Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PENDAHULUIAN

A. KONSEP DASAR MEDIS

1. PENGERTIAN GASTRITIS
Gastritis adalah peradangan pada mukosa lambung yang dapat bersifat akut
kronik, difus atau local (Soepaman, 1998). Gastritis adalah inflamasi dari
mukosa lambung (Arif Mansjoer, 1999). Gastritis adalah radang mukosa
lambung (Sjamsuhidajat, R, 1998). Gastritis merupakan suatu
keadaan .peradangan atau perdarahan mukosa lambung yang dapat
bersifat akut, kronis, difus atau lokal (Patofisiologi, Sylvia A Price hal
422). Berdasarkan pengertian di atas penulis menyimpulkan bahwa
Gastritis merupakan inflamasi mukosa lambung yang dapat bersifat akut,
kronik, difus atau lokal.

2. ETIOLOGI
a. Gastritis Akut Merupakan inflamasi akut dari dinding lambung,
biasanya terbatas pada mukosanya saja.
Gastritis eksogen akut, disebabkan faktur dari luar yang terdiri dari
beberapa bagian:

Gastritis eksogen akut yang simple, disebabkan oleh :

1. Makanan dan minuman panas yang dapat merusak mukosa


lambung, seperti rempah-rempah, alcohol dan sebagainya.
2. Obat-obatan seperti, digitalis, iodium, SF, kortison, dsb.

Gastritis akute korosiva, disebabkan oleh:

1. Obat-obatan seperti : Analgetik, Anti inflamasi, antibiotik dsb.


2. Bahan kimia dan minuman yang bersifat korosif, bahan alkali yang
kuat seperti, soda, kaustik, (non-hydroxide) korosif sublimat.

1
Gastritis endogen akut, disebabkan kelainan dalam tubuh yang terdiri
dalam beberapa bagian :
1. Gastritis infektiosa akut, disebabkan oleh toxin atau bakteri yang
beredar dalam darah dan masuk ke jantung, misalnya morbili,
dipteri , variola dsb.
2. Gastritis egmonos akute, di sebabkan oleh invasi langsung dari
bakteri pirogen pada dinding lambung, seperti streptococcus,
stpilacoccus dsb.

b. Gastritis Kronis Merupakan suatu inflamasi kronik yang terjadi pada


waktu lama pada permukaan mukosa lambung, penyebabnya belum
diketahui secara langsung, namun diduga disebabkan oleh :
1. Bakteri, infeksi stapilococcus (akute) mungkin pada akhirnya akan
menjadi kronis.
2. Infeksi lokal, infeksi pada sinus, gigi dan post nasal dapat
menimbulkan gastritis.
3. Alkohol dapat menyebabkan kelainan pada mukosa lambung.
4. Faktor, psikologis dapat menimbulkan hipersekresi asam lambung.

3. PATOFISIOLOGI

Bahan-bahan makanan, minuman, obat maupun zat kimia yang masuk


kedalam lambung menyebabkan iritasi atau erosi pada mukosanya sehingga
lambung kehilangan barrier (pelindung). Selanjutnya terjadi peningkatan
difusi balik ion hidrogen. Gangguan difusi pada mukosa dan penngkatan
sekresi asam lambung yang meningkat / banyak. Asam lambung dan enzim-
enzim pencernaan. Kemudian menginvasi mukosa lambung dan terjadilah
reaksi peradangan.

Demikian juga terjadi peradangan dilambung karena invasi langsung


pada sel-sel dinding lambung oleh bakteri dan terinfeksi. Peradangan ini

2
termanifestasi seperti perasaan perih di epigastrium, rasa panas / terbakar dan
nyeri tekan.Spasme lambung juga mengalami peningkatan diiringi gangguan
pada spinkter esophagus sehingga terjadi mual-mual sampai muntah. Bila
iritasi / erosi pada mukosa lambung sampai pada jaringan lambung dan
mengenai pembuluh darah. Sehingga kontinuitasnya terputus dapat
mennimbulkan hematemesis maupun melena.

WOC

3
WOC

4. MANIFESTASI KLINIS (TANDA DAN GEJALA)

a. Gastritis Akut
Gastritis Akute Eksogen Simple :
 Nyeri epigastrik mendadak.
 Nausea yang di susul dengan vomitus.

4
 Saat serangan pasien berkeringat, gelisah, sakit perut, dan kadang disertai
panas serta tachicardi.
 Biasanya dalam 1-2 hari sembuh kembali.
Gastritis Akute Eksogen Korosiva :
 Pasien kolaps dengan kulit yang dingin.
 Tachicardi dan sianosis.
 Perasaan seperti terbakar, pada epigastrium.
 Nyeri hebat / kolik.
Gastritis Infeksiosa Akute :
 Anoreksia
 Perasaan tertekan pada epigastrium.
 Vumitus.
 Hematemisis
Gastritis Hegmonos Akute :
 Nyeri hebat mendadak di epigastrium.
 Neusia.
 Rasa tegang pada epigastrium.
 Vomitus.
 Panas tinggi dan lemas
 Tachipneu.
 Lidah kering sedikit ekterik.
 Tachicardi
 Sianosis pada ektremitas.
 Diare.
 Abdomen lembek.
b. Gastritis Kronis
Gastritis Superfisialis
 Rasa tertekan yang samar pada epigastrium.
 Penurunan BB.
 Kembung / rasa penuh pada epigastrium.
 Nousea.

5
 Rasa perih sebelun dan sesudah makan.
 Terasa pusing.
 Vomitus.
Gastritis Atropikan
 Rasa tertekan pada epigastrium.
 Anorexia.
 Rasa penuh pada perut.
 Nousea.
 Keluar angin pada mulut.
 Vumitus.
 Mudah tersinggung.
 Gelisah.
 Mulut dan tenggorokan terasa kering.

Gastritis Hypertropik Kronik

 Nyeri pada epigastrium yang tidak selalu berkurang setelah minum susu.
 Nyeri biasanya timbul pada malam hari.
 Kadang disertai melena.

5. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Darah lengkap. f. Faeces

b.Gastroscopy g. Biosi dan sitologi

c. Nasogastrik aspiration. h. Endoscopy

d. Angiografie visualization i. Double-contrast

e. Semin-gastrin

6. PENATALAKSANAAN MEDIS

a. Gastritis Akut

Gastritis Eksogen Akute Simple

 Fase akute, istirahat total 1-2 hari.


 Hari I sebaiknya jangan diberikan makan, setelah mual dan muntah

6
berkurang, coba berikan teh hangat dan air minum.
 Hari kedua berikan susu hangat, benintton dengan garam terutama setelah
banyak muntah.
 Hari ketiga boleh makan bubur dan bisa makan lembek lainnya.
 Kolaborasi medik :

1. Pemberian cairan.

2. Antimentek untuk mengurangi muntah ~ Sotatik.

3. Anti spasmodik untuk memperbaiki spasme otot.

Gastritis Infektiosa Akute

 Pengaturan diet.
 Beri makanan lembek dan tidak merangsang mual dan muntah.
 Kolaborasi medik :

1. Pemberian antibiotik untuk penanganan factor penyebab.

2. Pembrian anti spasmodik.

Gastritis Hegmonos Akute.

 Pengaturan diet.
 Pada abses lokal perlu dilakukan drainase.
 Pada pasien dengan hegmonos dispus perlu gastriktomy.
 Kolaborasi medik :

1. Antibiotik untuk penanganan faktor penyebab.

b. Gastritis Kronis

Gastritis Superfisialis.

 Istirahat yang cukup.

7
 Pemberian makanan yang cair utuk penderita yang mengalami erosi dan
perdarahan sedikit.
 Makanan lembek untuk yang tidak terjadi perdarahan.
 Kolaborasi medik :

1. Pemberian anti spasmodic.

Gastritis Atropikan.

 Setelah makan sebaiknya istirahat untuk mnecegah terjadinya neusea dan


vumitus.
 Beri makanan lembek dan porsi kecil tapi sering.
 Kolaborasi medik :

1. Pemberian anti spasmodik.

2. Beri ekstrak hati, Vit. B12, dan zat besi.

Gastritis Hypertropikan.

 Istirahat yang cukup.


 Hindari merokok.
 Beri makanan cair dan lembek.
 Kolaborasi medik :

1. Anti spasmodik.

2. Anti perdarahan k/p.

7. KOMPLIKASI

Perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) berupa hematemesis dan


menelan, dapat berakhir sebagai syak hemoragik. Khusus untuk perdarahan
SCBA, perlu dibedakan dengan tukak peptik. Gambaran klinis yang diperhatikan
hamper sama. Namun pada tukak peptik penyebab utamanya adalah infeksi
Helicobakter pytori, sebesar 100% pada hikak duodenum dan 60-90% pada tikak

8
lambung. Diagnosis pasti dapat di tegakkan dengan endoskopi.
a. Gastritis Akute

- Perdarahan saluran cerna atas, hingga anemia dan kematian.

- Ulkus pada lambung.

- Perforasi lambung.

b. Gastritis Kronis

- Gangguan penyerapan Vitamin B12 karena atropi lambung dan akan terjadi
anemia pernisiosa.

- Gangguan penyerapan zat besi.

- Penyempitan daearah fillorus.

- Kanker lambung.

B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN

1. Aktivitas / istirahat

Gejala : · Kelemahan / kelelahan.

Tanda : · Takhikardi, takipnoe, ( hiperventilasi ).

2. Sirkulasi

Gejala : · Hipotensi.

· Takhikardi. Disritmia.

· Kelemahan nadi / perifer

· Pengisian kapiler lambat.

· Warna kulit pucat, sianosis.

· Kelembaban kulit, berkeringat.

3. Integritas Ego

Gejala : · Faktor stress akut / psikologi.

9
· Perasaan tidak berdaya.

Tanda : · Tanda ansietas, misalnya ; pucat, gelisah, berkeringat.

· Perhatian menyempit.

4. Eliminasi

Gejala : · Perubahan pola defekasi / karakteristik feces.

Tanda : · Nyeri tekan abdomen.

· Distensi abdomen. Peningkatan bunyi usus.

· Karakteristik feses ; diare dan konstipasi.

5. Makanan / Cairan

Gejala : · Anorexia, mual, dan muntah, cegukan.

· Tidak toleran terhadap makanan.

Tanda : · Muntah, membran mukosa kering, turgor kulit menurun.

6. Neorosensori

Gejala : · Pusing, sakit kepala, terasa berdengung.

Status mental, tingkat kesadaran terganggu, cenderung mengantuk,


disorientasi, bingung.

7. Nyeri / Kenyamanan

Gejala : · Nyeri digambarkan tajam, dangkal, rasa terbakar, perih

Rasa ketidaknyamanan / distres samar-samar setelah banyak makan


hilangsetelah minum obat antasida.

Nyeri epigastrium kiri menyebar ketengah dan menjalar tembus


kepinggang 1-2 jam setelah makan ( ulkus peptik ).

Nyeri epigastrium kanan ± 4 jam setelah makan dan hilang setelah diberi
antasida ( ulkus doudenum ).

Faktor pencetus, makanan, rokok, alkohol penggunaan obat tertentu.

Stress psikologis.

10
8. Keamanan

Gejala : · Alergi terhadap obat.

Tanda : · Peningkatan suhu.

1. Faktor predisposisi dan presipitasi


Faktor predisposisi adalah bahan-bahan kimia, merokok, kafein, steroid,
obat analgetik, anti inflamasi, cuka atau lada.
Faktor presipitasinya adalah kebiasaan mengkonsumsi alcohol dan rokok,
penggunaan obat-obatan, pola makan dan diet yang tidak teratur, serta
gaya hidup seperti kurang istirahat.

