Disusun Oleh :
Kelompok 7
1. Wilhelmus Petrus Gua 131911123053
2. Siti Zulaiha 131911123062
3. Candra Pratiwi 131911123063
4. Ella Putri Utami 131911123064
5. Aulia Yumroatul Jannah 131911123065
UNIVERSITAS AIRLANGGA
FAKULTAS KEPERAWATAN
S1 PENDIDIKAN NERS
2019
BAB 1
PENDAHULUAN
Proses penuaan merupakan suatu proses alamiah yang tidak dapat dicegah
dan merupakan hal yang wajar dialami oleh orang yang diberi karunia umur
panjang, di mana semua orang berharap akan menjalani hidup dengan tenang,
damai, serta menikmati masa pensiun bersama anak dan cucu tercinta dengan
penuh kasih sayang. Tidak semua lanjut usia dapat mengecap kondisi idaman ini.
Proses menua tetap menimbulkan permasalahan baik secara fisik, biologis, mental
maupun sosial ekonomi. Permasalahan-permasalahan ini dapat memicu terjadinya
depresi pada lanjut usia. Stres lingkungan, menurunnya kemampuan beradaptasi
dan rendahnya nilai spiritual yang dimiliki lansia juga sering mendukung
terjadinya depresi.
Depresi pada lanjut usia telah menjadi masalah utama yang dihubungkan
dengan kematian dan kejadian bunuh diri. Hasil penelitian menyebutkan 15%
lanjut usia memiliki kecenderungan bunuh diri karena depresi. Risiko bunuh diri
pada lanjut usia wanita yang mengalami depresi dua atau tiga kali lebih tinggi
daripada lanjut usia laki-laki. Bila hal ini tidak disikapi dengan benar dapat
membahayakan lanjut usia. Prevalensi depresi pada lanjut usia, sekitar 12–36%
lanjut usia yang mengalami rawat jalan mengalami depresi. Angka ini meningkat
menjadi 30–50% pada lanjut usia dengan penyakit kronis dan perawatan lama
yang mengalami depresi. Kira-kira 25% komunitas lanjut usia dan pasien rumah
perawatan ditemukan adanya gejala depresi pada lanjut usia. Depresi menyerang
10–15% lanjut usia 65 tahun ke atas yang tinggal di institusi, dengan sekitar 50–
75% penghuni perawatan jangka panjang memiliki gejala depresi dari tingkatan
ringan sampai sedang. Data hasil studi pendahuluan yang dilaksanakan peneliti
pada bulan Mei 2009 terhadap lanjut usia di wilayah RT 04 Kedung Tarukan
Wetan ditemukan bahwa 37% lanjut usia warga RT 04 mengalami depresi yang di
ukur dengan menggunakan Geriatric Depression Scale Short Form.
Dengan banyaknya kasus depresi pada lanjut usia yang ada, diharapkan
perawat dapat lebih mengerti dan mengetahui bagaimana menghadapi depresi
pada lanjut usia dan perlu dilakukan pendekatan yang tepat dalam pemberian
asuhan keperawatan jiwa pada lansia untuk menangani masalah depresi yang
dihadapi para lanjut usia. Oleh karena itu, kami akan membahas tentang apa yang
dimaksud depresi beserta contoh kasus dan proses keperawatan.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan depresi?
1.2.2 Apa saja etiologi depresi pada lansia?
1.2.3 Apa saja tanda dan gejala depresi pada lansia?
1.2.4 Apa dampak dari depresi pada lansia?
1.2.5 Bagaimana Skrining Depresi pada Lansia dengan Geriatric Depression
Scale?
