Anda di halaman 1dari 45

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA II

DENGAN MASALAHLANSIA DEPRESI


Memenuhi Tugas Mata Ajar Keperawatan
Jiwa

Disusun Oleh
: Kelompok 7
1. Wilhelmus Petrus Gua 131911123053

2. Siti Z ulaiha 131911123062

3. Candra Pratiwi 131911 23063

4. Ella P utri Utami 131911123064

5. Aulia Yumroatul Jannah 131911123065

UNIVERSITAS AIRLANGGA
FAKULTAS KEPERAWATAN
S1 PENDIDIKAN NERS
2019
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Proses penuaan merupakan suatu proses alamiah yang tidak dapat dicegah
dan merupakan hal yang wajar dialami oleh orang yang diberi karunia umur 
 panjang, di mana semua orang berharap akan menjalani hidup dengan tenang,
damai, serta menikmati masa pensiun bersama anak dan cucu tercinta dengan
 penuh kasih sayang. Tidak semua lanjut usia dapat mengecap kondisi idaman ini.
Proses menua tetap menimbulkan permasalahan baik secara fisik, biologis, mental
maupun sosial ekonomi. Permasalahan-permasalahan ini dapat memicu terjadinya
depresi pada lanjut usia. Stres lingkungan, menurunnya kemampuan beradaptasi

dan rendahnya nilai spiritual yang dimiliki lansia juga sering mendukung
terjadinya depresi.

Depresi merupakan salah satu gangguan kesehatan mental yang sering ditemui pada lanjut
usia (lansia). Depresi pada lansia berbeda dengan depresi pada
 pasien yang lebih muda karena gejala-gejala depresi sering berbaur dengan

keluhan somatik. Faktor resiko depresi pada lansia lebih banyak diderita oleh
wanita daripada pria, lansia yang memiliki status kesehatan buruk, tinggal sendiri,

disabilitas fungsional, penyakit somatik, status marital , isolasi sosial, gangguan


emosi dan kepribadian, tingkat pendidikan, kematian dan lain-lain.

Depresi pada lanjut usia telah menjadi masalah utama yang dihubungkan
dengan kematian dan kejadian bunuh diri. Hasil penelitian menyebutkan 15%
lanjut usia memiliki kecenderungan bunuh diri karena depresi. Risiko bunuh diri
 pada lanjut usia wanita yang mengalami depresi dua atau tiga kali lebih tinggi
daripada lanjut usia laki-laki. Bila hal ini tidak disikapi dengan benar dapat
membahayakan lanjut usia. Prevalensi depresi pada lanjut usia, sekitar 12–36%
lanjut usia yang mengalami rawat jalan mengalami depresi. Angka ini meningkat
menjadi 30–50% pada lanjut usia dengan penyakit kronis dan perawatan lama

yang mengalami depresi. Kira-kira 25% komunitas lanjut usia dan pasien rumah
 perawatan ditemukan adanya gejala depresi pada lanjut usia. Depresi menyerang 10–
15% lanjut usia 65 tahun ke atas yang tinggal di institusi, dengan sekitar 50–  75%
penghuni perawatan jangka panjang memiliki gejala depresi dari tingkatan ringan
sampai sedang. Data hasil studi pendahuluan yang dilaksanakan peneliti
 pada bulan Mei 2009 terhadap lanjut usia di wilayah RT 04 Kedung Tarukan
Wetan ditemukan bahwa 37% lanjut usia warga RT 04 mengalami depresi yang di
ukur dengan menggunakan Geriatric Depression Scale Short Form.

Mangoenprasodjo (2004) menyatakan bahwa penyebab depresi pada lanjut


usia merupakan perpaduan interaksi yang unik dari berkurangnya interaksi sosial,
kesepian, masalah sosial ekonomi, perasaan rendah diri karena penurunan
kemampuan diri, kemandirian dan penurunan fungsi tubuh serta kesedihan
ditinggal orang yang dicintai, faktor kepribadian, genetik dan faktor biologis
 penurunan neuron-neuron dan neurotransmiter di otak. Perpaduan ini sebagai

faktor terjadinya depresi pada lanjut usia. Kompleksitasnya perubahan-perubahan


yang terjadi pada lanjut usia, sehingga seringkali pada lanjut usia dianggap
sebagai hal wajar terjadi. Bongsoe (2007) menjelaskan bahwa wanita lebih rentan
terkena depresi. Kejadian depresi pada sebagian lanjut usia di wilayah RT 04
Kedung Tarukan Wetan Surabaya menjadi sebuah fenomena yang menunjukkan
 bahwa kehidupan lanjut usia di wilayah RT 04 Kedung Tarukan Wetan Surabaya
masih perlu ditingkatkan, hal ini dikarenakan kejadian depresi yang menyerang
lanjut usia dapat menurunkan kualitas hidup lanjut usia. Mereka tidak dapat
menjalani masa tuanya dengan hidup tenang, damai, serta menikmati masa

 pensiun bersama anak dan cucu tercinta dengan penuh kasih sayang dikarenakan
depresi yang mereka derita

Dengan banyaknya kasus depresi pada lanjut usia yang ada, diharapkan
 perawat dapat lebih mengerti dan mengetahui bagaimana menghadapi depresi
 pada lanjut usia dan perlu dilakukan pendekatan yang tepat dalam pemberian
asuhan keperawatan jiwa pada lansia untuk menangani masalah depresi yang
dihadapi para lanjut usia. Oleh karena itu, kami akan membahas tentang apa yang
dimaksud depresi beserta contoh kasus dan proses keperawatan.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan depresi?
1.2.2 Apa saja etiologi depresi pada lansia?
1.2.3 Apa saja tanda dan gejala depresi pada lansia?
1.2.4 Apa dampak dari depresi pada lansia?
1.2.5 Bagaimana Skrining Depresi pada Lansia dengan Geriatric Depression

Scale?
1.2.6
Bagai na tatalaksana dalam merawat depresi pada lansia?
1.2.7 Apa contoh kasus dan proses keperawatan dari depresi pada lansia?

1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui definisi depresi
1.3.2 Mengetahui etiologi depresi pada lansia
1.3.3 Mengetahui tanda dan gejala depresi pada lansia
1.3.4 Mengetahui dampak dari depresi pada lansia
1.3.5 Mengetahui cara Skrining Depresi pada Lansia dengan Geriatric
Depression Scale
1.3.6 tatalaksana dalam merawat depresi
1.3.7 contoh kasus dan proses keperawatan dari depresi
BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Lansia


Dewasa akhir (late adulthood) atau lanjut usia, biasanya merujuk pada
tahap siklus kehidupan yang dimulai pada usia 65 tahun. Ahli gerontologi
membagi lanjut usia menjadi dua kelompok: young-old, berusia 65-74 tahun;
dan old-old, berusia 75 tahun ke atas. Kadang-kadang digunakan istilah oldest
old untuk merujuk pada orang-orang yang berusia 85 tahun ke atas . Idealnya
seorang lansia dapat menjalani proses menua secara normal sehingga dapat
menikmati kehidupan yang bahagia dan mandiri. Proses penuaan yang sukses
merupakan suatu kombinasi dari tiga komponen: (1) penghindaran dari

 penyakit dan ketidakmampuan; (2) pemeliharaan kapasitas fisik dan kognitif 


yang tinggi di tahun-tahun berikutnya; dan (3) keterlibatan secara aktif dalam
kehidupan yang berkelanjutan .2

