Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN PADA TN B DENGAN

MASALAH KEPERAWATAN UTAMA GANGUAN SISTEM PENCERNAAN: GASTRITIS

DI PUSKESMAS BRABASAN Kec.TANJUNG RAYA

KABUPATEN MESUJI

Oleh Kelompok VI

1. Lisnawati Aritonang
2. Lely Kemala Sari Harahap
3. Gamgam Musriatin
4. Susi Daniati
5. Mulyadi
6. Heru Warsito

PROGRAM STUDI PNDIDIKAN NERS


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PRINGSEWU LAMPUNG
TAHUN 2023
LAPORAN PENDAHULUAN GASTRITIS PADA LANSIA

LAPORAN PENDAHULUAN

GASTRITIS PADA LANSIA

A.    Konsep Dasar Medis

1.      Pengertian gastritis


Gastritis pada lansia adalah suatu peradangan mukosa lambung yang dapat bersifat kronis, difus atau lokal yang sering
terjadi pada lansia: dua jenis gastritis yang paling sering terjadi : gastritis superfisial akut dan gastritis atropik kronik.
2.      Etiologi
Gastritis seringkali akibat dari stres.
     a. Endotoksin bakteri (masuk setelah menelan makanan yang terkontaminasi), kafein, alkohol, dan aspirin merupakan
agen-agen penyebab yang sering.
    b. Penyebab lain adalah obat-obatan seperti : sulfonamida, steroid.
  c. Beberapa makanan berbumbu termasuk lada, cuka dapat menyebabkan gejala yang mengarah pada gastritis.
d. Gastritis kronik umumnya disebabkan akibat minum alkohol berlebihan, teh panas, merokok, merupakan predisposisi
timbulnya gastritis atropik.
e. Pada kasus anemia pernisiosa, patogenesis agaknya berkaitan dengan gangguan mekanisme imunologik. Kebanyakan
penderita mempunyai antibodi terhadap sel parietal dalam darahnya, lebih spesifik lagi, penderita ini juga mempunyai
antibodi terhadap faktor intrinsik.
3.      Patogenesis
Seluruh mekanisme yang menimbulkan gastritis erosif karena keadaan – keadaan klinis yang berat belum diketahui
benar. Aspirin dan obat anti inflamasi non steroid merusak mukosa lambung melalui beberapa mekanisme. Prostaglandin
mukosa merupakan salah satu faktor defensif mukosa lambung yang amat penting. Selain menghambat produksi
prostaglandin mukosa, aspiran dan obat aninflamasi topikal terjadi karena kandungan asam dalam obat tersebut bersifat
korosif sehingga dapat merusak sel-sel epitel mukosa. Pemberian aspirin dan obat antiflamasi non steroid juga dapat
menurunkan sekresi bikarbonat dan mukus oleh lambung, sehingga kemampuan faktor defensif terganggu.
4.      Patofisiologi
Obat-obatan, alkohol, garam empedu atau enzim – enzim pankreas dapat merusak mukosa lambung (gastritis
erosif), mengganggu pertahanan mukosa lambung dan memungkinkan difusi kembali, asam dan pepsin ke dalam jaringan
lambung, hal ini menimbulkan peradangan respons mukosa terhadap kebanyakan penyebab iritasi tersebut dengan
regenerasi mukosa, karena itu gangguan-gangguan tersebut seringkali menghilang dengan sendirinya.
Dengan iritasi yang terus menerus, jaringan menjadi meradang dan dapat terjadi perdarahan.
Masuknya zat-zat seperti asam dan basa yang bersifat korosif mengakibatkan peradangan dan nekrosis pada
dnding lambung.
Gastritis kronis dapat menimbulkan keadaan dengan atropi kelenjar-kelenjar lambung dan keadaan mukosa
terdapat bercak-bercak penebalan warna abu-abu. Hilangnya mukosa lambung akhirnya akan berakibat kurangnya sekresi
lambung dan timbulnya anemia pernisiosa.
5.      Manifestasi klinik
Manifestasi klinis dari gastritis akut dapat bervariasi dari keluhan abdomen yang tidak jelas, seperti anoreksia atau
mual, sampai gejala lebih berat seperti nyeri epigastrium, muntah, perdarahan dan hematemesis. Pada pemeriksaan fisis
biasanya tidak ditemukan kelainan, kecuali mereka yang mengalami perdarahan yang hebat sehingga menimbulkan tanda
dan gejala gangguan hemodinamik yang nyata seperti hipotensi, pucat, keringat dingin, takikardia sampai gangguan
kesadaran. Klien juga mengeluh kembung, rasa asam di mulut.
Sedangkan manifestasi klinis dari gastritis kronik ; gejala defisiensi B 12, sakit ulu hati setelah makan, bersendawa
rasa pahit dalam mulut, mual dan muntah.