2. Test dignostik

* Endoskopi : akan tampak erosi multi yang sebagian biasanya


berdarah dan letaknya tersebar.

* Pemeriksaan Hispatologi : akan tampak kerusakan mukosa karena


erosi tidak pernah melewati mukosa muskularis.

* Pemeriksaan radiology.

* Pemeriksaan laboratorium.

* Analisa gaster : untuk mengetahui tingkat sekresi HCL,


sekresi HCL menurun pada klien dengan gastritis kronik.

* Kadar serum vitamin B12 : Nilai normalnya 200-1000


Pg/ml, kadar vitamin B12 yang rendah merupakan anemia
megalostatik.

* Kadar hemagiobi, hematokrit, trombosit, leukosit dan


albumin.

* Gastroscopy.
Untuk mengetahui permukaan mukosa (perubahan)
mengidentifikasi area perdarahan dan mengambil jaringan
untuk biopsy.

11
11. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN TIMBUL PADA
PASIEN GASTRITIS

1. Perubahan kenyamanan; Nyeri akut berhubungan dengan iritasi mukosa


gaster

Tujuan jangka pendek : Pasien mengatakan rasa nyeri berkurang.

Tujuan jangka panjang : Tidak terjadi iritasi berlanjut.

¨ Rencana Tindakan.

1. Puasakan pasien pada 6 jam pertama.

2. Berikan makanan lunak sedikit demi sedikit dan beri minum yang hangat.

3. Identifikasi dan batasi makanan yang menimbulkan ketidaknyamanan.

4. Observasi keluhan nyeri, catat lokasi, lamanya, intensitasnya, ( skala 0-10 ),


serta perubahan karakteristik nyeri.

¨ Rasionalisasi.

1. Mengurangi inflamasi pada mukosa lambung.

2. Dilatasi gaster dapat terjadi bila pemberian makan terlalu cepat etelah
periode puasa.

3. Dapat menyebabkan distres pada bermacam-macam individu / dispepsia.

4. Perubahan karakteristik nyeri dapat menunjukan penyebaran penyakit /


terjadinya komplikasi.

2. Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


Anorexia.

Tujuan jangka pendek : Pemasukan nutrisi yang adekuat.

Tujuan jangka panjang : Mempertahankan BB tetap seimbang.

¨ Rencana Tindakan

1. Buat program kebutuhan nutrisi harian & standar BB minimum.

2. Berikan perawatan mulut sebelum & sesudah makan.

12
3. Monitor aktivitas fisik dan catat tingkat aktivitas tersebut.

4. Hindari makanan yang menimbulkan gas.

5. Sediakan makanan dengan ventilasi yang baik, lingkungan yang


menyenangkan, dengan situasi yang tidak terburu-buru.

¨ Rasionalisasi

1. Sebagai acuan dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi pasien.

2. Memberikan rasa nyaman pada mulut dan dapat mengurangi rasa mual.

3. Membantu dalam mempertahankan tonus otot dan berat badan juga untuk
mengontrol tingkat pembakaran kalori.

4. Dapat mempengaruhi nafsu makan / pencernaan dan membatasi masukan


nutrisi.

5. Lingkungan yang mennyenangkan dapat menurunkan stress dan lebih


kondusif untuk makan.

3. Ansietas tahap sedang berhubungan dengan perubahan status kesehatan

Tujuan jangka pendek : Pasien dapat mendiskusikan permasalahan yang


dihadapinya.

Tujuan jangka panjang: Pasien dapat memecahkan masalah dengan menggunakan


sumber yang efektif.

¨ Rencana Tindakan

1. Observasi respon fisiologis, mis : takipnoe, palpitasi, pusing.

2. Catat petunjuk perilaku, mis : gelisah, midah tersinggung.

3. Dorong pernyataan takut dan ansietas, berikan respon umpan balik.

4. Berikan lingkungan yang tenang untuk beristirahat.

5. Berikan tekhnik relaksasi, mis: latihan nafas dalamdan bimbingan


imaginasi.

6. Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan melakukan koping positif.

¨ Rasionalisasi

13
1. Dapat menjadi indikasi derajat ansietas yang dialami pasien.

2. Indikator derajat ansietas.

3. Membuat hubungan therafiutik, membantu pasien untuk menerima perasaan


dan menurunkan ansietas yang tidak perlu tentang ketidak tahuan.

4. Memindahkan pasien dari stresor luar dan meningkatkan relaksasi, juga


dapat meningkatkan ketrampilan koping.

5. Cara relaksasi dapat membantu menurunkan takut dan ansietas.

6. Perilaku yang berhasil dapat menguatkan pasien dalam menerima ansietas,


meningkatkan rasa pasien terhadap kontrol diri dan memberikan keyakinan.

12. IMPLEMENTASI

Pelaksanaan tindakan keperawatan adalah inisiatif dari rencana tindakan


untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana
tindakan disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien
mencapai tujuan yang diharapkan.

Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan


yang spesifik. Tahap pelaksanaan perawatan merupakan tindakan pemberian
asuhan keperawatan yang dilakukan secara nyata untuk membantu klien mencapai
tujuan pada rencana tindakan yang telah dibuat. (Nursalam, 2001 ; 63, dikutip dari
Lyer, et.al, 1996)

Hal-hal yang harus diperhatikan ketika melakukan implementasi adalah


intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi,
penguasaan keterampilan inter personal, intelektual dan teknikal, intervensi harus
dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan
psikologi dilindungi dan dokumentasi keperawatan berupa pencatatan dan
pelaporan. (Gaffar, 1999 ; 65)

Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan


yang telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan
penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping”. (Nursalam, 2001 ; 63).