2.2 Konsep Depresi Pada Lansia


2.2.1 Definisi Depresi

Depresi adalah salah satu bentuk gangguan kejiwaan pada alam


 perasaan (affective/ mood disorder), yang ditandai dengan kemurungan,
kelesuan, ketiadaan gairah hidup, perasaan tidak berguna dan putus asa.
Pendapat yang lain bahwa depresi terjadi pada orang normal dan depresi
merupakan suatu kemurungan, kesedihan, kepatahan semangat, yang
ditandai dengan perasaan tidak sesuai, menurunnya kegiatan dan
 pesimisme menghadapi masa yang akan datang. Santrock mengungkapkan
 bahwa depresi dapat terjadi secara tunggal dalam bentuk mayor depresi
atau dalam bentuk gangguan tipe bipolar. Depresi mayor adalah suatu
gangguan suasana hati atau mood yang membuat seseorang merasakan
ketidakbahagiaan yang mendalam, kehilangan semangat, kehilangan nafsu
makan, tidak bergairah, selalu mengasihani dirinya sendiri, dan selalu
merasa bosan.
Pada kasus patologis, depresi merupakan ketidakmampuan ekstrim
untuk bereaksi terhadap rangsangan, disertai menurunnya nilai diri, delusi,
ketidaksesuaian, tidak mampu dan putus asa. Definisi depresi yang lain
adalah suatu keadaan abnormal organisme yang dimanifestasikan dengan
tanda dan simtom seperti menurunnya mood subjektif, rasa pesimis dan
sikap tidak percaya, kehilangan kespontanan dan gejala vegetatif 
(misalnya penurunan berat badan dan gangguan tidur).

Ada tiga jenis depresi yang bisa dialami oleh individu, yaitu mild
depression/minor depression dan dysthimic disorder; moderate depression;
dan Severe depression/major depression. Faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi depresi adalah faktor kesehatan, kepribadian, religiusitas,
 pengalaman hidup yang pahit, harga diri dan dukungan sosial. Gejala
depresi menurut Beck digolongkan dalam empat simtom, yaitu simtom

emosional, simtom kognitif, simtom motivasional dan simtom fisik 

2.2.2 Etiologi depresi


1. Faktor Fisik 
a. Faktor Genetik 
Penelitian genetik dan keluarga menunjukkan bahwa angka resiko
di antara anggota keluarga tingkat pertama dari individu yang
menderita depresi berat (unipolar) diperkirakan 2 sampai 3 kali
dibandingkan dengan populasi umum. Angka keselarasan sekitar 
11% pada kembar dizigot dan 40% pada kembar monozigot .
 b. Faktor Usia
Rata-rata usia onset untuk gangguan depresif berat adalah kira-kira
40 tahun; dan 50% dari pasien memiliki onset anatara usia 20-50
tahun
c. Faktor Gender 
Pada pengamatan yang hampir uiversal, terlepas dari kultur atau
negara, terdapat prevalensi gangguan depresif berat yang dua kali
lebih besar pada wanita dibandingkan laki-laki.1Hal ini mungkin
disebabkan oleh rendahnya kesehatan maternal.
d. Penyakit Kronis
Penyakit –penyakit yang sulit sembuh dan gampang kambuh dapat
menyebabkan stress pada lansia yang dapat menimbulkan
terjadinya depresi.
2. Faktor Psikologis
Menurut Freud dalam teori psikodinamikanya, penyebab
depresi adalah kehilangan objek yang dicintai. Faktor psikososial
yang mempengaruhi depresi meliputi  peristiwa kehidupan dan
 stresor lingkungan, kepribadian, psikodinamika, kegagalan yang 
berulang, teori kognitif, dan dukungan social .
Peristiwa kehidupan yang menyebabkan stres, lebih sering
mendahului episode pertama gangguan mood dari episode
selanjutnya. Para klinisi mempercayai bahwa peristiwa kehidupan
memegang peranan utama dalam depresi. Klinisi lain menyatakan
 bahwa peristiwa kehidupan hanya memiliki peranan terbatas dalam
onset depresi.
Stresor lingkungan yang paling berhubungan dengan onset suatu
episode depresi adalah kehilangan pasangan. Stresor psikososial
yang bersifat akut, seperti kehilangan orang yang dicintai, atau
stresor kronis misalnya kekurangan finansial yang berlangsung
lama, kesulitan hubungan interpersonal, ancaman keamanan dapat
menimbulkan depresi. Dari faktor kepribadian, beberapa ciri
kepribadian tertentu yang terdapat pada individu, seperti
kepribadian dependen, anankastik, histrionik, diduga mempunyai
resiko tinggi untuk terjadinya depresi, sedangkan kepribadian
antisosial dan paranoid mempunyai resiko yang rendah
2.2.3 Tanda dan gejala depresi
Kriteria Diagnosis Menurut ICD-10 dan PPDGJ III
Gejala utama pada derajat ringan, sedang dan berat :
✓ Afek depresi
✓ Kehilangan minat dan kegembiraan
✓ Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan yang
mudah lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan
menurunnya aktivitas.

Gejala penyerta lainnya:

