Anda di halaman 1dari 33

ASUHAN

KEPERAWATAN
LANSIA DENGAN
GASTRITIS
Kelompok 5
2A 2019
Kelompok 5
1. MOEDIS CHINTIA RIDANI (1911312011)
2. SUKMA DWI RAHMATULLAH (1911312014)
3. RAHMI EKA FAJRI (1911312017)
4. REGINA FATIKAHHEMAS (1911312020)
5. VITA DELFI YANTI (1911312023)
01 02
Konsep Dasar Asuhan
Gastritis Keperawatan
Teoritis
03
Asuhan
Keperawatan
Sesuai Kasus
Definisi

Gastritis merupakan penyakit pada lambung yang terjadi akibat


peradangan dinding lambung. Pada dinding lambung atau lapisan
mukosa lambung ini terdapat kelenjar yang menghasilkan asam lambung
dan enzim pencernaan yang bernama pepsin. Untuk melindungi lapisan
mukosa lambung dari kerusakan yang diakibatkan asam lambung,
dinding lambung dilapisi oleh lendir (mukus) yang tebal. Apabila mukus
tersebut rusak, dinding lambung rentan mengalami peradangan.
Klasifikasi

Gastritis Akut Gastritis Kronik


Gastritis akut : ketika peradangan pada Gastritis kronis : peradangan di
lapisan lambung terjadi secara tiba-tiba. lapisan lambung terjadi secara
Gastritis akut akan menyebabkan nyeri perlahan dan dalam waktu yang
ulu hati yang hebat, namun hanya lama.
bersifat sementara.
Adapun klasifikasi gastritis menurut Whiterhead (1972) dalam (Aspiani,
2014, p. 173) adalah sebagai berikut :
Gastritis kronis Gastritis kronis Metaplasia
superfisialis atrofik intestinalis

bila sel radang kronis bila sel radang menyebar


terbatas pada lebih dalam disertai dimana terjadi perubahan
laminapropia mukosa distorsi dan destruksi sel- histopatologik kelenjar
superfisialis dan edema sel kelenjar mukosa yang mukosa lambung
yang dapat memisahkan lebih nyata. menjadi kelenjar mukosa
kelenjar-kelenjar mukosa, usus yang mengandung
sedangkan sel-sel sel goblet
kelenjar tetap utuh.
Adapun klasifikasi gastritis menurut distribusi anatomik, Strickland and
gastritis Mckay (1973) dalam (Aspiani, 2014, p.173) adalah sebagai
berikut :

Gastritis kronis Gastritis kronik Gastritis multifokal


korpus type A antrum atau type B atau type AB
Dimana perubahan histopatologik Merupakan type yang Distribusi anatomiknya
terjadi pada korpus dan karida paling sering dijumpai, menyebar ke seluruh
lambung. Tipe ini sering dan akhir-akhir ini sering gaster. Penyebaran ke arah
dihubungkan dengan proses dihubungkan dengan korpus meningkat seiring
autoimun dan dapat berlanjut kuman Helicobakter dengan lanjutnya usia.
menjadi anemia pernisiosa.
Etiologi
1. Endotoksin bakteri: H. pylori (paling sering), infeksi virus oleh sitomegalovirus, infeksi jamur seperti
candidiasis, histoplasmosis dan phycomycosis (masuk setelah menelan makanan yang terkontaminasi),
kafein, alkohol, dan aspirin merupakan agen-agen penyebab yang sering terjadi.
2. Penyebab lain adalah obat-obatan seperti : sulfonamid, steroid, aspirin yang dapat merusak mukosa
lambung.
3. Beberapa makanan berbumbu termasuk seperti lada, cuka dapat menyebabkan gejala yang mengarah
pada gastritis
4. Gastritis kronik umumnya disebabkan akibat minum alkohol berlebihan, teh panas, merokok, merupakan
predisposisi timbulnya gastritis atropik.
5. Pada kasus anemia pernisiosa, patogenis yang berkaitan dengan gangguan mekanisme imunologik yang
dapat menimbulkan gejala penyakit gastritis.
6. Iskemia pada lambung yang disebabkan oleh terjadinya penurunan aliran darah ke lambung.
Manifestasi Klinik
• Anoreksia atau mual
• Nyeri epigastrium
• Muntah perdarahan
• Hematemesis atau perdarahan yang terjadi karena iritasi mukosa lambung.