14
Dalam pelaksanaan tindakan ada tiga tahapan yang harus dilalui yaitu
persiapan, perencanaan dan dokumentasi.

a. Fase persiapan, meliputi:

1) Review tindakan keperawatan


2) Menganalisa pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan
3) Mengetahui komplikasi yang mungkin timbul
4) Menentukan dan mempersiapkan peralatan yang diperlukan
5) Persiapan lingkungan yang kondusif
6) Mengidentifikasi aspek hukum dan etik

b. Fase intervensi:

1) Independen: Tindakan yang dilakukan oleh perawat tanpa petunjuk atau


perintah dokter atau tim kesehatan lain.
2) Interdependen: Tindakan perawat yang melakukan kerjasama dengan tim
kesehatan lain (gizi, dokter, laboratorium dll).
3) Dependen: Berhubungan dengan tindakan medis atau menandakan dimana
tindakan medis dilaksanakan.

c. Fase dokumentasi

Merupakan suatu pencatatan lengkap dan akurat dari tindakan yang telah
dilaksanakan yang terdiri dari tiga tipe yaitu:

1) Sources Oriented Records (SOR)

2) Problem Oriented Records (POR)

3) Computer Assisted Records (CAR)

(Nursalam, 2001; 53, dikutip dari Griffith, 1986)

Adapun kriteria yang diharapkan pada implementasi penyakit Gastritis adalah:

1. Memberitahukan kepada pasien untuk melakukan persiapan puasa pada 6


jam pertama.
2. Mengidentifikasi dan membatasi makanan yang dapat menimbulkan ketidak

15
nyamanan.
3. Menganjurkan untuk makan sedikit tapi sering sesuai indikasi.
4. Penkes kepada pasien mengenai therafi yang diberikan dan indikasi dari
pemberian obat - obatan .
5. Menyarankan untuk istirahat sebelum makan.
6. Menyarankan tirah baring dan membatasi gerak selama fase akut.
7. Memberi penjelasan tentang pentingnya makanan sehingga tidak terjadi
keragu – raguan terhadap makanan yang dapat menyebabkan eksaserbarsi
gejala
8. Memantau respon fisiologis untuk mengindari terjadi masalah.
9. Membuat catatan perilaku seperti gelisah, mudah marah danmmudah
tersinggung.
10. Menciptakan hubungan saling percaya dengan sering melakukan
komunikasi yang terafiutik.
11. Membantu pasien melakukan latihan nafas dalam.

13. EVALUASI

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses


keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana
tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Melalui evaluasi
memungkinkan perawat untuk memonitor “kealpaan” yang terjadi selama tahap
pengkajian, analisa, perencanaan, dan pelaksanaan tindakan. (Nursalam, 2001 ;
71, dikutip dari Ignatavicius & Bayne, 1994).

Evaluasi sebagai sesuatu yang direncanakan dan perbandingan yang


sistematik pada status kesehatan klien. (Nursalam, 2001 ; 71, dikutip dari Griffith
dan Christensen, 1986)

Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien mencapai tujuan.


Hal ini bisa dilaksanakan dengan melaksanakan hubungan dengan klien
berdasarkan respon klien terhadap tindakan keperawatan yang diberikan, sehingga
perawat dapat mengambil keputusan :

a. Mengakhiri rencana tindakan keperawatan (klien telah mencapai tujuan yang

16
ditetapkan).
b. Memodifikasi rencana tindakan keperawatan (klien mengalami kesulitan untuk
mencapai tujuan).
c. Meneruskan rencana tindakan keperawatan (klien memerlukan waktu yang
lebih lama untuk mencapai tujuan). (Nursalam, 2001 ; 71, dikutip dari Iyer et.
al, 1996)

Ada 2 komponen untuk mengevaluasi kualitas tindakan keperawatan yaitu :

a. Proses (Formatif) Adalah evaluasi yang dilaksanakan segera setelah


perencanaan keperawatan dilaksanakan untuk membantu keefektifan terhadap
tindakan.
b. Hasil (Sumatif) Adalah evaluasi yang dapat dilihat pada perubahan perilaku
atau status kesehatan klien pada akhir tindakan perawatan klien. (Nursalam,
2001 ; 74, dikutip dari Iyer et. al, 1996)

Komponen evaluasi dapat dibagi menjadi 5 yaitu:

a. Menentukan kriteria, standar dan pertanyaan evaluasi.

b. Mengumpulkan data mengenai keadaan klien terbaru.

c. Menganalisa dan membandingkan data terhadap kriteria dan standar.

d. Merangkum hasil dan membuat kesimpulan.

e. Melaksanakan tindakan yang sesuai berdasarkan kesimpulan. ( Nursalam,


2001 ; 74, dikutip dari Pinnell & Meneses, 1986 )

Adapun kriteria yang diharapkan pada evaluasi penyakit Gastritis adalah:

1. Gangguan rasa nyeri berkurang.

2. Tidak terjadi iritasi berlanjut.

3. Kebutuhan nutrisi teratatasi.

4. Tidak terjadi penurunan berat badan.

5. Klien memahami tentang perawatan dan penyakitnya.

6. Klien mampu memecahkan masalah dengan menggunakan sumber yang


efekrif.

17
LAPORAN KASUS
A.    PENGKAIJIAN
1. Identitas
Identitas pasien
Nama                                        : Tn A
Umur                                        : 56  tahun
Jenis kelamin                            : laki-laki
Pekerjaan                                  : Pedagang
Pendidikan                               : SD
Status                                        : Kawin
Identitas penanggung jawab
Nama                                        : ny. N
Umur                                        : 27 tahun
Jenis kelamin                            : Perempuan
Pekerjaan                                  : Pedagang
Pendidikan                               : SMA
Status                                        : Kawin
Hubungan dengan pasien         : anak
2. Diagnosa Medis                       : Gastritis
3. Waktu Dan Tempat
Tgl masuk rumah sakit              : 20-3-20
Tgl pengkajian                          : 21-3-20
Tempat Praktik                         : Naimah
4. Riwayat kesehatan
a.       Keluhan utama
Saat masuk Rumah sakit   : Klien datang Ke IGD jam 19.00 tanggal 20 Maret
2020  dengan keluhan nyeri pada ulu hati 4 hari yang lalu  disertai mual
muntah
b.      Saat pengkajian (PQRST) : Pada tanggal 21 Maret 2020 dilakukan
pengkajian, klien mengeluh nyeri pada ulu hati, dengan skala nyeri 5 disertai
mual muntah

