 hari sekali tetapi
hanya 2 suap saja
Ds
- Anak N tampak pucat dan lemas
suhu 38 oc
3. Ds Gangguan pola tidur D: 0055
- Ibu klien mengakatan anaknya Kategorik: fisiologi
sulit tidur pada malam hari Subkategorik: aktivitas/ istirahat
- Ibu klien mengkatan anaknya
rewel dan gelisah pada malam hari
Do
- Tampak lemas dan pucat dan suhu
38 oc
Intervensi Keperawatan

SDKI SLKI SIKI

Hipertermi D: 0130 Telmoregulasi L 14134 Manajemen Demam I 03099


Kategorik:  Pucat 2-4 Observasi
Lingkungan  Takikardi 2-4  Monitor tanda tanda vital (mis, suhu
Subkategorik:  Suhutubuh 2-4 tubuh, frekuensi nadi, frekuensi
Keamanan Dan  Suhukulit 2-4 napas dan tekanan darah
Proteksi  Monitor intake dan output cairan
 Menitor komplikasi akibat demam
(mis, kejang, penurunan kesadaran,
kadar elektrolit abnormal,
ketidakseimbangan asam basah
,aritmia)
Terapeutik
 Tutupi badan dengan selimut/
pakaian dengan tepat (mis, selimut/
pakaian tebal saat merasa dingin dan
selimut/ pakaian tipis saat merasa
panas)
 Lakukan tepid sponge, jika perlu
 Pemberian Kompres Aloe Vera
selama 15 menit. Jurnal Penelitian
Keperawatan Medik. Vol. 3 No. 1
Oktober 2020

Edukasi
 Ajarkan tirah berbaring

Kesiapan peninkatan Status Nutrisi L: 03030 Edukasi pemberian makanan pada anak
nutrisi D: 0026  Pengetahuan tentang I.12403
Kategorik : Fisiologis pengetahuan makanan Observasi
Subkategorik : Nutrisi yang sehat 2-4  Indifikasi pemahaman orang
dan cairan  Penyiapan danpenyiapan tua/keluarga tentang pemlihan jenis
makanan yang aman 2-4 makanan sehat yang sesuai usia
 Nafsu makan 2-4 Terapeutik
 Sediakan materi dan media
pendidikan kesehatan
Edukasi
 Jelaskan pentingnya lingkungan
yang kondusif pada saat pemberian
makanan
 Ajarkan orang tua memilih bahan
makanan yang sehat
sesuiankebutuhan
Gangguan pola tidur Pola tidur L.05045 Terapi relaksasi otot progresif I.05187
D: 0055  Keluhan sulit tidur 2-4 Observasi
Kategorik: fisiologi  Keluhan istirahat tidak  Indifikasi tempat yang tenang dan
Subkategorik: cukup 2-4 nyaman
aktivitas/ istirahat  Keluhan tidak puas tidur Teraupetik
2-4  Berikan posisi bersandar pada kursi
atau posisi lainnya yang nyaman
 Terapi Sleep Hygiene untuk
meningkatkan kualitas tidur. Jurnal
Keperawatan. Vol 6. No. 1. Januari
2015.
Edukasi
 Ajurkan memakaian yang nyaman
dan tidak sempit
 Ajurkan melakukan otot rahang

Implementasi Keperawatan
(Hari Ke-1)
Tgl/Hari Dx. Kep. Implementasi Evaluasi Paraf
Senin, Hipertermi D: Manajemen Demam I S: qhr
18/01/202 0130 03099 - Ibu klien mengakatan
1 Kategorik: Observasi anaknya demam
Lingkungan  Memonitor tanda tanda - Ibu klien mengakatan
Subkategorik: vital (mis, suhu tubuh, tidak mau makan karna
Keamanan Dan frekuensi nadi, frekuensi mulutnya pahit
Proteksi napas dan tekanan darah - Ibu klien mengakatan
 Memonitor intake dan anaknya selama sakit
output cairan kurang minum air putih
 Memonitor komplikasi O:
o
akibat demam (mis, - Suhu 38 C
kejang, penurunan
kesadaran, kadar - Anak N tampak lemas
elektrolit abnormal, dan pucat mukosa bibir
ketidakseimbangan kering
asam basah ,aritmia) A: Masalah teratasi
Terapeutik sebagian
 Menutupi badan dengan P : Lanjutkan intervensi
selimut/ pakaian dengan Observasi
tepat (mis, selimut/  Memonitor tanda tanda
pakaian tebal saat vital (mis, suhu tubuh,
merasa dingin dan frekuensi nadi, frekuensi
selimut/ pakaian tipis napas dan tekanan darah
saat merasa panas)  Memonitor intake dan
 Melakukan tepid output cairan
sponge, jika perlu Terapeutik
 Pemberian Kompres  Menutupi badan dengan
Aloe Vera selama 15 selimut/ pakaian dengan
menit. Jurnal Penelitian tepat (mis, selimut/
Keperawatan Medik. pakaian tebal saat
Vol. 3 No. 1 Oktober merasa dingin dan
2020 selimut/ pakaian tipis
Edukasi saat merasa panas)
 Mengajarkan tirah  Pemberian Kompres
berbaring Aloe Vera selama 15
menit. Jurnal Penelitian
Keperawatan Medik.
Vol. 3 No. 1 Oktober
2020
Edukasi
 Mengajarkan tirah
berbaring

Senin, Kesiapan Edukasi pemberian S: qhr


18/01/202 peninkatan nutrisi makanan pada anak - Ibu klien mengakatan
1 D: 0026 I.12403 anaknya tidak mau
Kategorik : Observasi makan karna mulutnya
Fisiologis  Mengindifikasi pahit
Subkategorik : pemahaman orang - Ibu klien mengkatan rasa
Nutrisi dan cairan tua/keluarga sakit hanya makan 2 hari
tentang pemlihan sekali tetapi hanya 2
suap
saja
jenis makanan sehat O:
yang sesuai usia - Anak N tampak pucat
Terapeutik dan lemas suhu 38 oC
 Mensediakan A: Masalah teratasi
materi dan media sebagian
pendidikan P: Lanjutkan intervensi
kesehatan Observasi
Edukasi  Mengindifikasi
 Menjelaskan pemahaman orang
pentingnya tua/keluarga tentang
lingkungan yang pemlihan jenis makanan
kondusif pada saat sehat yang sesuai usia
pemberian Terapeutik
makanan  Mensediakan materi dan
 Mengajarkan orang media pendidikan
tua memilih bahan kesehatan
makanan yang Edukasi
sehat  Mengajarkan orang tua
sesuiankebutuhan memilih bahan makanan
yang sehat sesuia
kebutuhan
Senin, Gangguan pola Terapi relaksasi otot S: qhr
18/01/202 tidur D: 0055 progresif I.05187 - Ibu klien mengakatan
1 Kategorik: Observasi anaknya sulit tidur pada
fisiologi  Mengindifikasi malam hari
Subkategorik: tempat yang tenang - Ibu klien mengkatan
aktivitas/ istirahat dan nyaman anaknya rewel dan
Teraupetik gelisah pada malam hari
 Memberikan posisi O:
bersandar pada - Tampak lemas dan pucat
kursi atau posisi dan suhu 38oC
lainnya yang A: Masalah teratasi
nyaman sebagian
 Terapi Sleep P: Lanjutkan intervensi
Hygiene untuk Observasi
meningkatkan  Mengindifikasi tempat
kualitas tidur. yang tenang dan nyaman
Jurnal Teraupetik
Keperawatan. Vol  Terapi Sleep Hygiene
untuk meningkatkan
6. No. 1. Januari kualitas tidur. Jurnal
2015. Keperawatan. Vol 6. No.
1. Januari 2015.
Edukasi Edukasi
 Mengajurkan  Mengajurkan
memakaian yang memakaian yang
nyaman dan tidak nyaman dan tidak sempit
sempit
 Mengajurkan
melakukan otot
rahang

(Hari Ke-2)
Tgl/Hari Dx. Kep. Implementasi Evaluasi Paraf
Selasa, Hipertermi D: Manajemen Demam I S: qhr
19/01/202 0130 03099 - Ibu klien mengakatan
1 Kategorik: Observasi anaknya demamnya
Lingkungan  Memonitor tanda tanda sudah menurun 37,5 oc
Subkategorik: vital (mis, suhu tubuh, - Ibu klien mengakatan
Keamanan Dan frekuensi nadi, frekuensi nafsu makannya masih
Proteksi napas dan tekanan darah berkurang
 Memonitor intake dan - Ibu klien mengakatan
output cairan anaknya selama sakit
Terapeutik kurang minum air putih
 Menutupi badan dengan O:
selimut/ pakaian dengan - Suhu 37,5 oc
tepat (mis, selimut/ - Anak N tampak lemas
pakaian tebal saat dan pucat mukosa bibir
merasa dingin dan sudah tidak kering
selimut/ pakaian tipis A: Masalah teratasi
saat merasa panas) sebagian
 Pemberian Kompres P : Lanjutkan intervensi
Aloe Vera selama 15 Observasi
menit. Jurnal Penelitian  Memonitor tanda tanda
Keperawatan Medik. vital (mis, suhu tubuh,
Vol. 3 No. 1 Oktober frekuensi nadi, frekuensi
2020 napas dan tekanan darah
Edukasi  Memonitor intake dan
output cairan
 Mengajarkan tirah Terapeutik
berbaring  Menutupi badan dengan
selimut/ pakaian dengan
tepat (mis, selimut/
pakaian tebal saat
merasa dingin dan
selimut/ pakaian tipis
saat merasa panas)
 Pemberian Kompres
Aloe Vera selama 15
menit. Jurnal Penelitian
Keperawatan Medik.
Vol. 3 No. 1 Oktober
2020
Edukasi
 Mengajarkan tirah
berbaring

Selasa, Kesiapan Edukasi pemberian S: qhr


19/01/202 peninkatan nutrisi makanan pada anak - Ibu klien mengakatan
1 D: 0026 I.12403 anaknya masih tidak
Kategorik : Observasi makan karna mulutnya
Fisiologis  Mengindifikasi pahit
Subkategorik : pemahaman orang - Ibu klien mengkatan saat
Nutrisi dan cairan tua/keluarga sakit hanya makan 2 hari
tentang pemlihan sekali tetapi sudah 3-4
jenis makanan suap
sehat yang sesuai O:
usia - Anak N tampak pucat
Terapeutik dan lemas suhu 37,5oC
 Mensediakan A: Masalah teratasi
materi dan media sebagian
pendidikan P: Lanjutkan intervensi
kesehatan Observasi
Edukasi  Mengindifikasi
 Mengajarkan orang pemahaman orang
tua memilih bahan tua/keluarga tentang
makanan yang pemlihan jenis makanan
sehat sesuai sehat yang sesuai usia
kebutuhan Edukasi
 Mengajarkan orang tua
memilih bahan makanan
yang sehat sesuia
kebutuhan
Selasa, Gangguan pola Terapi relaksasi otot S: qhr
19/01/202 tidur D: 0055 progresif I.05187 - Ibu klien mengakatan
1 anaknya sudah tidak sulit
Kategorik: Observasi saat tidur malam hari
fisiologi  Mengindifikasi - Ibu klien mengkatan
Subkategorik: tempat yang tenang anaknya sudah tidak
aktivitas/ istirahat dan nyaman rewel dan gelisah pada
Teraupetik
malam hari
 Terapi Sleep O:
Hygiene untuk
- Tampak lemas dan suhu
meningkatkan
37,5oC
kualitas tidur.
A: Masalah teratasi
Jurnal
sebagian
Keperawatan. Vol
P: Lanjutkan intervensi
6. No. 1. Januari
2015. Observasi
 Mengindifikasi tempat
Edukasi yang tenang dan nyaman
 Mengajurkan Teraupetik
memakaian yang  Terapi Sleep Hygiene
nyaman dan tidak untuk meningkatkan
sempit kualitas tidur. Jurnal
Keperawatan. Vol 6. No.
1. Januari 2015.

