Anda di halaman 1dari 26

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KONSEP DASAR MEDIS

2.1.1 Definisi

Gastritis merupakan suatu keadaan peradangan atau

perdarahan mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronis,

defuse, atau local. Dua jenis gastritis yang sering terjadi adalah

gastritis seperfical akut dan gastritis antrofik kronis. (price &

Wilson, 2006)

2.1.2 Etiologi

Gastritis disebabkan oleh infeksi kuman helicobacter pyloroi

dan pada awal mukosa lambung menujukan respon inplamasi akut

dan jika diabaikan akan Menjadi kronik( sudoyo aru. Dkk 2009)

Klasifikasi grastritis: (wim de jongetal. 2005)

1) Gastritis akut

a) gastritis akut tanpa perdarahan

b) gastritis akut degan perdarahan (grastritis hemoragik atau

gastritis erosive)

Gastritis akut berasal dari makan terlalu banyak atau terlalu

cepat, makan - makanan yang terlalu berbumbu atau yang

mengandung mekroorganisme penyebab penyaki, Iritasi bahan

semacam alcohol, Aspirin, NSAID, lisol, serta bahan korosif lain,

refluk empedu atau cairan pancreas.

5
2) Gastritis kronik.

Inflamasi lambung yang lama dapat di sebabkan oleh ulkus

beningna atau maligna dari lambung ,atau oleh bakteri

helicobacter pylory(.pylory)

3) Gastristis bacterial

Gastristis bacterial yang di sebut juga gastritis infektiosa, di

sebabkan oleh refluks dari duodenum. (Amin Huda Nurarif dan

Hardhi Kusuma)

2.1.3 Manefestasi klinis

1) Gastritis akut : nyeri epigastrium, mual, muntah, dan

perdarahan terselumbung maupun nyata. Dengan endoskopi

terlihat mukosa lambung hyperemia dan udem, mungkin juga

ditemukan erosi dan perdarahan akrif.

2) Gastritis kronik : kebanyakan gastritis asimptomatik, keluhan

lebih berkaitan dengan komplikasi gastritis atrofik, seperti

tukak lambung, defisiensi zat besi, anemia pernisiosa, dan

karsinoma lambung. (wim de jong ) ( Amin Huda Nurarif dan

Hardhi Kasuma )

2.1.4 Pemeriksaan penunjang

1) Pemeriksaan darah, tes ini digunakan untuk memeruksa

adanya antibody H. pylori dalam darah. Hasil tes yang positif

menunjukan bahwa pasien perna kontak dengan bakteri pada

suatu waktu dalam hidupnya, tapi itu tidak menunjukan

bahwa pasien tersebut terkena infeksi. Tes darah dapat juga

6
dilakukan untuk memeriksa anemia, yang terjadi akibat

perdarahan lambung akibat gastritis.

2) Pemeriksaan pernafasan. Tes ini dapat mentukan apakah pasien

terinfeksi oleh bakteri H. pylori atau tidak.

3) Pemeriksaan feces. Tes ini memeriksa apakah terdapat H. pylori

dalam feces atau tidak. Hasil yang positif dapat

mengindikasikan terjdinya infeksi.

4) Endoskopi saluran cerna bagian atas. Dengan tes ini dapat

terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran cerna bagian atas

yang mungkin tidak terlihat dari sinar – X.

5) Ronsen saluran cerna bagian atas. Tes ini akan terlihat

adanya tanda – tanda gastritis atau penyakit pencernaan lainnya.

Biasanya akan diminta menelan cairan barium terlebih dahulu

sebelum dilakukan ronsen.cairan ini akan melapisi slauran

cerna dan akan terlihat lebih jelas ketika di ronsen. ( Amin

Huda Nurarif dan Hardhi Kusuma)

2.1.5 Penatalaksanaan

1) Gastritis akut

Factor utama adalah dengan menghilangaka etiologinya.

Diet lambung dengan porsi kecil dan sering. Obat – obatan

ditunjukan untuk mengatur sekresi asam lambung berupa

antagonis reseptor H2, inhibitor pompa proton, sukralfat dan

prostaglandin.