1.2.6 Bagaimana tatalaksana dalam merawat depresi pada lansia?
1.2.7 Apa contoh kasus dan proses keperawatan dari depresi pada lansia?
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui definisi depresi
1.3.2 Mengetahui etiologi depresi pada lansia
1.3.3 Mengetahui tanda dan gejala depresi pada lansia
1.3.4 Mengetahui dampak dari depresi pada lansia
1.3.5 Mengetahui cara Skrining Depresi pada Lansia dengan Geriatric
Depression Scale
1.3.6 tatalaksana dalam merawat depresi
1.3.7 contoh kasus dan proses keperawatan dari depresi
BAB 2
TINJAUAN TEORI
Dewasa akhir (late adulthood) atau lanjut usia, biasanya merujuk pada
tahap siklus kehidupan yang dimulai pada usia 65 tahun. Ahli gerontologi
membagi lanjut usia menjadi dua kelompok: young-old, berusia 65-74 tahun;
dan old-old, berusia 75 tahun ke atas. Kadang-kadang digunakan istilah oldest
old untuk merujuk pada orang-orang yang berusia 85 tahun ke atas . Idealnya
seorang lansia dapat menjalani proses menua secara normal sehingga dapat
menikmati kehidupan yang bahagia dan mandiri. Proses penuaan yang sukses
merupakan suatu kombinasi dari tiga komponen: (1) penghindaran dari
penyakit dan ketidakmampuan; (2) pemeliharaan kapasitas fisik dan kognitif
yang tinggi di tahun-tahun berikutnya; dan (3) keterlibatan secara aktif dalam
kehidupan yang berkelanjutan .2
Ada tiga jenis depresi yang bisa dialami oleh individu, yaitu mild
depression/minor depression dan dysthimic disorder; moderate depression;
dan Severe depression/major depression. Faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi depresi adalah faktor kesehatan, kepribadian, religiusitas,
pengalaman hidup yang pahit, harga diri dan dukungan sosial. Gejala
depresi menurut Beck digolongkan dalam empat simtom, yaitu simtom
emosional, simtom kognitif, simtom motivasional dan simtom fisik
Pada usia lanjut depresi yang berdiri sendiri maupun yang bersamaan
dengan penyakit lain hendaknya ditangani dengan sungguh-sungguh
karena bila tidak diobati dapat memperburuk perjalanan penyakit dan
memperburuk prognosis.
Terapi psikososial
a. Terapi Kognitif
b. Terapi Interpersonal
c. Terapi Perilaku
d. Terapi orientasi-psikoanalitik
e. Terapi Keluarga
Terapi Lainnya
ECT untuk depresi katatonik, tendensi bunuh diri berulang,
Refrakter
Pathway Depresi Lansia
Faktor Genetik Faktor Usia Faktor Gender Penyakit kronis Lingkungan Harga diri Pola pikir Kepribadian
Harapan yang
Terdapat keluarga Bertamabah negatif untuk
Hormon Penyakit Tekanan dari
yg Depresi masa depan Cara Kepribadian
tua usia estrogen yang susah
masalah yg dependen
terbanyak pada sembuh dan menyelesaikan
dihadapi masalah
Gen Menurun wanita kambuhan pandangan
Penurunan
pada keturunan yang negatif inefektif Pasangan
produksi
nya Koping terhadap diri
hormon hidup yang
menghadapi sendiri Masalah tidak
estrogen Lansia yang telah Tiada
stress inefektif diselesaikan
menderita fisik
Sistem Tempat
dopaminergik bergantung
Dopamin
terganggu tidak ada
menurun
Mudah stress
Penurunan
berat badan
Badan
bertambah
kurus
MK:
Gangguan
citra tubuh
Merasa tertekan Menurun nya nafsu Sulit memfokuskan Emosi Labil
makan (anoreksia) sesuatu
Sulit
Kehilangan semangat Kebingungan
Kurang Nutrisi untuk menerima Mudah
dan murung
Energi tubuh informasi tersinggung
berkurang Sulit
Aktifitas memutuskan
Keputusasaan
Ansietas menurun tindakan Cepat marah
MK: Isolasi MK: Anemia
sosial
MK:
Mengabaikan Menyendiri ketidakber nutrisi ke kehilangan Pesimis Agresif
diri sendiri dayaan otak minat dan
Mudah motivasi
berkurang Kurang MK: Resiko
menangis, dan percaya diri
MK: Defisit menarik diri perilaku
Pusing menarik diri
perawatan diri pusing kekerasan
dirasakan Merasa
lama MK:Gang bersalah Muncul masalah
MK:
guanNyeri
akut MK: Isolasi
pola tidur Ada pikiran
sosial
cenderai diri Tidak dapat
Saat akan
diselesaikan
tidur
MK: Resiko
MK: Nyeri terasa
kronis pusing bunuh diri MK:
Ketidakefektifan
koping
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA DENGAN DEPRESI
A. Pengkajian
1. Perilaku.
Agresif, agitasi, tidak toleran, gangguan tingkat aktifitas,
kemunduran psikomotor, menarik diri, isolasi social,
irritable (mudah marah, menangis, tersinggung), berkesan
menyedihkan, kurang spontan, gangguan kebersihan.