✓ Konsentrasi dan perhatian berkurang


✓ Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
✓ Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
✓ Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
✓ Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri
✓ Tidur terganggu
 Nafsu makan berkurang
2.2.4 Kategori dan Pedoman Diagnostik Depresi
Kategori diagnosis depresi ringan (F.32.0), sedang (F.32.1) dan
 berat (F.32.2) hanya digunakan untuk episode depresi tunggal (yang
 pertama). Episode depresi berikutnya harus diklasifikasikan di bawah
salah satu diagnosis gangguan depresi berulang (F.33).
a. Pedoman Diagnostik Episode Depresi Ringan
Kategori diagnosis depresi ringan (F.32.0), sedang
(F.32.1) dan
b.  berat (F.32.2) hanya digunakan untuk
episode depresi tunggal (yang
c.  pertama). Episode depresi berikutnya harus
diklasifikasikan di bawah salah satu diagnosis
gangguan depresi berulang (F.33).
d. Episode depresi ringan dengan gejala somatic
Episode depresi ringan tanpa gejala somatic
1. Sekurang-kurangnya harus ada 2 dan 3 gejala utama depresi
seperti tersebut
- mood yang depresif 
- kehilangan minat dan kesenangan
- mudah lelah
2. Ditambah sekurang-kurangnya 2 dari gejala lainnya
3. Tidak boleh ada gejala yang berat diantaranya lamanya seluruh
episode berlangsung sekurang-kurangnya sekitar 2 minggu.
4. Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan social
yang biasa dilakukannya.
 b. Pedoman Diagnostik Episode Depresi Sedang
Episode depresi sedang dengan gejala somatic
Episode depresi sedang tanpa gejala somatic
1. Sekurang-kurangnya harus ada 2 dan 3 gejala utama
2. Ditambah sekurang-kurangnya 3 atau 4 dari gejala lainnya.
3. Lamanya seluruh episode berlangsung minimum 2 minggu
4. Menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial,
 pekerjaan, dan urusan rumah tangga.
c. Pedoman Diagnostik Episode Depresi Berat Tanpa Gejala Psikotik 
1. Semua 3 gejala utama depresi harus ada
2. Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnya dan
 beberapa diantaranya harus berintensitas berat
3. Bila ada gejala penting (misal retardasi psikomotor) yang
menyolok, maka pasien mungkin tidak mau atau tidak mampu
untuk melaporkan banyak gejalanya secara rinci. Dalam hal
demikian, penilaian secara menyeluruh terhadap episode
depresi berat masih dapat dibenarkan.
4. Sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan
kegiatan sosial, pekerjaan atau urusan rumah tangga, kecuali
 pada taraf yang sangat terbatas.
- Manifestasi klinis Episoda Depresi Berat
1) Ketegangan dan kegelisahan amat nyata, kecuali bila
retardasi merupakan ciri terkemuka.
2) Kehilangan harga diri dan perasaan diri tidak berguna.
3) Bunuh diri merupakan bahaya nyata pada beberapa kasus
 berat.
4) Sindroma somatik hampir selalu ada pada depresi berat.
d. Pedoman Diagnostik Episode Depresi Berat dengan Gejala
Psikotik
1. Memenuhi kriteria depresi berat disertai waham, halusinasi
atau stupor depresif.
2. Isi waham biasanya ide tentang dosa, kemiskinan atau tentang
malapetaka yang mengancam dan individu merasa
 bertanggung-jawab atas hal tersebut.
3. Halusinasi auditorik / olfaktorik berupa suara menghina atau
menuduh atau bau kotoran / daging busuk
4. Retardasi motorik berat yang dapat menuju stupor.
5. Waham / halusinasi bisa serasi atau tidak serasi dengan afek.
e. Depresi Berulang
Manifestasi klinis:
1. Episode depresi berulang tanpa adanya riwayat mania atau
hipomania.
2. Awitan, keparahan, durasi, dan frekuensi episode depresi
sangat bervariasi.
3. Lama berlangsung antara 3 – 12 bulan, rata-rata enam bulan,
frekuensi lebih jarang daripada bipolar
4. Remisi sempurna antara episode, sebagian kecil, terutama pada
usia lanjut bisa menetap.
5. Seringkali tiap episode dicetuskan oleh stresor
6. Bila dibandingkan dengan pada lelaki, kejadian pada wanita
dua kali lebih sering.
2.4 Dampak dari depresi pada lansia

Pada usia lanjut depresi yang berdiri sendiri maupun yang bersamaan
dengan penyakit lain hendaknya ditangani dengan sungguh-sungguh
karena bila tidak diobati dapat memperburuk perjalanan penyakit dan
memperburuk prognosis.

Pada depresi dapat dijumpai hal-hal seperti di bawah ini :


- Depresi dapat meningkatkan angka kematian pada pasien
dengan penyakit kardiovaskuler
- Pada depresi timbul ketidakseimbangan hormonal yang dapat
memperburuk penyakit kardiovaskular. (Misal: peningkatan
hormon adrenokortikotropin akan meningkatkan kadar 
kortisol).
- Metabolisme serotonin yang terganggu pada depresi akan
menimbulkan efek trombogenesis. - Perubahan suasana hati
(mood) berhubungan dengan gangguan respons imunitas
termasuk perubahan fungsi limfosit dan penurunan jumlah
limfosit.
- Pada depresi berat terdapat penurunan aktivitas sel natural
killer. - Pasien depresi menunjukkan kepatuhan yang buruk 
 pada program pengobatan maupun rehabilitasi
2.5 Skrining Depresi pada Lansia dengan Geriatric Depression Scale

Skrining depresi pada lansia pada layanan kesehatan primer sangat


 penting. Hal ini penting karena frekuensi depresi dan adanya gagasan
untuk bunuh diri pada lansia adalah tinggi . Skrining juga perlu dilakukan
untuk membantu edukasi pasien dan pemberi perawatan tentang depresi,
dan untuk mengikuti perjalanan gejala-gejala depresi seiring dengan
waktu. Skrining tidak ditujukan untuk membuat diagnosis depresi mayor,
namun untuk mendokumentasikan gejala-gejala depresi sedang sampai
 berat pada lansia apapun penyebabnya.

Skrining depresi pada lansia memiliki kekhususan tersendiri. Gejala-


gejala depresi seperti kesulitan-kesulitan tidur, energi yang
 berkurang, dan libido yang menurun secara umum ditemukan pada
 penderita depresi lansia . Pemikiran tentang kematian dan keputusasaan
akan masa depan mempunyai makna yang berbeda bagi mereka yang
 berada pada fase terakhir kehidupan. Lagipula, kondisi medik kronik lebih
umum pada pasien geriatri dan dapat berhubungan dengan retardasi
motorik dan tingkat aktivitas yang berkurang. Komorbiditas dengan
demensia dapat mempengaruhi konsentrasi dan proses kognitif.
Geriatric Depression Scale (GDS) dirancang untuk menjadi tes
untuk skrining depresi yang mudah untuk dinilai dan dikelola . Geriatric
Depression Scale memiliki format yang sederhana, dengan pertanyaan-
 pertanyaan dan respon yang mudah dibaca. Geriatric Depression Scale
telah divalidasi pada berbagai populasi lanjut usia, termasuk di Indonesia.
Selain GDS, screening scale lain yang telah terstandardisasi adalah Center 
for Epidemiologic Studies Depression Scale, Revised (CES-D-R). Selain
GDS dan CES-D-R, masih ada instrumen skrining lain seperti Hamilton
Rating Scale for Depression, Zung Self-Rating Depression Scale,
Montgomery-Asberg Depression Rating Scale, namun kedua instrumen
inilah yang paling sering digunakan

Geriatric Depression Scale terdiri dari 30 pertanyaan yang


dirancang sebagai suatu selfadministered test, walaupun telah digunakan

 juga dalam format observer-administered test. Geriatric Depression Scale


dirancang untuk mengeliminasi hal-hal somatik, seperti gangguan tidur 
yang mungkin tidak spesifik untuk depresi pada lansia. Skor 11 pada GDS
mengindikasikan adanya depresi yang signifikan secara klinis, dengan
nilai sensitivitas 90,11 % dan nilai spesifisitas 83,67% . Terdapat juga
GDS versi pendek yang terdiri dari 15 pertanyaan saja. Pada GDS versi
 pendek ini, skor 5 atau lebih mengindikasikan depresi yang signifikan
secara klinis.

Geriatric Depression Scale menjadi tidak valid bila digunakan pada


lansia dengan gangguan kognitif. Status kognitif harus terlebih dahulu
dinilai dengan Mini Mental State Examination (MMSE), karena
kemungkinan yang besar dari komorbiditas depresi dan fungsi kognitif.

Mini Mental State Examination adalah suatu skala terstruktur yang


terdiri dari 30 poin yang dikelompokkan menjadi tujuh kategori: orientasi
tempat, orientasi waktu, registrasi, atensi dan konsentrasi, mengingat
kembali, bahasa, dan konstruksi visual. Mini Mental State Examination
didesain untuk mendeteksi dan menjejaki kemajuan dari gangguan kognitif 

yang terkait dengan gangguan neurodegenerative seperti penyakit


Alzheimer. Mini Mental State Examination telah terbukti merupakan
instrumen yang valid dan sangat dapat dipercaya . Nilai MMSE 0-16
menunjukkan suatu definite gangguan kognitif 

2.6 Tatalaksana dalam merawat depresi

Tujuan utama terapi adalah untuk mencegah relaps, rekuren dan


kronisitas. Depresi pada lansia dapat lebih efektif diobati dengan
kombinasi terapi psikologis dan farmakologis disertai pendekatan
interdisiplin yang menyeluruh. Penanganan depresi pada lansia
memerlukan perhatian ekstra, segala kesulitan dan keluhan perlu
didengarkan dengan sabar.