18
c.       Keluhan penyerta  : Klien mengatakan tidak nafsu makan.
d.      Riwayat Kesehatan Dahulu
1)  Pernah di rawat di Rumah sakit : Klien mengatakan pernah dirawat di
rumah sakit 3 tahun yang lalu, dengan penyakit yang sama
2)   Obat-obatan yang pernah digunakan  : Obat-obatan yang sering digunakan
ketika di rumah biasanya obat dari  warung.
3)      Tindakan (operasi) : Klien mengatakan belum pernah melakukan operasi.
4)      Alergi  : Klien mengatakan tidak memiliki alergi makanan maupun alergi
obat-obatan.
5)      Kecelakaan : Klien mengatakan  pernah mengalami kecelakaan 3 tahun
yang lalu.
6)   Imunisasi : Keluarga  mengatakan klien di imunisasi pada saat masih kecil.

5. Pola Fungsi Kesehatan


a.       Pola Menejemen Kesehatan-Persepsi Kesehatan
1)      Tingkat pengetahuan kesehatan/penyakit
Pasien mengatakan pasien tidak mengetahui tentang penyakit yang
dideritanya.
2)      Perilaku untuk mengatasi masalah kesehatan
Anak pasien mengatakan jika sakit selalu berobat ke puskesmas.
3)      Factor factor resiko sehubungan dengan kesehatan
Anak pasien mengatakan pasien sering tidak mau makan.
b.      Pola Istirahat Tidur
Sebelum Sakit : Anak pasien mengatakan sebelum sakit kebutuhan tidur
pasien tidak terganggu. Tidur ±7-8 jam. Mulai pukul 21.00-05.00, tidur
dengan nyenyak, tidak gelisah, dan tidak sering terjaga pada malam hari.
Selama Sakit :Anak pasien mengatakan selama sakit kebutuhan tidur pasien
terganggu. Tidurnya tidak teratur, mulai pukul 19.00, kadang hanya 1-2 jam
kemudian terbangun, lalu tidur lagi. Pasien sering merasa gelisah, tidurnya
tidak nyenyak, dan sering terjaga pada malam hari karena nyeri pada perutnya
dan pasien merasa nyei pada luka di bokongnya.

19
c.       Pola Nutrisi Metabolik
Sebelum Sakit :Anak pasien mengatakan, sebelum sakit makan dan minum
pasien tidak mengalami masalh. Makan 3x/hari dengan nasi, sayur, dan lauk
dan habis 1 porsi. Tidak mula dan tidak muntah. Minum ± 6-8 gelas/hari.
Selama Sakit :Anak pasien mengatakan, selama sakit nafsu makan pasien
menurun. Makan 3x/hari namun sedikit sedikit dan tidak habis. Kadang pasien
mengeluh mual dan ingin muntah. Minum hanya sedikit, 3-4 gelas/hari.
d.      Pola Eliminasi
Sebelum Sakit :Anak pasien mengatakan, sebelum sakit BAB pasien teratur,
1x/hari, tidak keras dan tidak cair. BAK sering, 5-6x/hari dan tidak nyeri saat
BAK.
Selama Sakit :Anak pasien mengatakan, selama sakit BAB pasien tidak
teratur, kadang 3 hari baru BAB. BAK hanya sedikit.
Pasien terpasang kateter, urin hanya sekitar 300 cc/hari.
e.       Pola Kognitif Perseptual
Sebelum sakit :Anak pasien mengatakan pasien dapat berkomunikasi dengan
baik dengan orang lain, dan mengerti apa yang dibicarakan ,berespon dan
berorientasi dengan baik dengan orang-orang sekitar”.
Selama sakit : Anak pasien mengatakan selama sakit pasien masih dapat
berkomunikasi dan berespon dengan baik. Akan tetapi selama sakit pasien
jarang berbicara, berbicara hanya seperlunya saja.
f.       Pola Konsep Diri
Gambaran diri : Anak pasien mengatakan pasien tidak pernah mengeluh
dengan kondisi tubuhnya.
Identitas diri : Anak pasien mengatakan pasien masih dapat mengenali
dirinya sendiri.
Peran diri : Anak pasien mengatakan pasien berperan sebagai ibu rumah
tangga dan bekerja sebagai pedagang.
Ideal diri : Anak pasien mengatakan pasien selalu mengatakan ingin hidup
dengan baik, sehat, dan ingin melihat anaknya bahagia. Dan saat ini ibu
berharap ingin cepat sembuh.

20
Harga diri : Anak pasien mengatakan di rumah pasien sangat dihargai oleh
anak, menantu, dan keluarga.
g.      Toleransi Stres Koping
Sebelum sakit : Anak pasien mengatakan jika mengalami masalah pasien
selalu bercerita dengan anak anaknya atau keluarganya dan menyelesaikan
masalah secara bersama sama.
Selama sakit : Anak pasien mengatakan selama sakit jika mengalami masalah
masih selalu bercerita pada anaknya. Dan jika merasa tidak nyaman atau sakit
pasien selalu mengatakan pada anaknya.
h.      Pola reproduksi-seksualitas
Pasien berjenis kelamin perempuan. Suami pasien sudah meninggal. Pasien
memiliki 2 anak perempuan.
i.        Pola Hubungan peran
Sebelum sakit : Anak pasien mengatakan hubungan pasien dengan anak
anaknya maupun keluarga lainnya sangat baik dan tidak ada masalah. Pasien
berperan sebagai ibu rumah tangga dan bekerja sebagai pedagang.
Selama sakit : Anak pasien mengatakan hubungan pasien dengan anak dan
keluarganya tetap baik dan tidak ada masalah. Selama sakit pasien dirawat di
rumah sakit sehingga tidak bisa bekerja seperti biasanya.
j.        Pola Nilai dan Keyakinan
Sebelum sakit : Anak pasien mengatakan sebelum sakit pasien selalu sholat 5
waktu.
Selama sakit : Anak pasien mengatakan selama sakit pasien belum pernah
sholat karena kondisi sakitnya.

