Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN GERONTIK DI PANTI WERDHA

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKUTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ‘ASYIYAH YOGYAKARTA

DISUSUN OLEH :

CITRA SEKAR MELATI (201510201180)


PSIK 7C

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘ASIYIYAH
YOGYAKARTA
2018
HALAMAN PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK NY. A DI WISMA A BALAI


PELAYANANSOSIAL TRESNA WERDHA (BPSTW)
BUDI LUHUR KASONGAN
BANTUL YOGYAKARTA

LAPORAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN GERONTIK

Disusun oleh :
Citra Sekar Melati
201510201180

Telah melaksanakan praktik dan di Setujui Untuk Mendapatkan Penilaian Praktikum


Keperawatan Gerontik Semester VII Kelas C Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan di Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta

Oleh:
Koordinator Mata Kuliah : Ns, Suratini , M. Kep ., Sp,Kep .Kom
Keperawatan Gerontik
Tanggal : 26 Januari 2019

Tanda Tangan
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarakatuh


Alhamdulillah, Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-
Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah Keperawatan Gerontik.Pada akhirnya
dalam penyelesaian makalah ini, penulis telah banyak menerima bantuan dari berbagai pihak
sehingga dalam waktu yang relatif singkat makalah yang sederhana ini dapat terselesaikan.
Untuk itu penulis berkenan, untuk menyampaikan terima kasih kepada:
1. Warsiti S.Kp., M.Kep., Sp.Mat selaku Rektor Universitas Aisyiyah
Yogyakarta selaku rektor Universitas Aisyiyah Yogyakarta.
2. Suratini, S.Kep., Ns., M. Kep.,Sp. Kom selaku Koordinator MK Keperawatan
Gerontik
3. Beserta semua tim Keperawatan Gerontik yang telah membimbing kami
4. Kepada kedua orang tua dan keluarga, dan teman-teman yang selalu memberi
semangat pada saya

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Dengan iringan
doa semoga makalah ini bisa bermanfaat dalam pengembangan pendidikan dan wacana
berpikir kita bersama.
Wassalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarakatuh

Yogyakarta, 26 Januari 2019


DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN...............................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................................
KATA PENGANTAR............................................................................................................
DAFTAR ISI...........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................
BAB III KESIM[PULAN DAN SARAN..............................................................................
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................
LAMPIRAN DOKUMENTASI............................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Lanjut usia pasti mengalami masalah kesehatan yang diawali dengan kemunduran
selsel tubuh, sehingga fungsi dan daya tahan tubuh menurun serta faktor resiko terhadap
penyakit pun meningkat. Indonesia tahun 2014 mencapai 18 juta jiwa dan diperkirakan akan
meningkat menjadi 41 juta jiwa di tahun 2035 serta lebih dari 80 juta jiwa di tahun 2050. Tahun
2050, satu dari empat penduduk Indonesia adalah penduduk lansia dan lebih mudah
menemukan penduduk lansia dibandingkan bayi atau balita. Masalah kesehatan yang sering
dialami lanjut usia adalah malnutrisi, gangguan keseimbangan, kebingungan mendadak,
termasuk, beberapa penyakit sepeti hipertensi, gangguan pendengaran, penglihatan dan
demensia. Prevalensi demensia terhitung mencapai 35,6 juta jiwa di dunia. Angka kejadian ini
diperkirakan akan meningkat dua kali lipat setiap 20 tahun, yaitu 65,7 juta pada tahun 2030 dan
115,4 juta pada tahun 2050 (Alzheimer’s Disease International, 2009).
Gangguan kognitif merupakan kondisi atau proses patofisiologis yang dapat merusak
atau mengubah jaringan otak mengganggu fungsi serebral, tanpa memperhatikan penyebab
fisik, gejala khasnya berupa kerusakan kognitif, disfungsi perilaku dan perubahan kepribadian
(Copel, 2007). Gangguan kognitif erat hubungannya dengan fungsi otak, karena kemampuan
pasien untuk berpikir akan dipengaruhi oleh keadaan otak. Gangguan kognitif antara lain
delirium dan demensia (Azizah, 2011). Upaya yang dapat dilakukan oleh tenaga keperawatan
untuk mencegah penurunan fungsi kognitif pada lansia demensia yaitu dengan terapi
kolaboratif farmakologis dan terapi non farmakologis
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Lansia
1. Definisi Lansia
Lansia adalah seorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas baik pria maupun wanita,
yamg masih aktif beraktifitas yang bekerja maupubn mereka yang tidak berdaya untuk
mencari nafka sendiri hingga bergantung pada orang lain untuk menghidupi drinya
sendiri (nugroho, 2006). Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke
atas. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur
mengakibatkan perubahan kumulatif, merupakan proses menurunnya daya tahan tubuh
dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh. Depkes RI (2005) batasan
lansia dibagi menjadi tiga kategori yaitu Usia lanjut presenilis yaitu antara usia 45-59
tahun, Usia lanjut yaitu usia 60 tahun ke atas, dan Usia lanjut beresiko yaitu usia 70
tahun ke atas atau usia 60 tahun ke atas dengan masalah kesehatan.
2. Ciri-ciri Lansia
a. Lansia merupakan periode kemunduran. Kemunduran pada lansia sebagian datang
dari faktor fisik dan faktor psikologis. Motivasi memiliki peran yang penting dalam
kemunduran pada lansia. Misalnya lansia yang memiliki motivasi yang rendah dalam
melakukan kegiatan, maka akan mempercepat proses kemunduran fisik, akan tetapi
ada juga lansia yang memiliki motivasi yang tinggi, maka kemunduran fisik pada
lansia akan lebih lama terjadi.
b. Lansia memiliki status kelompok minoritas. Kondisi ini sebagai akibat dari sikap
sosial yang tidak menyenangkan terhadap lansia dan diperkuat oleh pendapat yang
kurang baik, misalnya lansia yang lebih senang mempertahankan pendapatnya maka
sikap sosial di masyarakat menjadi negatif, tetapi ada juga lansia yang mempunyai
tenggang rasa kepada orang lain sehingga sikap sosial masyarakat menjadi positif.
c. Penyesuaian yang buruk pada lansia. Perlakuan yang buruk terhadap lansia membuat
mereka cenderung mengembangkan konsep diri yang buruk sehingga dapat
memperlihatkan bentuk perilaku yang buruk. Akibat dari perlakuan yang buruk itu
membuat penyesuaian diri lansia menjadi buruk pula. Contoh : lansia yang tinggal
bersama keluarga sering tidak dilibatkan untuk pengambilan keputusan karena
dianggap pola pikirnya kuno, kondisi inilah yang menyebabkan lansia menarik diri
dari lingkungan, cepat tersinggung dan bahkan memiliki harga diri yang rendah.
d. Menua membutuhkan perubahan peran. Perubahan peran tersebut dilakukan karena
lansia mulai mengalami kemunduran dalam segala hal. Perubahan peran pada lansia
sebaiknya dilakukan atas dasar keinginan sendiri bukan atas dasar tekanan dari
lingkungan. Misalnya lansia menduduki jabatan sosial di masyarakat sebagai Ketua
RW, sebaiknya masyarakat tidak memberhentikan lansia sebagai ketua RW karena
usianya.
B. Konsep Dimensia
1. Definisi Dimensia
Demensia adalah gangguan fungsi intelektual tanpa gangguan fungsi atau keadaan