7
Penatalaksaan sebaiknya meliputi pencegaahan terhadap

setiap pasien dengan resiko tinggi, pengobatan terhadap

penyakit yang mendasari dan menghentika obat yang dapat

menjadi penyebab, serta dengan pengobatan suportif.

Pencegahan dapat dilakukan dengan pemberian antasida dan

antagonis H2 sehingga mencapai PH lambung 4. Meskipun

hasilnya masih jadi perdebatan, tetapi pada umumnya tetap

dianjurkan. Pencegahan ini terutama bagi pasien yang

menderita penyakit dengan keadaan klinis yang berat. Untuk

mengguna aspirin atau anti inflamasi nonsteroid pencegahan

yang terbaik adalah dengan Misaprostol, atau derivat

prostaglandin. (Amin Huda Nurarif dan Hardi kasuma)

Penatalaksanaan medical untuk gastritis akut dilakukan

dengan menghundari alcohol dan makanan sampai gejalah

berkurang. Bila gejalah menetap, diperlukan cairan intravena.

Bila terdapat perdarahan, penatalaksanaan serupa dengan pada

hemoragi saluran gastrointestinal atas. Bila gastritis terjadi

karena alkali kuat, gunakan jus karena adanya bahaya

perforasi. (Amin Huda Nurarif dan Hardi Kasuma)

2) Gastritis kronis

Factor utama ditandai oleh kondisi kondisi progesif epitel

kelenjar disertai sel parietal dan chief cell. Dinding lambung

menjadi tipis dan mukosa mempunyai permukaan yang rata,

gastritis kronis ini digolongkan menjadi dua kategori tipe A

8
disebut juga gastritis altrofik atau fundal, karena gastritis

terjadi pada bagian fundus lambung. Gastritis kronis tipe A

merupakan sesuatu penyakit autoimun yang disebabkan oleh

adanya autoantibodi terhadap sel parietal kelenjar lambung

danfactor instrisik. Tidak adanya sel parietal dan chief cell

dapat menurunkan sekresi asam dan menyebabkan tingginya

kadar gastin.

Gastritis kronis tipe B disebut juga sebagai gastritis antral

karena umumnya mengenai daerah atrium lambung dan lebuh

sering terjadi dibandingkan dengan gastritis kronis tipe A.

penyebab utama gastritis tipe B adalah infeksi kronis oleh

helicobacter pylori. Factor etiologi gastritid kronis lainnya

adalah asupan alcohol yang berlebihan, merokok, dan refluks

yang dapat mencetuskan terjadinya ulkus peptikum dan

karsinoma. (Amin Huda Nurarif dan hardi Kasuma)

Pengobatan gastritis kronis berpariasi, tergantung pada

penyakit yang dicurigai. Bila terdapat ulkus duodenum, dapat

diberikan antibiotic untuk membatasi helicobacter pylori.Naun

demikian lesi tidak selalu muncul dengan gastrtitis kronis.

Alcohol dengan obat yang diketahui meringitasi lambung harus

dihindari. Bila terjadi anemia defisiensi besi (yang disebkan

oleh perdarahan kronis), maka penyakit ini harus diobati. Pada

anemia pernisiosa harus diberi pengobatan vitamin B12 dan

terapi yang sesuai.gastritis kronis diatasi dengan memodifikasi

9
diet dan meningkatakan histrahat serta melalui farmakoterapi.

Helicobacter pylori dapat diatasi dengan anti biotik (seperti

tetrasiklin atau amoxicillin) dan garam bismuth (pepto

bismol). Pasien dengan gastritis tipe A biasanya mengalalmi

malabsorbsi vitamin B12. ( Amin Huda Nurarif dan Hardhi

Kusuma )

2.1.6. Maslah yang lanzim muncul

1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan masukan nutrient yang tidak adekuat

2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan masukan

cairan tidak cukup dan kehilangan cairan berlebihan karena

muntah

3. Nyri akut berhubungan mukosa lambung teriritasi

4. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan penatalaksanaan

diet dan proses penyakit.