6.      Pemeriksaan Diagnosis


Gastritis erosif harus selalu diwaspadai pada setiap pasien dengan keadaan klinis yang berat atau pengguna aspirin
dan anti inflamasi nonsteroid. Diagnosa ini ditegakkan dengan pemeriksaan gastroduodenoskopi. Pada pemeriksaan akan
tampak mukosa yang sembab, merah, mudah berdarah atau terdapat perdarahan spontan, erosi mukosa yang bervariasi
dari yang menyembuh sampai tertutup oleh bekuan darah dan kadang ulserasi.
Pada gastritis kronis diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan endoskopi dan histopatologi. Untuk
pemeriksaan histopatologi sebaiknya dilakukan biopsi pada semua segmen lambung. Perlu pula dilakukan kultur untuk
membuktikan adanya infeksi helicobacter pylori apalagi jika ditemukan ulkus baik pada lambung ataupun pada
duodenum, mengingat angka kejadian yang cukup tinggi yaitu hampir mencapai 100%. Kriteria minimal untuk
menegakkan diagnosis H. Pylori jika hasil PA positif.
7.      Penatalaksanaan
Gastritis akut :
a.          Mengatasi kedaruratan medis yang terjadi.
b.         Mengatasi atau menghindari penyebab apabila dijumpai / ditemukan.
c.          Pemberian obat – obat H2 blocking, antasid atau obat – obat ulkus lambung yang lain.

Gastritis kronis :
Pada umumnya gastritis kronik tidak memerlukan pengobatan, yang harus diperhatikan ialah penyakit – penyakit lain
yang keluhannya dapat dihubungkan dengan gastritis kronik. Anemia yang disebabkan oleh gastritis kronik biasanya
bereaksi baik terhadap pemberian vitamin B12 atau preparat besi, tergantung dari defisiensinya.
8.      Komplikasi
Komplikasi pada gastritis akut adalah :
a.          Perdarahan saluran cerna bagian atas yang merupakan kedaruratan medis. Kadang – kadang perdarahan cukup banyak
sehingga dapat menyebabkan kematian.
b.         Terjadi ulkus kalau prosesnya hebat.
c.          Jarang terjadi perforasi.
Komplikasi pada gastritis kronik adalah :
a.          Atropi lambung dapat menyebabkan gangguan penyerapan terutama terhadap vitamin B 12. Gangguan penyerapan
terhadap vitamin B12 selanjutnya dapat menyebabkan anemia yang secara klinik hampir sama dengan anemia pernisiosa.
Keduanya dapat dipisahkan dengan memeriksa antibodi terhadap faktor intrinsik. Selain vitamin B 12 penyerapan besi juga
dapat terganggu.
b.         Gastritis kronik antrum pilorum dapat menyebabkan penyempitan daerah antrum pilorum. Gastritis kronik sering
dihubungkan dengan keganasan lambung, terutama gastritis kronik antrum pilorus.
B.     Konsep Asuhan Keperawatan

