KEPERAWATAN GERONTIK
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Gerontik
Dosen Pembimbing : Latifa Aini S., S. Kep., M. Kep., Sp. Kep. KOM
Oleh :
Kelompok 4
H.A.P. Desthalia Cyatraningtyas 162310101116
Mila Khanifa 162310101145
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNya sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai dengan pembahasan tentang “ Asuhan
Keperawatan pada Lansia dengan Kehilangan”. Tidak lupa kami mengucapkan
banyak terimakasih atas bantuan dari berbagai pihak yang telah berkontribusi
dalam penyusunan makalah ini.
Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, serta untuk kedepannya dapat memperbaiki entuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI....................................................................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................................ii
BAB 1. PENDAHULUAN..........................................................................................1
BAB 3. PEMBAHASAN.................................................................................................14
BAB 4. KESIMPULAN.................................................................................................32
4.1 Kesimpulan.................................................................................................................32
4.2 Saran............................................................................................................................ 32
DAFTAR ISI.................................................................................................................... 33
LAMPIRAN
ii
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lansia adalah kelompok penduduk yang berusia 60 tahun keatas. Menurut Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2013 jumlah lansia didunia telah
mencapai 800 miliar orang. Sedangkan jumlah lansia di Indonesia cenderung meningkat dari tahun ke
tahun, menurut data Kantor Kementrian Koordinator Kesejahteraan Rakyat (KESRA) diperkirakan pada
tahun 2020 jumlah lansia di Indonesia akan mencapai 28,8 juta orang. Sementara menurut Data Statistik
Indonesia (2013), provinsi Jawa Tengah termasuk dalam kategori yang mempunyai jumlah lansia
banyak, yaitu sekitar 11,16% dari keseluruhan jumlah penduduk (Yasami, 2013; Kemsos RI, 2007;
Data Statistik Indonesia, 2013).
Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan – lahan kemampuan
jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya. Hal tersebut
menyebabkan lansia tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita.
Proses menua adalah fenomena alamiah yang bisa terjadi pada semua manusia sebagai akibat
bertambahnya umur, oleh karena itu fenomena ini bukanlah suatu penyakit, melainkan suatu keadaan
yang wajar namun bila tidak diantisipasi dengan baik akan menimbulkan berbagai masalah (Maryam, et
al., 2008).
1
Pada lansia akan terjadi penurunan kondisi fisik maupun biologis, psikologis serta perubahan
kondisi sosial. Di sisi lain, permasalahan yang muncul pada lansia adalah mengalami kehilangan, yaitu
kehilangan dari sesuatu yang dapat berupa harta, kesehatan, pekerjaan, serta anggota keluarga atau
pasangan hidup. Sesuai dengan salah satu tugas perkembangan lansia yang harus dilalui agar dapat
melakukan penyesuaian diri dengan keadaan, sehingga lansia dapat mencapai kepuasan hidupnya yaitu
menyesuaikan diri setelah mengalami kehilangan. Dengan adanya kehilangan, terutama kehilangan
orang-orang yang terkasih pada dapat menyebabkan perasaan kesendirian pada lansia yang dapat
memicu terjadinya masalah gangguan mental, seperti depresi, insomnia, dan munculnya halusinasi
tentang kematian (Nalungwe, 2009).
Depresi merupakan masalah gangguan mental yang sering dijumpai pada lansia. Keadaan
depresi pada lansia membuat lansia merasa malas untuk melakukan kegiatan apapun, sehingga membuat
lansia sulit untuk mendapatkan bantuan. Selain hal tersebut, pandangan yang menyatakan lansia rentan
terkena gangguan mental juga dapat menjadi faktor pencegah lain bagi lansia untuk melakukan interaksi
sosial (Ferrer, 2009).