Terapi farmakologis dengan obat antidepresan

Terapi psikososial
a.  Terapi Kognitif
b.  Terapi
Interpersonal
c.  Terapi Perilaku
d.  Terapi orientasi-psikoanalitik
e.  Terapi Keluarga

Terapi Lainnya
ECT untuk depresi katatonik, tendensi bunuh diri berulang,
Refrakter
Pathway Depresi Lansia

Faktor Fisik Faktor psikologis


Etiology

Faktor Genetik Faktor Usia Faktor Gender  Penyakit kronis Lingkungan Pola pikir Kepribadian
Harga diri

Harapan yang
Terdapat keluarga Bertamabah negatif untuk
Hormon Penyakit
yg Depresi Tekanan masa depan Kepribadian
tua usia estrogen yang susah Cara
dari dependen
terbanyak sembuh dan menyelesaikan
masalah yg
pada wanita kambuhan pandangan masalah
Gen Menurun Penurunan dihadapi
pada keturunan produksi yang negatif  inefektif  Pasangan
nya terhadap
hormon diri hidup yang
Koping
Lansia yang sendiri Masalah tidak telah Tiada
estrogen menghadapi
menderita fisik diselesaikan
stress inefektif 
Sistem Tempat
dopaminergik bergantung
Dopamin
terganggu tidak ada
menurun

Stress yang tidak dapat


dihadapi

Mudah stress

DEPRESI pada Lansia

Gejala Depresi Lansia

Afektif  Fisiologik Kognitif Perilaku

Penurunan
berat badan

Badan
bertambah
kurus

MK:
Gangguan
citra tubuh
Merasa tertekan Menurun nya nafsu Sulit memfokuskan Emosi Labil
makan (anoreksia) sesuatu

Kehilangan semangat Sulit


Kebingungan
dan murung Kurang  Nutrisi untuk menerima Mudah
Energi tubuh informasi tersinggung
berkurang Sulit
Keputusasaan  Aktifitas
memutuskan
Ansietas menurun Cepat marah
tindakan
MK: Isolasi MK: Anemia
sosial
MK:
Mengabaikan Menyendiri ketidakber nutrisi ke kehilangan Pesimis  Agresif 
diri sendiri dayaan otak minat dan motivasi
Mudah berkurang MK: Resiko perilaku
menangis, dan menarik diri Kurang kekerasan
MK: Defisit menarik diri  percaya diri
Pusing
perawatan diri  pusing
dirasakan
Merasa
lama MK:Gang  bersalah Muncul masalah
MguKa:n
Nyeri MK: Isolasi  Ada pikiran cenderai diri
polaak
sosial
tuidtur Tidak dapat
MK: Resiko
diselesaikan
Saat akan
bunuh diri
MK: Nyeri
tidur  MK:
kronis
terasa Ketidakefektifan
koping

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA DENGAN DEPRESI


  A. Pengkajian

1. Identitas diri klien


2. Struktur keluarga : Genoogram
3. Riwayat Keluarga: adakah saudara klien atau keluarga dekat klien
yang mengalami depresi
4. Riwayat Penyakit Klien
Kaji ulang riwayat klien dan pemeriksaan fisik untuk adanya tanda dan
  gejala karakteristik yang berkaitan dengan gangguan tertentu yang
didiagnosis.

1. Kaji adanya depresi.


2. Singkirkan kemungkinan adanya depresi dengan scrining yang
tepat, seperti geriatric depresion scale.
3. Ajukan pertanyaan-pertanyaan pengkajian keperawatan
4. Wawancarai klien, pemberi asuhan atau keluarga.
Lakukan observasi langsung terhadap :
1. Perilaku.
Agresif, agitasi, tidak toleran, gangguan tingkat aktifitas,
kemunduran psikomotor, menarik diri, isolasi social,

irritable (mudah marah, menangis, tersinggung), berkesan


menyedihkan, kurang spontan, gangguan kebersihan.
2. Afek  
Sedih, cemas, apatis, murung, kebencian, kekesalan, marah,
 perasaan ditolak, perasaan bersalah, merasa tak berdaya, putus asa,
merasa sendirian, merasa rendah diri, merasa tak berharga
3. Respon kognitif 
Ambivalen, bingung, ragu – ragu, tidak mampu berkonsentrasi,
hilang perhatian dan motivasi, menyalahkan diri sendiri,pikiran
merusak diri,rasa tidak menentu, pesimis
Pasien depresi masih memiliki orientasi tempat, waktu, dan orang.
 Namun beberapa orang mungkin akan tidak memiliki minat untuk 
menjawab pertanyaan. Sekitar 50-75% pasien depresi kadang-
kadang disebut pseudo-demensia depresif. Pasien sering mengeluh
konsentrasi terganggu dan mudah lupa
4. Luangkan waktu bersama pemberi asuhan atau keluarga

✓ Identifikasi pemberian asuhan primer dan tentukan berapa lama


ia sudah menjadi pemberi asuhan dikeluarga tersebut.
✓ ldentifikasi sistem pendukung yang ada bagi pemberi asuhan
dan anggota keluarga yang lain.
✓ Identifikasi pengetahuan dasar tentang perawatan klien dan
sumber daya komunitas (catat hal-hal yang perlu diajarkan).
✓ Identifikasi sistem pendukung spiritual bagi keluarga.
✓ Identilikasi kekhawatiran tertentu tentang klien dan
kekhawatiran pemberiasuhan tentang dirinya sendiri.
Analisa Data

➢ Data Subyektif 
1. Lansia Tidak mampu mengutarakan pendapat dan malas
 berbicara.
2. Sering mengemukakan keluhan somatic seperti ; nyeri
abdomen dan dada, anoreksia, sakit punggung,pusing.
3. Merasa dirinya sudah tidak berguna lagi, tidak berarti, tidak 
ada tujuan hidup, merasa putus asa dan cenderung bunuh diri.
4. Pasien mudah tersinggung dan ketidakmampuan untuk 
konsentrasi.
➢ Data Obyektif 
1. Gerakan tubuh yang terhambat, tubuh yang melengkung dan

 bila duduk dengan sikap yang merosot.


2. Ekspresi wajah murung, gaya jalan yang lambat dengan
langkah yang diseret.
3. Kadang-kadang dapat terjadi stupor.
4. Pasien tampak malas, lelah, tidak ada nafsu makan, sukar tidur 
dan sering menangis.
5. Proses berpikir terlambat, seolah-olah pikirannya kosong,
konsentrasi terganggu, tidak mempunyai minat, tidak dapat
 berpikir, tidak mempunyai daya khayal.
6. Pada pasien psikosa depresif terdapat perasaan bersalah yang
mendalam, tidak masuk akal (irasional), waham dosa,
depersonalisasi dan halusinasi. Kadang-kadang pasien suka
menunjukkan sikap bermusuhan (hostility), mudah tersinggung
(irritable) dan tidak suka diganggu. Pada pasien depresi juga
mengalami kebersihan diri kurang dan keterbelakangan
 psikomotor.

