Anda di halaman 1dari 13

Asuhan Keperawatan Pada Tn.

N Dengan Diagnosa Medis Gatritis Di Desa Subuk Kecamatan


Busungbiu Kabupaten Buleleng Pada tanggal 27-30 Desember 2020

Oleh :

Komang Maniasih 18089014033

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

20202
1. Pengertian
Gastritis adalah suatu inflamasi dinding lambung, yang disebabkan oleh iritasi pada
mukosa lambung. Gastritis biasa terjadi, dapat disebabkan oleh bermacam-macam faktor, tang
paling umum terjadi adalah gastritis akut (Le Mone & Karen., 2012). Gastritis adalah peradangan
permukaan mukosa lambung yang bersifat akut, pengertian yang lebih lengkap dari gastritis yaitu
peradangan lokal atau menyebar pada mukosa lambung yang berkembang bila mekanisme
protektif mukosa dipenuhi dengan bakteri atau bahan iritan lain (Wijaya, 2013). Jadi gastritis
adalah suatu peradangan mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronik, diffuse atau lokal.
Menurut penelitian, sebagian besar gastritis disebabkan oleh infeksi bacterial mukosa lambung
yang kronis. Selain itu beberapa habahn yang sering dimakan dapat menyebabkan rusaknya sawar
mukosa pelindung lambung.

2. Etiologi
Menurut (Wijaya, 2013) lapisan lambung menahan iritasi dan biasanya tahan terhdap asam
yang kuat. Tetapi lapisan lambung dapat mengalami iritasi dan peradangan karena beberapa
penyebab:
a. Gastritis bakterialis biasanya merupakan akibat dari infeksi oleh Helitobacter pylori (bakteri
yang tumbuh di dalam sel penghasil lendir dan lapisan lambung). Tidak ada bakteri lainnya yang
dalam keadaan normal tumbuh di dalam lambung yang bersifat asam, tetapi jika lambung tidak
menghasilkan asam, berbagai bakteri bisa tumbuh di lambung. Bakteri ini bisa menyebabkan
gastritis menetap atau gastritis sementara.
b. Gastritis karena stress akut, merupakan jenis gastritis yang paling berat, yang disebabkan oleh
penyakit berat atau trauma (cedera) yang terjadi secara tiba-tiba. Cedera sendiri mungkin tidak
mengenai lambung seperti yang terjadi pada luka bakar yang luas atau cedera yang menyebabkan
pendarahan hebat.
c. Gastritis erosive kronis bisa merupakan akibat dari: bahan-bahan seperti obat-obatan, terutama
aspirin dan obat anti peradangan non steroid lainnya, seperti Chorn, infeksi viru dan bakteri.
Gastritis ini terjadi perlahan-lahan pada orang-orang sehat, bisa disertai dengan perdarahan atau
pembentukan ulkus (borok, luka terbuka), paling sering terjadi pada alkoholik. d. Gastritis karena
virus atau jamur bisa terjadi pada penderita penyakit menahun atau penderita yang mengalami
gangguan sistem kekebalan
e. Gastritis karena eosinofilik bisa terjadi sebagai akibat dari reaksi alergi terhadap infestasi cacing
gelang. Esinofil (sel darah putih) terkumpul di dinding lambung.
f. Gastritis atrofik terjadi jika antibody menyerang lapisan lambung, sehingga lapisan lambung
sangat tipis dan kehilangan sebagian atau seluruh selnya yang menghasilkan asam dan enzim.
Keadaan ini biasanya terjadi pada usia lanjut dan terjadi pada pasien yang lambungnya sudah
diangkat (menjalani pembedahan gastrektomi parsial).
g. Penyakit menire merupakan jenis gastritis yang penyebabnya tidak diketahui. Dinding lambung
menjadi tebal, lipatan melebar, kelenjarnya membesar dan memiliki kista yang terisi cairan.
Sekitar 10% penderita penyakit ini mend8jmerita kanker lambung.
h. Gastritis sel plasma merupakan gastritis yang penyebabnya tidak diketahui. Sel plasma (salah
satu jenis sel darah putih) terkumpul di dalam dinding lambung dan organ lainnya. Gastritis juga
bisa terjadi jika seseorang menelan bahan korosif atau menerima terapi penyinaran dengan dosis
yang berlebihan.