(Hari Ke-3)
Tgl/Hari Dx. Kep. Implementasi Evaluasi Paraf
Rabu, Hipertermi D: Manajemen Demam I S: qhr
20/01/202 0130 03099 - Ibu klien mengakatan
1 Kategorik: Observasi anaknya demamnya
Lingkungan  Memonitor tanda tanda sudah menurun 37,5 oc
Subkategorik: vital (mis, suhu tubuh, - Ibu klien mengakatan
Keamanan Dan frekuensi nadi, frekuensi nafsu makannya masih
Proteksi napas dan tekanan darah berkurang
 Memonitor intake dan - Ibu klien mengakatan
output cairan anaknya selama sakit
Terapeutik kurang minum air putih
 Menutupi badan dengan O:
selimut/ pakaian dengan - Suhu 37,5 oc
tepat (mis, selimut/ - Anak N tampak lemas
pakaian tebal saat dan pucat mukosa bibir
merasa dingin dan sudah tidak kering
selimut/ pakaian tipis A: Masalah teratasi
saat merasa panas) sebagian
 Pemberian Kompres P : Lanjutkan intervensi
Aloe Vera selama 15 Observasi
menit. Jurnal Penelitian  Memonitor tanda tanda
Keperawatan Medik. vital (mis, suhu tubuh,
Vol. 3 No. 1 Oktober frekuensi nadi, frekuensi
2020 napas dan tekanan darah
Edukasi  Memonitor intake dan
 Mengajarkan tirah output cairan
berbaring Terapeutik
 Menutupi badan dengan
selimut/ pakaian dengan
tepat (mis, selimut/
pakaian tebal saat
merasa dingin dan
selimut/ pakaian tipis
saat merasa panas)
 Pemberian Kompres
Aloe Vera selama 15
menit. Jurnal Penelitian
Keperawatan Medik.
Vol. 3 No. 1 Oktober
2020
Edukasi
 Mengajarkan tirah
berbaring

Rabu, Kesiapan Edukasi pemberian S: qhr


20/01/202 peninkatan nutrisi makanan pada anak - Ibu klien mengakatan
1 D: 0026 I.12403 anaknya masih tidak
Observasi
Kategorik :  Mengindifikasi makan karna mulutnya
Fisiologis pemahaman orang pahit
Subkategorik : tua/keluarga - Ibu klien mengkatan saat
Nutrisi dan cairan tentang pemlihan sakit hanya makan 2 hari
jenis makanan sekali tetapi sudah 4-6
sehat yang sesuai suap
usia O:
Edukasi - Anak N tampak pucat
 Mengajarkan orang dan lemas suhu 37,5oC
tua memilih bahan A: Masalah teratasi
makanan yang sebagian
sehat P: Lanjutkan intervensi
sesuiankebutuhan Observasi
 Mengindifikasi
pemahaman orang
tua/keluarga tentang
pemlihan jenis makanan
sehat yang sesuai usia
Edukasi
 Mengajarkan orang tua
memilih bahan makanan
yang sehat
sesuiankebutuhan
Rabu, Gangguan pola Terapi relaksasi otot S: qhr
20/01/202 tidur D: 0055 progresif I.05187 - Ibu klien mengakatan
1 Kategorik: Observasi anaknya sudah tidak sulit
fisiologi  Mengindifikasi saat tidur malam hari
Subkategorik: tempat yang tenang - Ibu klien mengkatan
aktivitas/ istirahat dan nyaman anaknya sudah tidak
Teraupetik rewel dan gelisah pada
 Terapi Sleep malam hari
Hygiene untuk O:
meningkatkan - Tampak lemas dan suhu
kualitas tidur. 37,5oC
Jurnal A: Masalah teratasi
Keperawatan. Vol sebagian
6. No. 1. Januari P: Lanjutkan intervensi
2015. Observasi
 Mengindifikasi tempat
yang tenang dan nyaman
Teraupetik
 Terapi Sleep Hygiene
untuk meningkatkan
kualitas tidur. Jurnal
Keperawatan. Vol 6. No.
1. Januari 2015.

(HARI Ke 4)
Tgl/Hari Dx. Kep. Implementasi Evaluasi Paraf
Kamis, Hipertermi D: Manajemen Demam I S: qhr
21/01/2021 0130 03099 - Ibu klien mengakatan
Kategorik: Observasi anaknya sudah tidak
Lingkungan  Memonitor tanda tanda demam
Subkategorik: vital (mis, suhu tubuh, - Ibu klien mengakatan
Keamanan Dan frekuensi nadi, frekuensi nafsu makannya masih
Proteksi napas dan tekanan darah berkurang
 Memonitor intake dan - Ibu klien mengakatan
output cairan anaknya sudah banyak
Terapeutik minum air putih
 Menutupi badan dengan O:
selimut/ pakaian dengan - Suhu 36,8 oc
tepat (mis, selimut/ - Anak N sudah tidak
pakaian tebal saat lemas dan sudah dapat
merasa dingin dan bermain sama temannya
selimut/ pakaian tipis A: Masalah teratasi
saat merasa panas) P : Hentikan intervensi
 Pemberian Kompres
Aloe Vera selama 15
menit. Jurnal Penelitian
Keperawatan Medik.
Vol. 3 No. 1 Oktober
2020
Edukasi
 Mengajarkan tirah
berbaring
Kamis, Kesiapan Edukasi pemberian S: qhr
10/12/2020 peninkatan nutrisi makanan pada anak - Ibu klien mengakatan
D: 0026 I.12403 anaknya sudah mau
Kategorik : Observasi makan tetapi dalam porsi
Fisiologis  Mengindifikasi sedikit
Subkategorik : pemahaman orang - Ibu klien mengkatan
Nutrisi dan cairan tua/keluarga napsu makan anaknya
tentang pemlihan sudah meningkat (6-8)
jenis makanan suap
sehat yang sesuai O:
usia - Anak N sudah dapat
Edukasi bermain bersama
 Mengajarkan orang temannya
tua memilih bahan - Suhu 36,8oC
makanan yang A: Masalah teratasi
sehat sebagian
sesuiankebutuhan P: Lanjutkan intervensi
Observasi
 Mengindifikasi
pemahaman orang
tua/keluarga tentang
pemlihan jenis makanan
sehat yang sesuai usia
Edukasi
 Mengajarkan orang tua
memilih bahan makanan
yang sehat sesuia
kebutuhan
Kamis, Gangguan pola Terapi relaksasi otot S: qhr
21/01/2021 tidur D: 0055 progresif I.05187 - Ibu klien mengakatan
Kategorik: Observasi anaknya tidur sudah
fisiologi  Mengindifikasi nyenyak
Subkategorik: tempat yang tenang - Ibu klien mengkatan
aktivitas/ istirahat dan nyaman anaknya sudah tidak
Teraupetik rewel dan gelisah pada
 Terapi Sleep malam hari
Hygiene untuk O:
meningkatkan - Tampak lemas dan suhu
kualitas tidur. 36,8, oC
Jurnal A: Masalah teratasi
Keperawatan. Vol P: Hentikan intervensi
6. No. 1. Januari Observasi
2015.  Mengindifikasi tempat
yang tenang dan nyaman
Teraupetik
 Terapi Sleep Hygiene
untuk meningkatkan
kualitas tidur. Jurnal
Keperawatan. Vol 6. No.
1. Januari 2015.

(Hari Ke 5)
Tgl/Hari Dx. Kep. Implementasi Evaluasi Paraf
Jumat, Hipertermi D: Manajemen Demam I S: qhr
22/02/2021 0130 03099 - Ibu klien mengakatan
Kategorik: Observasi anaknya sudah tidak
Lingkungan  Memonitor tanda tanda demam
Subkategorik: vital (mis, suhu tubuh, - Ibu klien mengakatan
Keamanan Dan frekuensi nadi, frekuensi nafsu makannya masih
Proteksi napas dan tekanan darah berkurang
 Memonitor intake dan - Ibu klien mengakatan
output cairan anaknya sudah banyak
Terapeutik minum air putih
 Menutupi badan dengan O:
selimut/ pakaian dengan - Suhu 36,8 oC
tepat (mis, selimut/ - Anak N sudah tidak
pakaian tebal saat lemas dan sudah dapat
merasa dingin dan bermain sama temannya
selimut/ pakaian tipis A: Masalah teratasi
saat merasa panas) P : Hentikan intervensi
 Pemberian Kompres
Aloe Vera selama 15
menit. Jurnal Penelitian
Keperawatan Medik.
Vol. 3 No. 1 Oktober
2020
Edukasi
 Mengajarkan tirah
berbaring

Jumat, Kesiapan Edukasi pemberian S: qhr


22/01/2021 peninkatan nutrisi makanan pada anak - Ibu klien mengakatan
D: 0026 I.12403 anaknya sudah mau
Kategorik : Observasi makan tetapi dalam porsi
Fisiologis  Mengindifikasi sedikit
Subkategorik : pemahaman orang - Ibu klien mengkatan
Nutrisi dan cairan tua/keluarga napsu makan anaknya
tentang pemlihan sudah meningkat (8-10)
jenis makanan suap
sehat yang sesuai O:
usia - An. N sudah dapat
Edukasi bermain bersama
 Mengajarkan orang temannya
tua memilih bahan - Suhu 36,8oC
makanan yang A: Masalah teratasi
sehat sebagian
sesuiankebutuhan P: Hentikan intervensi
Observasi
 Mengindifikasi
pemahaman orang
tua/keluarga tentang
pemlihan jenis makanan
sehat yang sesuai usia
Edukasi
 Mengajarkan orang tua
memilih bahan makanan
yang sehat sesuia
kebutuhan
Jumat, Gangguan pola Terapi relaksasi otot S: qhr
22/01/2021 tidur D: 0055 progresif I.05187 - Ibu klien mengakatan
Kategorik: Observasi anaknya tidur sudah
fisiologi  Mengindifikasi nyenyak
Subkategorik: tempat yang tenang - Ibu klien mengkatan
aktivitas/ istirahat dan nyaman anaknya sudah tidak
Teraupetik rewel dan gelisah pada
malam hari
 Terapi Sleep O:
Hygiene untuk - Tampak lemas dan suhu
meningkatkan 36,8, oC
kualitas tidur. A: Masalah teratasi
Jurnal P: Hentikan intervensi
Keperawatan. Vol Observasi
6. No. 1. Januari  Mengindifikasi tempat
2015. yang tenang dan nyaman
Teraupetik
 Terapi Sleep Hygiene
untuk meningkatkan
kualitas tidur. Jurnal
Keperawatan. Vol 6. No.
1. Januari 2015.
Jurnal Penelitian Keperawatan Medik Vol. 3 No. 1 Edition: November 2020 – April 2021
http://ejournal.delihusada.ac.id/index.php/JPK
M
Received: 30 September 2020 Revised: 19 Oktober 2020 Accepted: 28 Oktober 2020