2.1.7. Discharge planning

1. Hindari minuman alcohol karena dapat mengiritasi lambung

sehingga terjadi inflamasi dan perdarahan

2. Hindari merokok karena dapat mengganggu lapisan dinding

lambung sehingga lambung lebih mudah mengalami gastritis

dan tukak/ulkus. Dan rokok dapat meningkatkan asam

lambung dan memperlambat penyembuhan tukak.

3. Atasi stress sebaik mungkin

10
4. Makan makanan yang kaya akan buah dan sayur, namun

hindari sayur dan buah yang sifat asam (missal; jeruk, lemon,

grapefruit, nanas, tomat)

5. Jangan berbaring setelah makan untuk menghindari refluks

(alira balik) asam lambung

6. Berolaragah secara teratur untuk membantu mempercepat

aliran makanan melalui usus

7. Bila perut mudah mengalami kembung (banyak gas) untuk

sementara waktu kurangi konsumsi makanan tinggi serat

8. Makan dalam porsi sedang (tidak banyak) tetapi sering,

berupa makanan lunak dan rendah lemak. Makanlah secara

perlahan dan rileks

11
2.2 KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

Proses keperawatan adalah suatu metode yang sistemis untuk

mengkaji respon manusia terhadap masalah-masalah kesehatan dan

membuat rencana keperawatan yang bertujuan mengatasi masalah-masalah

tersebut. Proses keperawatan juga merupakan metodologi keperawatan

secara ilmiah dan sistematis yang mencakup (Smeltzer, 2001).

2.2.1 Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan

merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari

berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status

kesehatan klien. Tahap pengkajian merupakan dasar utama dalam

memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif adalah kumpulan

data yang berisikan mengenai status kesehatan klien untuk mengelola

kesehatan dan keperawatannya terhadap dirinya sendiri dan hasil

konsultasi dari medis / profesi kesehatan lainnya.( Brunner dan

Suddarth, 2001 ).

Pengkajian fisik keperawatan pada prinsipnya dikembangkan

berdasarkan model keperawatan yang berfokus pada respon yang

ditimbulkan pasien akibat adanya masalah kesehatan. Pada kasus

gastrritis pengkajian yang didapatkan yaitu :

1) Aktivitas/istirahat.

Gejala : Kelemahan, kelelahan.

Tanda: Tachikardia, takipnea/hiperventilasi (respon terhadap

aktivitas).

12
2) Sirkulasi.

Gejala:Hipotensi termasuk postural, takikardia, disritmia,

kelemahan/nadi perifer lemah, pengisian kapiler lembut/

perlahan.Warna kulit : pucat, sianosis. Kelembaban kulit :

berkeringat (menunjukkan status syok, nyeri akut, respon

psikologik).

3) Integritas ego.

Gejala: Faktor stress akut atau kronik (keuangan, hubungan, kerja)

Tanda: Tanda ansietas, misalnya : gelisah, pucat, berkeringat,

perhatian menyempit, gemetar, suara gemetar.

4) Eliminasi.

Gejala: Riwayat penyakit sebelumnya karena perdarahan gastro

intestinal atau masalah yang berhubungan dengan gastro

intestinal.

Misalnya: luka peptic/gaster, gastritis, bedah gaster, iradiasi gaster.

Tanda: Nyeri tekan abdomen, distensi.Bunyi usus : sering

hiperaktif selama perdarahan, hipoaktif setelah perdarahan.

Karakteristik feses diare, darah warna gelap, kecoklatan

atau kadang merah cerah : berbusa, bau busuk (steatorea).

Konstipasi dapat terjadi (perubahan diet, penggunaan

antasida). Haluaran urine : menurun, pekat.

5) Makanan/cairan

Gejala: Anoreksia, mual, muntah (muntah yang memanjang diduga

obstruksi pilorik bagian luar sehubungan dengan luka

13
duodenal), Masalah menelan, cekukan. Nyeri ulu hati,

sendawa bau asam, mual, muntah. Tidak toleran terhadap

makanan, contoh makanan pedas, cokelat ; diet khusus

untuk penyakit ulkus sebelumnya.

Tanda : Muntah : warna kopi gelap atau merah cerah, dengan atau

tanpa bekuan darah. Membran mukosa kering, penurunan

produksi, mukosa, turgor kulit buruk (perdarahan kronis).

Berat Jenis urine meningkat.