Defenisi proses keperawatan adalah suatu metode yang sistematis untuk mengkaji respon manusia terhadap
masalah – masalah kesehatan dan membuat rencana keperawatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah – masalah
tersebut.
Proses keperawatan terdiri dari 5 tahap yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan
evaluasi.
1. 1.  Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan yang sangat


menentukan keberhasilan sebuah proses keperawatan oleh karen itu
membutuhkan kecermatan dan ketelitian pada tahap ini. Pengkajian dapat
dilakukan minimal sekali, tetapi dapat dilakukan beberapa kali secara teratur,
misal setiap jam pada pasien kritis. Teknik pengkajian meliputi :
a. Anamnesa ; terdiri dari 1) biodata yaitu nama lengkap, umur, jenis kelamin,
status perkawinan, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan dan alamat.
dan 2) riwayat penyakit dan kesehatan antara lain: a) keluhan utama;
biasanya pada penyakit gastritis ini, nyeri di ulu hati dan perut sebelah kanan
bawah sering menjadi alasan pertama klien ke fasilitas pelayanan kesehatan,
b) riwayat kesehatan sekarang meliputi awal dari perjalanan penyakitnya,
gejala yang dirasakan klien, keluhan
timbul dirasakan secara mendadak atau bertahap, faktor pencetus dan
upaya untuk mengatasi masalah tersebut, c) riwayat kesehatan masa lalu
meliputi penyakit yang berhubungan dengan penyakit sekarang, riwayat
dirumah sakit, dan riwayat pemakaian obat dan d) riwayat kesehatan
keluarga. 3) riwayat psikososial 4) riwayat spiritual
b. Pemeriksaan fisik

1) Keadaan umum : tampak kesakitan pada pemeriksaan fisik terdapat


nyeri tekan di kwadran epigastrik.
2) Tanda-tanda vital

Suhu tubuh kadang akan meningkat, pernapasan cepat dan dangkal dan
tekanan darah cenderung menurun
3) B1(breath) : takhipnea

4) B2 (blood) : takikardi, hipotensi, disritmia, nadi perifer lemah,


pengisian perifer lambat, warna kulit pucat.
5) B3 (brain) : sakit kepala, kelemahan, tingkat kesadaran dapat
terganggu, disorientasi, nyeri epigastrum.
6) B4 (bladder) : oliguria, gangguan keseimbangan cairan.

7) B5 (bowel) : anemia, anorexia, mual, muntah, nyeri ulu hati, tidak


toleran terhadap makanan pedas.
8) B6 (bone) : kelelahan, kelemahan

c. Fokus Pengkajian Aktifitas sehari-hari

1) Aktivitas / Istirahat

Gejala : kelemahan, kelelahan


Tanda : takikardia, takipnea / hiperventilasi (respons terhadap aktivitas)
2) Sirkulasi

Gejala : kelemahan, berkeringat

Tanda : - hipotensi (termasuk postural)

- takikardia, disritmia (hipovolemia / hipoksemia)

- nadi perifer lemah

- pengisian kapiler lambat / perlahan (vasokonstriksi)

- warna kulit pucat, sianosis (tergantung pada jumlah kehilangan


darah)
- kelemahan kulit / membran mukosa, berkeringat (menunjukkan
status syok,
nyeri akut, respons psikologik)

3) Integritas ego

Gejala : faktor stress akut atau kronis (keuangan, hubungan kerja),


perasaan tak berdaya.
Tanda : tanda ansietas, misalnya gelisah, pucat, berkeringat,
perhatian
menyempit, gemetar, suara gemetar.

4) Eliminasi
Gejala : riwayat perawatan di rumah sakit sebelumnya karena
perdarahan gastroenteritis (GE) atau masalah yang berhubungan
dengan GE, misalnya luka peptik atau gaster, gastritis, bedah gaster,
iradiasi area gaster. Perubahan pola defekasi / karakteristik feses.
Tanda : - nyeri tekan abdomen, distensi

- bunyi usus : sering hiperaktif selama perdarahan, hipoaktif setelah


perdarahan.
- karakteristik feses : diare, darah warna gelap, kecoklatan atau kadang-
kadang merah cerah, berbusa, bau busuk (steatorea), konstipasi dapat
terjadi (perubahan diet, penggunaan antasida).
- haluaran urine : menurun, pekat.

5) Makanan / Cairan

Gejala : - anoreksia, mual, muntah (muntah yang memanjang diduga


obstruksi pilorik bagian luar sehubungan dengan luka duodenal).
- masalah menelan : cegukan

- nyeri ulu hati, sendawa bau asam, mual atau muntah

Tanda : muntah dengan warna kopi gelap atau merah cerah, dengan atau
tanpa bekuan darah, membran mukosa kering, penurunan produksi
mukosa, turgor kulit buruk (perdarahan kronis).
6) Neurosensi

Gejala : rasa berdenyut, pusing / sakit kepala karena sinar, kelemahan.