Pada pemeriksaan fisik biasanya tidak ditemukan kelainan, kecuali mereka yang mengalami
perdarahan hebat sehingga menimbulkan tanda dan gejala gangguan hemodinaik yang nyata seperti
• Hipotensi
• Pucat
• Keringat dingin
• Takikardia
• Gangguan pada kesadaran
• Kembung, melenan atau feses hitam keras dan rasa asam di mulut.

Sedangkan manifestasi klinis dari gastritis kronik seperti


• Gejala defisiensi B12
• Sakit ulu hati setelah makan
• Bersendawa rasa pahit dalam mulut, mual dan muntah
Patofisiologi
Obat-obatan, alkohol, garam empedu atau enzim-enzim pankreas dapat merusak
mukosa lambung (gastritis erosif), menganggu pertahanan mukosa lambung dan
memungkinkan difusi kembali, asam dan pepsin ke dalam jaringan lambung, hal
ini menimbulkan peradangan respons mukosa terhadap kebanyakan penyebab
iritasi tersebut dengan regenerasi mukosa, karena itu gangguan tersebut
seringkali menghilang dengan sendirinya, dengan iritasi terus-menerus, jaringan
menjadi meradang dan menimbulkan terjadinya perdarahan.

Masuknya zat-zat seperti asam dan basa yang bersifat korosif mengakibatkan
peradangan dan nekrosis pada dinding lambung. Gatritis kronis dapat
menimbulkan keadaan dengan atropi kelenjar- kelenjar lambung dan keadaan
mukosa terdapat bercak-bercak penebalan warna abu-abu. Hilangnya mukosa
lambung akhirnya akan berakibat kurangnya sekresi lambung dan timbulnya
anemia pernisiosa.
Mukosa lambung dengan bantuan prostaglandin melindungi muskular seluruh
dari Arodigestive bila pertahanan gagl maka akan menyebabkan gastritis.
Setelah pertahanan saraf kolioergik, HCL berdifusi kedalam mukosa dan
menyebabkan lika pada pembuluh darah yang kecil dan dapat menyebabkan
edema. Perdarahan dan erosi pada dinding gastrik karena perkembangan
penyakit, dinding gastrik menjadi tipis dan atrofi.
Komplikasi