3. Patofisiologi
1. Gastritis Akut. Zat iritasi yang masuk ke dalam lambung akan mengiitasi mukosa lambung. Jika
mukosa lambung teriritasi ada 2 hal yang akan terjadi :
a) Karena terjadi iritasi mukosa lambung sebagai kompensasi lambung. Lambung akan meningkat
sekresi mukosa yang berupa HCO3, di lambung HCO3 akan berikatan dengan NaCL sehingga
menghasilkan HCI dan NaCO3.Hasil dari penyawaan tersebut akan meningkatkan asam lambung .
Jika asam lambung meningkat maka akan meningkatkan mual muntah, maka akan terjadi
gangguan nutrisi cairan & elektrolit.
b) Iritasi mukosa lambung akan menyebabkan mukosa inflamasi, jika mukus yang dihasilkan
dapat melindungi mukosa lambung dari kerusakan HCL maka akan terjadi hemostatis dan
akhirnya akan terjadi penyembuhan tetapi jika mukus gagal melindungi mukosa lambung maka
akan terjadi erosi pada mukosa lambung. Jika erosi ini terjadi dan sampai pada lapisan pembuluh
darah maka akan terjadi perdarahan yang akan menyebabkan nyeri dan hypovolemik.
2. Gastritis Kronik. Gastritis kronik disebabkan oleh gastritis akut yang berulang sehingga terjadi
iritasi mukosa lambung yang berulang-ulang dan terjadi penyembuhan yang tidak sempurna
akibatnya akan terjadi atrhopi kelenjar epitel dan hilangnya sel pariental dan sel chief. Karena sel
pariental dan sel chief hilang maka produksi HCL. Pepsin dan fungsi intinsik lainnya akan
menurun dan dinding lambung juga menjadi tipis serta mukosanya rata, Gastritis itu bisa sembuh
dan juga bisa terjadi perdarahan serta formasi ulser.
4. Pathway

Endoktosia, Bakteri, Alkohol, Aspirin, Luka, Stres, Makanan berbumbu

Sekresi asam lambung

Mengiritasi mukosa gaster

Inflamasi pada mukosa gaster

Gastritis

Perubahan status kesehatan


Peradangan mukosa Atrofi progresif epitel gaster

Stressor Sekresi asam lambung Dinding lambung menjadi tipis

Koping tidak adekuat Iritasi lambung Absorbsi makanan

Sensasi Nyeri Metabolisme KH. Protein


Ansietas

Kurang informasi

Defisit Pengetahuan
Nyeri Akut Anoreksia, Mual, Muntah

Ketidakseimbangan
Resiko Defisit Volume Nutrisi Kurang dari
Cairan Kebutuhan Tubuh
5. Manifestasi Klinis
Menurt (Rika, 2016) Manifestasi klinik yang muncul berbeda sesuai dengan jenis
gastritis. Gejala klinis itu antara lain:
a. Gastritis akut sangat bervariasi, mual dari yang sangat ringan asimtomatik
sampai yang berat dan dapat menimbulkan kematian. Penyebab kematian
yang sangat penting adalah adanya perdarahan gaster. Gejala yang sangat
mencolok adalah :
1. Hematematis dan melena yang dapat berlangsung sangat hebat
sampai terjadi renjatan karena kehilangan darah.
2. Pada sebagian besar kasus, gejalanya amat ringan bahkan asimtomatis.
Keluhan- keluhan itu misalnya nyeri timbul pada ulu hati, biasanya
ringan dan tidak dapat ditunjuk dengan tepat lokasinya.
3. Mual- mual dan muntah
4. Perdarahan saluran cerna
5. Pada kasus yang amat ringan perdarahan bermanifestasi sebagai darah
samar pada tinja dan secara fisis akan dijumpai tanda-tanda anemia
defesiensi dengan etiologi yang tidak jelas
6. Pada pemeriksaan fisis biasanya tidak ditemukan kelainan kecuali
meraka yang mengalami perdarahan yang hebat sehingga
menimbulkan tanda dan gejala gangguan hemodinamik yang nyata
seperti hipotensi, pucat, keringat dingin, takikardia sampai gangguan
kesadaran.
b. Gastritis Kronis
1. Gejalanya berpariasi antara satu orang dengan yang lain dan kadang
tidak jelas
2. Perasaan penuh, anoreksia. Perasaan cepat penuh diakibatkan sekresi
yang berlebihan pada lambung ketika ada makanan yang masuk.
Sehingga kapasitas makanan menjadi menurun karena sebagian besar
telah diisi oleh mucus dan cairan sekresi.
3. Distres yang tidak nyata sering berkaitan dengan perasaan gaster
seperti penuh padahal kalau dilakukan pengecekan secara detail
lambung tidak mengalami peningkatan intralumenya. Proses ini
terkait dengan adaptasi psikologi yang berlangsung lama, jadi
penderita seolah-olah terbawa emosi lambungnya terasa penuh terus.
4. Cepat kenyang, prosesnya seperti lambung terasa cepat penuh.
6. Pemeriksaan Penunjang
Menurut (Nurarif & Kusuma, 2015) pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah;