2. Afek
Sedih, cemas, apatis, murung, kebencian, kekesalan, marah,
perasaan ditolak, perasaan bersalah, merasa tak berdaya, putus asa,
merasa sendirian, merasa rendah diri, merasa tak berharga
3. Respon kognitif
Ambivalen, bingung, ragu – ragu, tidak mampu berkonsentrasi,
hilang perhatian dan motivasi, menyalahkan diri sendiri,pikiran
merusak diri,rasa tidak menentu, pesimis
Pasien depresi masih memiliki orientasi tempat, waktu, dan orang.
Namun beberapa orang mungkin akan tidak memiliki minat untuk
menjawab pertanyaan. Sekitar 50-75% pasien depresi kadang-
kadang disebut pseudo-demensia depresif. Pasien sering mengeluh
konsentrasi terganggu dan mudah lupa
4. Luangkan waktu bersama pemberi asuhan atau keluarga
Identifikasi pemberian asuhan primer dan tentukan berapa lama
ia sudah menjadi pemberi asuhan dikeluarga tersebut.
ldentifikasi sistem pendukung yang ada bagi pemberi asuhan
dan anggota keluarga yang lain.
Identifikasi pengetahuan dasar tentang perawatan klien dan
sumber daya komunitas (catat hal-hal yang perlu diajarkan).
Identifikasi sistem pendukung spiritual bagi keluarga.
Identilikasi kekhawatiran tertentu tentang klien dan
kekhawatiran pemberiasuhan tentang dirinya sendiri.
Analisa Data
Data Subyektif
1. Lansia Tidak mampu mengutarakan pendapat dan malas
berbicara.
2. Sering mengemukakan keluhan somatic seperti ; nyeri
abdomen dan dada, anoreksia, sakit punggung,pusing.
3. Merasa dirinya sudah tidak berguna lagi, tidak berarti, tidak
ada tujuan hidup, merasa putus asa dan cenderung bunuh diri.
4. Pasien mudah tersinggung dan ketidakmampuan untuk
konsentrasi.
Data Obyektif
1. Gerakan tubuh yang terhambat, tubuh yang melengkung dan
bila duduk dengan sikap yang merosot.
2. Ekspresi wajah murung, gaya jalan yang lambat dengan
langkah yang diseret.
3. Kadang-kadang dapat terjadi stupor.
4. Pasien tampak malas, lelah, tidak ada nafsu makan, sukar tidur
dan sering menangis.
5. Proses berpikir terlambat, seolah-olah pikirannya kosong,
konsentrasi terganggu, tidak mempunyai minat, tidak dapat
berpikir, tidak mempunyai daya khayal.
6. Pada pasien psikosa depresif terdapat perasaan bersalah yang
mendalam, tidak masuk akal (irasional), waham dosa,
depersonalisasi dan halusinasi. Kadang-kadang pasien suka
menunjukkan sikap bermusuhan (hostility), mudah tersinggung
(irritable) dan tidak suka diganggu. Pada pasien depresi juga
mengalami kebersihan diri kurang dan keterbelakangan
psikomotor.