Komplikasi pada gastritis akut seperti perdarahan saluran cerna bagian


atas, ulkus kalau prosesnya hebat dan perforasi. Sedangkan komplikasi
pada gastritis kronis terjadinya atropi lambung dapat menyebabkan
gangguan penyerapan terutama terhadap vitamun B12. Gastritis antrum
pilorum dapat menyebabkan penyempitan antrum pilorum. Gastritis
kronis sering dihubungkan dengan keganasan lambung terutama gastritis
kronik antrum pylorus (Aspiani, 2014, pp. 175-176).
Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan gastroduodenoskopi, pada pemeriksaan ini akan tampak mukosa yang sembab,
merah mudah berdarah atau terdapat perdarahan spontan, erosi mukosa yang bervariasi dari
yang menyembuh sampai tertutup oleh bekuan darah dan kadang ulserasi.
2. Pemeriksaan endoskopi dan histopatologi, pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan biopsi pada
semua segmen lambung.
3. Pemeriksaan kultur, untuk membuktikan adanya infeksi helicobacter pylori apalagi jika
ditemukan ulkus baik pada lambung ataupun pada duodenum, mengingat angka kejadian
yang cukup tinggi yaitu hampir mencapai 100%. Kriteria minimal untuk menegakkan
diagnosis H. Pylori jika hasil PA positif
Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan pada gastritis akut
a. Dengan mengatasi kedaruratan medis yang terjadi
b. Mengatasi atau menghindari penyebab apabila dijumpai atau ditemukan
c. Pemberian obat-obatan H2, blocking, antasid atau obat- obatan ulkus
lambung yang lain seperti memberikan antacid
d. Berantas infeksi Helicobacter pylori jika ada
e. Modifikasi diet
f. Monitor hemoglobin dan hematokrit
2. Penatalaksanaan pada gastritis kronis, pada umumnya gastritis tidak
memerlukan pengobatan, yang sering harus diperhatikan ialah penyakit-
penyakit lain yang keluhannya dapat dihubungkan dengan gastritis kronik.
3. Pengobatan secara alami dengan menggunakan nonfarmakologi jus lidah
buaya.
Pengkajian Keperawatan
1. Identitas 9. Pemeriksaan review of system (ROS)
2. Keluhan Utama • Sistem pernapasan (B1 : Breathing)
3. Riwayat Penyakit Sekarang • Sistem sirkulasi (B2:Bleeding)
4. Riwayat Penyakit Dahulu • Sistem persarafan (B3: Brain)
5. Riwayat Penyakit Keluarga • Sistem perkemihan (B4: Bledder)
6. Pola Kebiasaan Sehari-hari • Sistem pencernaan (B5: Bowel)
7. Pemeriksaan Fisik • Sistem muskuloskeletal (B6: Bone)
8. Tanda-Tanda Vital
Pengkajian Keperawatan
10. Pola Fungsi Kesehatan • Pola hubungan dan peran
• Pola persepsi dan tata • Pola sensori dan kognitif
laksana hidup sehat. • Pola persepsi dan konsep diri
• Pola Nutrisi • Pola seksual dan reproduksi
• Pola eliminasi • Pola mekanisme atau penanggulangan
• Pola tidur dan istirahat stress dan koping
• Pola aktivitas dan • Pola tata nilai dan kepercayaan
istirahat
Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis


2. Defisit nutrisi b.d peningkatan laju metabolisme
3. Defisit pengetahuan b.d kurang terpapar
informasi
Intervensi Keperawatan
No Diagnosa NOC NIC
1 Nyeri akut b.d Tingkat nyeri menurun setelah Manajemen nyeri :
agen dilakukan tindakan keperawatan a. Identifikasi nyeri dengan
pencedera dengan kriteria hasil : PQRST
fisiologis a. Keluhan nyeri menurun b. Identifikasi respon non
b. Gelisah menurun verbal
c. Nyeri menurun c. Identifikasi faktor pemberat
d. Meringis menurun nyeri
e. Frekuensi nadi, pernapasan d. Berikan teknik farmakologis
dan tekanan darah membaik obat untuk ulkus lambung
f. Anoreksia menurun dan nonfarmakologis
g. Muntah menurun pemberian minuman jus
h. Mual menurun lidah buaya
i. Nafsu makan membaik e. Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
f. Kolaborasi pemberian
analgesik
No Diagnosa NOC NIC
2 Defisit nutrisi b.d Status nutrisi meningkat setelah Manajemen nutrisi :
peningkatan laju dilakukan tindakan keperawatan a. Identifikasi alergi dan
metabolisme dengan kriteria hasil : intoleransi makanan
a. Nyeri abdomen menurun b. Identifikasi kebutuhan kalori
b. Nafsu makan membaik dan jenis makanan sesuai
c. Diare menurun dengan kondisi pasien
c. Monitor BB
Fungsi gastrointestinal membaik d. Identifikasi makanan yang
setelah dilakukan tindakan disukai
keperawatan dengan kriteria hasil : e. Berikan makanan yang
a. Mual menurun disukai
b. Muntah menurun f. Berikan makanan tinggi serat
c. Nyeri abdomen menurun untuk mencgah konstipasi
g. Anjurkan pasien posisi duduk
h. Kolaborasi dengan ahli gizi
jumlah kalori jenis nutrien
yang dibutuhkan
No Diagnosa NOC NIC
3 Defisit Tingkat pengetahuan meningkat Edukasi kesehatan :
pengetahuan b.d setelah dilakukan tindakan a. Mengidentifikasi kesiapan dan
kurang terpapar keperawatan dengan kriteria hasil : kemampuan pasien menerima
informasi a. Perilaku sesuai anjuran informasi
meningkat b. Mengidentifikasi faktor-faktor
b. Perilaku sesuai dengan yang dapat meningkatkan
pengetahuan meningkat motivasi lansia
c. Jadwalkan pendidikan
kesehatan sesuai kesepakatan
dengan lansia
d. berikan kesempatan pasien
untuk bertanya
e. Jelaskan faktor resiko yang
dapat mempengaruhi
kesehatan dari penyakit gastritis
f. Ajarkan strategi yang dapat
digunakan untuk mengurangi
gejala nyeri dan mual salah
satunya dengan menggunakan
jus lidah buaya
Implementasi Keperawatan