6. Pemeriksaan Fisik
a.       Sistem pernafasan

21
Tidak nampak retraksi dada, bentuk dada simetris, tak nampak penggunaan
otot bantu nafas, tidak ada massa, pola nafas normal. fokal fremitus normal,
tidak ada nyeri tekan, tidak teraba massa. suara paru sonor. suara paru
vesikuler, tidak terdengar wheezing dan ronkhi
b.      Sistem kardiovaskular
Tidak nampak retraksi dada, bentuk dada simetris, tak nampak penggunaan
otot bantu nafas, tidak ada massa, ictus cordis tampak pada itercosta ke 5,
tidak ada nyeri tekan, tidak teraba massa, pulse teraba kuat, batas-batas
jantung normal, suara redup, suara paru reguler, tidak terdengar gallop.
c.       Sistem pencernaan .
abdomen flat, simetris, auskultasi gaster normal, peristaltik usus 5x/ menit.
Suara lambung tympani, batas hepar normal, ada nyeri tekan di abdomen
bagian kiri, tidak terasa pembesaran hepar, tak teraba adanya massa. Mukosa
Bibir tampak kering. Lidah tampak putik dan kotor.
d.      Sistem perkemihan
Karakteristik urine/BAK jernih, frekuensi 2-3 sehari,tidak ada nyeri pinggang,
tidak terpasang alat bantu BAK, tidak ada darah, bau khas, tidak ada benjolan.
e.       Sistem endokrin
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan limfatik
f.       Sistem genetalia
Klien tidak terpasang DC
g.      Sistem musculoskeletal
Pergerakan sendi normal, kekuatan otot penuh, tidak ada edema, turgor kulit
baik, tidak ada deformitas, tidak ada nyeri gerak, nyeri tekan, tidak ada
pembengkakan pada sendi,tidak menggunakan alat bantu, tidak ada fraktur,
kemampuan ADL mandi, berpakaian, eliminasi, mobilisasi di tempat tidur,
pindah, ambulasi normal.
h.      Sistem integumen
Turgor kulit baik, tidak ada sianosis/anemis, warna kulit sawo matang, tidak
ada luka, tak ada edema, tidak ada memar, benjolan,lesi.
i.        Sistem persarafan

22
Tidak ada tremor, reflex cahaya pupil bagus, pupil isokor 3 mm, gerak bola
mata bebas ke segala arah, GCS 15, Kesadaran compos mentis, orientasi
waktu, tempat, orang normal. Brudzinki negatif, kaku kuduk negatif.

7. Terapi Obat
a.       Peroral                   : Sukralfat, Paracetamol
b.      Parenteral              : RL/12 jam
RUTE
JENIS TERAPI DOSIS INDIKASI TERAPI
TERAPI
Parenteral
Omeprazole  inj 2 x 1 amp Pengobatan anti emetik
(IV)
Parenteral
Ondansentron inj 3 x 1 amp Pengobatan anti mual
(IV)
3 x 500
Paracetamol Oral Pengobatan anti piretik
mg
Sukralfat Oral 3 x 1 cth Pengobatan anti tukak duodenum

8. Pemeriksaan Penunjang
a.       Laboratorium darah, urine, feses
b.      Pemeriksaan Rontgen
Jenis
Tanggal Hasil Pemeriksaan Nilai Normal
Pemeriksaan
HB 14,1 12-16 gram/ dl
Leukosit 9800 4500-10000 sel/mm
Hematokrit 42 40-48%
Trombosit 302.000 150.000-400.000 sel/mm
Eritrosit 4,42 4,6-6,2juta sel/mm

9. Informasi Tambahan
Informasi tindakan pembedahan/riwayat  telah  dilakukan  tindakan  medis)

23
B.     ANALISA DATA KEPERAWATAN
Waktu Symptom/Signs Etiologi Problem
Hari/Tanggal
DS : Agen cedera Nyeri akut
biologis
§  Pasien mengatakan “nyeri di
(Peradangan
ulu hati”
pada mukosa
§  Anak pasien mengatakan
lambung)
selama sakit kebutuhan tidur
pasien terganggu. Tidurnya
tidak teratur, mulai pukul
19.00, kadang hanya 1-2 jam
kemudian terbangun, lalu
tidur lagi. Pasien sering
merasa gelisah, tidurnya
tidak nyenyak, dan sering
terjaga pada malam hari
karena nyeri pada perutnya
DO :

§  Keadaan Umum   : Lemah,


gelisah, wajah terlihat
menahan nyeri.
§  RR : 32x/menit.
§  Irama nafas irregular
§  P : nyeri timbul saat makan Q:
nyeri terasa seperti mau
muntah R: nyeri di ulu hati
S: 4 T: hilang timbul.
§  Nyeri tekan pada daerah ulu
hati
§  Leukosit 18.100/cmm
Risiko infeksi
Pertahanan

24
DS : tubuh primer
yang tidak
§  pasien merasa nyeri pada luka
adekuat
di bokonnya.
(integritas kulit
DO :
tidak utuh)
§  TD : 91/61 mmHg, Suhu :
38,8°C , RR : 32x/menit.
§  Terdapat luka di daerah
bokong atas, luka lembab,
kemerahan di daerah sekitar
luka.
§  Akral hangat
§  Leukosit 18.100/cmm

25
C.    DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama  Pasien                    : Tn. A                         Ruang/Unit    : Naimah

D. Medis        : Gastritis

No Dx Prioritas Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (peradangan pada


mukosa lambung)

Risiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh primer yang tidak


2.
adekuat (integritas kulit tidak utuh)