6) Neurosensori

Gejala:Rasa berdenyut, pusing sakit kepala karena sinar,

kelemahan.Status mental : tingkat kesadaran dapat

terganggu rentang dari agak cenderung tidur,

disorientasi/bingung, sampai pingsan, dan koma

(tergantung pada volume sirkulasi/ oksigenisasi).

7) Nyeri/kenyamanan

Gejala : Nyeri digambarkan sebagai tajam, dangkal, rasa terbakar,

perih. Rasa ketidak nyamanan atau distres samar – samar

setelah makan banyak dan hilang dengan makan (gastritis

akut). Nyeri epigastrium kiri/tengah menyebar ke punggung

1 – 2 jam setelah makan dan hilang dengan makan antasida

(Ulkus gaster). Nyeri epigastrium terlokalisir di kanan 4

jam setelah makan bila lambung kosong dan hilang dengan

makanan atau antasida (ulkus duodenal). Tak ada nyeri

(varises esofageal atau gastritis).

14
Faktor pencetus : makanan, rokok, alcohol, penggunaan obat

tertentu (salsilat, reserpin, antibiotik, ibuprofen), stressor

psikologis.

Tanda:Wajah berkerut, berhati-hati pada area yang sakit, pucat,

berkeringat, perhatian menyempit.

8) Keamanan

Gejala : Alergi terhadap obat/sensitive, misalnya : ASA.

Tanda : Peningkatan suhu, Spider angioma, eritema palmar

(menunjukkan sirosis/ hipertensi portal).

9) Penyuluhan/pembelajaran

Gejala : Adanya penggunaan obat resep/dijual bebas yang

mengandung ASA, alcohol, steroid. NSAID menyebabkan

perdarahan GI. Keluhan saat ini dapat dterima karena

(misalnya : anemia) atau diagnosa yang berhubungan

dengan (misalnya trauma kepala), flu usus, atau episode

muntah berat. Masalah kesehatan yang lama

misalnya : sirosis, alcoholisme, hepatitis, gangguan makan.

15
Tabel 2.1 Pathway
( Nanda Nic – Noc, 2015)

Obat-obatan (Nisad, Kafein


H. Pylori
aspirin, sulfanomida
steroid, digitalis),

Melekat pada
Me ↓ produksi
epitel lambung
bikarbonat (HCO3-)
Mengganggu
pembentukan sawat
mukosa lambung
Menghancurkan
lapisan mukosa Me ↓ kemampuan
lambung proteksi terhadap asam

Menyebabkan difusi
Me ↓ barrier
kembali asam
lambung
lambung & pepsin
terhadap Kekurangan volume
asam dan
cairan
pepsin

Perdarahan
Inflamasi

Nyeri Me ↓ tonus dan peristalic


epigastrium lambung Mukosa lambung
kehilangan integritas
jaringan

Me ↓ sensori Refluk isi duodenum


untuk makan kelambung

Anoreksia
Mual Dorongan ekspulsi isi
lambung ke mulut

Muntah
Ketidakseimbangan
Nyeri akut nutrisikurang dari
kebutuhan tubuh
Kekurangan
volume cairan

16
2.2.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah penilaian tentang respon individu,

keluarga atau komunitas terhadap masalah kesehatan/proses

kehidupan yang aktual atau potensial .

1) Ketidakseimbang nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan masukan nutrient yang tidak adekuat.

2) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan masukan

cairan tidak cukup dan kehilangan cairan berlebihan karena

muntah.

3) Nyeri akut berhubungan dengan mukosa lambung teriritasi.

4) Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan penatalaksanaan

diet dan proses penyakit.

2.2.3 Intervensi Keperawatan

Perencanaan adalah pengembangan strategi desain untuk

mencegah, mengurangi dan mengatasi masalah-masalah yang telah

diidentifikasi dalam diagnosis keperawatan. Doenges, Marilynn E,

(1999).