yang terjadi. Memori, pengetahuan umum, pikiran abstrak, penilaian, dan interpretasi
atas komunikasi tertulis dan lisan dapat terganggu. Demensia merupakan sindrom yang
ditandai oleh berbagai gangguan fungsi kognitif antara lain intelegensi, belajar dan daya
ingat, bahasa, pemecahan masalah, orientasi,persepsi perhatian dan konsentrasi,
penyesuaian dan kemampuan bersosialisasi (Corwin, 2009).
2. Penyebab Dimensia
Sindroma demensia dengan penyakit yang etiologi dasarnya tidak dikenal kelainan yaitu:
a. Sindroma demensia dengan penyakit yang etiologi dasarnya tidak dikenal kelainan
yaitu : terdapat pada tingkat subseluler atau secara biokimiawi pada system enzim,
atau pada metabolisme
b. Sindroma demensia dengan etiologi yang dikenal tetapi belum dapat diobati,
penyebab utama dalam golongan ini diantaranya : Penyakit degenerasi spino –
serebelar. Sub akut leuko-eselfalitis sklerotik fan bogaert dan Khores Hungtington.
c. Sindrome demensia dengan etiologi penyakit yang dapat diobati, dalam golongan ini
diantranya : Penyakit cerrebro kardioavaskuler dan penyakit Alzheimer.
3. Patofisiologi Demensia
Proses menua tidak dengan sendirinya menyebabkan terjadinya demensia. Penuaan
menyebabkan terjadinya perubahan anatomi dan biokimiawi di susunan saraf pusat yaitu
berat otak akan menurun sebanyak sekitar 10 % pada penuaan antara umur 30 sampai 70
tahun. Berbagai faktor etiologi yang telah disebutkan di atas merupakan kondisi-kondisi
yang dapat mempengaruhi sel-sel neuron korteks serebri. Penyakit degeneratif pada otak,
gangguan vaskular dan penyakit lainnya, serta gangguan nutrisi, metabolik dan toksisitas
secara langsung maupun tak langsung dapat menyebabkan sel neuron mengalami
kerusakan melalui mekanisme iskemia, infark, inflamasi, deposisi protein abnormal
sehingga jumlah neuron menurun dan mengganggu fungsi dari area kortikal ataupun
subkortikal. Di samping itu, kadar neurotransmiter di otak yang diperlukan untuk proses
konduksi saraf juga akan berkurang. Hal ini akan menimbulkan gangguan fungsi kognitif
(daya ingat, daya pikir dan belajar), gangguan sensorium (perhatian, kesadaran),
persepsi, isi pikir, emosi dan mood. Fungsi yang mengalami gangguan tergantung lokasi
area yang terkena (kortikal atau subkortikal) atau penyebabnya, karena manifestasinya
dapat berbeda. Keadaan patologis dari hal tersebut akan memicu keadaan konfusio akut
demensia
4. Manifestasi Klinis Demensia
Gejala klinis demensia berlangsung lama dan bertahap sehingga pasien dengan keluarga
tidak menyadari secara pasti kapan timbulnya penyakit. Gejala klinik dari demensia
Nugroho (2009) menyatakan jika dilihat secara umum tanda dan gejala demensia
adalah :
a. Menurunnya daya ingat yang terus terjadi. Pada penderita demensia, lupa menjadi
bagian keseharian yang tidak bisa lepas
b. Gangguan orientasi waktu dan tempat, misalnya: lupa hari, minggu, bulan, tahun,
tempat penderita demensia berada.
c. Penurunan dan ketidakmampuan menyusun kata menjadi kalimat yang benar,
menggunakan kata yang tidak tepat untuk sebuah kondisi, mengulang kata atau cerita
yang sama berkali-kali.
d. Ekspresi yang berlebihan, misalnya menangis berlebihan saat melihat sebuah drama
televisi, marah besar pada kesalahan kecil yang dilakukan orang lain, rasa takut dan
gugup yang tak beralasan.
e. Penderita demensia kadang tidak mengerti mengapa perasaan-perasaan tersebut
muncul.
5. Pencegahan
Hal yang dapat kita lakukan untuk menurunkan resiko terjadinya demensia
diantaranya adalah menjaga ketajaman daya ingat dan senantiasa mengoptimalkan fungsi
otak, seperti : 1) Mencegah masuknya zat-zat yang dapat merusak sel-sel otak seperti
alkohol dan zat adiktif yang berlebihan 2) Membaca buku yang merangsang otak untuk
berpikir hendaknya dilakukan setiap hari. 3) Melakukan kegiatan yang dapat membuat
mental kita sehat dan aktif, seperti Kegiatan rohani & memperdalam ilmu agama. 4)
Tetap berinteraksi dengan lingkungan, berkumpul dengan teman yang memiliki
persamaan minat atau hobi 5) Mengurangi stress dalam pekerjaan dan berusaha untuk
tetap relaks dalam kehidupan sehari-hari dapat membuat otak kita tetap sehat.
6. Penatalaksanaan Demensia
Penatalaksanaan pada pasien dengan demensia antara lain sebagai berikut :
a. Farmakoterapi
Sebagian besar kasus demensia tidak dapat disembuhkan; Untuk mengobati
demensia alzheimer digunakan obat - obatan antikoliesterase seperti Donepezil ,
Rivastigmine , Galantamine , Memantine. Dementia vaskuler membutuhkan obat
-obatan anti platelet seperti Aspirin , Ticlopidine , Clopidogrel untuk melancarkan
aliran darah ke otak sehingga memperbaiki gangguan kognitif. Demensia karena
stroke yang berturut-turut tidak dapat diobati, tetapi perkembangannya bisa
diperlambat atau bahkan dihentikan dengan mengobati tekanan darah tinggi atau
kencing manis yang berhubungan dengan stroke.
b. Dukungan atau Peran Keluarga Mempertahankan lingkungan yang familiar akan
membantu penderita tetap memiliki orientasi. Kalender yang besar, cahaya yang
terang, jam dinding.
c. Terapi Simtomatik Pada penderita penyakit demensia dapat diberikan terapi
simtomatik, meliputi : Latihan fisik yang sesuai & Terapi rekreasional dan aktifitas
FORMAT PENGKAJIAN GERONTIK
1. Identitas Klien