D.    INTERVENSI KEPERAWATAN


Tgl/W No
Tujuan Keperawatan Rencana Tindakan TTD/
aktu .
( NOC ) ( NIC ) Nama
Dx
1. Setelah dilakukan Pain Management :
tindakan keperawatan 1.         Observasi reaksi nonverbal
selama …x 24 jam, dari ketidaknyamanan
diharapkan nyeri 2.         Kaji nyeri secara
berkurang sampai dengan komprehensif meliputi
hilang dengan criteria ( lokasi, karakteristik, dan
hasil: onset, durasi, frekuensi,
Pain Control : kualitas, intensitas nyeri )
7.      Pasien dapat 3.         Kaji skala nyeri
mengontrol nyeri 4.         Gunakan komunikasi
8.      Pasien melaporkan terapeutik agar klien dapat
nyeri berkurang atau mengekspresikan nyeri
hilang 5.         Kaji factor yang dapat
9.      Frekuensi nafas dbn menyebabkan nyeri timbul

26
Tgl/W No
Tujuan Keperawatan Rencana Tindakan TTD/
aktu .
( NOC ) ( NIC ) Nama
Dx
(16-24x/menit) 6.         Anjurkan pada pasien untuk
10.  Skala 0-1 dari 4 cukup istirahat
11.  Pasien tidak gelisah 7.         Control lingkungan yang
12.  Leukosit dbn (4000- dapat mempengaruhi nyeri
10.000 /cmm) 8.         Monitor tanda tanda vital
9.         Ajarkan tentang teknik
nonfarmakologi (relaksasi)
untuk mengurangi nyeri
10.     Jelaskan factor factor yang
dapat mempengaruhi nyeri
11.     Kolaborasi dengan dokter
dalam pemberian obat
2. Setelah dilakukan Infection Control :
tindakan keperawatan 1.      Observasi dan laporkan tanda
selama …x 24 jam, dan gejala infeksi seperti
diharapkan tidak terjadi kemerahan, panas, nyeri,
infeksi, dengan criteria tumor.
hasil : 2.      Kaji tanda tanda vital
Risk Control : 3.      Lakukan teknik perawatan
1.      Suhu tubuh dbn (36- luka yang tepat
37°C ) 4.      Tingkatkan nutrisi dan cairan
2.      Frekuensi nafas dbn 5.      Monitor temperature tubuh
(!6-24x/menit) 6.      Gunakan srategi untuk
3.      Tidak terjadi infeksi mencegah infeksi nosokomial
lebih laanjut 7.      Anjurkan untuk istirahat yang
4.      Tidak ada tanda adekuat
tanda inflamasi 8.      Batasi pengunjung bila perlu
(rubor, dolor, kalor, 9.      Ajarkan pada klien dan
tumor, fungsiolesa) keluarga cara perawatan luka

27
Tgl/W No
Tujuan Keperawatan Rencana Tindakan TTD/
aktu .
( NOC ) ( NIC ) Nama
Dx
5.      Pasien dan keluarga yang tepat
mengetahui tindakan 10.  Jelaskan pada klien dan
yang tepat untuk keluarga bagaimana mencegah
mencegah infeksi infeksi
6.      Pasien dan keluarga 11.  Jelaskan pada klien dan
dapat mengetahui keluarga tanda dan gejala
tanda dan gejala infeksi
infeksi 12.  Anjurkan dan ajarkan pada
7.      Pasien dan keluarga klien dan keluarga mencuci
dapat mengetahui tangan dengan sabun
cara perawatan luka 13.  Kolaborasi dengan dokter
yang tepat dalam pemberian terapi obat
8.      Integritas kulit
membaik

E.     IMPLEMENTASI KEPERAWATAN


Waktu No. TTD/
Implementasi Respon
Tgl Jam Dx Nama
14.00 1 Menanyakan keluhan yang DS : pasien mengatakan
dirasakan klien nyeri pada perutnya
DO : pasien terlihat lemah
dan wajah terlihat menahan
nyeri
14.15 1&2 Mengukur TD, Suhu, DO : TD : 110/70mmHg
menghitung nadi, RR Nadi : 95x/menit
Suhu : 38,8°C
RR : 32x/menit
14.30 Melihat ekspresi wajah nyeri
DO : skala nyeri 4
klien untuk menentukan skala
nyeri

28
16.00 1 Mengajarkan teknik relaksasi
nafas dalam pada pasien DS : Pasien mengatakan
untuk mengurangi nyeri nyeri sedikit berkurang
17.00 1 Menganjurkan klien untuk
beristirahat DS : pasien mengatakan
“iya”
DO : pasien terlihat gelisah
DO : obat ranitidine 25 mg
masuk melalui inj.selang
18.00 1&2 Memberikan injeksi ranitidin
infus
25 mg DS : keluarga pasien
mengatakan pasien hanya
mau makan sedikit karena

19.00 2 perutnya merasa nyeri dan


Menganjurkan pada keluarga
mual
untuk memberikan makan
DS : keluarga pasien
pasien sedikit sedikit tapi
mengatakan “mbak ini
sering dan menganjurkan
lukanya lembab”
untuk minum yang cukup
19.30 2
Melihat luka di bokong
pasien, mencatat
adanya DS : pasien mengatakan
kemerahan di sekitar luka nyeri pada lukanya
atau adanya tanda tanda DO :luka lembab,
20.00 2 inflamasi lainnya kemerahan di daerah
Menjelaskan pada pasien dan sekitar luka
keluarga tentang tanda dan DS : keluarga pasien
gejala infeksi serta bagaimana mengatakan “iya mbak,
cara mencegah terjadinya saya mengerti.
20.30
infeksi Terimakasih”
Mengukur TD, suhu,
menghitung nadi dan RR DO : TD : 124/89 mmHg
Suhu : 36,4°C