Menurut penelitian Mi-Ra Won (2013), di Korea sebanyak 46,3% dari total
225 orang lansia telah mengalami depresi akibat kehilangan pasangan hidupnya. Lansia tersebut
mengungkapkan bahwa mereka tidak puas dengan kehidupanya, bahkan sebanyak 15% diantaranya
menggunakan obat-obatan dan alkohol serta berpikir untuk bunuh diri. Sebagai akibat dari
ketidakmampuan lansia untuk menyesuaikan dirinya dengan hilangnya anggota keluarga, resiko depresi
sangat mungkin muncul pada lansia, yang dapat ditandai dengan terjadinya gangguan perasaan, seperti
kemurungan, kesediahan, kelesuan, kehilangan gairah hidup, perasaan bersalah atau berdosa, merasa
tidak berdaya dan putus asa. Bahkan dalam beberapa kasus keadaan depresi dapat membuat lansia
melakukan bunuh diri (Monk
2
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengaruh kehilangan terhadap kesehatan lansia?
2. Bagaimana proses terjadinya kehilangan pada lansia?
3. Apa alternatif intervensi yang dapat diberikan terhadap masalah kehilangan
pada lansia?
3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Lansia
2.1.1 Pengertian Lansia
Lanjut Usia atau Lansia adalah proses perkembangan manusia pada tahap
akhir dalam kehidupan seseorang (Dalami,2010). Di Indonesia seseorang dikatakan
lansia apabila sudah berusia 60 tahun ke atas. Menurut WHO dalam Nugroho,2008
ada 4 tahap lansia, yaitu usia pertengahan (Middle Age) yaitu usia 45-59 tahun,
lanjut usia(Elderly) antara 60-74 tahun, lanjut usia tua (Old) antara 75-90 tahun, dan
Usia sangat tua (Very Old) diatas 90 tahun. Lansia adalah keadaan seseorang yang
merupakan proses dari kehidupan manusia yang ditandai dengan gangguan
fisiologis,sosial dan psikososial (Mitchell.dkk,2016).
Menurut Rahayuni, Utami & Swedarma (2015) proses menua adalah proses
biologis yang tidak dapat dihindari oleh setiap individunya, berjalan terus-menerus
dan berkesinambungan. Proses menua merupakan proses perubahan yang terjadi,
perubahan tersebut berupa penurunan fisik, mental, psikososial dan perubahan
peran sosial pada lansia. Lansia dapat mengalami penurunan aktivitas dikarenakan
keterbatasan mobilitas, kelemahan fisik dan penurunan status sosial dan keadaan ini
cenderung akan berdampak pada kesehatan
2.1.2 Proses Menua
Proses penuaan (menjadi tua) adalah bersifat alami dan tidak dapat dihindari
dan akan dialami oleh setiap manusia. Proses penuaan akan berpengaruh pada
derajat kesehatan. Kondisi fisik yang semakin menurun, seiring dengan penurunan
psikis lansia sehingga produktifitas semakin menurun. Produktifitas yang menurun
menjadikan lansia kurang dapat menyesuaikan diri dengan masyarakat
lingkungannya, sehingga lebih suka pada dunia lansia sendiri, merasa “tidak
diorangkan”, merasa tidak diperlukan, merasa tidak berguna, merasa terpisah dan
tersisihkan dari pergaulan (Yayasan Gerontologi Abiyoso Propinsi Jawa Timur,
2009).
4
Lansia memiliki masalah sendiri yang berhubungan dengan proses menua
(aging process) dengan segala akibat fisik, psikologis dan sosial (Dalami, 2010).
2.1.3 Teori Penuaan
Teori penuaan secara umum menurut Azizah (2011) dapat dibedakan menjadi
dua yaitu teori biologi dan teori penuaan psikososial.
1. Teori Biologi
a. Teori seluler
Kemampuan sel hanya dapat membelah dalam jumlah tertentu dan
kebanyakan sel–sel tubuh “diprogram” untuk membelah 50 kali. Jika sel
pada lansia dari tubuh dan dibiakkan di laboratrium, lalu diobrservasi,
jumlah sel– sel yang akan membelah, jumlah sel yang akan membelah
akan terlihat
5
penurunan mobilitas dan
6
c. Keracunan Oksigen
Teori tentang adanya sejumlah penurunan kemampuan sel di dalam tubuh
untuk mempertahankan diri dari oksigen yang mengandung zat racun
dengan kadar yang tinggi, tanpa mekanisme pertahan diri tertentu.