EFEKTIVITAS INTERVENSI KOMPRES ALOEVERTERHADAP


PENURUNAN SUHU TUBUH ANAK FEVER DI PUSKESMAS
BAHBIAK KOTA PEMATANGSIANTAR
KEC. SIANTAR MARIMBUN

Dewi Tiansa Barus, Enda Miftah Boangmanalu


Institut Kesehatan Deli Husada Deli
Tua e-mail : dewi.tbarus@gmail.com

Abstract
Fever in children is a condition that often causes serious
problems in children. Fever occurs at temperatures >37.5ºC
usually caused by autoimmune infections and diseases. The
World Health Organization (WHO) states that the number of
diseases in children with fever symptoms is 62% with a
mortality rate of 33%. Giving Aloe Vera compresses is one
of the non-phamacological interventions that can reduce
dampness. The purpose of this study was to find out how
the effectiveness of Aloe Vera Compress Intervention on
Decreasing body temperature in children with fever. The
research design used One group pretest-posttest. The
variables in this research are Aloe Vera Compress as an
independent variable and Decrease in body temperature in
Fever children as the dependent variable. The population in
this study were all pediatric patients aged 5-11 years who
experienced fever at the Bahbiak Health Center in
Pematangsiantar City, Siantar Marimbun District. Sampling
using purposive sampling technique of 12 respondents. The
intervention carried out compresses Aloe Vera for 15
minutes. Temperature measurement using a digital
thermometer. Date were collected by observation sheets and
tested by Paired Sample-Test. The results showed that there
was a change in the body temperature of the Fever child.
The results of Shaphiro-Wilk normality test results of body
temperature before giving Aloe Vera compress is 130 and
body temperature after giving Aloe Vera compress is 037.
Paired Sample-Test statistical test results show data ρ =
0,000 <α = 0.05 then Ho is rejected and Ha is accepted.
which means that there is an effectiveness in administering
Aloe Vera compresses to reduce body temperature of
children aged 5-11 years of fever. It is hoped that health
workers can apply non-pharmacological therapies such as
aloe vera compresses for a decrease in a child's body
temperature.

Keywords : Fever, Compress Aloe Vera, Decrease in Body


Temperature

120
Barus, & Boangmanalu, Efektivitas Intervensi Kompres ...

1. PENDAHULUAN yang ditandai dengan adanya


Demam dapat menyerang
Banyak faktor yang
sistem tubuh. tetapi Demam
mempengaruhi kondisi tubuh
juga memiliki peran baik pada
fisik anak baik sehat dan sakit.
tubuh. Demam memiliki peran
salah satunya adalah wilayah
dalam tubuh sebagai
tempat tinggal, lingkungan,
peningkatan dan perkembangan
aktifitas fisik dan kecukupan
sistem Imunitas tubuh. baik
kebutuhan nutrisi pada anak.
yang spesifik maupun non
pada wilayah indonesia dengan
spesipik untuk pemulihan dan
iklim tropis merupakan tempat
pertahanan tubuh terhadap
terbaik perkembangbiakan
ransangan infeksi (Sodikin
kuman dan bakteri. yang dapat
dalam Wardiyah, 2016).
mempengaruhi kondisi kes-
ehatan pada anak. Menjaga Data kejadian kasus Fever
kesehatan anak pada saat pada anak dengan jenis
pergantian musim dapat penyakit berberbeda mencapai
menjadi perhatian khusus dan 65 juta kasus dan jumlah
dapat meningkatkan suhu tubuh penyakit yang disertai demam
pada anak yang sering di sebut adalah 62% pada anak, dengan
dengan demam (Fever) tigkat presentase kematian
(Damayanti, 2008). yang cukup tinggi 33% kasus
terbanyak terdapat di Asia
Fever / Demam adalah
Selatan dan Asia Tenggara
salah satu tanda pada tubuh
(WHO, 2018). Indonesia Di
bahwa adanya suatu proses
Indonesia Angka kejadian kasus
dimana tubuh sedang melawan
penyakit gejala awal demam
infeksi. suhu > 37,5°C dapat
pada anak di perkirakan rata
dikategorikan sebagai Demam/
rata 900.000 kasus pertahun
Fever yang di sebabkan oleh
dengan kurang lebih 20.000
adanya infeksi dan penyakit
kematian anak di tahun 2011.
autoimun, ketidak mampuan
mekanisme kehilangan panas Berdasarkan Kementrian
tubuh juga dapat terjadi karena Kesehatan RI mencatat jumlah
adanya produksi yang berlebih penderita penyakit dengan
pada suhu tubuh (Hartini, gejala demam di indonesia pada
2015). tahun 2017 sebanyak 13.219.
anak menderita gejala demam
Suhu Tubuh diatas normal
suhu 37, -38,5 Proporsi. Hal
mengakibatkan Hipotalamus
ini sering dialami pada golongan
meningkat. Hipotalamus adalah
anak usia 3-5 tahun mencapai
suatu tempat pengaturan
22,70% yang kedua rentang
sistem saraf pusat terhadap
usia 8-15 tahun mencapai
suhu tubuh (Termoregulasi).
30,19%. %). Berdasarkan hasil
Penyakit yang menyerang tubuh
survei awal pada Puskesmas

121
Bahbiak Kota Pematangsiantar (2016) puskesmas hilir kota
Kec. Siantar Marimbun Tahun Pontianak, Kalimantan barat.
2019 terdapat 240 kasus
Bahwa kompres Aloe vera
penyakit dengan gejala Demam
dapat mempengaruhi penurun-
pada anak.
an suhu tubuh pada anak
Pada perkembangan demam, dari 16 responden
kesehatan sampai pada saat ini dengan usia 3-6 tahun
terapi yang dapat diberikan didapatkan bahwa 14 orang
untuk menurunkan Fever pada anak mengalami penurunan
anak yaitu menggunakan terapi suhu tubuh dengan rentang
yang bersifat Non farmakologi penurunan suhu tubuh anak
dan terapi farmakologi dan yang berbeda – beda.
dapat juga dilakukan dengan Intervensi yang dapat dilakukan
kombinasi terapi keduanya. adalah pemberian kompres Aloe
Pemberian bersifat farmakologi vera pada dahi selama 15
dengan memberikan obat menit. Penelitian ini juga
antipiretik dengan dosis sejalan dengan yang dilakukan
tertentu, sedangkan pemberian oleh (Palkhade 2016).
pengobatan non farmakologi
Pemberian kompres
dapat dilakukannya pemberian
aloevera juga di teliti oleh (Dela
kompres pada anak (Wardiah,
Rosalina 2019 ) pada 5 orang
2016).
anak di RS.samarinda
Pengobatan dengan non kalimantan dengan melakukan
farmakologis untuk mengobati pengompresan pada anak
demam pada anak tidak harus demam selama 3 hari dengan
selalu di berikan kompres hasil evaluasi observasi
hangat, salah satu metode menunjukan penurunan suhu
kompres lainnya dengan tubuh dari 38,5◦C menjadi
menggunakan tanaman tra- 36,9◦C.
disional Aloe vera atau lebih
Kompres dengan meng-
dikenal masyarakat lidah buaya.
gunakan Aloe vera akan lebih
Tumbuhan ini merupakan salah
efektif dalam mempercepat
satu tanaman komoditi di
pengeluaran panas dari tubuh
indonesia. Di Provinsi
karena terdapat kandungan
kalimantan barat Aloevera
senyawa saponin. Aloe vera
menjadi salah satu tanaman
juga memiliki kandungan lignin
unggulan (Aseng, 2015). Aloe
yang dapat menembus kedalam
vera terbukti mengandung zat
kulit, serta dapat mencegah
yang memiliki efek antipiretik,
hilangnya cairan tubuh dari
hal ini juga telah dibuktikan
permukaan kulit (Astuti, 2017)
berdasarkan hasil dari penelitian
Kandungan lignin di dalam gel
yang dilakukan oleh Fajariyah
mampu melindungi kulit dari

122
dehidrasi dan menjaga satu Intervensi keperawatan.
kelembabannya. Maka dari itu saya sebagai
peneliti tertarik untuk meneliti
Aloe vera mengandung
dan ingin melakukan peng-
saponin yang berfungsi di dalam
obatan non farmakologis seperti
tubuh manusia sebagai agen
pemberian kompres Aloe vera
hipokolesterolomik,
sebagai intervernsi keperawatan
imunostimulator, dan
pada anak demam.
antikasinogenik. Kandungan
antikoarsinigenik dan saponin
dapat memiliki efek antioksidan
2. METODE PENELITIAN
dan sitotoksik pada sel kanker.
Selain itu, saponin juga sangat Metode penelitian yang
efektif sebagai agen akan digunakan adalah metode
antimikroba (Assegaf, 2017) penelitian ekperimen semu
Pemberian terapi Aloe (Quasi experiment). jenis
vera dipilih dikarenakan desain yang digunakan adalah
Aloe vera Quasi eksperiment dengan (One
mengandung 95% kadar air Group Pretest – Posttest) yaitu
sehingga dapat menghindari desain obsevasi yang dilakukan
terjadinya reaksi alergi pada sebanyak dua kali yaitu Pretest
kulit (Jantika & Saptoningsih, sebelum diberi perlakuan dan
2009). Posttest sesudah diberi
perlakuan (Sugiono, 2017).
Data survei yang dilakukan
Penelitian ini dilakukan di
pada Puskesmas Bahbiak Kota
Puskesmas Bahbiak Kota
Pematangsiantar Kec. Siantar
Pematangsiantar Kec.Siantar
Marimbun di dapatkan
Marimbun Tahun 2020.
bahwasanya orangtua tidak
begitu mengetahui tentang Jumlah sampel pada
pengobatan non farmakologis penelitian ini sebesar 25
pada anak yang mengalami responden. dengan kelompok
demam dan kebanyakan Orang intervensi dengan kriteria
tua juga lebih banyak memilih inklusi yaitu: Orang tua yang
untuk membawa anaknya ke memiliki anak dalam usia 5-11
fasilitas kesehatan sebagai tahun, Anak yang berobat di
langkah awal ketika anak Puskesmas Bahbiak Kota
mengalami demam. Pematangsiantar Kec. Siantar
Marimbun, Anak dengan suhu
Pengobatan farmakologis
(37,5 – 38,5◦C) Anak dengan
dalam jangka panjang juga
keadaan koperatif. Variabel
dapat menyebabkan beberapa
independen dalam penelitian ini
efek samping pada tubuh anak,
adalah Kompres Aloe vera,
oleh karena itu pengobatan
Variabel Dependen penelitian
dengan non farmakologis dapat
dikembangkan menjadi salah

123
adalah Penurunan suhu tubuh Paired T-test didapatkan bahwa
fever. nilai p 0,000 (p<0,05).
Pengambilan data pada
penelitian ini dilakukan dengan
3. HASIL
lembar Obsevasi langsung pada
pasien, sebelum pelaksanaan Berdasarkan hasil pene-
tindakan experiment peneliti litian yang telah di lakukan pada
menjelaskan mengenai tindakan Puskesmas Bah Biak kota
kompres Aloevera pada anak pematangsiantar dengan
Fever. Setelah responden yang sampel 25 orang responden
di dapat telah memenugi anak. dengan karakteristik
kriteria Insklusi dapat responden berdasarkan usia
dilaksanakan tindakan kep- dan jenis kelamin.
erawatan mandiri berupa
kompres Aloevera.
Tabel 4.1 Karakteristik
Pemberian kompres aloe Responden Berdasarkan Usia
vera (Pretest dan Post test) dan Jenis Kelamin (n=16)
adalah pemberian kompres Aloe
Karakteristik Presentase
vera dengan kandungan 95% f
Responden (%)
yang telah di buka kulit nya dan
di cuci menggunakan air Usia
mengalir dan beri sedikit 5 – 6 tahun 6 50,0
garam. Potong Aloe vera 7 – 8 tahun 2 16,7
dengan ukuran 5 x 15 cm Balut
9 – 11 tahun 4 33,3
menggunakan kasa tempelkan
pada bagian dahi. Kompres Jenis Kelamin
Diberikan selama 15 menit Laki laki 5 41,7
dapat diberikan pada Pagi dan
Perempuan 7 58,3
sore hari. sebelum dilakukannya
terapi non farmakologi suhu Berdasarkan tabel diatas
tubuh anak akan diukur diketahui bahwa dari 12
menggunakan Thermometer responden mayoritas pada anak
Digital selama 15 menit pada berusia ( 5-6 tahun) sebanyak 6
bagian axila. orang dengan presentase
Pengumpulan data ni di 50,0%. Berdasarkan
dapatkan dengan uji normalitas Karakteristik Jenis Kelamin lebih
data yang didapatkan nilai p < banyak pada Jenis kelamin
0,05. Analisis bivariat pada Perempuan sebanyak 7 orang
penelitian ini menggunakan Uji (58,3%).
Paired T-test dimana data
berdistribusi normal. Hasil uji