B. Diagnosis Keperawatan

1. Risiko bunuh diri b.d pesimis, merasa bersalah

2. Defisit perawatan Diri b.d mengabaikan diri sendiri

3. Ketidakberdayaan b.d kelelahan, aktivitas menurun

4. koping tidak efektif b.d masalah tidak terselesaikan

5. Isolasi Sosial

C. Rencana Tindakan Keperawatan

1. DX I : Risiko Bunih Diri b.d Pesimis, merasa bersalah.


Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1X24 jam
lansia tidak mencederai diri.
Kriteria Hasil:

✓ Lansia dapat mengungkapkan perasaanya.


✓ Lansia tampak lebih bahagia.
✓ Lansia sudah bisa tersenyum ikhlas.
Intervensi

1) Bina hubungan saling percaya dengan lansia.


2) Lakukan interaksi dengan pasien sesering mungkin dengan
sikap empati dan Dengarkan pemyataan pasien dengan sikap
sabar empati dan lebih banyak memakai bahasa non verbal.
Misalnya: memberikan sentuhan, anggukan.
3) Pantau dengan seksama resiko bunuh diri/melukai diri sendiri.
Jauhkan dan simpan alat-alat yang dapat digunakan olch pasien
untuk mencederai dirinya/orang lain, ditempat yang aman dan
terkunci.
 

2. DX 2 : Koping tidak efektif b.d beratnya masalah yang dihadapi

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1X24 jam


lansia merasa tidak stres dan depresi.

Kriteria Hasil :

✓ Klien dapat meningkatkan harga diri


✓ Klien dapat menggunakan dukungan sosial
✓ Klien dapat menggunakan obat dengan benar dan tepat
✓ Klien dapat meningkatkan harga diri
Intervensi :

1) Bantu untuk memahami bahwa klien dapat mengatasi


keputusasaannya.
2) Kaji dan kerahkan sumber-sumber internal individu.
3) Bantu mengidentifikasi sumber-sumber harapan (misal:
hubungan antar sesama, keyakinan, hal-hal untuk 
diselesaikan).
4) Kaji dan manfaatkan sumber-sumber ekstemal individu (orang-
orang terdekat, tim pelayanan kesehatan, kelompok 
 pendukung, agama yang dianut).
5) Kaji sistem pendukung keyakinan (nilai, pengalaman masa

lalu, aktivitas keagamaan, kepercayaan agama).


6) Lakukan rujukan sesuai indikasi (misal : konseling pemuka
agama).
7) Diskusikan tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek dan efek 
samping minum obat).
8) Bantu menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar 
 pasien, obat, dosis, cara, waktu).
9) Anjurkan membicarakan efek dan efek samping yang
dirasakan.
10) Beri reinforcement positif bila menggunakan obat dengan

 benar.

BAB 3

KASUS SEMU

Kasus: Ny.J usia 80 tahun alamat Desa Sirau, Kecamatan Kemranjen


Kabupaten Banyumas. Pendidikan terakhir SR/SD, pekerjaan sebagai petani,
kebangsaan Indonesia, suku Jawa, agama Islam. Ny. J hidup sendiri dirumah
kecilnya, suaminya telah meninggal 10 tahun yang lalu pada usia 71 tahun karena
sakit Jantung. Ny.J memiliki anak bernama bernama Tn.R usia 55 tahun. Rumah
 Ny.J cukup jauh dari tempat tinggal anaknya, anaknya sangat jarang untuk 
 berkunjung ke rumah orangtuanya.

 Ny.J mengatakan bahwa ia sudah susah untuk beraktivitas dan bekerja seperti
 biasa. Dia susah untuk beraktifitas berat, sehingga saat ini Ny.J sudah tidak lagi
bekerja. Ny.J merasa kesepian karena tidak ada teman dirumah. Ny.J kadang
menangis dan tidak mau melakukan kegiatan apapun. Ny.J merasa bahwa
hidupnya tidak menarik dan merasa bosan menjalani hidup. Ny.J ingin sekali

diurus dan diberikan perhatian oleh anaknya. Tetangga Ny.J kadang khawatir 
karena Ny.J tidak ada yang mengurus dan jarang keluar rumah. Saat sakit,
tetangga Ny.J yang memperhatikan dan memberi bantuan kepadanya. Ny.J pernah
mencoba bunuh diri dengan minum cairan cuci baju dan dihentikan oleh
tetangganya yang melihatnya.

PENGKAJIAN

Tanggal M RS : 2 2 ktober 2 019


O
Tanggal dirawat di ruangan : 22 Oktober 2019
Tanggal pengkajian : 26 Oktober 2019 pukul 10.00
Ruang r awat : B ismo

I. IDENTITAS KLIEN

 Nama : Ny. J
Umur : 8 0 T ahun
Alamat : Desa Sirau, Kecamatan Kemranjen Kabupaten Banyumas
Pendidikan : SD
Agama : I slam
Status : K awin
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Jenis kelamin :Perempuan
 No. CM :082xxx

II. ALASAN MASUK  


a. Data primer :
Klien mengatakan bahwa hidupnya tidak menarik dan merasa bosan
menjalani hidup.
 b. Data sekunder :
Keluarga klien mengatakan klien sering menangis dan pernah mencoba
 bunuh diri dengan meminum cairan cuci baju.
c. Keluhan utama saat pengkajian :

Klien merasa hidupnya tidak menarik, kesepian, dan bosan menjalani


hidup.
III. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Keluarga klien mengatakan klien sering menangis tanpa sebab dan pernah
mencoba bunuh diri, kemudian keluarga membawanya ke Rumah Sakit

Jiwa Lawang tanggal 22 September 2019, masuk melalui IGD kemudian


langsung ke ruang Bismo
IV. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu?
❑ Ya
  Tidak 
Jika Ya, jelaskan kapan, tanda / keluahan :
Klien tidak pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya.

2. Faktor penyebab/pendukung :
a. Riwayat Trauma
Usia Pelaku Korban Saksi
1. Aniaya fis ik - - - -
2. Aniaya se ksual - - - -
3. Penolakan - - - -
Kekerasan
4. - - - -
dalam keluarga
Tindakan
5.- - - -
kriminal
Diagnosa Keperawatan : tidak ada masalah
 b. Pernah Melakukan Upaya/Percobaan/Bunuh Diri
Klien pernah mengalami percobaan bunuh diri 1 kali dengan
meminum cairan cuci baju, namun gagal karena dihentikan oleh
tetangganya.
Diagnosa Keperawatan : Risiko Bunuh Diri
c. Pengalaman Masa Lalu yang Tidak Menyenangkan (Peristiwa
Kegagalan, Kematian, Perpisahan)
Klien mengatakan merasa kesepian setelah ditinggal mati oleh

suaminya, dan pisah dengan anaknya setelah anaknya menikah.