Nama Ny. A Jenis kelamin Perempuan

Umur 71th Suku Jawa

Alamat Taman Sari Yogyakarta Agama Islam

Pendidikan Tidak sekolah Status perkawinan Kawin

Tanggal masuk Pasien lupa tanggal masuk


panti wredha werdha Tanggal pengkajian 18 Januari 2019

2. Status kesehatan saat ini


Keluhan-keluahan utama yang dirasakan oleh lansia saat ini :
Klien mengatakan sering lupa. Status kesehatan umum selama setahun terakhir
mengalami gatalgatal di tangan kaki, Status kesehatan umum selama 5 tahun terakhir
mengatakan mengalami sakit badan contohnya demam,Keluhan utama saat ini : gatal-
gatal di kaki dan tangan, Klien tidak mengetahui tentang masalah kesehatan yang ia
hadapi Pola konsumsi makana Ny. A Makan 3 kali sehari , Pola istirahat tidur Ny. A
mengatakan tidak dapat tidur jika malam hari

3. Riwayat kesehatan keluarga


Kedua orang tua kandung Ny. A sudah meninggal. Ny. A memiliki 4 saudara
kandung. Ny. A bercerai dengan suaminya dan sekarang klien tidak tau dimana
suaminya.
4. Tinjauan sistem (jelaskan kondisi sistem-sistem dibawah ini yang terdapat pada
klien)
a. Keadaan umum
Tingkat kesadaran: composmentis dengan tekanan darah sistolik/ diastolik 130/80
mmHg, nadi 90 x/menit. BB: 45 kg, TB : cm. postur tulang belakang lansia:
membungkuk, BB : 45 Kg, tinggi badan: 146 cm
b. Integumen
Ny . A mengalami gatal-gatal (pruritus), terdapat perubahan pigmentasi (warna
kulit menjadi seperti bersisik ), terjadinya perubahan tekstur kulit menjadi kasar.
c. Kepala
tampak berambut putih, potongan rambut pendek, jarang mencuci rambut.
Rambut tampak kotor.
d. Mata
dari hasil pengkajian didapatkan konjungtiva merah muda, sklera putih, jika
melihat jauh pandangan kabur, visus: 2/6
e. Telinga
Pasien mengalami perubahan pendengaran sehingga kemampuan pasien untuk
mendengar menurun pada saat pengkajian menggunakan tes sirine penghantar
udara lebih lama dari pengantar tulang tetapi tidak sampai dua kali lebih lama,
kemungkinann besar pasien mengalami masalah pendengaran.
f. Mulut dan tenggorokan
tidak ada karies gigi karena sudah ompong.
g. Leher
tidak ada kaku kuduk pada pasien tidak ad nyeri tekan, benjolan atau masa pada
leher, keterbatasan gerak, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
h. Payudara
dari hasil pengkajian payudara tidak ada benjolan pada payudara, tidak ada nyeri
tekan, tidak ada bengkak, adanya perubahan puting susu (payudara menyusut).
i. Sistem pernafasan
hidung bersih, tidak ada luka atau lessi, tidak ada masa.
j. Sistem kardiovaskuler
tidak didapatkan nyeri dada, sesak napas, bunyi jantung normal.
k. Sistem gastrointestinal
dari hasil pengkajian tidak ada hemoroid, tidak ada perdarahan, rektum, peristaltik
usus 24 kali/menit, napsu makan baik tidak ada mual muntah
l. Sistem genetalia
dari hasil pengkajian pasien sudah menopause, tidak ada nyeri panggul, tidak
adanya luka, tidak ada perdarahan.
m. Sistem perkemihan, meliputi pengkajian inkontinensia urine baik akut maupun
persisten.
Pengkajian inkotinensia urine akut sebagai berikut:
Jika ngompol merupakan suatu kejadian yang baru dialami dalam waktu beberapa hari