124
Tabel 4.2 Suhu Tubuh Pretest Berdasarkan pada tabel
(Sebelum) Pemberian Kompres Aloe 4.4 menunjukan hasil uji
vera (n=16) statistic Paired T-test.
Deskriptif Suhu Tubuh Berdasarkan analisis bivariat
Mean 38,091 hasil uji statistik ρ-value 0,000
Median 38,150 < α 0,005 maka Ho ditolak dan
Standar Deviasi 0,1781 Ha diterima yang artinya
adanya Efektifitas antara
Berdasarkan pada tabel
kompres Aloe Vera terhadap
4.2 diketahui bahwa rata-rata
Penurunan suhu tubuh anak
suhu tubuh sebelum diberikan
fever di Puskesmas Bahbiak
kompres Aloe Vera adalah
Kota Pematangsiantar
38,017 dengan nilai standar
Kec.Siantar Marimbun.
deviasi 0,1781

4. PEMBAHASAN
Tabel 4.3 Suhu Tubuh Posttest
Usia
(sesudah) Pemberian Kompres Aloe
vera (n=16) Penelitian yang dilakukan
di puskesmas Bahbiak Kota
Deskriptif Suhu Tubuh
Pematangsiantar Kecamatan
Mean 37,250
Median 37,300 Siantar Marimbun. Terhadap 12
Standar Deviasi 0,2576 responden anak fever. Pada
Tabel dapat diketahui bahwa
Berdasarkan tabel 4.3 responden dengan rentang usia
diketahui rata-rata suhu tubuh 5 – 6 Tahun adalah terbanyak
Sesudah diberikan kompres dengan jumlah 6 responden
lidah buaya adalah 37,250 dengan presentase (50,0%).
dengan nilai standar deviasi
0,2576. Hal ini Sejalan dengan Wong
(2008) bahwa sekitar 3- 4% anak
yang sering terjadi demam pada usia
Tabel 4.4 Hasil Uji Paired T- 5 tahun. Banyaknya jumlah kasus
test Suhu Tubuh sebelum dan demam pada anak terjadi karena
sesudah diberikan kompres adanya suatu reaksi termostat yang
Aloevera ada di dalam tubuh manusia yang
belum dapat berfungsi secara
P-
Variabel Median Sd optimal / sempurna. sehingga
Value
keadaan pada tubuh anak menjadi
Pretest 38,091 ,17816 0,000lebih mudah berubah dan lebih
sensitif. tubuh anak juga dapat di
Posttest 37,250 ,25761 0,000pengaruhi oleh lingkungan

125
sekitar menurut Potter & Perry Pola makan, Aktifitas fisik,
(2005). penyakit dan lainnya
Usia sangat mempeng- Pada penelitian ini besaran
aruhi sistem metabolisme tubuh jenis kelamin pada anak
anak dengan adanya perempuan juga dipengaruhi
mekanisme dari hormonal tubuh karena adanya jumlah sampel
sehingga secara tidak langsung responden pada penelitian
akan dapat memberikan efek mayoritas perempuan. peneltian
terhadap perubahan suhu dan proses pengumpulan data
tubuh. Dalam kehidupan sehari pada perempuan lebih
– hari bahwa tubuh manusia mayoritas sehingga kategori
dapat mengalami peningkatan perempuan lebih berpeluang
atau penurunan suhu tubuh besar terhadap penelitian ini. Di
berkisar 0,5ºC. Suhu tubuh dapatkan data bawa rata-rata
yang meningkat tidak hanya suhu tubuh Pretest diberikan
selalu di karenakan oleh adanya kompres Aloe vera adalah
infeksi, Bakteri pada tubuh. 38,091 dengan standar deviasi
Dimana ada beberapa faktor 0,1781.
yang dapat meningkatkan suhu
Menurut Fatkularini,
tubuh misalnya seperti adanya
(2014) bahwa Peningkatan suhu
kegiatan olahraga, memakai
tubuh pada anak ini terjadi
pakaian berlapis, dan aktifitas
akibat adanya aktivitas yang
yang berlebihan. sehingga
mempengaruhi suhu tubuh dan
udara panas dapat meningkat.
peningkatan suhu tubuh pada
anak. Apabila suhu tubuh
meningkat dan tidak diatasi
Jenis Kelamin
dengan segera suhu tubuh akan
Berdasarkan pada Karak- meningkat semakin meningkat
teristik Jenis Kelamin jumlah terlalu tinggi dan dapat
responden terbanyak berjenis menyebabkan terjadinya
kelamin perempuan sebanyak 7 dehidrasi, letargi, dan
orang (58,3%). Secara umum penurunan nafsu makan hingga
Perempuan mengalami terjadi kejang yg dapat
Fluktuasi suhu yang lebih besar mengancam penurunan
dibandingkan laki laki. kesadaran (Reiga, 2010).
Perempuan juga dianggap lebih
memiliki daya tahan tubuh yang
Suhu Tubuh Responden
rendah dibangkan pada laki laki,
Setelah diberikan Kompres
walaupun hal ini tidaklah selalu
Aloevera
benar, Masih banyak hal yang
harus di perhatikan dan hal Hasil penelitian penurunan
yang mempengaruhi oleh daya suhu tubuh anak juga
tahan tubuh seperti Lingkungan, bervariasi. Rentang perbedaan

126
suhu tubuh pada penelitian ini 0,000 dan α = 0,05 sehingga ρ
adalah berkisar suhu 37,0 – < α maka ho ditolak dan ha
38,0 ºC dari analisis data diterima sehingga ada
tersebut diketahui rata-rata Efektivitas Intervensi kompres
suhu tubuh Sesudah diberikan Aloe Vera terhadap penurunan
kompres lidah buaya adalah suhu tubuh anak fever di
37,250 dengan nilai standar Puskesmas Bahbiak Kota
deviasi 0,2576. Median suhu pematangsiantar kecamatan
setelah diberikan kompres siantar marimbun Tahun 2020.
Aloevera 37,300.
Penatalaksanaan atau
Hasil dari Standar deviasi intervensi yang dilakukan untuk
antara sebelum dan sesudah penurunan suhu tubuh
diberikan kompres Aloevera di menggunakan tindakan non
dapatkan hasil bahwa farmakologi. Metode yang dapat
penurunan suhu tubuh anak digunakan untuk menurunkan
memiliki rentang suhu yang suhu tubuh dari luar tubuh,
bervariasi dan cukup berbeda. dengan cara meletakkan daging
perbedaan penurunan suhu Aloe vera yang telah dikupas
tubuh ini juga dapat dan dicuci dengan air mengalir.
dipengaruhi oleh adanya Metode penguapan panas
pengaruh dari lingkungan dengan menggunakan kompres
sekitar dan tingkat respone aloevera ini menggunakan
stress pada anak yang berbeda konduksi. proses perpindahan
beda. sehingga peneliti panas dari tubuh akan memuai
memahami hasil penurunan dan bepindah kedalam lidah
suhu tubuh setiap anak berbeda buaya / Aloevera. sistem
pada saat di ukur. konduksi pada jaringan sekitar
pembuluh darah melalui area
Penelitian sejalan dengan
tersebut dapat menurun.
Fajriyah (2016) bahwa adanya
perbedaan suhu tubuh sebelum
dan sesudah diberikannya Efektivitas Intervensi
kompres aloevera pada anak Kompres Aloe vera (Lidah
demam. karena aloevera Buaya) Terhadap Perubahan
merupakan tumbuhan yang Suhu Tubuh Anak Usia Pra
sangat cepat meresap dan Sekolah dengan Demam
masuknya ke dalam pori-pori
Efektivitas Kompres
dan sel dengan penerapan lima
Aloevera terhada 25 responden
kali lebih cepat dibandingkan
anak pada kelompok intervensi
dengan air menurut Jatnika &
Pemberian kompres lidah buaya
Saptoningsih (2009).
(Aloevera) memiliki respone
Hasil uji Pairet- Test penurunan suhu tubuh sangat
menunjukkan data bahwa ρ = beragam. dengan penurunan

127
suhu berkisar 1- 3 ºC. Lidah seperti lignin dan saponin yang
Buaya / Aloevera memiliki tersari (Arifin, 2014).
kandungan air sebanyak 95%.
Saponin adalah zat yang
sehingga Aloevera memiliki efek
terkandung pada aloevera atau
dingin pada kulit.
glikosida yang terdapat pada
kandungan air pada sumber alami dan dideteksi
aloevera bermanfaat sebagai berdasarkan kemampuannya
penyerapan panas pada tubuh akan membentuk busa apabila
dan menghantarkan panas ke dikocok dalam pelarut cair.
molekul air sehingga terjadi Saponin merupakan glikosida
penurunan suhu tubuh. Menurut dari triterpoid Zat Saponin
Fatkularini (2014), Pemberian hanya akan terdapat pada
tindakan kompres juga dapat tanaman dengan konsterasi
menyebabkan suatu proses tinggi pada bagian tertentu.
Vasodilatasi pada tubuh Fungsi saponin dalam tanaman
sehingga penguapan suhu adalah sebagai bentuk
tubuh cepat keluar. Saponin penyimpanan karbohidrat,
dan Lignin berfungsi sebagai produk buangan dari metaboli
Vasodilatasi yang dapat me tumbuh tumbuhan,
menyebabkan pelepasan panas atausebagaipelindungterhadaps
dari dalam tubuh melalui kulit eranganserangga.
sehingga suhu tubuh akan
Saponin bersifat Hipoko-
menurun.
lesterolemik, Imunostimulator,
Rata – rata penurunan dan Antikarsiogenik, mekanisme
suhu tubuh pada penelitian ini Antikarsiogenik memiliki efek
sebesar 0,841 °C dalam 15 Antioksi dan dan Sitoksik
menit. Hasil Analisis yang langsung pada sel kanker.
dilakukan oleh peneliti dapat Selain itu saponin sangat efektif
berbeda dikarenakan peneliti sebagai agen Antimikroba
menggunakan lapisan kassa terhadap bakteri, virus, jamur,
pada Aloevera. Karena peneliti dan ragi. Saponin juga memiliki
sebelumnya yang dilakukan aktivifitas fungi toksi katau
oleh Fajriyah hanya meng- fungistatik dan aktifitas mikroba
gunakan aloe vera sebagai yang lemah, sedangkan steroid
bahan untuk mengompres. saponin memiliki efektifitas
Selain itu peneliti juga yang lebih tinggi.
menggunakan bagian daging
dalam Aloevera yang telah
berfotosintesis pada pagi hari.
Hal ini dikarenakan pada saat
Aloevera selesai berfotosintesis
sehingga zat metabolit yang
terkandung dalam aloevera