Diagnosa Keperawatan : Isolasi Sosial
d. Penyakit Fisik (termasuk gangguan tumbuh kembang)
❑ Ya
  Tidak 
Jika Ya, jelaskan :-

Diagnosa Keperawatan : -
e. Riwayat Penggunaan NAPZA
Klien mengatakan tidak pernah mengkonsumsi obat-obatan.
3. Upaya yang telah dilakukan terkait kondisi di atas dan hasilnya :
Belum dilakukan pengobatan apapun oleh klien atau keluarga
Diagnosa Keperawatan: Kurang Pengetahuan
4. Riwayat penyakit keluarga
Anggota keluarga yang gangguan jiwa?
❑ Ada

  Tidak 
V. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL (sebelum dan sesudah sakit)
1. Genogram :
Keterangan :
  n : Perempuan   : Perkawinan
  : Klien
: Laki-laki   : Orang terdekat
: Meninggal

  :Tinggal serumah

Klien merupakan anak 1 dari 4 bersaudara, klien hidup sendiri dirumah


kecilnya, suaminya telah meninggal 10 tahun yang lalu pada usia 71 tahun karena
sakit Jantung. Klien memiliki anak bernama bernama Tn.R usia 55 tahun. Rumah
klien cukup jauh dari tempat tinggal anaknya, anaknya sangat jarang untuk 

 berkunjung ke rumah orangtuanya. Klien merasa kesepian karena tidak ada yang
mengurusnya dirumah. Klien merasa tidak berguna dan bosan menjalani hidup.

Diagnosa Keperawatan : Depresi


2. Konsep Diri
a. Citra Tubuh
Klien mengatakan tidak menyukai semua yang ada pada tubuhnya,
karena klien sudah tua renta dan tidak bisa apa-apa.
 b. Identitas
Klien dapat menyebutkan namanya, tanggal lahir dan alamatnya
dengan jelas.
c. Peran
Klien mengatakan dirumah berperan sebagai ibu rumah tangga
dalam sehari-hari tapi klien tidak dapat memenuhi kebutuhan
hidupnya dikarenakan badannya sudah tidak kuat untuk digunakan
aktivitas.
Saat di rumah sakit klien hanya berbaring diatas tempat tidur 
sesekali jalan-jalan keluar kamar.
Klien mengatakan kesepian dan tidak berdaya, serta menganggap
tidak penting untuk berkomunikasi dengan orang lain.
d. Ideal Diri
Klien ingin sekali diurus dan diberikan perhatian oleh anaknya agar 
dirinya tidak kesepian
e. Harga diri
Klien mengatakan hidupnya kosong dan sepi, dan tidak memiliki
harapan untuk hidup, butuh bantuan orang lain.
Diagnosa Keperawatan: Depresi
3. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti/terdekat
Klien mengatakan bahwa orang yang paling berarti/terdekat saat di
rumah adalah tetangganya, sedang saat di ruangan: perawat jaga.
 b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat dan hubungan
sosial

Klien mengatakan bahwa tidak pernah keluar rumah dan lebih suka
dalam rumah. klien juga tidak megikuti kegiatan apapun di
lingkungannya.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Klien mengatakan tidak selera untuk bicara dengan orang lain,
klien merasa sendirian dalam hidupnya.
Diagnosa Keperawatan: Isolasi Sosial
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan

Klien mengatakan dirinya seorang muslim.


 b. Kegiatan ibadah
Klien mengatakan klien tidak pernah ibadah di RSJ, di rumah juga
tidak rajin sholat 5 waktu.
Diagnosa Keperawatan: Gangguan Spiritual
VI. PEMERIKSAAN FISIK 
1. Keadaan umum
Keadaan umum pasien lemah, kesadaran compos mentis, berpakaian

rapi cara berjalan pelan ekspresi wajah datar dan sering melihat

kebawah, GCS 456.


2. Tanda vital:
TD : 107/70 mmHg, N : 72 x/menit, S : 36 OC, P = 20 x/menit

3. Antopometri
BB = 43 Kg, TB = 151 Cm
4. Keluhan fisik:
Jelaskan:
Klien mengatakan bahwa dirinya sangat lemah, dan tidak dapat

 beraktivitas.
Diagnosa Keperawatan: -

VII. STATUS MENTAL


1. Penampilan (penampilan usia, cara berpakaian, kebersihan)

Jelaskan:
Penampilan klien kurang sesuai. klien termasuk lansia, cara berpakaian
kurang rapi,gigi tampak kotor ,klien jarang keramas, kuku
 panjang,klien berjalan tanpa alas kaki.
Diagnosa Keperawatan:Defisit Perawatan Diri
2. Pembicaraan (frekuensi, volume, jumlah, karakter)
Frekwensi: lambat.
Volume: Lembut/pelan, kurang jelas.
Banyak kosa kata: sedikit.

Karakteristik: Kata-kata bersambung


Diagnosa Keperawatan: -
3. Aktifitas motorik/psikomotor 
Kelambatan:
■ Hipokinesia, hipoaktifitas

 Katalepsi
 Sub stupor katatonik 

 Fleksibilitas serea
4.  Mood dan Afek 
a.  Mood 
✓ Depresi  Khawatir
 Ketakutan  Anhedonia
 Euforia ✓ Kesepian
 Cemas

Jelaskan:
Klien mengatakan ingin dijenguk oleh keluarganya dan ingin cepat
 pulang, selama di RS dia merasa kangen dengan keluarganya.
 b. Afek
■ Sesuai
❑ Tumpul /dangkal /datar 
❑ Tidak sesuai
❑ Labil
Jelaskan:

Klien mampu mengekspresikan perasaan,misal dia mampu tertawa


saat diberi kata – kata yang lucu dan terlihat sedih ketika klien
menceritakan alasan dia masuk rsj.
Diagnosa Keperawatan: -
5. Interaksi selama wawancara
❑ Bermusuhan ✓ Kontak mata
❑ Tidak kooperatif  kurang
❑ Mudah ❑ Defensi curiga
tersinggung

Selama wawancara klien sering mengalihkan kontak matanya.


Diagnosa Keperawatan:-
6. Persepsi sensorik 

a. Halusinasi

 Pendengaran  Pengecapan
 Penglihatan  Peciuman

 Perabaan

 b. Ilusi

 Ada

 Tidak 
Jelaskan:-
Diagnosa Keperawatan:
7. Proses pikir 
a. Arus pikir 
 Koheren  Inkoheren
■ Sirkumtansial  Asosiasi
 Tangensial longgar
 Blocking  Flight of idea
 Longorhoe  Perseverasi
 Clang   Neologisme
Association  Main kata-kata
 Afasia  Lain - lain

Jelaskan:
Klien mampu menjawab setiap pertanyaan perawat namun sedikit
lama dan berbelit.
 b. Isi pikir 
❑ Obsesif ❑ Fobia,
❑ Ekstasi sebutkan..........
❑ Fantasi ❑ Waham :
❑ Alienasi O Agama
□ Pikiran bunuh O Somatik/hipo
diri kondria
❑ Preokupasi O Kebesaran
■ Pikiran isolasi O Kejar/curiga
sosial O  Nihilistik
❑ Ide yang terkait O Dosa
❑ Pikiran rendah O Sisip pikir 
diri O Siar pikir 
❑ Pesimisme O Kontrol pikir 
❑ Pikiran magis ❑ Lain – lain: ...