dan atau berhubungan dengan penyakit akut, maka perlu dikaji hal-hal sebagai
berikut:
a. ISK
b. Konstipasi
c. Gangguan mental
d. Immobilisasi
e. Pengaruh otot
f. Sindrom metabolik (DM)
Pengkajian inkotinensia urine persisten sebagai beriut :
a. Riwayat kesehatan, meliputi pertanyaan :
apakah pernah mengeluarkan urime padahal tidak ingin kencing? apakah pernah
memiliki masalah untuk ke kamar mandi tepat pada waktunya sehingga tidak
buang air dicelana atau di tempat tidur? apakah pernah menggunakan
bantalan/pempers untuk melindungi dari ngompol ?
b. Sudah berapa lama anda memiliki masalah ngompol ini ? (1-5 tahun)
c. Seberapa sering ada ngompol? (lebih 1x dlm sehari/terus menerus/tidak tentu)
d. Kapan anda biasanya ngompol? (terutama malam hari)
e. Ketika anda ngompol, seberapa banyak urine yang dikeluarkan? (tidak
tentu/tidak tahu)
f. Apa yang menyebabkan anda ngompol? (tidak dapat mencari kamar mandi
tepat pada waktunya)
g. Seberapa sering biasanya anda secara normal buang air kecil ? (tidak tentu/tidak
tahu)
h. Apakah anda bangun pada malam hari untuk buang air kecil? (ya, 1-3 x/ ya, lebih
3x)
i. Ketika anda merasa kandung kencing anda penuh, berapa lama anda dapat
menahannya? (/tidak tahu kapan kandung kemih penuh)
j. Apakah anda mengalami hal berikut ketika buang air kecil? (mengejan untuk
berhenti)
k. Apakah anda menggunakan salah satu alat berikut? (pengalas tidur dan
pampers)
l. Apakah anda memerlukan evaluasi atau pengobatan lebih lanjut mengenai masalah
ngompol anda? (ya)
m. Apakah anda pernah tidak bisa mengeluarkan tinja (bebelen)? (tidak)
n. Apakah anda memiliki riwayat sakit medis lainnya? (DM)
o. Apakah menggunakan obat-obatan sebagai berikut? (klien tidak menjawab obat
apa yang dikonsumsi)
p. Riwayat saluran kemih dan kelamin? (melahirkan normal)
q. Kesimpulan berdasarkan anamnesis ditetapkan jenis inkontinensia : Inkontinensia
urien persisten tipe fungsional
5. Pengkajian psikososial dan spiritual
a. Psikososial
Berbagai faktor di masyarakat yang membuat seseorang disingkirkan atau
kesepian, yang selanjutnya tidak dapat diatasi sehingga timbul akibat berat seperti
delusi dan halusinasi. Keadaan ini menimbulkan kesepian, isolasi sosial, hubungan
dangkal dan tergantung.
b. Identifikasi masalah emosional :
Gambaran diri : stressor yang menyebabkan berubahnya gambaran diri karena
proses patologik penyakit. b) Identitas, bervariasi sesuai dengan tingkat
perkembangan individu. c) Peran, transisi peran dapat dari sehat ke sakit, ketidak
sesuaian antara satu peran dengan peran yang lain dan peran yang ragu diman
aindividu tidak tahun dengan jelas perannya, serta peran berlebihan sementara tidak
mempunyai kemmapuan dan sumber yang cukup. d) Ideal diri, keinginann yang
tidak sesuai dengan kenyataan dan kemampuan yang ada. e) Harga diri,
tidakmampuan dalam mencapai tujuan sehingga klien merasa harga dirinya rendah
PERTANYAAN TAHAP 1
1) Apakah klien mengalami sukar tidur? Ya, kadang-kadang bila malam hari
2) Apakah klien sering merasa gelisah? Tidak
3) Ada gangguan/masalah atau banyak pikiran? Tidak
4) Apakah klien sering was-was atau kuatir? Tidak