Ketidakmampuan mempertahankan diri dari toksink tersebut membuat
struktur membran sel mengalami perubahan dari rigid, serta terjadi
kesalahan genetik (Tortora dan Anaggnostakos, 1990 dalam Azizah,2011).
Membran sel tersebut merupakan alat untuk memfasilitas sel dalam
berkomunikasi dengan lingkungannya yang juga mengontrol proses
pengambilan nutrisi dengan proses ekskresi zat toksik di dalam tubuh.
Fungsi komponen protein pada membran sel yang sangat penting bagi
proses di atas, dipengaruhi oleh rigiditas membran tersebut.
7
terhadap sel kanker menjadi menurun, sehingga sel kanker leluasa
8
e. Teori Menua Akibat Metabolisme
Menurut MC Kay et all., (1935) yang dikutip Darmojo dan Martono (2004)
dalam Azizah (2011), pengurangan “intake” kalori pada rodentia muda akan
menghambat pertumbuhan dan memperpanjang umur. Perpanjangan umur
karena jumlah kalori tersebut antara lain disebabkan karena menurunnya salah
satu atau beberapa proses metabolisme. Terjadi penurunan pengeluaran
hormon yang merangsang pruferasi sel misalnya insulin dan hormon
pertumbuhan.
2. Teori Psikologis
a. Aktivitas atau Kegiatan (Activity Theory)
Seseorang yang dimasa mudanya aktif dan terus memelihara keaktifannya
dialami individu ketika berpisah dengan suatu yang sebelumnya ada, baik sebagian
9
atau keseluruhan, atau terjadi perubahan dalam hidup sehingga terjadi perasaan
kehilangan
terhadap seseorang.
c. Tahap 3: Pulih kembali, tingkah laku yang tampak, misalnya
kemampuan untuk memahami dan menghayati kehilangan tersebut.
Setelah itu melanjutkan kegiatan hidupnya sehari-hari dengan cara:
merencanakan masa depannya, seraya mengingat kembali kejadian baik
yang menyenangkan maupun yang menyedihkan yang diakibatkan oleh
peristiwa tersebut secara realistis.
10
Dewasa Lansia
11
Dewasa Lansia
1. Saat merasa kehilangan akan berespon 1. Lansia lebih dapat mengatur emosi
dengan kesedihan yang mendalam dari respon terhadap kehilangan,
2. Dapat bersikap lebih terbuka, sehingga sehingga cenderung menutupi emosi
bersedia berbagi perasan sedih akibat kesedihan
kehilangan dengan orang lain 2. Lebih bersikap tertutup, tidak
3. Merasakan hilangnya kasih-sayang menceritakan hal kecil dan bersedia
apabila kehilangan orang yang berbagi tentang hal yang dianggap
disayangi besar
4. Merasa tidak berharga dan tidak 3. Merasakan kesepian akibat kehilangan
memiliki minat untuk melakukan orang yang disayangi
kegiatan 4. Merasa kebingungan dengan peran
5. Saat merasa sedih akibat kehilangan yang dapat dilakukan dalam keluarga
12
1. Pengkajian meliputi upaya mengamati dan mendengarkan isi duka citaklien:
apa yang dipikirkan, dikatakan, dirasakan, dan diperhatikan
melaluiperilaku.Beberapa percakapan yang merupakan bagian pengkajian gar
mengetahuiapa yang mereka pikir dan rasakan adalah :
1) Persepsi yang adekuat tentang kehilangan
2) Dukungan yang adekuat ketika berduka akibat kehilangan
3) Perilaku koping yang adekuat selama proses
a. Kehilangan kesehatan
13
b. Kehilangan fungsi seksualitas
c. Kehilangan peran dalam keluarga
d. Kehilangan posisi di masyarakat
e. Kehilangan harta benda atau orang yang dicintaif.