1. Pemeriksaan darah

Tes ini dilakukan untuk memeriksa adanya antibody H.pylori dalam tubuh, hail tes
yang positif menunjukkan bahwa pasien pernah kontak dengan bakteri pada
sewaktu-waktu dalam kehidupannya, tapi itu tidak menunjukkan bahwa pasien
tersebut terkena infeksi. Tes darah juga dapat digunakan untuk tes anemia yang
terjadi akibat pendarahan lambung akibat gastritis.
2. Pemeriksaan pernafasan
Tes ini dapat menentukan apakah pasien terinfeksi bakteri H.pylori atau tidak
3. Pemeriksaan Feses
Tes ini memeriksa apakah terdapat H.pylori dalam feses atau tidak. Hasil yang positif
dapat mengindikasikan terjadinya infeksi.
4. Pemeriksaan Endoskopi Saluran Cerna Bagian Atas
Tes ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran cerna bagian atas yang
mungkin tidak terlihat dari sinar X.
5. Rontgen Saluran Cerna Bagian Atas
Tes ini akan melihat adanya tanda-tanda gastritis atau penyakit encernaan lainnya.
Biasanya akan dimintamenelan cairan barium terlebih dahulu
sebelum dilakukan ronsen. Cairan ini akan melapisi saluran cerna dan akan terlihat lebih jelas ketika
dironsen.
7. Penatalaksanaan Medis
Menurut (Ratnawati, 2017) pemeriksaan yang dapat dilakukan salah
satunya terapi. Tetapi gastritis sangat tergantung pada penyebabnya, berikut
beberapa pelaksanaannya