17
Tabel 2.2 Rencana Keperawatan
NO DIAGNOSA NOC ( Kriteria Hasil ) NIC ( Intervensi )
1 Ketidakseimbangan a) Nutritional status: a) kaji adanya alergi makanan
Nutrisi kurang dari kebutuhan b) Nutritional status : food and fluid b) kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
tubuh c) Intake kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien.
d) Nutritional status : nutrient intake c) Anjurkan pasien untuk intake Fe
e) Weinght control d) Anjurkan pasien untuk meningkatkan proten dan vitamin
Kritelia Hasil : C
a) adanya peningkatan berat badan sesuai e) Berikan substansi gula
dengan tujuan f) Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat
b) berat badan ideal sesuai dengan tinggi untuk mencegah konstipasi
badan g) Berikan makanan yang terpilih (sudah dikonsultasikan
c) mampu mengidentifikasi sesuai dengan ahli gizi)
kebutuhan nutrisi h) Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan
d) tidak ada tanda-tanda malnutrisi harian.
e) menunjukan peningkatan fungsi i) Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
pengecapan dari menelan j) Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
tidak terjadi penurunan berat badan yang k) Kaji kamampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang
berarti. dibutuhkan
Nutrition monitoring
l) BB dalam batas normal
m) Monitor adanya berat badan
n) Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang bias dilakukan
o) Monitor interaksi anak atau orang tua selama makan
p) Monitor lingkungan selama makan
q) Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam
makan
r) Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
s) Monitor tugor kulit
t) Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah
u) Monitor mual dan muntah

18
v) Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht
w) Monitor pertumbuhan dan perkembangan
x) Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan
konjungtiva
y) Monitor kalori dan intake nutrisi
z) Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papilla lidah
dan cavitas oral.
aa) Catat jika lidah berwarna magenta,scarlet
2 Kerangan volume cairan. NOC ( Kriteria Hasil ) NIC ( Intervensi )
a) Fluid balance Fluid management
b) Hydration a) Timbangan popok/pembalut jika diperlukan
c) Nutritional status: food and fluid b) Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
d) Intake c) Monitor stsatus hidrasi (kelembaban membram mukosa,
Kriteria Hasil : nadi adekuat, tekanan darah ortostatik), jika diperlukan
a) Mempertahankan urine output sesuai d) Monitor vital sing
dengan usia dan BB, BJ urine normal, HT e) Monitor masukan makanan/ cairan dan hitung intake
normal kalori harian
b) Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam f) Kolaborasikan pemberian cairan IV
batas normal g) Monitor stsatus nutrisi
c) Tidak ada tand tanda dehidrasi, h) Berikan cairan IV pada suhu ruangan
d) Elastisitasi turgor kulit baik membram i) Dorongan masukan oral
mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang j) Berikan penggantian nesogratik sesuai output
berlebihan k) Dorongan keluarga untuk membantu pasien makan
l) Tawarkan snack (juss buah,buah segar)
m) Kolaborasi dengan dokter
n) Artur kemungkina tranfusi
o) Persiapan untuk trnfusi
Hipovelemia Management
a) Monitor status cairan termasuk intake dan ourput cairan
b) Pelihara IV line
c) Monitor tingkat Hb dan hematocrit

19
d) Monitor tanda vital
e) Monitor respon pasien terhadap penambahan cairan
f) Monitor berat badan
g) Dorongan pasien untuk menambah intake oral
h) Pemberian cairan IV monitor adanya tanda dan gejalah
kelebihan volume cairan
i) Monitor adanya tanda gagal ginjal
3 Nyeri akut NOC ( Kriteria Hasil ) NIC ( Intervensi )
a) Pain level, Pain management
b) Pain control a) Lakukan pengkajian nyeri secara komperhensi termasuk
c) Comfort level nyeri, karakteristik , durasi, frekuensi,kualitas dan factor
Kriteria hasil presipitasi
a) Mampuh mengontrol nyeri (tahu b) Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
penyebab nyeri, mampuh menggunakan c) Gunakan teknik komunikasih terapeutik untuk
teknik nonfarmakologi untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien
mengurangi nyeri, mencari bantuan) d) Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
b) Melaporkan bahwa nyeri berkurang e) Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
dengan menggunakan manajemen nyeri f) Evaluasi bersamah pasien dan tim kesehatan lain tentang
c) Mampuh mengenali nyeri( skala, ketidakefetifan control nyeri masa lampau
intensitas, frekuensi dan tanda nyeri ) g) Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan
d) Menyatakan rasa nyaman seteah nyeri menemukan dukungan
berkurang h) Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
i) Kurangi factor presipitasi nyeri
j) Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi,
nonfarmakologi dan interpersonal )
k) Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
l) Ajarkan tentang teknik nonfarmakologi
m) Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri ,
n) Evaluasi keefektifan control nyeri
o) Tingkatkan istirahat
p) Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan

20
tindakan nyeri tidak berhasil
q) Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri
Analgesic administration
a) Tentukan lokasi,karateristik,kualitas,dan derjat nyeri
sebelum pemberian obat
b) Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan
frekwensi
c) Cek riwayat alergi
d) Pilih analgesic yang di perlukan atau kombinasi dari
analgesic ketika pemberian lebih dari satu
e) Tentukan pilihan analgesic tergantung tipe dan beratnya
nyeri
f) Tentukan analgesic pilihan,rute pemberian,dan dosis
optimal
g) Pilih rute pemberian secara IV,IM untuk pengobatan
nyeri scara teratur
h) Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian
analgesic pertama kali
i) Berikan analgesic tepat waktu terutama saat nyeri hebat
j) Evaluasi efektifitas analgesic,tanda dan gejala
4 Defiensi pengetahuan NOC ( Kriteria Hasil ) NIC ( Intervensi )
a) Knowledge : disease process Teaching : disease process
b) Knowiedge : health bhvior a) Berikan penilaian tentang tingkat pengetauan pasien
Kreteria hasil : tentang proses penyakit yang spesifik
a) Pasien dan keluarga menyatakan b) Jelaskan fotofisiologis dari penyakit dan bagaiman hal ini
pemahaman tentang penyakit, kondisi, berhubungan dengan anotomi dan fisiologi, dengan cara
proknosis dan program pengobatan pasien yang tepat.
dan keluarga mampuh melaksanakan c) Gambarkan tanda dan gejala yang bisah muncul pada
prosedur yang dijelaskan secara benar penyakit, dengan cara yang tepat
b) Pasien dan keluarga mampu menjelaskan d) Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat
kembali apa yang di jelaskan perawat/tim e) Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara yang
kesehatan lainnya tepat.
f) Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan

21
cara yang tepat
g) Hindari jaminan yang kosong
h) Sediakan bagi keluarga atau SO informasi tentang
kemajuan pasien dengan cara yang tepat.
i) Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin
diperlukan untuk mencagah komplikasi di masa yang
akan datang dan atau masa pengontrolan penyakit.
j) Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
k) Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan
second opinion dengan cara yang tepat atau diindikasikan
l) Rujuk pasien pada grup atau agensi di komunitas local,
dengan cara yang tepat
m) Instruksikan pasieen mengenai tanda dan gejala untuk
melaporkan pada pemberi perawatan kesehatan, dengan
cara yang tepat.

22
2.2.4 Implementasi

Pelaksanaan adalah pemberian asuhan keperawatan secara

nyata berupa serangakaian kegiatan yang sistematis berdasarkan

perencanaan untuk mencapai hasil yang optimal.Pada tahap ini

perawat menggunakan segala kemampuan yang dimilik dalam

melaksanakan tindakan keperawatan terhadap klien baik secara

umum maupun secara khusus pada klien gastritis (Doenges,

Marilyn, 1999).

2..2.5 Evaluasi

Evaluasi adalah membandingkan kesehatan klien dan

mengukur keberhasilan dari rencana pelaksanaan tindakan

keperawatan yang dilakukan dengan tujuan melakukan umpan

balik rencana keperawatan melalui perbandingan hasil dengan

standar keperawatan serta memudahkan atau kesulitan evaluasi

dipengaruhi kejelasan tujuan tersebut diukur. Evaluasi terdiri dari

Subjektif,, objektif, assessment, planning ( SOAP ).

23
2.3 KONSEP DASAR GANGGUAN RASA NYAMAN NYERI

2.3.1 Pengertian Nyeri

Nyeri adalah suatu rasa yang tidak nyaman, baik ringan

maupun berat. Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang

mempengaruhi seseorang dan eksistensinya diketahui bila

seseorang pernah mengalami nya ( Tamsuri, 2007).