B. Diagnosis Keperawatan
5. Isolasi Sosial
Kriteria Hasil:
Kriteria Hasil :
KASUS SEMU
Ny.J mengatakan bahwa ia sudah susah untuk beraktivitas dan bekerja seperti
biasa. Dia susah untuk beraktifitas berat, sehingga saat ini Ny.J sudah tidak lagi
bekerja. Ny.J merasa kesepian karena tidak ada teman dirumah. Ny.J kadang
menangis dan tidak mau melakukan kegiatan apapun. Ny.J merasa bahwa
hidupnya tidak menarik dan merasa bosan menjalani hidup. Ny.J ingin sekali
diurus dan diberikan perhatian oleh anaknya. Tetangga Ny.J kadang khawatir
karena Ny.J tidak ada yang mengurus dan jarang keluar rumah. Saat sakit,
tetangga Ny.J yang memperhatikan dan memberi bantuan kepadanya. Ny.J pernah
mencoba bunuh diri dengan minum cairan cuci baju dan dihentikan oleh
tetangganya yang melihatnya.
PENGKAJIAN
I. IDENTITAS KLIEN
Nama : Ny. J
Umur : 80 Tahun
Alamat : Desa Sirau, Kecamatan Kemranjen Kabupaten Banyumas
Pendidikan : SD
Agama : Islam
Status : Kawin
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Jenis kelamin :Perempuan
No. CM :082xxx
2. Faktor penyebab/pendukung :
a. Riwayat Trauma
Usia Pelaku Korban Saksi
1. Aniaya fisik - - - -
2. Aniaya seksual - - - -
3. Penolakan - - - -
Kekerasan
4. - - - -
dalam keluarga
Tindakan
5. - - - -
kriminal
Diagnosa Keperawatan : tidak ada masalah
b. Pernah Melakukan Upaya/Percobaan/Bunuh Diri
Klien pernah mengalami percobaan bunuh diri 1 kali dengan
meminum cairan cuci baju, namun gagal karena dihentikan oleh
tetangganya.
Diagnosa Keperawatan : Risiko Bunuh Diri
c. Pengalaman Masa Lalu yang Tidak Menyenangkan (Peristiwa
Kegagalan, Kematian, Perpisahan)
Klien mengatakan merasa kesepian setelah ditinggal mati oleh
suaminya, dan pisah dengan anaknya setelah anaknya menikah.
Diagnosa Keperawatan : Isolasi Sosial
d. Penyakit Fisik (termasuk gangguan tumbuh kembang)
Ya
Tidak
Jika Ya, jelaskan :-
Diagnosa Keperawatan : -
e. Riwayat Penggunaan NAPZA
Klien mengatakan tidak pernah mengkonsumsi obat-obatan.
3. Upaya yang telah dilakukan terkait kondisi di atas dan hasilnya :
Belum dilakukan pengobatan apapun oleh klien atau keluarga
Diagnosa Keperawatan: Kurang Pengetahuan
4. Riwayat penyakit keluarga
Anggota keluarga yang gangguan jiwa?
Ada
Tidak
V. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL (sebelum dan sesudah sakit)
1. Genogram :
Keterangan :
n : Perempuan : Perkawinan
: Klien
: Laki-laki : Orang terdekat
: Meninggal
:Tinggal serumah
3. Antopometri
BB = 43 Kg, TB = 151 Cm
4. Keluhan fisik:
Jelaskan:
Klien mengatakan bahwa dirinya sangat lemah, dan tidak dapat
beraktivitas.
Diagnosa Keperawatan: -
1. Sistem pendudukung
Ya Tidak
Keluarga
Terapis
Teman sejawat
Kelompok sosial
Jelaskan:
klien mengatakan bahwa perawat rutin mengingatkan minum obat serta
memberi semangat untuk sembuh.
Diagnosa Keperawatan:-
IX. MEKANISME KOPING
Maladaptif
Klien mengatakan bila ada masalah hanya memendamnya sendiri dan
tidak bercerita ke orang lain.
Klien tampak gelisah dan khawatir, raut muka klien tampak cemas.
Diagnosa Keperawatan : Koping Individu Inefektif.
X. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN
Masalah dengan dukungan kelompok, spesifiknya
Klien mengatakan tidak pernah mengikuti kegiatan yang ada di
lingkungannya.
Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifiknya
Klien mengatakan dia merasa dirinya lemah, dan tidak mau
bersosialisasi dengan orang lain.