128
5. KESIMPULAN & SARAN dijadikan pertimbangan bagi
Kesimpulan peneliti dalam penelitian Selain
dapat dijadikan tambahan
Berdasarkan hasil pene-
informasi mengenai pengobatan
litian terhadap 12 responden
non farmakologi pada anak
pada Anak Fever, dapat
demam. Bagi puskesmas juga
disimpulkan bahwa Umur
tempat fasilitas kesehatan hal
responden yang mengalami
ini dapat dijadikan sebagai
Peningkatan suhu tubuh anak
acuan dalam hal memberikan
Mayoritas pada umur 5 – 6
intervensi dan penyuluhan
tahun sejumlah 6 orang
tentang pemanfaatan dari
responden anak dengan
tanaman lidah buaya sebagai
presentase (50,0%) Dengan
terapi dalam menurunkan suhu
berdasarkan Jenis Kelamin
tubuh pada anak yang penderita
dapat disimpulkan bahwa Jenis
demam.
Kelamin Perempuan lebih
rentang terkenan peningktan
suhu tubuh / Fever dengan
DAFTAR PUSTAKA
sejumlah 7 orang responden
anak dengan presentase Arifin. Jamal. 2014. Intensif
(58,3%). Bahwa rata-rata suhu Budidaya Lidah Buaya.
tubuh sebelum diberikan Jamal Arifin. Yogyakarta
kompres lidah buaya adalah Aseng, (2015). Aloevera
38,091. Sedangkan rata-rata kalimantan utara :
suhu tubuh Sesudah diberikan Kalimantan Utara
kompres lidah buaya adalah
Assegaf, (2012). Pemberian
37,250.
Kompres Aloevera pada
Hasil uji Pairet- Test anak : Pontianak : EGC
menunjukkan data bahwa ρ =
Astuti, (2015). liliciace aloevera
0,000 dan α = 0,05 sehingga ρ
: Jakarta : Erlangga
< α maka ho ditolak dan ha
diterima sehingga ada Damayanti, M. (2008).
Efektivitas Intervensi kompres Komunikasi Teraupetik
Aloe Vera terhadap penurunan Dalam Praktik
suhu tubuh anak fever di Keperawatan. Bandung. PT
Puskesmas Bahbiak Kota refika Adama
pematangsiantar kecamatan Fajariyah, N. (2016). suhu
siantar marimbun Tahun 2020. tubuh sebelum dan
sesudah kompres aloevera
Saran di rs udungaran
kab.semarang. Program
Berdasarkan hasil
Studi Keperawatan
penelitian yang diperoleh ada
Sekolah TinggiI lmu
beberapa saran yang perlu

129
Kesehatan Ngudi Waluyo Kementerian Kesehatan RI.
Ungaran. (2016) . Profil Kesehatan
Indonesia Tahun 2016.
Fatkularini, (2014). Kandungan
fever pada anak Jakarta:
dan manfaat Saponin
Kementrian Kesehatan RI.
lignin pada Aloevera
Notoadmojo, Soekidjo, (2017) .
Furnawanthi I. (2016). Khasiat
Kesehatan Masyarakat,
dan Manfaat Lidah Buaya
Ilmu dan Seni, Jakarta :
Si Tanaman Ajaib. Jakarta:
Rineka Cipta
Agro Media Pustaka
Nurafif, (2015). Klasifikasi fever
Hartini, (2015) . Pengantar
dan Manifestasi Klinis :
fever. Bina Rupa Aksara:
Jakarta : Medica
Jakarta : EGC
Palkhade, (2016). Jurnal of
Hartini, S., Pertiwi, PP. (2015).
penelitian di RS.samarinda
Efektifitas pemberian kalimantan dengan
komprea air hangat pada melakukan pengompresan
anak fever 1-3 tahun di rs. pada anak demam selama
telogorejo semarang. 3 hari : Kalimantan
Karya Ilmiah S1 Ilmu
Palkhade, Rajendra., Jangade,
Keperawatan.
CR. (2016). Screening of
Holistic comfort, (2015). Teori analgesic and antipyretic
comfort kolcoba : Jakarta : activity of aqueous and
EGC alcoholic extracts of aloe
Jatnika & Saptoningsih. (2009). vera linn. Veterinary
laba dari lidah buaya. Research International.
Jakarta: Agro Media 4(2);67-73.
Pustaka. Potter & Perry. (2009). Buku
Journal of advancement in ajar fundamental
medicine, (1990). Rio P keperawatan, Volume 2,
Aloevera sebagai makanan Edisi 7. Jakarta: Salemba
dan minuman kosmetik : Medika.
Jakarta : Medica Profil Kesehatan Indonesia.
Joseph, B., Ray, SJ. (2010). (2015). Kementrian
Pharmacognistic and Kesehatan Republik
phytochemical properties Indonesia.
of aloe vera linin. An Reiga, 2010. Regulasi Suhu
overview. Int J Pharm Sci. Tubuh.
Review and Research., http://Reiga.wordpress.co
4(2);106-110. m Diakses pada 16 Maret
2010

130
Sugiono, (2018). Sampel
Penelitian puposive
sampling : Jakarta :
Metopel
Wardiyah, Aryanti. (2016).
Perbandingan Efektifitas
Pemberian Kompres
Hangat Dan Tepid sponge
Terhadap Penurunan Suhu
Tubuh Anak Yang
Mengalami demam Rsud
Dr. H. Abdul Moeloek
Provinsi Lampung. Jurnal
Ilmu Keperawatan -
Volume 4, No. 1, 45.
Wong. (2008). Buku
keperawatan pediatric,
volume 2. Jakarta: EGC.
World Health Organization
(2013) . WHO informal
consultation on fever
management in peripheral
health care settings: a
global review of evidence
and practice.
World Health Organizaton.
(2018). Typhoid and other
invasive salmonellosis :
Vaccine-Preventable
Diseases
Surveillance
Standards. Jenewa:WHO.

131
31

Jurnal Keperawatan Karya Bhakti


Volume 5, Nomor 1, Januari 2019
Hal 31-37

PENERAPAN PEMBERIAN PENDIDIKAN KESEHATAN NUTRISI


UNTUK MENGATASI KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI KURANG
DARI KEBUTUHAN TUBUH PADA DEMAM TIFOID
Lis Nurhayati1, Lilis Duwi Saputri2
Departemen Keperawatan Anak, Akademi Keperawatan Karya Bhakti Nusantara
Magelang, (0293) 3149517, 089619619763
E-mail : liszein@yahoo.co.id

ABSTRAK

Latar Belakang : Tifus abdominalis ialah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran
pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada pencernaan, dan
gangguan kesadaran. Kurang nutrisi disebabkan karena adanya asupan yang tidak adekuat,
menurunnya nafsu makan akibat proses patologis. Nafsu makan menurun mengakibatkan kurang
nutrisi pada seseorang dan bisa menjadi salah satu tanda dari demam tifoid disertai dengan tanda
gejala lain. Tujuan : Menggambarkan penerapan pemberian pendidikan kesehatan nutrisi untuk
mengatasi ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada demam tifoid. Metode :
Karya ilmiah ini mengunakan metode studi kasus. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara
terstruktur dan tidak terstruktur pada An. S dan keluarganya. Melakukan observasi, pengukuran dan
pemeriksaan pada An. S. Hasil : Implementasi pada dilakukan selama 1x20 menit, melakukan
pendidikan kesehatan tentang pengertian demam tifoid, tujuan diberikan pendidikan kesehatan,
makanan yang dipantang : makanan yang tidak dapat dicerna yaitu serat yang tidak larut air/selulosa
yang terdapat pada sayuran dan buah yang dimakan dengan kulitnya. Makanan yang dibatasi : serat
larut air yang terdapat pada buah dan kacang-kacangan. Bumbu pedas dipantang, minuman dan
makanan yang menimbulkan gas dipantang. Simpulan : keluarga mengatakan nafsu makan pasien
meningkat dari ¼ porsi mejadi ¾ porsi dan keluarga selalu memotivasi An. S jika makan baik maka
akan mempercepat proses penyembuhan, tekanan darah 90/70mmHg, pasien terlihat masih lemas,
keadaan umum lemah, pasien tidak menghabiskan makan yang diberikan, keluarga mampu
menyampaikan apa yang disampaikan sebanyak 80%.

Kata kunci : Nutrisi, pendidikan kesehatan, demam thypoid.

ABSTRACT

Background : Typhus abdominalis is an acute infectious disease that usually affects the digestive
tract with symptoms of fever more than one week, disorders of digestion, and disturbance of
consciousness. Poor nutrition is caused by inadequate intake, decreased appetite due to pathological
processes. Decreased appetite results in malnutrition in a person and can be a sign of typhoid fever
accompanied by other symptoms. Objective : To describe the application of nutrition health
education to address nutritional imbalances less than the body's needs for typhoid fever. Method :
This scientific work uses the case study method. Data collection is done through structured and
unstructured interviews with An. S and his family. Make observations, measurements and checks on
An. S. Results : The implementation was carried out for 1x20 minutes, conducted health education
about the understanding of typhoid fever, the purpose was given health education, food that was
challenged: food that could not be digested ie insoluble fiber / cellulose contained in vegetables and
fruits that were eaten with the skin. Restricted food: water-soluble fiber found in fruit and nuts.
Spicy seasonings are challenged, drinks and foods that cause gas are challenged. Conclusions : The
family said the patient's appetite increased from ¼ to ¾ portions and the family always motivated
An. S if eating well it will speed up the healing process, blood pressure 90 / 70mmHg, the patient
looks still weak, the general condition is weak, the patient does not spend the food given, the family
is able to convey what is delivered as much as 80%.

Keywords : Nutrition, health education, typhoid fever.

menurunya nafsu makan akibat proses


Pendahuluan
patologis. Nafsu makan menurun
Tifus abdominalis (demam tifoid,
mengakibatkan kurang nutrisi pada seseorang
enteric fever) ialah penyakit infeksi akut yang
dan bisa menjadi salah satu tanda dari demam
biasanya mengenai saluran pencernaan
tifoid disertai dengan tanda gejala lain
dengan gejala demam yang lebih dari satu
(Hidayat, 2006).
minggu, gangguan pada pencernaan, dan
Nutrisi atau gizi adalah bahan organic
gangguan kesadaran (Ngastiyah, 2005). Usus
dan anorganik yang terdapat dalam makanan
halus merupakan tempat pencernaan dan
dan dibutuhkan oleh tubuh agar dapat
penyerapan, segmentasi pergerakan utama
berfungsi dengan baik. Nutrisi dibutuhkan
untuk mencampurkan makanan dengan getah
oleh tubuh untuk memperoleh energy bagi
pankreas, getah usus halus dan empedu. Usus
aktivitas tubuh, membentuk sel dan jaringan
halus hampir menyerap semua yang
tubuh, serta mengatur berbagai proses kimia
diselesaikanya termasuk epitel yang
di dalam tubuh (Saputra, 2013).
terkelupas, hanya menyisakan sejumlah kecil
Rata-rata kasus demam tifoid di Jawa
cairan dan sisa makanan yang tidak tercerna
Tengah adalah 635,60 kasus (Dinkes Jateng,
masuk ke dalam usus besar lapisan usus halus
2014). Data yang diperoleh dari Dinas
mempunyai bentukan yang cukup rumit untuk
Kesehatan Kabupaten Magelang pada tahun
pencernaan dan penyerapan sehingga
2016 jumlah penderita tifoid sejumlah 52
permukaan menjadi sangat luas dan lapisan
pederita (Dinkes Magelang, 2016).
ini diganti tiap 3 hari. Gangguan pada usus
Pendidikan kesehatan merupakan
halus umumnya typus abdminalis yaitu
bagian dari promosi kesehatan yaitu suatu
infeksi pada usus halus jejenum karena
proses untuk meningkatkan kesehatanya dan
salmonella typosa, dengan gejala : demam,
tidak hanya meningkatkan diri pada
lidah kotor ujung berwarna merah, mual,
peningkatan pengetahuan, sikap dan praktik
perut sakit (Irianto, 2014).
kesehatanya saja, tetapi meningkatkan atau
Kurang nutrisi disebabkan karena
memperbaiki lingkungan (baik fisik maupun
adanya asupan yang tidak adekuat. Kurang
non fisik) dalam rangka memelihara dan
nutrisi juga dapat disebabkan karena
meningkatkan kesehatan mereka