Impelementasi keperawatan merupakan suatu rangkaian dan


pengelolaan kegiatan yang dapat dilakukan oleh perawat sesuai
dengan rencana keperawatan dalam membantu klien untuk mengatasi
masalah status kesehatan yang tidak baik menjadi lebih baik dengan
kriteria yang diharapkan.
Evaluasi Keperawatan

Evaluasi merupakan suatu rangkaian proses keperawatan yang


dilakukan penilaian kembali terhadap tindakan keperawatan yang telah
diberikan untuk mengetahui apakah tujuan asuhan keperawatan
khususnya intervensi keperawatan tercapai atau tidak
Asuhan
Keperawatan
Kasus
Seorang laki-laki berusia 67 tahun dirawat di klinik geriatric dengan keluhan
nyeri pada daerah ulu hati dan perut bagian kiri bawah. Skala nyeri 4. Dari
hasil wawancara dengan klien diketahui sering mengkonsumsi makanan
asam dan pedas, serta makan tidak teratur. Hasil pemeriksaan fisik TD
110/70 mmHg, RR 24 x/menit, nadi 72 x/menit, suhu 360C. Klien
mengatakan badannya lemas, perut terasa mual dan muntah setelah makan.
Pengkajian Keperawatan
1. Identitas Diri Klien 2. Riwayat Keluarga : Tidak ada
Nama : Tn. X 3. Riwayat Penyakit
Umur : 67 th Jenis • Keluhan utama saat ini: Badan lemas,
kelamin : Laki-laki perut terasa mual dan muntah setelah
Alamat : Padang makan.
Status perkawinan : Kawin • Apa yang dipikirkan saat ini: Cemas
Agama : Islam karena dia tulang punggung keluarga
Suku : Minang • Siapa yang paling dipikirkan saat ini:
Pendidikan: SMP keluarganya terutana anaknya.
Pekerjaan : buruh 4. Riwayat penyakit dahulu: Tidak ada
Lama bekerja: 15 tahun
Sumber : Klien dan keluarga
Pola Fungsi Kesehatan
a. Persepsi dan pemeliharaan kesehatan : Tidak terkaji
b. Pola nutrisi : klien diketahui sering mengkonsumsi makanan asam dan pedas, serta makan tidak teratur
c. Pola eliminasi: Tidak terkaji
d. Pola aktivitas dan latihan
e. Pola tidur dan istirahat : Tidak terkaji
f. Pola perceptual
• Penglihatan : Dapat melihat dengan jelas, tidak pakai kaca mata.
• Pendengaran : Masih jelas untuk mendengar
• Pengecap : Masih dapat membedakan rasa antara manis, pahit, asam dan asin.
• Sensasi :Masih dapat membedakan panas, dingin, sakit maupun nyeri.