1. Kemampuan ADL
Tingkat kemandirian dalam kehidupan sehari-hari (Indeks Barthel)
10 = mandiri
2 Mandi 0 = dependen 5
5 = mandiri
3 Berpakaian 0 = dependen 10
5 = butuh bantuan
10 = mandiri
8 Naik turun tangga 0 = Tidak mampu 5
10 = mandiri
9 Mobilisasi di 0 = tidak mampu mobilisasi atau 15
permukaan datar berjalan/kursi roda < 45,72 m (50 yard)
5 = mandiri dengan kursi roda > 45,72 m
(50 yard), mampu memosisikan kursi
roda di pojok ruangan
10 = berjalan dengan bantuan 1 orang >
45,72 m (50 yard)
15 = berjalan mandiri (mungkin dengan
bantuan alat, pegangan) sejauh >
45,72 m (50 yard)
10 Berpindah ( dari 0 = tidak mampu berpindah, tidak dapat 15
kursi ke tempat duduk dengan seimbang
5 = dengan bantuan lebih banyak (1 aau 2
tidur dan sebaliknya
orang yang membantu)
15 = mandiri
TOTAL SKOR 80
Interpretasi:
100 = mandiri
2. Aspek Kognitif
MMSE (Mini Mental Status Exam)
Nama : Ny. J
Tgl/Jam :
Kabupaten/kota : Cilacap
3 Registrasi 3 3 Sebutkan 3 nama obyek (misal : kursi,
piring, kertas), kemudian ditanyakan
kepada klien, menjawab :
1) Kursi 2)…………… 3)
…………..
6 Bahasa 9 6 Menanyakan pada klien tentang benda
(sambil menunjukan benda tersebut).
1). Buku
2). HP
Pengkajian Depresi
Jawaban
No Pertanyaan
Ya Tdk Hasil
1. Anda puas dengan kehidupan anda saat ini 0 1 1
2. Anda merasa bosan dengan berbagai aktifitas dan 1 0 0
kesenangan
3. Anda merasa bahwa hidup anda hampa / kosong 1 0 1
4. Anda sering merasa bosan 1 0 1
5. Anda memiliki motivasi yang baik sepanjang waktu 0 1 0
8. Anda takut ada sesuatu yang buruk terjadi pada anda 1 0 0
7. Anda lebih merasa bahagia di sepanjang waktu 0 1 1
8. Anda sering merasakan butuh bantuan 1 0 1
9. Anda lebih senang tinggal dirumah daripada keluar 1 0 0
melakukan sesuatu hal
10. Anda merasa memiliki banyak masalah dengan 1 0 1
ingatan anda
11. Anda menemukan bahwa hidup ini sangat luar biasa 0 1 0
12. Anda tidak tertarik dengan jalan hidup anda 1 0 0
13. Anda merasa diri anda sangat energik / bersemangat 0 1 0
14. Anda merasa tidak punya harapan 1 0 0
15. Anda berfikir bahwa orang lain lebih baik dari diri 1 0 1
anda
Jumlah 7
(Geriatric Depressoion Scale (Short Form) dari Yesafage (1983) dalam
Gerontological Nursing, 2006)
Total score 8
0 – 2 : Good
Intepretasi:
4 - 6 = Disfungsi sedang
Causa Depresi
ETIOLOGI MASALAH
No DATA
KEPERAWATAN
1 DS :
- Klien mengatakan dia merasa dirinya
lemah.
apa.
DO :
- Selama wawancara klien sering
mengalihkan kontak matanya
- Pasien berbicara agak lambat
- Pasien sering menunduk
- Saat diwawancara klien melihat perawat
dengan tatapan kosong
- GDS: 7
DO : Ketidakberdayaan
- Klien tidak ada kontak mata dengan
perawat
- Klien selalu menyendiri
Depresi
2.