Kesimpulan : Karena klien menjawab “Ya” pada pertanyaan saja, jadi


pertanyaannya tidak dilanjutkan ke tahap 2
c. Spiritual:
Keyakina klien terhadapa agama dan keyakinannya masih kuat.a tetapi tidak atau
kurang mampu dalam melaksnakan ibadatnmya sesuai dengan agama dan
kepercayaannya.
6. Pengkajian fungsional klien
a. KATZ indeks: termasuk kategori yang manakah klien? *Klien berada pada yang
tercetak tebal
1) Mandiri dalam makan, kontinensia (BAK, BAB), menggunakan pakaian, pergi
ketoilet, berpindah dan mandi
2) Mandiri semuanya kecuali salah satu saja dari fungsi diatas
3) Mandiri, kecuali mandi dan satu lagi fungsi yang lain
4) Mandiri, kecuali mandi, berpakaian dan satu fungsi yang lain
5) Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ketoilet dan satu fungsi yang lain
6) Mandiri, kecuali mandiri berpakaian, ketoilet, berpindah dan satu fungsi yang
lain
7) Ketergantungan untuk semua fungsi diatas.

b. Modifikasi dari bartel Indeks: termasuk yang manakan klien?


N Kriteria Dengan Mandir Keterangan
o bantuan i
1 Makan 5 10√ Frekuensi: 3x
Jumlah: sedikit
Jenis: bubur atau nasi
lunak
2 Minum 5 10√ Frekuensi:
Jumlah:
Jenis:
3 Berpindah dari kursi roda ke 5-10√ 15
tempat tidur, sebaliknya
4 Personal toilet (cuci muka, 0 5√ Frekuensi : mandi 1x
menyisir rambut, gosok gigi) sehari
5 Keluar masuk toilet (mencuci 5√ 10
pakaian, menyeka tubuh,
menyiram)
6 Mandi 5 15√
7 Jalan di permukaan datar 0√ 5
8 Naik turun tangga 5√ 10
9 Mengenakan pakaian 5 10√
Kontrol bowl (BAB) 5 10√ Frekuensi: 1x per hari
1 Konsistensi: Encer
0
Kontrol bladder (BAK) 5√ 10 Frekuensi: 5-6x
1
1
Olahraga/latihan 5√ 10 Jarang olahraga
1
2
Rekreasi/pemanfaatan waktu 5√ 10 Jarang rekreasi
1 luang
3
Jumlah Total 95 (Jadi klien berada
dalam rentang
ketergantungan
sebagian)

Keterangan :
a. 130 : mandiri
b. 65-125 : ketergantungan sebagian
c. 60 : ketergantungan total
7. Pengkajian status mental gerontik
a. Identifikasi tingkat kerusakan intelektual dengan menggunkan Short Postable Status
Mental Questioner ( SPSMQ)
Instruksi :
Ajukan pertanyaan 1-10 pada daftar ini dan catat semua jawaban
BENA SALA N PERTANYAAN
R H O
√ 01 Tanggal berapa hari ini?
√ 02 Hari apa sekarang ini?
√ 03 Apa nama tempat ini?
√ 04 Dimana alamat anda?
√ 05 Berapa umur anda?
√ 06 Kapan anda lahir? minimal tahun
√ 07 Siapa presiden Indonesia sekarang?
√ 08 Siapa presiden Indonesia sebelumnya?
√ 09 Siapa nama ibu anda?
√ 10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari
setiap angka baru, semua secara menurun

Skor Total : 6 (Kerusakan Intelektual Sedang)