(Notoatmodjo, 2007). Diet yang diberikan makanan pantangan yaitu makanan yang tidak
pada seseorang dengan demam tifoid adalah dapat dicerna yaitu serat yang tidak larut
air/selulosa yang terdapat pada sayuran dan flamboyan. Penatalaksanaan yang biasa
buah yang dimakan dengan kulitnya, dilakukan di ruang Flamboyan dalam
makanan yang dibatasi: serat larut air yang mengatasi ketidakseimbangan nutrisi kurang
terdapat pada buah dan kacang-kacangan, dari kebutuhan tubuh anak demam tifoid yaitu
bumbu pedas dipantang, minuman dan dengan terapi farmakologi dan non
makanan yang menimbulkan gas dipantang farmakologi.
(Irianto, 2014). Terapi farmakologi yang biasa
Bedasarkan penelitian yang dilakukan diberikan yaitu dengan pemberian obat anti
oleh Agus Widodo et.al tahun 2012 penelitian emetik yaitu obat anti mual dan pemberian
ini untuk mengetahui hubungan tingkat makanan yang berkolaborasi dengan ahli gizi.
pengetahuan dengan upaya pencegahan Terapi non farmakologi yang biasanya
kekambuhan demam tifoid pada penderita dilakukan yaitu menganjurkan untuk tetap
demam tifoid di wilayah kerja Puskesmas mengkonsumsi makanan dan memperbanyak
Jatiyoso Karanganyar didapatkan hasil minum air putih dan jarang dilakukan
penelitian diperoleh data, 18 responden (31%) pemberian pendidikan kesehatan yang
mempunyai pengetahuan yang tinggi, dengan berkaitan dengan nutrisi karena masih anak-
pengetahuan rendah sebanyak 19 responden anak, keluarga kurang megetahui tentang
(32,8%). Hasil uji statistik diperoleh nilai χ2 makanan yang sesuai untuk pasien demam
hitung= 12.656 dengan p = 0,013, artinya tifoid, latar belakang pendidikan keluarga
terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan SMP. Berdasarkan hal tersebut maka tujuan
dengan upaya pencegahan kekambuhan dari karya ilmiah ini adalah bagaimana
demam tifoid pada penderita demam tifoid di pemberian pendidikan kesehatan pada kasus
Wilayah Kerja Puskesmas Jatiyoso gangguan nutrisi pada demam tifoid.
Karanganyar.
Berdasarkan studi pendahuluan di Metode
ruang Flamboyan RS TK II.04.05.01 dr. Penelitian ini adalah penelitian studi
Soedjono Magelang pada tanggal 4 Juni 2018 kasus tentang pemberian pendidikan
tifoid menduduki peringkat ke 2 setelah kesehatan tentang nutrisi dalam mengatasi
hiperbilirubin yaitu sebanyak 10% dari bulan gangguan nutrisi pada An S, pasien yang
Januari-Mei 2018 dari seluruh penyakit yang mengalami penyakit demam tifoid,
terjadi pada anak yang sering dirawat di ruang menggunakan metode untuk menyelidiki,
mencari fakta, mempelajari suatu kejadian
yang dialami An. S yang dilakukan secara
integrative, komperhesif agar memperoleh
pemahaman yang mendalam tentang An. S

beserta masalahya dengan tujuan agar Pengumpulan data dilakukan melalui


masalah dapat cepat terselesaikan. wawancara terstruktur dan tidak terstruktur
pada An. S dan keluarganya. Melakukan darah 90/70 mmHg, nadi 112x/ mnt, RR
observasi, pengukuran dan pemeriksaan pada 25x/mnt, suhu 38°C, kesadaran
An. S. composmentis. Tinggi badan 135 cm, BB 30
Melakukan pengkajian pada An. S dan kg, konjungtiva anemis, membran mukosa
keluarga. Pengkajian pada An. S dan keluarga kering, lidah tampak kotor klien terlihat
diperoleh dari catatan medis diambil data lemas.
tentang identitas, keluhan utama, riwayat Keluhan utama pada An. S saat dikaji
kesehatan sekarang, dan riwayat kesehatan adalah anak tidak mau makan, mual dan
dahulu, hasil laboratrium serta terapi medis muntah. Saat dilakukan pengkajian klien
dari dokter. Pemeriksaan fisik yang dilakukan mengatakan mual muntah, lemas, pusing,
pada An. S yang menderita penyakit demam nafsu makan menurun terkadang juga tidak
tifoid dengan keluhan mual muntah di area nafsu makan. Saat An S tidak nafsu makan,
abdomen dengan menggunakan teknik keluarga hanya menyarankan untuk tetap
inspeksi, auskultasi, perkusi, palpasi. makan, keluarga mengatakan tidak
Instrument yang digunakan adalah mengetahui tentang makanan yang dianjurkan
SOP pendidikan kesehatan menurut untuk pasien demam tifoid, hanya
Individual Healt Education dari Keperawatan memberikan makanan dari rumah sakit dan
Anak dan Tumbuh Kembang (Putra, dkk, tidak mengetahui pentingnya pemberian
2014) yang didalamnya terdapat flipchart, makanan untuk meningkatkan kesembuhan
leafleat dan SAP. pasien.
Pada pemeriksaan fisik yang
Hasil dilakukan pada An. S yaitu inspeksi: bentuk
Riwayat penyakit sekarang keluarga perut simentris, palpasi : tidak ada nyeri
mengatakan An. S panas sejak satu minggu (nyeri disangkal), perkusi : timpani (dari
yang lalu tanggal 29 Mei 2018 dan catatan medis), auskultasi : bising usus
mengalami mual muntah. Oleh keluarga, 12x/mnt (dari catatan medis). Saat pengkajian
pasien dirawat dirumah dan diberi obat klien mengatakan nafsu makan berkurang
penurun panas. Pada tanggal 5 Juni 2018 karena mual muntah, badan terasa lemas klien
pasien dibawa ke IGD RS TK II 04.05.01 dr. mengatakan makan ¼ porsi dari makanan
Soedjono Magelang dengan keluhan demam, yang diberikan dari RS. Mual muntah
mual muntah, nafsu makan menurun, tekanan sebanyak 2x, pasien minum 3 gelas perhari
600 cc.
Pemeriksaan penunjuang yaitu
pemeriksaan laboratrium pada tanggal 5 Juni

2018 dengan hasil Hemoglobin 10.9 g/dL. yaitu terapi infus RL 16 tpm, Rycef 2x75 g,
Hasil uji widal O (+) 1/80 dan H (+) 1/320. Sanmol 3x300 mg, Ondansetron 2x2 gr,
Terapi yang diberikan pada pasien Gentamicin 2x25 g, Interlac 1x1 tab,
Ranitidine 3x1 gr pada tanggal 6 Juni 2018. peningkatan pengetahuan, sikap dan praktik
Intervensi keperawatan pada pasien kesehatanya saja. Tetapi juga meningkatkan
yaitu memberikan pendidikan kesehatan atau memperbaiki lingkungan (baik fisik
tentang nutrisi atau diet agar masalah maupun non fisik) dalam rangka memelihara
ketidakseimbangan nutrisi pada An S dapat dan meningkatkan kesehatan mereka
teratasi. Tindakan yang diakukan meliputi (Notoatmodjo, 2007).
melakukan kontrak, mempersiapkan SAP, Tindakan keperawatan yang dilakukan
leafleat dan flipchart. Implementasi pada tanggal 6 Juni 2018 jam 10.00 WIB Pada An
dilakukan selama 1x20 menit. S dilakukan pendidikan kesehatan nutrisi
Hasil tindakan didapatkan data yang diberikan pada An. S dan keluarga
subektif yaitu keluarga mengatakan pasien selama 20 menit.
masih mual dan sudah tidak muntah, sudah Tindakan pemberian pendidikan
sering minum, minum air putih sekitar 600 kesehatan dilakukan secara mandiri oleh
ml, keluarga mengatakan nafsu makan pasien perawat dan diberikan pada An. S dan
meningkat dari ¼ porsi mejadi ¾ porsi dan keluarga. Langkah -langkah sebelum
keluarga selalu memotivasi An. S jika makan melakukan pendidikan kesehatan yaitu
baik maka akan mempercepat proses mempersiapkan SAP, leaflet, flipchart
penyembuhan, pasien mengatakan masih kemudian membuat kontrak dengan pasien
pusing dan lemas, keluarga mengatakan dan melakukan apersepsi. Dan menyampaikan
pasien lebih banyak waktu yang digunakan materi tentang pedidikan kesehatan nutrisi
untuk tidur. Data objektif yaitu tekanan darah pada pasien demam tifoid.
90/70mmHg, pasien terlihat masih lemas, Pendidikan kesehatan yang diberikan
keadaan umum lemah yaitu tentang pengertian demam tifoid, tujuan
diberikan pendidikan kesehatan, makanan
Pembahasan yang dipantang : makanan yang tidak dapat
Pendidikan kesehatan merupakan dicerna yaitu serat yang tidak larut
bagian dari promosi kesehatan yaitu suatu air/selulosa yang terdapat pada sayuran dan
proses untuk meningkatkan kesehatan dan buah yang dimakan dengan kulitnya.
tidak hanya meningkatkan diri pada Makanan yang dibatasi : serat larut air yang
terdapat pada buah dan kacang-kacangan.
Bumbu pedas dipantang, minuman dan
makanan yang menimbulkan gas dipantang
(Irianto, 2014).
Alasan pemberian pendidikan
kesehatan karena pemberian pendidikan

kesehatan pada An. S dan keluarga mampu pasien dengan demam tifoid dan diharapkan
mengidetifikasi nutrisi yang sesuai untuk ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh pada An. S dapat teratasi Simpulan
dan dengan hal tersebut kekambuhan pasien Setelah dilakukan tindakan pendidikan
tidak terjadi. Hal ini menunjukan bahwa kesehatan, pendidikan kesehatan dikatakan
penerapan pemberian pendidikan kesehatan berhasill karena keluarga mampu
tentang nutrisi dapat meningkatkan menyampaikan kembali apa yang
kemampuan masyarakat, untuk memelihara disampaikan sebanyak 80%.
dan meningkatkan derajat kesehatan baik
secara fisik, mental, hal ini disampaikan Ucapan Terima Kasih
menurut undang-undang Kesehatan Nomor 23 Dalam hal ini penulis mengucapkan
Tahun 1992 dan WHO. terima kasih kepada Direktur Akper Karya
Berdasarkan kondisi pada An. S saat Bhakti Nusantara Magelang Ketua Yayasan
dikaji yaitu tidak mau makan, mual dan Karya Bhakti Magelang dan Ketua Lembaga
muntah, disebabkan karea infeksi dan demam Penelitian dan Pengabdian Masyarakat yang
dapat menyebabkan menurunya nafsu makan telah memberikan dukungan moril maupun
atau menimbulkan kesulitan menelan dan materiil dalam penyelesaian publikasi ini.
mencerna makanan (Putra, et.al. 2014), maka
pemberian pendidikan kesehatan nutrisi dapat Daftar Pustaka
mengatasi ketidakseimbagan nutrisi kurang
Dinkes, Jateng. 2014. Profil Kesehatan Jawa
dari kebutuhan tubuh pada An. S. Hal ini
Tengah. Semarang: Dinkes Jateng.
sesuai tujuan utama pendidikan kesehatan
adalah agar orang mampu menerapkan
Diet Demam Typhoid. (09 Agustus 2016).
masalah dan kebutuhan mereka sendiri, Diet Demam Typhoid. Diperoleh 1
Mei 2018, dari
mampu memahami apa yang dapat mereka
http://enniestikes.blogspot.com/2016/0
lakukan terhadap masalahnya, dengan sumber 8/diet-demam-typhoid.
daya yang ada pada mereka ditambah dengan
Hidayat, Aziz Alimul A. 2006. Pengantar
dukungan dari luar dan mampu memutuskan Ilmu Keperawatan Anak. Buku 2.
Jakarta: Salemba Medika.
kegiatan yang tepat guna untuk meningkatkan
taraf hidup sehat dan kesejahteraan Irianto, Koes. 2014. Gizi Seimbang Dalam
Kesehatan Reprduksi. Bandung:
masyarakat (Mubarak, 2009).
Alfabeta.