1. Jika penyebabnya adalah infeksi oleh H. Pylori maka diberikan antibiotik


(misalnya amoxsilin dan clarithromycin) dan obat anti tukak
2. Penderita gastritis karena stress akut banyak mengalami perubahan
(penyakit berat, cedera atau pendarahan) berhasil diatasi. Akan tetapi,
2% penderita gastritis karena stress akut mengalami pendarahan yang
sering berakibat fatal. Karena itu dilakukan pencegahan agas tidak
berakibat fatal. Pencegahan dengan pemberian antacid (untuk
menetralkan asam lambung).
3. Penderita gastritis erosik kronis bisa diobati dengan antacid. Penderita
sebaiknya dihindarkan dari obat tertentu (misalnya aspinin atau obat anti
peradangan nonsteroid lainnya) dan makanan yang menyebabkan iritasi
lambung.
4. Untuk meringankan penyumbatan di saluran keluar lambung pada
gastritis esinoflik, bisa diberikan korti kosteroid atau dilakukan
pembedahan.
5. Gastritis Atrofi tidak dapat disembuhkan , sebagian penderita harus
mendapatkan sentikan tambahan vitamin B12.
6. Penderita meyer bisa disembuhkan dengan mengangkat sebagian atau
seluruh lambung.
7. Gastritis sel plasma bisa diobati dengan obat anti ulkus yang mengalami
pelepasan asam lambung
8. Pengaturan diet, yaitu pemberian makanan lunak dengan jumlah sedikit
tapi sering.
9. Pengaturan makanan yang perlu dihindari adalah yang merangsang dan
berlemak seperti sambal, makanan banyak bumbu atau gorengan-
gorengan
10. Kedisiplinan dalam pemenuhan jam-jam makan juga sangat membantu
pasien dengan gastritis
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
1. Identitas pasien yang meliputi nama, umur, alamat, tempat/tanggal
lahir, jenis kelamin, agama, suku, diagnose medis, No. RM,
tanggal MPRS, Golongan darah.
2. Penanggung jawab yaitu meliputi nama, hubungan dengan pasien,
umur, pendidikan,pekerjaan,alamat, dan telp/No HP.
3. Riwayat Kesehatan :
1. Status Kesehatan Saat Ini
- Keluhan utama: keluhan yang paling dirasakan pasien.
- Alasan masuk RS : hal/kejadian pertama kali yang menyebabkan masuk
rumah sakit.
- Riwayat penyakit : tanyakan pada pasien apakah memiliki riwayat penyakit
sebelumnya
- Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya : -
2. Status Kesehatan Masa Lalu
- Penyakit yang pernah dialami : tanyakan pada pasien apakah pernah memiliki
penyakit lain yang berhubungan dengan sistem pernapasan
- Penyakit perawatan : tanyakan pada pasien sebelumnya pernah mernah melakukan
perawatan/mendapatkan perawatan di RS / tidak pernah.
- Riwayat operasi : tanyakan pada pasien apakah pernah mengalami operasi di RS.
- Riwayat pengobatan : tanyakan pada pasien sebelumnya pernah melakukan
pengobatan.
- Kecelakaan yang pernah dialami
- Riwayat alergi : tanyakan apakah memiliki riwayat alergi.
3. Riwayat Penyakit Keluarga : Ibu dari adik T.N mengalami gastritis
4. Diagnosa Medis : Gastritis
5. Pemeriksaan Fisik meliputi :
- Hari, tanggal, jam
- Keadaan umum : kesadaran, penampilan, dihubungkan dengan usia, ekspresi
wajah, kebersihan secara umum, ttv.
- Head to toe meliputi : kulit/integument ( I.P), kepala dan rambut (I.P), kuku (I.P),
mata/pengelihatan (I.P), hidung atau penciuman (I.P), telinga (I.P), muliut dan
gigi (I.P), leher (I.P), dada/thorax (I.P.P.A), Jantung, (I.P.PA), Abdomen
(I.P.PA),Perineum dan genetalia (I) Ekstremitas atas dan bawah (I.P)
6. Pola Fungsional Gordon
a. Pemeliharaan dan persepsi terhadap kesehatan:
Perawat mengkaji arti penting sehat dan sakit menurut pasien, baik dari
pengetahuan tentang status kesehatannya saat ini, perlindungan terhadap
kesehatan serta perilaku pasien untuk mengatasi masalah kesehatannya.
b. Nutrisi atau metabolik:
Kemampuan pasien dalam mengkonsumsi makanan mengalami penurunan
akibat nafsu makan yang kurang karena mual, muntah saat makan sehingga
makan hanya sedikit bahkan tidak makan sama sekali
c. Pola eliminasi:
Perawat mengkaji kebiasaan pola buang air kecil dan buang air besar pasien
sebelum dan sesudah sakit, serta kemampuan perawatan diri pasien termasuk
kebersihan diri pasien
d. Pola aktivitas dan latihan:
Biasanya pasien mengalami penurunan aktifitas berhubungan dengan
kelemahan tubuh yang dialami. Aktivitas klien akan terganggu karena harus
tirah baring total agar tidak terjadi komplikasi maka segala kebutuhan klien
dibantu
e. Pola tidur dan istirahat:
Istirahat dan tidur sering mengalami gangguan karena nyeri yang dialami
f. Pola kognitif-perseptual:
Perawat mengkaji gambaran tentang indra khusus yang dimilikinya, persepsi
tentang ketidaknyamanan nyeri, tingkat pengetahuan pasien terhadap nyeri dan
pengetahuan untuk mengontrol serta mengatasinya.
g. Pola persepsi diri/konsep diri:
Perasaan menerima dari pasien dengan keadaannya, kebanyakan pasien tidak
mengalami gangguan konsep diri
h. Pola seksual dan reproduksi:
Kemampuan pasien untuk melaksanakan peran sesuai dengan jenis kelamin.
Kebanyakan pasien tidak melakukan hubungan seksual karena kelemahan
tubuh
i. Pola peran-hubungan:
Perubahan pola peran hubungan dalam tanggung jawab atau perubahan
kapasitas fisik untuk melakukan peran.
j. Pola manajemen koping stress:
Mekanisme pertahanan diri yang biasa digunakan oleh pasien adalah dengan
meminta pertolongan orang lain
k. Pola keyakinan-nilai:
Perawat mengkaji tentang latar belakang budaya dan etnik pasien, arti penting
agama untuk pasien, serta dampak masalah kesehatan terhadap spriritualitas.
2. Diagnosa keperawatan
1. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d
intake nutrisi yang tidak adekuat.
2. Resiko kekurangan volume cairan b.d intake cairan
tidak cukup dan kehilangan berlebihan karena
muntah.