Intrepretasi hasil :
1) Salah 0 – 3 : fungsi intelektual utuh
2) Salah 4 – 5 : Kerusakan intelektual ringan
3) Salah 6 – 8 : Kerusakan inteletual sedang
4) Salah 9 – 10 : Kerusakan intelektual berat
b. Identifikasi aspek kognitif dari fungsi mental dengan menggunakan MMSE (Mini
Mental Status Exam):
Aspek Nilai Nilai
No Kriteria
Kognitif max min
1 Orientasi 5 3 Menyebutkan dengan benar:
- Tahun
- Musim
- Tanggal
- Hari
- Bulan
Orientasi 5 3 Dimana kita sekarang berada?
- Negara Indonesia
- Provisi DIY
- Kota Yogyakarta
- PSTW Budiluhur
- Wisma . . . .
2 Registrasi 3 2 Sebutkan 3 nama obyek (oleh
pemeriksa) 1 detik untuk
mengatakan masing-masing obyek.
Kemudian tanyakan kepada klien
ketiga obyek tadi untuk disebutkan
3 Perhatian 5 4 Minta klien memulai dari angka 100
dan kemudian dikurangi 7 sampai 5 kali
kalkulasi - 93
- 86
- 79
- 72
- 65
4 Mengingat 3 3 Minta klien untuk mengulangi ketiga
obyek pada no 2 (registrasi) tadi.
Bila benar 1 point untuk masing-
masing obyek.
5 Bahasa 9 4 Tunjukkan pada klien suatu benda
dan tanyakan nama pada klien
- Misal: jam tangan
- Misal: pensil
Minta klien untuk mengulangi kata
berikut: “tak ada jika, dan, atau,
tetapi”. Bila benar nilai 1 point.
- Pertanyaan benar 2 buah: tak
ada, tetapi
Minta klien untuk mengikuti
perintah berikut terdiri dari 3
langkah:
“ambil kertas di tangan anda, lipat
dua buah dan taruh di lantai”
- Ambil kertas di tangan
- Lipat dua
- Taruh di lantai
Perintahkan pada klien untuk hal
berikut (bila aktivitas sesuai
perintah nilai 1 point)
- “tutup mata anda”
Perintahkan kepada klien untuk
menulis satu kalimat dan menyalin
gambar.
- Tulis satu kalimat
- Menyalin gambar
Total Nilai : 19 (Terdapat kerusakan aspek fungsi
mental)

Interprestasi hasil :
> 23 : Aspek kognitif dari fungsi mental baik
< 23 : Terdapat kerusakan aspek fungsi mental
E. Format Analisa Data
No Hari/Tangga Sign and Ymptom/ Data Problem/Masalah
l
1 DO: Ny. A tidak dapat menjawab Kerusakan Memori
tanggal, dan tahun, nama tempat tidak
tau mengatakan tinggal disini, pasien
tidak mengetahui kabuapaten,
Menjawab nama saja Untuk tempat,
kelurahan, kabupaten, dan provinsi
tetapi lupa nama kecamatan Ny. F.P
megatakan tidak tau. Pada fase
registrasi, pasien mampu menyebutkan
3 dari 3 objek yang disebutkan
petugas. Pada fase perhatian dan
perhitungan, pasien tidak mampu
menjawab 5 pertanyaan dari 5
pertanyaan pengurangan. Pada fase
mengingat kembali, pasien mampu
menyebutkan 1 dari 3 benda yang
ditunjuk petugas. Pada fase pengertian
verbal, pasien mampu mengulang
kata-kata yang diucapkan petugas.
Pada fase pengertian verbal, pasien
tidak mampu melakukan perintah yang
ditulis petugas. Pada fase perintah
tertulis, pasien tidak mampu
melakukan perintah yang ditulis
petugas. Pada fase menulis kalimat,
pasien tidak mampu menulis satu
kalimat yang bermakna. Pada fase
menggambar kontruksi, pasien tidak
menirukan gambar yang diberikan
petugas.
2 DS: Insomnia
Keluarga mengatakan pasien suka
terbangun dimalam hari dan susah
untuk tidur kembali,
DO:
Pemeriksaan fisik didaptkan
150/90mmHg, N: 80x/m, RR: 24x/m,
S: 37 derajat celcius.

Prioritas Diagnosa Keperawatan


1. Kerusakan memori
2. Insomnia

F. Format Perencanaan Keperawatan


N Perencanaan
Dx Kep
o NOC NIC Rasionalisasi
1 Kerusakan Setelah dilakukan Latihan Memori - Agar klien
Memori tindakan keperawatan - Diskusikan mengetahui
selama 3x24 jam dengan pasien bahwa ia
diharapkan dapat yang mengalami mengalami
mengontrol masalah ingatan masalah
demensia pasien - Stimulasi ingatan ingatan
dengan indikator : dengan cara - Agar pasien
Tingkat demensia mengulangi dapat
1. Kesulitan pemikiran pasien mengingat apa
mengingat yang terakhir yang
peristiwa yang diekspresikan, diekspresikan
baru terjadi (skala - Agar pasien
dengan cara yang
2-4) mempraktikan
tepat
2. Kesulitan pembelajaran
- Bantu dalam
mengenali dan
anggota keluarga tugas yang bisa mengulangi
(skala 2-4) dibantu, misalnya secara verbal
3. Kesulitan mempraktikan - Agar pasien
mengingat nama pembelajaran dan dapat pasien
benda yang lazim mengulangi berlatih
dikenal (skala 2- secara verbal dan megenai
5) memberikan informasi
4. Kesulitan informasi dengan pribadi dan
menemukan jalan gambar tanggal
ke tempat yang - Beri latihan - Agar pasien
lazim dikenal orientasi, dapat
(skala 2-4) misalnya pasien berkonsentrasi
5. Kesulitan berlatih megenai dengan baik
memproses informasi pribadi - Agar ingatan
informasi (skala dan tanggal, pasien menjadi
1-3) dengan cara tepat lebih baik lagi
6. Kesulitan - Berikan - Agar pasien
mempertahankan kesempatan untuk lebih mudah
percakapan (skala mengingat
berkonsentrasi ,
1-3) dengan
missal bermain
7. Kesulitan gambar
kartu berpasangan
mengekpresikan
kebutuhan - Berikan
(skala2-4) kesempatan untuk
menggunakan
ingatan kejadian
yang baru terjadi
- Sediakan
pengingat dengan
menggunakan
gambar