f. Kehilangan kewarganegaraan
4. Mekanisme koping
Koping yang sering dipakai individu dengan kehilangan respon antara lain: Denial,
Represi, Intelektualisasi, Regresi, Disosiasi, Supresi dan Proyeksi yang digunakan
untuk menghindari intensitas stress yang dirasakansangat menyakitkan. Regresi
dan disosiasi sering ditemukan pada pasien depresiyang dalam. Dalam keadaan
patologis
5. Respon Spiritual
a. Kecewa dan marah terhadap Tuhan
b. Penderitaan karena ditinggalkan atau merasa ditinggalkan
c. Tidak memilki harapan; kehilangan makna
6. Respon Fisiologis
a. Sakit kepala, insomnia
b. Gangguan nafsu makan
c. Berat badan turun
d. Tidak bertenaga
e. Palpitasi, gangguan pencernaan
f. Perubahan sistem imune dan endokrin
7. Respon Emosional
a. Merasa sedih, cemas
b. Kebencian
14
c. Merasa bersalah
d. Perasaan mati rasae.
e. Emosi yang berubah-ubah
f. Penderitaan dan kesepian yang berat
g. Keinginan yang kuat untuk mengembalikan ikatan dengan individu ataubenda
yang hilang
h. Depresi, apati, putus asa selama fase disorganisasi dan keputusasaani.
i. Saat fase reorganisasi, muncul rasa mandiri dan percaya diri
8. Respon Kognitif
a. Gangguan asumsi dan keyakinan
15
g. Gunakan komunikasi yang efektif
h. Tawarkan kehadiran dan berikan pertanyaan terbuka
i. Dorong penjelasan
j. Ungkapkan hasil observasi
k. Gunakan refleksi
l. Cari validasi persepsi
m. Berikan informasi
n. Nyatakan keraguan
o. Gunakan teknik menfokuskan
p. Berupaya menerjemahkan dalam bentuk perasaan atau menyatakan halyang
tersirat
16
BAB 3. PEMBAHASAN
3.1 Analisis Jurnal
Studi yang dilakukan oleh L Joshep (2017) menyimpulkan bahwa, lansia
yang tinggal sendirian dan merasa kesepian memiliki perubahan signifikan dalam
status biofisiologis, depresi, kualitas tidur dan kualitas hidup. Lansia yang
menerima terapi Tai Chi mengalami penurunan status biologis seperti tekanan
darah sistolik dan tekanan darah diastolik. Penurunan yang sangat signifikan dalam
skor nyeri dan depresi juga terjadi pada orang tua yang menerima terapi Tai Chi.
Kualitas tidur dan kualitas hidup meningkat secara signifikan di antara orang tua
yang menerima terapi Tai Chi. Terapi Tai Chi adalah terapi yang efektif dalam
menjaga kesejahteraan fisik dan psikologis lansia. Penelitian juga menunjukan
bahwa latihan Taichi efektif dalam
mengurangi depresi di kalangan lansia. Namun tidak ada hubungan yang signifikan
antara tingkat depresi dan usia, jenis kelamin, status pendidikan, pekerjaan
sebelumnya, status perkawinan, jumlah anak, lama tinggal di rumah tua dan
sumber pendapatan.
S.J Liao (2018) menyatakan bahwa Tai Chi mengurangi gejala depresi di
antara orang tua yang tinggal di komunitas. Ini mungkin merupakan solusi yang layak
secara ekonomi untuk manajemen depresi di negara-negara berkembang yang
berpenduduk padat. Efek sinergis potensial dari olahraga dan musik serta efek jangka
17
Nama : Ny. S
Umur : 85 tahun
Agama : Islam
Tangga
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Klien merasa kesehatannya menurun, mengalami insomnia dan sering merasa pusing
karena tekanan darahnya naik.
Klien memiliki riwayat hipertensi, asam urat dan 8 bulan yang lalu MRS karena
muntaber.
ii. Alergi
18
Klien tidak memiliki alergi terhadap makanan maupun obat – obatan apapun.
iii. Imunisasi
iv. Kebiasaan
Jika klien merasa sakit, klien selalu memeriksakan diri ke klinik praktik dokter yang
sering dikunjunginya.
e. Genogram
19