3.Perencanaan

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

1. Ketidak seimbangan Setelah diberikan Asuhan 1. Kaji adanya alergi


Keperawatan selama 3 x … makanan
nutrisi kurang dari
menit diharapkan nutrisi
kebutuhan tubu 2. Kolaborasi dengan
terpenuhi, dengan kriteri hasil
ahli gizi untuk
:
menentukan jumlah
1) Mengerti factor yang kalori dan nutrisi yang
meningkatkan berat badan dibutuhkan pasien
2) Mengidentfifikasi tingkah
3. Anjurkan pasien untuk
laku dibawah kontrol
meningkatkan intake
klien
Fe
3) Memodifikasi diet
dalam waktu yang lama 4. Berikan makanan yang
untuk mengontrol berat terpilih ( sudah
badan dikonsultasikan
4) Menggunakan energy dengan ahli gizi).

untuk aktivitas sehari hari 5. Ajarkan pasien


bagaimana membuat
catatan makanan harian
6. Monitor jumlah nutrisi
dan kandungan kalori

7. Berikan informasi
tentang kebutuhan
nutrisi
8. Kaji kemampuan
pasien untuk
mendapatkan nutrisi
yang dibutuhkan.
2. Resiko defisit Setelah diberikan Asuhan 1. Pertahankan catatan intake
volume cairan Keperawatan selama 3 x … dan output yang akurat
menit diharapkan intake cairan
Kembali seimbang dengan 2. Monitor status hidrasi
kriteria hasil : ( kelembaban membran
mukosa, nadi adekuat,
1) Mempertahankan urine
tekanan darah ortostatik ),
output sesuai dengan usia
jika diperlukan
dan BB
3. Monitor hasil lAb yang
2) Tekanan darah, nadi, suhu
sesuai dengan retensi
tubuh dalam batas normal
cairan (BUN , Hmt ,
3) Tidak ada tanda tanda
osmolalitas urin )
dehidrasi, elastisitas turgor
kulit baik, membran
4. Monitor vital sign
mukosa lembab, tidak
ada rasa haus yang 5. Monitor masukan

berlebihan. makanan / cairan dan


hitung intake kalori harian
6. Kolaborasi pemberian
cairan IV.

4.Implementasi

Implementasi adalah tahap pelaksanaan terhadap rencana tindakan


keperawatan yang telah ditetapkan untuk perawat bersama klien. Implementasi
dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi. Selain itu,
dibutuhkan keterampilan interpersonal, intelektual, serta teknikal yang dilakukan
dengan cermat dan efisiensi pada situasi yang tepat dengan selalu memperhatikan
keamanan fisik dan psikologis. Setelah selesai implementasi, dilakukan dokumentasi
yang meliputi intervensi yang sudah dilakukan dan bagaimana respon klien.
5. Evaluasi
Evaluasi akhir dimana dalam metode evaluasi ini menggunakan SOAP

S: data subjektif berisi data dari pasien melalui anamnesis

O: data objektif data yang dari hasil observasi melalui pemeriksaan fisik

A: analisis dan intrepretasi berdasarkan data yang terkumpul kemudian dibuat kesimpulan yang
meliputi diagnosis, antisipasi diagnosis atau masalah potensial, serta perlu tidaknya dilakukan
tindakan.

P: perencanaan merupakan rencana dari tindakan yang akan diberikan termasuk asuhan mandiri,
kolaborasi, diagnosis atau laboratorium serta konseling untuk tindak lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
Nurarif, A.H. dan Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosis Medis dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisi Jilid 2. Yogyakarta : Medi Action.
Wijaya, A.F dan Putri, Y.M. (2013). Keperawatan Medikal Bedah :
Keperawatan Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta : Nuha Medika.

Gusti, S. (2013). Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta : Trans Info Media.


Mubarak, W.I., Chayatin, N., & Santoso, B.A. (2009). Ilmu Keperawatan

Anda mungkin juga menyukai