Tanda : tingkat kesadaran dapat terganggu, rentang dari agak cenderung
tidur, disorientasi / bingung, sampai pingsan dan koma (tergantung pada
volume sirkulasi / oksigenasi).
7) Nyeri / Kenyamanan

Gejala : - nyeri, digambarkan sebagai tajam, dangkal, rasa terbakar, perih,


nyeri hebat tiba-tiba dapat disertai perforasi. Rasa ketidaknyamanan /
distres samar-samar setelah makan banyak dan hilang dengan makan
(gastritis akut).
- nyeri epigastrum kiri sampai tengah / atau menyebar ke punggung
terjadi 1-2 jam setelah makan dan hilang dengan antasida (ulkus gaster).
- nyeri epigastrum kiri sampai / atau menyebar ke punggung terjadi
kurang lebih 4 jam setelah makan bila lambung kosong dan hilang
dengan makanan atau antasida (ulkus duodenal).
- tak ada nyeri (varises esofegeal atau gastritis).

- faktor pencetus : makanan, rokok, alkohol, penggunaan obat- obatan


tertentu (salisilat, reserpin, antibiotik, ibuprofen), stresor psikologis.
Tanda : wajah berkerut, berhati-hati pada area yang sakit, pucat,
berkeringat, perhatian menyempit.
8) Keamanan

Gejala : alergi terhadap obat / sensitif misal : ASA


Tanda : peningkatan suhu, spider angioma, eritema palmar
(menunjukkan sirosis / hipertensi portal)
9) Penyuluhan / Pembelajaran

Gejala : adanya penggunaan obat resep / dijual bebas yang mengandung


ASA, alkohol, steroid. NSAID menyebabkan perdarahan GI.
Keluhan saat ini dapat diterima karena (misal : anemia) atau diagnosa
yang tak berhubungan (misal : trauma kepala), flu usus, atau episode
muntah berat.
Masalah kesehatan yang lama misal : sirosis, alkoholisme, hepatitis,
gangguan makan (Gangguan Gastrointestinal )
2. Diagnosa Keperawatan

Menurut SDKI, 2018. Diagnosa Keperawatan pada kasus gastritis yaitu ;

a. Nyeri (akut) b/d inflamasi mukosa lambung.

b. Hpovolemia berhubungan dengan intake yang tidak adekuat dan output cair
yang berlebih (mual dan muntah)
c. Defisit nutrisi b/d anorexia

d. Intoleransi aktifitas b/d kelemahan fisik

e. Ansietas b/d kurang pengetahuan tentang penyakit


3. Rencana Intervensi Keperawatan

Diagnosa Tujuan /luaran SLKI Intervensi (SIKI)

Keperawatan

Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen Nyeri


berhubungan perawatan selama 3 x Aktifitas perawat;
dengan agen 24 jam 1. Puasakan pasien di 6jam
cedera biologis Klien dapat mencapai; pertama,
Tingkat Nyeri 2. Berikan makanan lunak
menurun sedikit demi sedikit dan
kriteria hasil ; berikan minuman hangat,
- Nyeri klien 3. Atur posisi yang
berkurang atau nyaman
hilang. bagi klien.
- Skala nyeri 0. 4. Ajarkan teknik distraksi
- Klien dapat relaks. dan reklasasi.
- Keadaan umum 5. Kolaborasi dalam
klien baik. pemberian analgetik.