29
Nadi : 68x/menit
21.00 RR : 28x/menit
Mengecek urin output Urin : 300 cc
DO : Obat furosemid 20
mg masuk melalui
Memberikan injeksi
inj.selang infuse
furosemid 20 mg
DS : keluarga pasien
07.00 1&2
mengatakan “terimakasih
Melihat kondisi pasien dan
mbak”
menanyakan keluhan yang
DS : keluarga pasien
dirasakan pasien
mengatakan pasien sering
terlihat gelisah dan
mengatakan pasien sering
mengeluh merasa tidak
nyaman/nyeri pada
08.00 perutnya
Menganjurkan pada pasien DO : skala nyeri 3, pasien
untuk segera tidur terlihat gelisah
Menanyakan pada keluarga DS : pasien mengatakan
pasien kondisi dan keluhan “iya”
pasien DS : keluarga pasien
mengatakan pasien masih
terlihat gelisah dan sulit
tertidur. Pasien juga
09.30 1&2 mengeluh perutnya masih
terasa tidak nyaman dan
Memberikan pengertian pada
kadang nyeri pada luka di
keluarga pasien, mengakhiri
bokongnya
tindakan (mengucapkan
DS : keluarga pasien
terimakasih dan salam)
mengatakan “sama sama
10.00 Menutup tirai dan membatasi
mbak, dan terimakasih

30
pengunjung juga’
Mengukur TD, suhu,
10.25 2 menghitung nadi dan RR
DO : TD: 127/88 mmHg
Nadi : 71x/menit
Menayakan kondisi dan Suhu : 37,1°C
keluhan pasien RR : 26x/menit
DS : pasien mengatakan
perutnya kadang kadang
masih terasa nyeri, dan
2
lukanya perih
DS : keluarga pasien
mengatakan tadi malam
Menanyakan pada keluarga
pasien terlihat gelisah dan
makan dan minum pasien
beberapa kali terbangun
DS : keluarga pasien
mengatakan pasien sudah
makan, namun hanya
sedikit karena pasien masih
Melakukan perawatan luka mengeluh mual, minum
pada pasien sudah 1 gelas (240 cc)
1
DS : pasien mengeluh
nyeri
DO : luka masih lembab,
Mengajarkan pada keluarga masih kemerahan di sekitar
teknik perawatan luka yang luka
tepat DS : keluarga pasien
mengatakan “iya mbak,
Menjelaskan pada pasien dan saya mengerti.
keluarga mengenai factor Terimakasih”
factor yang dapat DS : pasien mengatakan
menimbulkan nyeri dan

31
memperparah nyeri “Iya”
Memberikan injeksi ranitidin
25 mg

Persiapan pasien akan DO : obat ranitidin 25 mg


dipindahkan masuk melalui inj.selang
infus
DS : Keluarga pasien
mengatakan “terimakasi

F.     EVALUASI KEPERAWATAN


Waktu TTD/N
Dx. Keperawatan Evaluasi
Hari/Tgl Jam ama
17.00 Nyeri akut berhubungan DS : Pasien mengatakan
dengan agen cedera biologis perutnya kadang masih
terasa nyeri
(peradangan pada mukosa
lambung ) DS : P : nyeri timbul ketika
makan Q : nyeri seperti
mau muntah R: nyeri di
daerah ulu hati T : nyeri
hilang timbul

DO : Skala : 3

Wajah terlihat gelisah

A : Tujuan belum tercapai

P : lanjutkan intervensi

( 1-11)

DS : pasien mengatakan

32
Risiko Infeksi berhubungan lukanya masih terasa perih
dengan pertahanan tubuh
DO : luka lembab dan
primer tidak adekuat (integritas
masih kemerahan di daerah
kulit tidak utuh )
sekitar luka

A : Tujuan belum tercapai

P : Lanjutkan intervensi

 (1, 2, 3, 4, 5, 13)

33
BAB IV

PENUTUP

A.    Kesimpulan
Gastritis atau lebih dikenal sebagai magh berasal dari bahasa yunani yaitu
gastro, yang berarti perut/lambung dan itis yang berarti inflamasi/peradangan.
Gastritis bukan merupakan penyakit tunggal, tetapi terbentuk dari beberapa kondisi
yang kesemuanya itu mengakibatkan peradangan pada lambung. Biasanya,
peradangan tersebut merupakan akibat dari infeksi oleh bakteri yang sama dengan
bakteri yang dapat mengakibatkan borok di lambung yaitu Helicobacter pylori.
Gastritis biasanya terjadi ketika mekanisme pelindung ini kewalahan dan
mengakibatkan rusak dan meradangnya dinding lambung.
Gastritis yang terjadi tiba – tiba (akut) biasanya mempunyai gejala mual dan
sakit pada perut bagian atas, sedangkan gastritis kronis yang berkembang secara
bertahap biasanya mempunyai gejala seperti sakit yang ringan pada perut bagian atas
dan terasa penuh atau kehilangan selera. Bagi sebagian orang, gastritis kronis tidak
menyebabkan apapun.
Pada gastritis akut zat iritasi yang masuk ke dalam lambung akan mengiitasi
mukosa lambung. Sedangkan pada gastritis kronik disebabkan oleh bakteri gram
negatif Helicobacter pylori. Bakteri patogen ini (helicobacter pylori) menginfeksi
tubuh seseorang melalui oral, dan paling sering ditularkan dari ibu ke bayi tanpa ada
penampakan gejala (asimptomatik).

B.     Saran
v  Diharapkan kita dapat menjaga lambung kita dari makanan dan minuman yang
masuk ke tubuh agar tidak terinfeksi oleh bakteri Helicobacter pylori. Penyebab
yang lain yang dapat menimbulkan gastritis adalah stres fisik, bila stres meningkat
maka produksi HCL (asam lambung) yang mengakibatkan pH dalam lambung
menjadi asam sehingga dapat merusak lapisan lambung, oleh karena itu
disarankan untuk tidak menyepelekan stres tersebut.

34
v  Dengan penjabaran mengenai pencegahan gastritis, diharapkan kita lebih berhati-
hati terhadap makanan maupun faktor lain yang menyebabkan resiko infeksi pada
lapisan lambung

35
36

Anda mungkin juga menyukai