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Resiko Bunuh Diri TUM : Setelah dilakukan 1. Kontrol diri Tindakan keperawatan:
tindakan keperawatan meningkat 1. Diskusikan dengan pasien tentang ide-ide bunuh diri
2. Tingkat 2. Bantu klien mengenali perasaan yang menjadi penyebab
selama 7x24 jam
depresi timbulnya ide bunuh diri
diharapkan klien tidak
3. Ajarkan beberapa alternative cara penyelesaian masalah
menurun
melakukan tindakan
3. Dukungan yang konstruktif
bunuh diri 4. Beri pujian terhadap pilihan yang diambil dengan tepat
keluarga
5. Anjurkan klien mengikuti kegiatan masyarakat yang ada di
meningkat
lingkungannya
4. Dukungan
6. Keluarga mampu menciptakan lingkungan yang aman
sosial
untuk mencegah perilaku bunuh diri
TUK : meningkat 7. Membantu klien menggunakan cara penyelesaian masalah
1. Pasien tidak yang sehat
8. Diskusikan dengan keluarga tentang cara mencegah
membahayakan
perilaku bunuh diri pada Klien
dirinya sendiri
9. Anjurkan keluarga meluangkan waktunya lebih banyak
2. Pasien mampu
memilih bersama lansia
10. Anjurkan keluarga untuk membantu klien menggunakan
alternative
cara yang positif untukmnyelesaiakn masalah
penyelesaian
11. Anjurkan keluarga untuk memberikan pujian terhadap
masalah yang
penggunaan cara penyelesaian masalah yang positif
konstruktif
BAB 4
PEMBAHASAN
Faktor-faktor psikososial juga berperan sebagai faktor predisposisi depresi. Orang tua
seringkali mengalami periode kehilangan orang-orang yang dikasihinya. Faktor kehilangan fisik
juga meningkatkan kerentanan terhadap depresi dengan berkurangnya kemauan merawat diri
serta hilangnya kemandirian. Berkurangnya kapasitas sensoris (terutama penglihatan dan
pendengaran) akan mengakibatkan penderita terisolasi dan berujung pada depresi. Berkurangnya
kemampuan daya ingat dan fungsi intelektual sering dikaitkan dengan depresi. Kehilangan
pekerjaan, penghasilan, dan dukungan sosial sejalan dengan bertambahnya usia turut menjadi
faktor predisposisi seorang berusia lanjut untuk menderita depresi (Tarigan, 2009).
Teori di atas sejalan dengan hasil penelitian (Pae, 2017) dalam Jurnal Ners Lentera,
dimana seluruh lansia yang ada di panti werdha tidak memiliki pasangan dimana 14 orang
responden (87,5%) sudah berstatus janda maupun duda dan 2 orang responden (12,5%) belum
menikah. Sebagian besar dari lansia merasa tidak memiliki keluarga yang memperhatikan mereka
dan juga merasa kesepian. Mereka menggungkapkan mereka merasa sedih karena ditinggalkan
oleh pasangan mereka dan jarang sekali dikunjungi oleh anggota keluarga yang lainnya baik anak
maupun cucu mereka. Kejadian depresi yang dialami lansia di panti disebabkan karena faktor
dukungan berupa kasih sayang dan juga dukungan lingkungan yang kurang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada lansia yang tinggal di rumah bersama keluarga
ditemukan sebanyak 14 responden (51,9%) mengalami depresi pada tingkat rendah, 8 responden
(29,6%) tidak mengalami depresi, dan 4 responden (14,8%) mengalami depresi pada tingkat
sedang serta hanya 1 responden (3,7%) yang mengalami depresi pada tingkat berat. Responden
yang mengalami depresi pada tingkat berat (3,7%) merupakan janda yang tinggal bersama anak,
menantu, dan cucunya. Anggota keluarga responden tersebut memiliki kesibukan masing-masing
yaitu bekerja dan kuliah, sehingga tidak memiliki banyak waktu untuk berelasi secara intens
dengan lansia tersebut. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ibrahim (2011) bahwa faktor sosial
penyebab depresi pada usia lanjut disebabkan adanya isolasi sosial, kehilangan kerabat dekat,
kehilangan pekerjaan dari kegiatan harian, serta kehilangan pendapatan. Pernyataan lain dari
Puspasari (2009) yang mengungkapkan bahwa keluarga dapat menjadi sumber stres bagi lansia
karena adanya konflik dengan keluarga seperti: perilaku yang tidak sesuai dengan harapan,
keinginan dan cita-cita yang berlawanan, serta sifat-sifat yang tidak dapat dipadukan.