Pikiran curiga
Jelaskan:
Klien mengatakan dia merasa tidak nyaman untuk bertemu
oranglain. Klien mengatakan lebih nayaman di rumah.
c. Bentuk pikir 
❑ Realistik 
 Non Realistik 
❑ Dereistik 
❑ Otistik 

Klien saat berbicara terkadang tida sesuai dengan kenyataan


8. Memori

 Gangguan daya ingat jangka panjang (>1 bulan)

Gangguan daya ingat jangka menengah (24 jam - ≤ 1 bulan)

Gangguan daya ingat jangka pendek (10 detik – 15 menit)

Jangka Panjang : Klien mengatakan suaminya meninggal 10


tahun lalu.
Jangka Menengah : Klien mengatakan bahwa dia sudah ditinggal
menikah oleh anaknya, dan hidup sendiri 5 tahun
ini.
Jangka Pendek : Klien mengatakan menu makan siang tadi ayam
goreng dan soup buahnya pisang.
Diagnosa Keperawatan: -
9. Tingkat konsentrasi dan berhitung

a. Konsentrasi
 Mudah beralih
□ Tidak mampu berkonsentrasi
Jelaskan
Klien mampu mengulang kembali tentang yang disampaikan
 perawat.
 b. Berhitung
Klien mampu berhitung secara sederhana , seperti : 10 -5 pasien
menjawab 5.
Diagnosa Keperawatan: tidak ada masalah
10. Kemampuan penilaian
❑ Gangguan ringan
❑ Gangguan bermakna
Jelaskan:
Tidak ada gangguan
Diagnosa Keperawatan: tidak ada gangguan

11. Daya tilik diri

❑ Mengingkari penyakit yang diderita


❑ Menyalahkan hal-hal yang di luar dirinya
Jelaskan:
Klien mengatakan sadar kalau dirinya mengalami gangguan jiwa.
Diagnosa Keperawatan: Koping individu inefektif 

VIII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PASIEN PULANG


1. Kemampuan klien memenuhi kebutuhan
 Perawatan kesehatan

  Transportasi
 Tempat tinggal

  Keuangan dan kebutuhan lainnya


Jelaskan: klien mengatakan saat lapar atau sakit selalu dirawat oleh
tetangganya, anaknya kadang datang menjenguk tapi tidak untuk 
merawat dalam jangka waktu lama.
2. Kegiatan hidup sehari-hari
A. Perawatan diri
1) Mandi
Jelaskan:
Klien mengatakan mandi 2x sehari tidak gosok gigi, belum
keramas.
Klien mandi 2x sehari secara mandiri pagi, siang dan sore tapi
kurang bersih, kuku panjang,gigi kotor, kaki kotor dan rambut
sedikit bau.
2) Berpakaian, berhias dan berdandan
Jelaskan:
Klien ganti baju 1x sehari memakai seragam RS, pakaian sesuai
 jadwal ruangan dan tidak terbalik, pasien tidak memakai alas
kaki.
3) Makan
Jelaskan:
Klien makan 3x sehari, 1 porsi habis, makan dengan duduk,
memakai sendok 
4) Toileting (BAK,BAB)
Jelaskan:
Klien BAK dan BAB di kamar mandi secara mandiri pada
tempatnya dan dibersihkan sendiri

Diagnosa Keperawatan: -
a. Nutrisi
❑ Berapa frekuensi makan dan frekuensi kudapan dalam sehari?
Frekuensi makan 3x sehari dan kudapan 1x sehari.
❑ Bagaimana nafsu makannya?
1 porsi makan habis
❑ Bagaimana berat badannya?
Klien mengatakan berat badannya tetap.
Diagnosa Keperawatan: -

 b. Tidur 
1) Istirahat dan tidur 
Tidur siang, lama: 13.30 s/d 14.00
Tidur malam, lama:21.00 s/d 05.00
Aktifitas sebelum/sesudah tidur: duduk melamun dan berjalan
mondar-mandir.
Jelaskan:
Klien mengatakan jarang tidur siang karena tidak bisa tidur,
klien lebih memilih jalan-jalan dan tiduran saja. Malam hari
klien tidur pukul 21.00 sebelum tidur klien duduk-duduk di
kasur. 
2) Gangguan tidur 

 Insomnia

 Hipersomnia

 Parasomnia

 Lain-lain

Jelaskan:
Klien mengatakan bisa tidur.
Diagnosa Keperawatan: -
3) Kemampuan lain-lain

 Mengantisipasi kebutuhan hidup


Klien mengatakan setelah pulang dari RSJ ingin dirawat oleh
anaknya

 Membuat keputusan berdasarkan keinginannya


Klien mengatakan mau untuk dirawat oleh anaknya

  Mengatur penggunaan obat dan melakukan pemeriksaan


kesehatannya sendiri
Di Rumah sakit, klien minum obat diberikan oleh petugas di
RSJ
Klien mengatakan saat di rumah nanti obatnya dipegang oleh
anaknya
Klien mengatakan setelah pulang akan kontrol di RSJ ditemani
oleh anaknya.
Diagnosa Keperawatan: -

1. Sistem pendudukung
Ya Tidak  
Keluarga   

Terapis   
Teman sejawat    

Kelompok sosial    

Jelaskan:
klien mengatakan bahwa perawat rutin mengingatkan minum obat serta
memberi semangat untuk sembuh.
Diagnosa Keperawatan:-
IX. MEKANISME KOPING
Maladaptif 
Klien mengatakan bila ada masalah hanya memendamnya sendiri dan
tidak bercerita ke orang lain.
Klien tampak gelisah dan khawatir, raut muka klien tampak cemas.
Diagnosa Keperawatan : Koping Individu Inefektif.
X. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN
❑ Masalah dengan dukungan kelompok, spesifiknya
Klien mengatakan tidak pernah mengikuti kegiatan yang ada di
lingkungannya.
❑ Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifiknya

Klien mengatakan dia merasa dirinya lemah, dan tidak mau


 bersosialisasi dengan orang lain.

❑ Masalah dengan pendidikan, spesifiknya


Klien mengatakan merasa puas menuntaskan pendidikan sampai SD
❑ Masalah dengan Pekerjaannya, spesifiknya
Klien tidak bekerja.
❑ Masalah dengan perumahan, spesifiknya
Klien tinggal sendiri dirumah
❑ Masalah dengan ekonomi, spesifiknya
Klien mengatakan biasanya bekerja sebagai petani,namun sudah tidak 
 bekerja lagi karena merasa badanya lemah.
❑ Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifiknya
Klien mengatakan apabila sakit akan berobat ke puskesmas diantar 
oleh tetangganya
❑ Masalah lainnya, spesifiknya
Klien merasa kesepian dan tidak berdaya
Diagnosa Keperawatan : Ketidakberdayaan
XI. ASPEK PENGETAHUAN
Apakah klien mempunyai masalah yang berkaitan dengan pengetahuan
yang kurang tentang suatu hal
Bagaimana pengetahuan klien/keluarga saat ini tentang penyakit/gangguan
 jiwa, perawatan dan penatalaksanaanya faktor yang memperberat masalah
(presipitas), obat – obatan lainnya. Apakah perlu diberikan tambahan
 pengetahuan yang berkaitan dengan spesifiknya masalah tsb.
❑ Penyakit / gangguan
 jiwa

❑ Sistem pendukung
❑ Faktor presipitasi
❑ Penatalaksanaan
❑ Lain-lain, jelaskan......