g. Pola persepsi diri


• Gambaran diri : Klien merasa pasrah dengan keadaannya saat ini.
• Ideal diri : Klien merasa sudah pasrah kepada Alloh Subhanahu Wa Ta’ala.
• Harga dri : Klien merasa bahwa dirinya tidak berguna dan menjadi beban.
• Identitas diri : Klien pasrah menerima keadaannya.
• Peran diri : Klien tidak mampu menjalankan peran sebagai kepala keluarga dan pencari
nafkah.

h. Pola peran hubungan : Dalam berkomunikasi menggunakan bahasa Minang

i. Pola managemen koping stress “ Tidak terkaji

j. Sistem nilai dan keyakinan : Klien beragama Islam, berusaha untuk menjalankan ajarannya.
Sejak sakit, klien tidak mengikuti kegiatan keagamaan.
Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan fisik 2. Ekstremitas : normal
• Tingkat kesadaran : Compos Mentis, terlihat 3. Pemeriksaan Panca Indera
lemah • Penglihatan (mata) : Tidak terkaji
• TD 110/70 mmHg, RR 24 x/menit, nadi 72 • Pendengaran(telinga) : Tidak terkaji
x/menit. • Pengecapan( mulut ) : Tidak terkaji
• Temperatur : 36,°C, BB : Tidak terkaji dan • Sensasi (kulit) : Tidak terkaji
TB : Tidak terkaji • Penciuman(hidung) : Tidak terkaji
• Kepala : Tidak terkaji
• Leher : Tidak terkaji
• Thorak : Tidak terkaji
• Abdomen : Tidak terkaji
Analisa Data
No Data Masalah Etiologi
DS :
• Pasien mengatakan nyeri
pada daerah ulu hati dan
perut bagian kiri bawah.
DO :
1 Nyeri Akut Inflamasi mukosa lambung
• skala nyeri 4
• RR: 24X/menit
• nyeri tekan pada daerah ulu
hati dan abdomen
• pasien tampak meringis
DS:
• perut terasa mual
• muntah setelah makan
2 DO: Nausea Iritasi Lambung
• badan tampak lemah
• mukosa bibir kering
• kulit pasien kering dan pucat
Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut bd. inflamasi mukosa lambung dd. Mengeluh nyeri di ulu hati dan
abdomen, tampak meringis, RR: 24X/menit
2. Nausea bd. Iritasi lambung dd. perut terasa mual, muntah setelah makan,
mukosa bibir kering, kulit kering dan pucat.
Intervensi Keperawatan
Diagnosa Luaran Intervensi

Nyeri akut bd. inflamasi Kontrol nyeri Manajemen nyeri


mukosa lambung dd. Setelah melakukan intervensi Observasi
Mengeluh nyeri di ulu keperawatan, maka kontrol nyeri • Identifikasi lokasi, skala, karakteristik,
hati dan abdomen, meningkat dengan durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
tampak meringis, RR: kriteria hasil: nyeri
24X/menit • kemampuan menggunakan • Identifikasi skala nyeri
teknik nonfarmakologis • identifikasi faktor yang memperberat
meningkat (5) dan memperingan nyeri
• Keluhan nyeri menurun (5)
Terapeutik
• beri teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri

Edukasi:
• Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
• Jelaskan strategi meredakan nyeri
• ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Diagnosa Luaran Intervensi

Nausea bd. Iritasi lambung Fungsi gastrointestinal Manajemen mual


dd. perut terasa mual, Setelah melakukan intervensi Observasi:
muntah setelah makan, keperawatan, maka fungsi • identifikasi pengalaman mual
mukosa bibir kering, kulit gastrointestinal membaik • identifikasi dampak mual terhadap
kering dan pucat. dengan kualitas hidup (mis : tidak nafsu makan)
kriteria hasil: • identifikasi faktor penyebab mual
• mual menurun (5) • monitor mual
• muntah menurun (5) • monitor asupan nutrisi dan kalori

Terapeutik:
• kendalikan faktor lingkungan penyebab
mual
• berikan makanan dalam jumlah kecil
dan menarik

Edukasi:
• anjurkan penggunaan teknik
nonfarmakologis untuk mengatasi mual
Thank
You

Anda mungkin juga menyukai