Intensitas nyeri gambaran seberapa parah nyeri yang dirasakan

individu. Pengukuran intensitas nyeri sangat subyektif dan

individual, dan kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama

dirasakan sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda.

Pengukuran nyeri dengan pendekatan obyektif yang paling

mungkin adalah menggunkan respon fisiologik tubuh terhadap

nyeri itu sendiri (Tamsuri, 2007).

2.3.2 Fisiologi Nyeri

Reseptor nyeri di sebut nosiseptor yang merupakan ujung –

ujung saraf bebas, tidak bermieling atau sedikit bermieling dari

neuron afferen. Nosiseptor tersebar luas pada kulit dan mukosa dan

terdapat pula pada struktur yang lebih dalam seperti visera,

persendian, dinding arteri, hati dan kandung empedu. Selain

jaringan yang rusak, spasme otot juga dapat menimbulkan nyeri

karena menekan pembuluh darah pada daerah yang terjadi anoksia

tersebut. Pembengkakan jaringan juga dapat menyebabkan nyeri

karena tekanan ( Stimulasi Mekanik ) kepada nociseptor yang

menghubungan jaringan (Smeltzer, 2001).

24
2.3.3 Klasifikasi Nyeri

Menurut Smeltzer (2001), nyeri dapat diklasifikasikan sebagai

berikut:

1) Nyeri akut

Nyeri akut biasanya tiba- tiba dan umumnya berkaitan

dengan cedera spesifik. Nyeri akut mengindikasikan bahwa

kerusakan atau cedera telah terjadi. Hal ini menarik perhatian

pada kenyataan bahwa nyeri ini benar terjadi dan mengajarkan

kepada kita untuk menghindari situasi serupa yang secara

potensial menimbulkan nyeri. Jika kerusakan tidak lama

terjadi dan tidak ada penyakit sistematik, nyeri akut biasanya

menurun sejalan dengan terjadi penyembuhan; nyeri ini

umumnya terjadi kurang dari enam bulan dan biasanya kurang

dari satu bulan. Untuk tujuan definisi, nyeri akut dapat

dijelaskan sebagai nyeri yang berlangsung dari beberapa detik

hingga enam bulan.

2) Nyeri kronik

Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau intermiten yang

menetap sepanjang suatu periode waktu. Nyeri ini berlangsung

di luar waktu penyembuhan yang diperkirakan dan sering tidak

dapat dikaitkan dengan penyebab atau cedera spesifik. Nyeri

kronis dapat tidak mempunyai awitan yang ditetapkan dengan

tetap dan sering sulit untuk diobati karena biasanya nyeri ini

tidak memberikan respons terhadap pengobatan yang diarahkan

25
pada penyebabnya. Meski nyeri akut dapat menjadi signal yang

sangat penting bahwa sesuatu tidak berjalan sebagaimana

mestinya, nyeri kronis biasanya menjadi masalah dengan

sendirinya.

2.3.4 Mekanisme Neurofisiologik Nyeri

Salah satu neuromodulator nyeri adalah endorfin (morfin

endogen), merupakan substansi sejenis morfin yang disuplai oleh

tubuh yang terdapat pada otak, spinal dan traktus gastrointestinal

yang memberi efek analgesik, pada saat neuron nyeri perifer

mengirimkan sinyal ke sinaps, terjadi sinapsis antara nyeri perifer

dan neuron yang menuju ke otak tempat seharusnya untuk

substansi nyeri, pada saat tersebut endorfin akan memblokir

lepasnya substansi nyeri tersebut (Tamsuri, 2007).

2.3.5 Faktor-faktor yang dapat meningkatkan atau menurunkan


sensivitas Nyeri
Menurut Smeltzer, (2001) faktor-faktor yang mempengaruhi
respon nyeri adalah :
1) Pengalaman masa lalu .

Individu yang mempunyai pengalaman yang multiple dan

berkepanjangan dengan nyeri akan lebih sedikit gelisah dan

lebih toleran terhadap nyeri dibanding dengan orang yang

hanya mengalami sedikit nyeri. Bagi kebanyakan orang,

bagaimanapun, hal ini tidak selalu benar. Sering kali, lebih

berpengalaman individu dengan nyeri yang dialami, makin

takut individu tersebut terhadap peristiwa yang menyakitkan

yang akan diakibatkan.