Berdasarkan kasus, teori dan jurnal penelitian diatas, tedapat kesamaan dan kesesuaian
yang menyebabkan kasus depresi pada lansia, kelompok merekomendasikan pentingnya
dukungan keluarga dan lingkungan sekitar dalam mencegah depresi pada lansia, Salah satu
dukungan dalam keluarga adalah sebuah komunikasi, karena diketahui bahwa sebuah perilaku
merupakan komunikasi. Adanya pola komunikasi fungsional dalam keluarga mengurangi stressor
dalam keluarga. Lanjut usia senantiasa membutuhkan komunikasi dalam keluarga, karena adanya
komunikasi mempunyai arti sebagai suatu interaksi. Pada lanjut usia banyak persoalan hidup
yang dihadapi oleh lansia. Akibat dari proses menua sering terjadi masalah seperti krisis ekonomi
karena lansia sudah tidak dapat bekerja secara optimal, tidak punya keluarga/sebatang kara,
merasa kehilangan teman, tidak adanya teman sebaya yang bisa diajak bicara, merasa tidak
berguna, sering marah dan tidak sabaran, kurang mampu berpikir dan berbicara, merasa
kehilangan peran dalam keluarga, mudah tersinggung dan merasa tidak berdaya. Kondisi seperti
ini dapat memicu terjadinya depresi pada lansia
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Adapun saran dari kami untuk perkembangan profesi keperawatan sebagai berikut:
1. Sebaiknya perawat dapat memberikan motivasi bagi penderita depresi, baik depresi ringan
bahkan depresi berat, tidak menggunakan kata-kata yangmembuat penderita patah
semangat.
2. Perawat diharapkan dapat mengontrol pasien/penderita depresi dari tindakan yang atau
hal-hal yang kecil hingga hal yang besar sekalipun untuk mencegahterjadinya suatu
tindakan fatal diluar dugaan.
3. Komunikasi secara kontinyu dengan penderita depresi, agar penderita tersebut merasa
dihargai, dibutuhkan dan dihiur.
DAFTAR PUSTAKA
Fitzpatrick, Tony. 2001. Welfare Theory: an Introduction. New York : Palgrave
Kholifah, Siti Nur (2016) Modul Bahan Ajar Keperawatan Gerontik Jakarta : Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia
Maryam, Siti. 2008. Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta : Salemba Medika
Mulia, Muhammad. 2009. Peranan Kelompok Lansia Terhadap Kesejahteraan Sosial Lansia.
Tesis Program Studi Magister Studi Kebijakan Kelompok Studi Antar Bidang
Soedarsono, Nani. 2000. Pembangunan Berbasis Rakyat. Jakarta : Yayasan Melati Bhakti Pertiwi
Subdirektorat Statistik Pendidikan dan Kesejahteraan Sosial (2015) Statistik Penduduk Lanjut
Usia 2014 Jakarta : Badan Pusat Statistik
Mudjaddid, E., 2003. Depresi dan Komorbiditasnya pada Pasien Geriatri. Dalam: Supartondo,
Setiati, S., dan Soejono, C.H., (eds). 2003. Prosiding Temu Ilmiah Geriatri 2003
“Penatalaksanaan Pasien Geriatri dengan Pendekatan Interdisiplin”. Pusat Informasi
dan Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, Jakarta: 113-121
Damping, C.E., 2003. Depresi pada Geriatri: Apa Kekhususannya. Dalam: Supartondo, Setiati,
S., dan Soejono, C.H., (eds). 2003. Prosiding Temu Ilmiah Geriatri 2003
“Penatalaksanaan Pasien Geriatri dengan Pendekatan Interdisiplin”. Pusat Informasi
dan Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, Jakarta: 107-112
Pae, Kristina, 2017, Perbedaan tingkat depresi oada lansia yang tinggal di panti werdha dan yang
tinggal di rumah bersama keluarga, Jurnal Ners Lentera, Vo;.5, No. 1
Keliat, B.A. 2011. Manajemen Kasus Gangguan Jiwa : CMHN ( Intermediate Course). Jakarta:
EGC
Sadock, B.J. 2010. Buku Ajar Psikiatri Klinis Ed. II. Jakarta: EGC