Lestari, Titik. 2016. Asuhan Keperawatan


Anak. Jakarta: Sagung Seto.

Marni. 2016. Asuhan Keperawatan Anak


Pada Penyakit Tropis. Jakarta :
Erlangga.
Ngastiyah. 2003. Perawatan Anak Sakit.
Jakarta : EGC.

Nursalam. 2008. Konsep & Penerapan


Metodelogi Penelitian Ilmu
Keperawatan: Pedoman Skripsi,
Tesis, dan Instrumen Penelitian
Keperawatan. Jakarta : Medika.

Nutricymeal. (2013, 3 Februari). Menu


Makanan Penderita Tifus/Demam
Typhoid. Diperoleh 1 Mei 2018, dari
http://nutricymeal.blogspot.com/2013/
menu-makanan-penderita-tifus-
demam.html

Putra, Dony Setiawan Hendyca, el.al. 2014.


Keperawatan Anak Dan Tumbuh
Kembang. Yogyakarta: Nuha Medika.

Saputra, Lydon. 2013. Catatan


ringkas kebutuhan dasar manusia.
Tangerang
: Binarupa Aksara.

Widodo, Agus. 2012. Hubungan Tingkat


Pengetahuan dengan Upaya Pecegaha
Kekambuhan Demam Tifoid pada
Pederita Demam Tifoid di Wilayah
kerja Puskesmas Jatiyoso Karanganyar
[skripsi]. Surakarta : Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Surakarta.

Wilkinson, M. Judith & Nancy R. Ahern.


2013. Buku Saku Diagnosis
Keperawatan. Edisi 9. Jakarta : EGC.
Versi online / URL:
Volume 6, Nomor 1 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/article/view/2846

PENGARUH TERAPI SLEEP HYGIENE TERHADAP GANGGUAN TIDUR PADA


ANAK USIA SEKOLAH YANG MENJALANI HOSPITALISASI

Effect of Sleep Hygiene Therapy towards Sleep Disorder of School-Aged Children who
were Hospitalized

Ahsan1, Rinik Eko Kapti2, Shindy Anggreini Putri3


1,2,3
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya
Jalan Veteran Malang 65145
e-mail: 1)ahsanfkub@yahoo.com

ABSTRAK

Gangguan tidur merupakan masalah yang sering muncul pada populasi anak usia sekolah yang
menjalani hospitalisasi. Pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur penting untuk mendapatkan energi demi
memulihkan status kesehatan. Terapi sleep hygiene sebagai salah satu terapi non-farmakologis
gangguan tidur mempromosikan pembentukan rutinitas tidur, pola tidur yang baik dan tidur berkualitas.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi sleep hygiene terhadap gangguan tidur pada
anak usia sekolah yang menjalani hospitalisasi. Penelitian semu dengan desain non-equivalent control pre
test-post test dilakukan pada 16 responden kelompok kontrol dan intervensi dengan memberikan
intervensi sleep hygiene pada kelompok intervensi. Analisis uji T dependen menunjukkan hasil signifikan
(p=0,002) pada kelompok intervensi dan uji T independen menunjukkan nilai signifikan pada post test
(p=0,002). Kesimpulan penelitian ini adalah terdapat pengaruh terapi sleep hygiene terhadap gangguan
tidur pada anak usia sekolah yang menjalani hospitalisasi secara nyata.

Kata kunci : Gangguan tidur, Anak Usia Sekolah, Hospitalisasi, Sleep Hygiene

ABSTRACT

Sleep disturbances are problem which emerge frequently in the population of hospitalized school-
aged children. Fulfilling the need for rest and sleep is important to gain the energy for restoring health
status. Sleep hygiene therapy as one of the non-pharmacological therapy for sleep disturbance promote
the establishment of sleep routine, a good sleep patterns and quality. This research aims to know the
influence of sleep hygiene therapy to sleep disturbance in school-aged children who underwent
hospitalization. Quasi experimental with non-equivalent control pre test – post test design conducted on
16 respondents of control and intervention group by providing sleep hygiene intervention in the
intervention group. The paired T-test analysis showed significant results (p=0.002) in the intervention
group and independent T test showed a significant value on the post test (p=0.002). This study conclude
that there is an evident influence of sleep hygiene therapy to sleep disturbances in school-aged children
who underwent hospitalization.

Keywords : Sleep Disorder, School-Aged Children, Hospitalized, Sleep Hygiene

LATAR BELAKANG
dirawat dapat berupa lingkungan rumah
sakit yang asing, rasa nyeri dan penyakit
Hospitalisasi atau dirawat di rumah
yang anak alami serta pemeriksaan medis di
sakit terbukti dapat menyebabkan
rumah sakit sehingga stres pada anak dapat
gangguan istirahat-tidur,
menyebabkan gangguan tidur, penurunan
ketidakmampuan klien mendapatkan
nafsu makan dan gangguan
posisi yang nyaman dan rasa nyeri
perkembangan yang dapat menunda
merupakan penyebab tersering
proses penyembuhan penyakit. Anak
gangguan istirahat-tidur (Craven & Hirnle,
kemudian dapat menunjukkan ciri-ciri yang
2000). Stresor yang diterima anak selama
maladaptif yaitu anak menjadi tidak

Pengaruh Terapi Sleep Hygiene Terhadap Gangguan Tidur pada Anak Usia Sekolah yang Menjalani Hospitalisasi 1
JURNAL KEPERAWATAN,
Ahsan1, Rinik Eko Kapti 2, Shindy Anggreini Putri 3 P-ISSN 2086-3071 E-ISSN 2443-0900

kooperatif, tidur tidak nyenyak, tidak mau gangguan tidur pada anak usia sekolah yang
makan serta mungkin ditunjukkan dengan menjalani hospitalisasi.
reaksi regresi yang diekspresikan secara
verbal maupun non verbal (Kazemi et al., METODE
2012; Wong, 2003).
Keadaan stres yang dialami anak akan Rancangan penelitian ini adalah
menimbulkan reaksi tubuh dalam penelitian semu atau quasi experimental
menghantarkan rangsangan keatas melalui dengan non-equivalent control group
batang otak dan akhirnya menuju puncak pretest-posttest design yang melibatkan
median hipotalamus. Selanjutnya hipo- kelompok intervensi dan kelompok kontrol,
talamus akan merangsang kelenjar hipofisis dengan masing-masing kelompok dilakukan
anterior melepaskan Adreno Cortico Tropic pengukuran atau observasi sebelum dan
Hormone (ACTH) yang berperan dalam sesudah diberikan intervensi.
pelepasan kortisol secara cepat yang Populasi dalam penelitian ini adalah
menyebabkan rangsangan susunan saraf anak usia sekolah (6-12 tahun) yang
pusat otak yang berakibat tubuh menjadi menjalani hospitalisasi di RSUD
waspada dan sulit tidur (Guyton & Hall, Kanjuruhan Kepanjen selama periode
2008). Apabila kebutuhan istirahat dan waktu pengambilan data. Sampel untuk
tidur tersebut cukup, maka jumlah energi kedua kelompok sebanyak 16 anak
yang diharapkan untuk memulihkan diambil secara nonprobability
status kesehatan dan mempertahankan sampling dengan teknik purposive sampling
kegiatan dalamkehidupan untuk menentukan sampel dari populasi
sehari-hari terpenuhi (Alimul, 2006). dengan pertimbangan tertentu sesuai
Terapi sleep hygiene diupayakan kriteria. Instrumen dalam penelitian ini
dengan membina kebiasaan atau ritual yang adalah modifikasi dari kuesioner Children’s
konsisten yang mencakup aktivitas waktu Sleep Habit Questionnaire (CSHQ) oleh
tenang sebelum tidur sebagai pendekatan Owens et al., (2002) dengan menghapus
awal untuk mengatasi insomnia dan beberapa item yang tidak sesuai untuk
kesulitan tidur lainnya dan secara umum kondisi di ruang rawat inap. Uji validitas 40
dapat digambarkan sebagai promosi butir pertanyaan menunjukkan hasil r hitung
perilaku untuk meningkatkan kuantitas dan > 0,4973 dan uji reliabilitas menunjukkan
kualitas tidur yang diperoleh seorang nilai Cronbach’s
individu setiap malam. Sleep hygiene Alpha 0,971.
mengacu pada sekumpulan daftar hal-
hal yang dapat dilakukan untuk Prosedur Pengumpulan dan Analisis Data
memfasilitasi mulainya tidur dan
mempertahankannya. Daftar ini berisi Pengumpulan data dilakukan di RSUD
beberapa komponen yang meningkatkan KanjuruhanKepanjen dengan menemui
kecenderungan alami untuk tidur dan orang tua dan anak yang menjalani
mengurangi hal yang mengganggu tidur hospitalisasi. Sebelumnya dilakukan
(Butkov & Lee-Chiong, 2007). pemilihan responden yang sesuai kriteria
Berdasarkan latar belakang di atas, inklusi untuk kelompok intervensi dan
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian kelompok kontrol. Setelah memberikan
tentang “Pengaruh Terapi Sleep Hygiene penjelasan kepada responden mengenai
Terhadap Gangguan Tidur Pada Anak Usia penelitian dan manfaatnya serta
Sekolah Yang Menjalani Hospitalisasi”. menjelaskan prosedur penelitian dan
Penelitian bertujuan untuk mengetahui kesediaan untuk menjadi responden,
adanya pengaruh terapi sleep hygiene informed consentbeserta lembar persetujuan
terhadap orang tua diisi. Kemudian kuesioner
kebiasaan tidur anak di rumah sakit
dibagikan, diisi, lalu dikumpulkan kembali
sebagai pre test. Selama
JURNAL KEPERAWATAN,

2 Januari 2015: 01 - 05
Versi online / URL:
Volume 6, Nomor 1 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/article/view/2846