26
2) Ansietas.

Hubungan antara nyeri dan ansietas bersifat

kompleks.Ansietas seringkali meningkatkan persepsi nyeri,

tetapi nyeri juga dapat menimbulkan suatu perasaan ansietas.

Pola bangkitan otonom adalah sama dalam nyeri dan ansietas.

Sulit untuk memisahkan suatu sensasi.Paice (1991) melaporkan

suatu bukti bahwa stimulus nyeri mengaktifkan bagian limbik

yang mengendalikan emosi seseorang, khususnya

ansietas.Sistem limbik dapat memproses reaksi emosi terhadap

nyeri, yakni memperburuk atau menghilangkan nyeri.

3) Budaya

Keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi cara

individu mengatasi nyeri. Individu mempelajari apa yang

diharapkan dan apa yang diterima oleh kebudayaan mereka.

Hal ini meliputi bagaimana bereaksi terhadap nyeri.Ada

perbedaan makna dan sikap dikaitkan dengan nyeri diberbagai

kelompok budaya. Suatu pemahaman tentang nyeri dari segi

makna budaya akan membantu perawat dalam merancang

asuhan keperawatan yang relevan untuk klien yang mengalami

nyeri (Smeltzer, 2001).

27
4) Usia

Usia merupakan faktor penting yang mempengaruhi nyeri,

khususnya pada anak-anak dan lansia. Perkembangan, yang

ditemukan diantara kelompok usia ini dapat mempengaruhi

bagaimana anak-nak dan lansia bereaksi terhadap nyeri. Anak

yang masih kecil mempunyai kesulitan mengungkapkan dan

mengekspresikan nyeri.

5) Efek Plasebo

Plasebo merupakan zat tanpa kegiatan farmakologik dalam

bentuk tablet, kapsul, cairan injeksi dan sebagainya. Plasebo

umumnya terdiri atas gula,larutan salin normal, dan atau air

biasa. Karena plasebo tidak memiliki efek farmakologis, obat

ini hanya memberikan efek dikeluarkannya produk ilmiah

(endogen) endorfin dalam sistem kontrol desenden, sehingga

menimbulkan efek penurunan nyeri (Tamsuri, 2007).

2.3.6 Skala Nyeri

Beberapa skala yang dapat digunakan untuk mengukur

interaksi nyeri, menurut smelzer & bare ( 2001) adalah sebagai

berikut:

1) Skala intensitas nyeri

Gambar 2.1 Skala intensitas nyeri deskriptif

28
2) Skala analog visual.

Gambar 2.2 skala analog visual

3) Skala Intensitas Nyeri Numerik (NRS)

Gambar, 2.3 Skala Intensitas Nyeri Numerik

4) Skala Wajah

Gambar, 2.4. Wajah Skalah Nyeri

5) Cara Penilaian Nyeri Berdasarkan PQRST

a) P: Provokatif / Paliatif

Apa kira – kira penyebab timbulnya rasa nyeri...? apakah

karena terkena ruda paksa / benturan..? Akibat Penyayatan

dan lain – lain.

29
b) Q: Qualitas / Quantitas.

Seberapa berat keluhan nyeri terasa.? bagaimana rasanya.?

seberapa sering terjadinya.? Ex: Seperti tertusuk, tertekan /

tertimpa benda berat, di iris – iris, dll.

c) R: Region / Radiasi.

Lokasi dimana keluhan nyeri tersebut dirasakan /

ditemukan, apakah juga menyebar ke daerah lain/ area

penyebarannya.?

d) S: Skala Seviritas.

Skala kegawatan dapat dilihat menggunakan GCS untuk

gangguan kesadaran, skala nyeri / ukuran lain yang

berkaitan dengan keluhan.

e) T: Timing

f) Kapan keluhannyeri tersebut mulai ditemukan /

dirasakan.? apakah terjadisecara mendadak atau bertahap.?

akut atau kronis.? ( Tamsuri, 2007).

30

Anda mungkin juga menyukai