Jelaskan :
Pasien belum mengetahui bahwa dirinya mengalami gangguan kejiwaan.
Diagnosa Keperawatan : Defisiensi Pengetahuan

1. Kemampuan ADL
Tingkat kemandirian dalam kehidupan sehari-hari (Indeks Barthel)

NoKriteria Skor Skor


yang didapat

1 Makan 0 = t idak m ampu 5

5 = dengan bantuan (memaotong


makanan, mengoleskan selai , dll atau membutuhkan menu makanan tertentu, m
10 = mandiri

2 Mandi 0 = d ependen 5

5 = mandiri

3 Berpakaian 0 = d ependen 10

5 = butuh bantuan

10 = mandiri (mengancingkan, memakai


resleting, menalikan renda/tali)

4 Berhias 0 = butuh bantuan dalam perawatan 5


 pribadi

5 = mandiri (mencuci wajah. Keramas,

gosok gigi, bercukur)


5 Kontrol Bowel 0 = inkontiensia/ membutuhkan bantuan 10
(BAB) enema untuk BAB

5 = sesekali BAB tidak sadar (occasional


accident)

10 = Kontrol BAB baik

6 Kotrol Bladder 0 = inkontiensia atau memakia kateter dan 5


(BAK) tidak mampu merawat kateter dan baik

5 = sesekali BAK tidak sadar (occasional


accident)

10 = Kontrol BAK baik

7 Penggunaan toilet 0 = Tidak mampu 5

(mencuci, menyeka,
5 = butuh bantuan, tetapi bisa melakukan
menyiram)sesuatu dengan mandiri

10 = mandiri

8 Naik turun tangga 0 = Tidak mampu 5

5 = dengan bantuan, namun masih bisa


mandiri
10 = mandiri

9 Mobilisasi di 0 = tidak mampu mobilisasi atau 15

 permukaan datar  5  berjalan/kursi roda < 45,72 m (50 yard)


= mandiri dengan kursi roda > 45,72 m
(50 yard), mampu memosisikan kursi
roda di pojok ruangan
10 = berjalan dengan bantuan 1 orang >
45,72 m (50 yard)
15 = berjalan mandiri (mungkin dengan
 bantuan alat, pegangan) sejauh > 45,72 m (50 yard)

10Berpindah ( dari 0 = tidak mampu berpindah, tidak dapat 15

kursi ke tempat duduk dengan seimbang


tidur dan sebaliknya 5 = dengan bantuan lebih banyak (1 aau 2
orang yang membantu)

10 = dengan bantuan lebih sedikit

15 = mandiri

TOTAL SK OR 80

Interpretasi:

0-20 = ketergantungan total

21-60 = Ketergantungan berat

61-90 = ketergantungan

sedang 91-99 = ketergantungan

ringan 100 = mandiri

(Lewis, Carole & Shaw, Keiba, 2006)

2. Aspek Kognitif 
MMSE (Mini Mental Status

Exam) Nama : N y. J

Tgl/Jam :

 NoAspek   Nilai  Nilai Kriteria

Kognitif  maksimalKlien

1 Orientasi 5 4 Menyebutkan d engan b enar :

Tahun : 2017Hari : Rabu

Musim : HujanBulan : November 

Tanggal : tidak dapat menjawab


2 Orientasi 5 5 Dimana s ekarang k ita b erada ?

 Negara : Indonesia Panti : Wredha

Propinsi : Jawa tengah Wisma/Kamar :


Putri/ 1

Kabupaten/kota : Cilacap

3 Registrasi3 3 Sebutkan 3 nama obyek (misal : kursi,


 piring, kertas), kemudian ditanyakan kepada klien, menjawab :

1) Kursi 2). piring 3).


Kertas
4 Perhatian 5 4 Meminta klien berhitung mulai dari 100

dan kemudia kurangi 7 sampai 5 tingkat.


kalkulasi
Jawaban :

1). 93 2). 86  3). 79 4). 72


5). 65

5 Mengingat3 2 Minta klien untuk mengulangi ketiga


obyek pada poin ke- 2 (tiap poin nilai 1)

1) Kursi 2)…………… 3)
…………..
6 Bahasa 9 6 Menanyakan p ada k lien t entang b enda
(sambil menunjukan benda tersebut).

1). Buku

2). HP

3). Minta klien untuk mengulangi kata


 berikut :

 “ tidak ada, dan, jika, atau, tetapi )

 Klien menjawab : ”tidak ada, dan, jika,


atau, tetapi”
Minta klien untuk mengikuti perintah
 berikut yang terdiri 3 langkah. 4). Ambil kertas ditangan anda

5). Lipat dua

6). Taruh dilantai.

Perintahkan pada klien untuk hal berikut


(bila aktifitas sesuai perintah yang dituliskan di kertas nilai satu p

“Tutup mata anda”


Perintahkan kepada klien untuk menulis kalimat

9). Menyalin gambar 2 segi lima yang

saling bertumpuk 

Total n ilai 30 24 = tidak ada gangguan kognitif 


Interpretasi hasil :

24 – 30 : tidak ada gangguan kognitif 

18 – 23 : gangguan kognitif sedang

0 - 17 : gangguan kognitif berat


Kesimpulan : Ny. J mengalami tidak ada gangguan kognitif 
GDS

Pengkajian Depresi

Jawaban
No Pertanyaan
Ya Tdk Hasil

1. Anda p uas d engan k ehidupan a nda s aat i ni 0 1 1

2. Anda merasa bosan dengan berbagai aktifitas dan 1 0 0


kesenangan

3. Anda merasa bahwa hidup anda hampa / kosong 1 0 1

4. Anda se ring m erasa b osan 1 0 1

5. Anda memiliki motivasi yang baik sepanjang waktu 0 1 0

8. Anda takut ada sesuatu yang buruk terjadi pada anda 1 0 0

7. Anda lebih merasa bahagia di sepanjang waktu 0 1 1


8. Anda s ering m erasakan b utuh b antuan 1 0 1

9. Anda lebih senang tinggal dirumah daripada keluar 1 0 0


melakukan sesuatu hal

10. Anda merasa memiliki banyak masalah dengan 1 0 1


ingatan anda

11. Anda menemukan bahwa hidup ini sangat luar biasa 0 1 0

12. Anda tidak t ertarik d engan j alan h idup a nda 1 0 0

13. Anda merasa diri anda sangat energik / bersemangat 0 1 0

14. Anda m erasa t idak p unya h arapan 1 0 0

15. Anda berfikir bahwa orang lain lebih baik dari diri 1 0 1
anda

Jumlah 7
(Geriatric Depressoion Scale (Short Form) dari Yesafage (1983) dalam
Gerontological Nursing, 2006) 

Interpretasi : Jika Diperoleh skore 5 atau lebih, maka diindikasikan


depresi

3. Status Nutrisi
Pengkajian determinan nutrisi pada lansia:

No Indikators score Pemeriksaan

1. Menderita sakit atau kondisi yang mengakibatkan 2 1

 perubahan jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi

2. Makan kurang dari 2 kali dalam sehari 3 0

3. Makan sedikit buah, sayur atau olahan susu 2 1

4. Mempunyai tiga atau lebih kebiasaan minum minuman 2 0


 beralkohol setiap harinya

Anda mungkin juga menyukai