3 hari ke depan orang tua dari responden Tabel 3. Perbedaan gangguan tidur pada pre
kelompok intervensi memfasilitasi dan post test kelompok kontrol
dilakukannya terapi sleep hygiene pada dengan intervensi
anaknya, sedangkan anak kelompok kontrol Mean±SD
pergi tidur sesuai ke-biasaannya. Pada hari Kontrol Intervensi p-value
selanjutnya kelompok intervensi maupun Pre test 72,57±7,47 71,83±6,64 0,838
kontrol diminta mengisi kembali kuesioner Post test 70,03±5,17 61,43±3,98 0,002
sebagai post-test. Selisih 5,62±3,30 10,40±5,87 0,065
Untuk menganalisis adanya perbedaan
Perbedaan gangguan tidur pada pre
pengaruh terapi sleep hygiene terhadap
dan post test sesuai rata-rata skor serta
gangguan tidur saat pre test dan post test
selisih antara kelompok kontrol dengan
pada kedua kelompok maka digunakan uji
intervensi yang diuji T independen dapat
T dependen dan independen dengan tingkat
dilihat pada tabel 3.
signifikansi p < 0,05 dan tingkat
Analisis uji T independen skor
kepercayaan 95%.
gangguan tidur di setiap pre test, post test
HASIL DAN PEMBAHASAN dan selisih skor pre-post antara kelompok
kontrol dengan intervensi didapatkan nilai p-
Perbedaan gangguan tidur pada pre value dari pre test sebesar 0,838, post test
dan post test sesuai rata-rata skor pada sebesar 0,002, dan selisih pre-post sebesar
kelompok kontrol dan kelompok intervensi 0,065. Nilai p- value pada post test
yang diuji T dependen disajikan di tabel 1 & (p=0,002) < 0,05
2. menunjukkan H0 ditolak yang artinya
terdapat perbedaan gangguan tidur pada
Tabel 1. Perbedaan gangguan tidur pada pre post test antara kelompok kontrol dan
dan post test kelompok kontrol kelompok
intervensi.
mean±SD n mean p-value Berdasarkan uji T diatas dapat
Pre test 72,57±7,47 disimpulkan bahwa intervensi terapi sleep
Post test 70,03±5,178 2,55 0,290 hygiene memiliki pengaruh terhadap gang-
guan tidur pada anak usia sekolah yang
Tabel 2. Perbedaan gangguan tidur pada pre menjalani hospitalisasi (p=0,002), dimana
dan post test kelompok intervensi pengaruhnya nyata sesudah intervensi/post
test (p=0,002). Hasil analisis T dependen
mean±SD n mean p-value kelompok intervensi yang membandingkan
Pre test 71,83±6,64 skor gangguan tidur pada pre test dan post
8 10,402 0,002
Post test 61,43±3,98 test menunjukkan hasil yang signifikan
(p=0,002), sesuai dengan penelitian
Yuniartini (2013) yang menyatakan
Analisis uji T dependen dengan tingkat bahwa ada pengaruh terapi bercerita
kepercayaan 95% (p d” 0,05) pada terhadap kualitas tidur anak usia prasekolah
kelompok kontrol menunjukkan hasil yang menjalani hospitalisasi. Terapi sleep
yang tidak signifikan (p = hygiene dan terapi bercerita memiliki dasar
0,290).Sedangkan kelompok kontrol yang sama, yaitu sesuai teori Potter &
diperoleh nilai p-value 0,002 (asymp sig (2- Perry (2005) bahwa orang tua paling
tailed) < á), maka H0 ditolak, yang berarti berhasil membawa anak usia prasekolah
gangguan tidur responden kelompok tidur dengan cara membina ritual yang
intervensi saat pre dan post test adalah tidak konsisten yang mencakup waktu tenang.
sama/berbeda secara nyata. Anak kelompok kontrol dan intervensi
sama-sama menerima stresor saat dirawat
dimana anak akan berusaha mengem-
Versi online / URL:
Pengaruh Terapi Sleep Hygiene Terhadap Gangguan Tidur pada Anak Usia Sekolah yang Menjalani Hospitalisasi 3
JURNAL KEPERAWATAN,
Ahsan1, Rinik Eko Kapti 2, Shindy Anggreini Putri 3 P-ISSN 2086-3071 E-ISSN 2443-0900

bangkan perilaku atau strategi dalam meng- menyelaraskan tidur dan siklus bangun
hadapi stresor tersebut sehingga perilaku ini dengan siklus tubuh lain seperti suhu
menjadi akan berpengaruh terhadap masalah tubuh, metabolisme dan jadwal hormonal
yang dideritanya. Menurut Potts & yang membentuk sinkronisasi irama sirkadian
Mandleco (2007) pada anak usia sekolah untuk mencapai kondisi homeostasis yang
kemampuan menguasai stres hospitalisasi diancam oleh adanya stresor hospitalisasi
merupakan dasar dalam mencapai (Owen et al, 2002; Tan et al, 2012)
peningkatan koping untuk mengatasi Aksi neural dan hormonal untuk
kesulitan situasi lain. Dalam penitian ini, memelihara keseimbangan homeostasis
situasi yang dimaksud adalah adanya diintegrasi oleh hipotalamus yang tersusun
gangguan tidur. atas banyak nuklei dan struktur, termasuk di
Kelompok kontrol mengalami dalamnya adalah reticular activating
penurunan skor gangguan tidur walaupun system(RAS) dan bulbar synchronizing
nilainya kecil kemungkinan berkaitan regional (BSR) yang mengatur mekanisme
dengan kemampuan adaptasi anak. Teori tidur dan bangun serta adanya integrasi
menye-butkan bahwa pada dasarnya terhadap sistem saraf simpatis yang dapat
setiap orang memiliki kemampuan mengaktifkan aksis HPA untuk merespon
adaptasi dan adaptasi ini memerlukan stres (Kazemi et al, 2012; Tan et al, 2012).
waktu yang sangat tergantung pada kondisi Kegiatan dalam terapi sleep hygiene
anak untuk dapat menyesuaikan diri dengan merupakan upaya mencapai keadaan
situasi baru (Roy, 1991 dalam Solikhah, homeostasis berupa perbaikan siklus tidur
2011). Perkembangan sosial anak usia yang selaras dan seimbang dengan siklus
sekolah akan melalui proses adaptasi yang tubuh secara keseluruhan.
mempengaruhi bagaimana responnya
terhadap masalah tidur. Pola tidur anak SIMPULAN
mungkin akan berubah jika kondisi penyakit
anak membaik sehingga anak tidak lagi Terapi sleep hygiene pada anak usia
merasa nyeri dan tidurnya lebih baik. sekolah yang menjalani hospitalisasi dapat
Hasil analisis T independen saat post diterapkan dengan baik karena didukung
test yang signifikan sesudah diberikan oleh kemampuan kognitif dan adaptif anak
intervensi (p=0,002) sejalan dengan hasil usia sekolah serta kegiatan terapi yang
penelitian Tan et.al (2012) yaitu program dapat disesuaikan sesuai kondisi di rumah
edukasi sleep hygiene F.E.R.R.E.T (Food, sakit.Pada studi ini hasil uji T dependen
Emotions, Routine, Restrict, Environment kelompok intervensi (p=0,002) dan uji T
and Timing) yang mungkin efektif untuk independen hasil post test (p=0,002)
meningkatkan tidur anak dan remaja yang menunjukkan hasil yang signifikan sehingga
memiliki problem t dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh
idur teridentifikasi.Penurunan skor gangguan terapi sleep hygiene untuk mengatasi
tidur pada post test kelompok intervensi masalah gangguan tidur pada anak usia
yang cukup besar membuktikan bahwa sekolah yang menjalani hospitalisasi.
terapi sleep hygiene mampu mengubah pola
DAFTAR PUSTAKA
tidur anak menjadi lebih baik sebagai upaya
pendukung proses adaptasi pemecahan Alimul, AH. (2006). Kebutuhan Dasar
masalah pemenuhan kebutuhan tidurnya. Manusia. Jakarta : Salemba Medika
Rangkaian kegiatan dari terapi sleep Butkov, N & Teofilo L. & Lee-Chiong.
hygiene dilakukan untuk membentuk jadwal (2007). Fundamentals of sleep
tidur yang teratur dan rutinitas tidur yang technology. New York: Lippincott
konsisten serta pengkondisian lingkungan Williams & Wilkins
tidur yang baik dengan maksud untuk

4 Januari 2015: 01 - 05
Versi online / URL:
Volume 6, Nomor 1 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/article/view/2846

Craven, F & Constance, J. (2000).


Fundamentals of Nursing Human
Health and Function. Fourth Edition.
Philadelphia: Lippincott Williams &
Wilkins
Guyton, A.C., & Hall, J.E. (2008). Buku
Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi
11. Jakarta: EGC
Kazemi, S., Ghazimoghaddam, K., Besharat,
S., & Kashani, L. (2012). Music and
anxiety in hospitalized children.
Journal of Clinical and Diagnostic
Research. Vol 6(1), 94-96
Owens, et al. (2002). The Children’s Sleep
Habits Questionnaire (CSHQ):
Psychometric Properties of A Survey
Instrument for School-Aged Children.
American Academy of Sleep Medicine,
23 (8): 1043-1051.
Potter & Perry. (2005). Buku Ajar
Fundamental Keperawatan; Konsep,
Proses dan Praktik, Edisi 4, Volume 2,
EGC, Jakarta.
Potts, N. L & Mandleco, B. L. (2007).
Pediatric nursing: caring for children
and their families. Canada: Thomson,
Delmar Learning
Solikhah, U. (2011). Therapeutic peer play
sebagai upaya menurunkan kecemasan
anak usia sekolah selama hospitalisasi.
Jurnal Keperawatan Soedirman.; 6(1):
20-30
Tan, E., Healey, D., Gray, A.R., & Galland,
B.C. (2012).Sleep hygiene intervention
for youth aged 10 to 18 years with
problematic sleep: a before-after pilot
study. BMC Pediatrics. 12: 189
Wong, DL. (2003). Pedoman Medis
Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC
Yuniartini, P.E., Widastra, M., & Utami, K.C.
(2013). Pengaruh terapi bercerita
terhadap kualitas tidur anak usia
prasekolah yang menjalani
hospitalisasi di ruangan perawatan
anak RSUP Sanglah Denpasar.
Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran Universitas
Udayana.

Pengaruh Terapi Sleep Hygiene Terhadap Gangguan Tidur pada Anak Usia Sekolah yang Menjalani Hospitalisasi 5
OLEH : RIFAL 20317120

PROFESI NERS STIKES YATSI TANGERANG


TAHUN 2020/2021
PENYEBAB DEMAM
Demam dapat disebabkan karena infeksi saluran pernafasan atas, otitis media, sinusitis, pneumonia, pharyngitis, abses gigi, gastroenteritis, infeksi saluran kemih, reaksi imun, imunisasi, dan adanya infek
TANDA & GEJALA DEMAM
Anak rewel
Kenaikan suhu tubuh diatas rentang normal Kulit kemerahan
Peningkatan respirasi Takikardi
Saat disentuh terasa hangat

MAKANAN PENURUN DEMAM YANG BAIK DIKONSUMSI


Sup ayam
Air kelapa
Madu
Pisang
Sayuran hijau
Oatmeal
Yougurth
Gunakan pakaian yang tipis, pendek, dan nyaman pada anak. Hinda
Ajarkan anak untuk minum yang banyak
Jaga anak agar tidak beraktivitas yang dapat meningkatkan suhu tu
Kompres air hangat untuk menurunkan panasnya

PEMBERIAN KOM

CARA PEMBERIAN KOMPRES ALOEVERA:


Aloe Vera yang sudah dikupas kemudian di cuci menggunakan air m
KOMPRES ALOE VERA DIBERIKAN PAGI DAN SORE HARI

Anda mungkin juga menyukai