hipovolemia Setelah dilakukan Manajemen cairan


berhubungan tindakan 1. Penuhi kebutuhan
dengan intake keperawatan individual. Anjurkan klien
yang 3x24jam, untuk minum (dewasa : 40-
tidak adekuat Klien Dapat mencapai 60 cc/kg/jam).
dan Intake cairan 2.Awasi tanda-tanda vital,
output cair membaik evaluasi turgor kulit,
yang Kriteria Hasil : pengisian kapiler dan
berlebih (mual Mempertahankan membran mukosa
dan volume cairan 3. Pertahankan tirah
muntah) adekuat dengan baring,
dibuktikan oleh mencegah muntah dan
mukosa bibir tegangan pada defekasi
lembab, turgor kulit 4. Berikan terapi IV line
baik, pengisian sesuai indikasi
kapiler berwarna 5. Kolaborasi pemberian
merah muda, input cimetidine dan ranitidine
Defisit nutrisi Setelah dilakukan Manajemen nutrisi
b/d malabsopsi tindakan 1. Anjurkan pasien untuk
keperawatan makan sedikit demisedikit
3x24jam, dengan porsi kecil namun
Klien Dapat mencapai : sering.
Intake nutrisi membaik 2. Berikan makanan yang
Kriteria Hasil lunak dan makanan yang di
- Keadaan umum sukai pasien/di gemari.
cukup 3. lakukan oral higyne 2x
-Turgor kulit baik sehari
- BB meningkat 4. timbang BB pasien
- Kesulitan menelan setiap
berkurang hari dan pantau turgor
kulit,mukosa bibir dll
5. Konsultasi dengan tim
ahli gizi dalam pemberian
menu.

Intoleransi Setelah dilakukan Terapi akrifitas


aktifitas tindkaan keperawatan 1. Observasi sejauh mana
b/d kelemahan selama 3 x 24 jam Klien klien dapat melakukan
fisik dapat mencapai : aktivitas.
Toleransi aktifitas 2. Berikan lingkungan
membaik yang
Kriteria hasil : tenang.
- Klien dapat 3. Berikan bantuan dalam
beraktivitas tanpa aktivitas.
bantuan, 4. Jelaskan pentingnya
- saturasi oksigen dalam beraktivitas bagi klien.
rentang normal 5. Tingkatkan tirah baring
- T Tujuan : Klien atau duduk dan berikan obat
dapat beraktivitas. sesuai dengan indikasi
Kriteria hasil : klien melakukan
- Klien dapat sesuatu sendiri.
beraktivitas tanpa
bantuan,TTV dalam
rentang normal

Ansietas b/d Setelah dilakukan Reduksi cemas


perubahan tindakan 1. Awasi respon fisiologi
status keperwatan misalnya: takipnea,
palpitasi, pusing, sakit
kesehatan,anca 1x24jam klien dapat kepala, sensasi kesemutan.
man mencapai ; 2.Dorong pernyataan takut
kematian dan Kontrol cemas dan ansietas, berikan
nyeri. Kriteria hasil : umpan
-Mengungkapkan balik.
perasaan dan 3. Berikan informasi yang
pikirannya secara akurat.
terbuka 4.Berikan lingkungan yang
-Melaporkan tenang untuk istirahat.
berkurangnya cemas 5. Dorong orang terdekat
dan takut untuk tinggal dengan
-Mengungkapkan pasien.
mengerti 6. Tunjukan teknik
tentang proses relaksasi.
penyakit luar, meningkatkan
-Mengemukakan relaksasi, dapat
menyadari terhadap meningkatkan
apa yang keterampilan koping.
diinginkannya yaitu
menyesuaikan diri
terhadap perubahan
fisiknya
DAFTAR PUSTAKA

Guyton, A.C. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, editor, Irawati Setiawan, Edisi 9. Jakarta; EGC

Keliat, B.A. 1994. Proses Keperawatan. Jakarta; EGC

Long, B.C. 1996. Perawatan Medikal Bedah, Edisi I, Bandung

Mansjoer, A,. 2001. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi ketiga Jilid Pertama. Jakarta; Media Aeusculapius,

Price, S.A,. 1994. Patofisiologi : konsep klinis proses-proses penyakit,; alih bahasa, Peter Anugrah; editor, Caroline
Wijaya, Edisi 4. Jakarta; EGC

Smeltzer, S.C,. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth, ; alih bahasa, Agung Waluyo; editor
Monica Ester, Edisi 8, Vol.2. Jakarta; EGC

Soeparman, S.W,. 2001. Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II,. Jakarta; Gaya Baru

Anda mungkin juga menyukai