1.
2 Insomnia Setelah dilakukan Peningkatan Tidur 1. Agar pasien
tindakan keperawatan 1. Tentukan pola mengetahui
selama 3x24 jam tidur atau pola tidur yang
diharapkan pasien aktivitas pasien. benar
dapat mengatasi 2. Jelaskan 2. Agar pasien
masalahtidur dengan pentingnya tidur mengetahui
kriteria hasil: yang cukup. akan
Tidur 3. Bantu untuk pentingnya
1. Jam tidur yang menghilangkan tidur
diobservasi (skala situasi stress 3. Agar pasien
2-4). sebelum tidur. tidurnya lebih
2. Pola tidur (skala 4. Anjarkan pasien nyenyak
2-4). dan orang 4. Agar pasien
3. Kualitas tidur terdekat dapat
(skala 2-4). mengenai faktor mengetahui
4. Tempat tidur yang faktor yang
yang nyaman berkontribusi menyebabkan
(skala 2-4). terjadinya tidurnya
5. Suhu ruangan gangguan pola bermasalah
yang nyaman tidur. 5. Agar jam tidur
(skala 2-4). 5. Diskusikan pasien
kepada pasien meningkat
dan keluarga 6. Agar pasien
mengenai teknik dapat
untuk mengontrol
meningkatkan jam tidur
tidur. 7. Agar pasien
6. Bantu untuk dapat tidur
meningkatkan dengan
jumlah jam nyaman.
tidur.
7. Sesuaikan
lingkungan
yang nyaman
untuk pasien
(misalkan:
kenyamanan
tempat tidur,
suhu, cahaya
dll).

G. Format Implementasi dan Evaluasi


N Dx Kep Hari/Tgl Implementasi Evaluasi
o
1 Kerusakan 18 - Menstimulasi ingatan S : - pasien
dengan cara mengulangi mengatakan
memori Januari
pemikiran pasien yang kebingungan dan
2019 terakhir diekspresikan, lupa saat diminta
dengan cara yang tepat mengulangi kata
- Membantu dalam tugas yang telah diucapkan
yang bisa dibantu, oleh perawat.
misalnya mempraktikan O : pasien tampak
pembelajaran dan bingung dan lupa,
mengulangi secara verbal tetapi pasien sudah
mampu . TD :
dan memberikan
140/80mmHg, S: 37,
informasi dengan gambar
N : 79x/menit, RR :
- Memberi latihan '22x/menit
orientasi, misalnya A : Masalah teratasi
pasien berlatih megenai P :Intervensi
informasi pribadi dan dihentikan
tanggal, dengan cara
tepat Bantul, 18 Januari
- Memberikan kesempatan 2019
untuk berkonsentrasi ,
missal bermain kartu Perawat
berpasangan
- Memberikan kesempatan
untuk menggunakan
ingatan kejadian yang
baru terjadi
2 Insomnia 19 1. Mengajarkan pasien S : - pasien
mengetahui pola tidur mengatakan sudah
Januari
yang benar mengetahui pola tidur
2018 2. Mengajarkan pasien yang benar,
mengetahui akan O : pasien tampak
pentingnya tidur bingung dan lupa,
3. Mengajarkan pasien tetapi pasien sudah
tidurnya lebih nyenyak mampu . TD :
4. Mengajarkan pasien 130/80mmHg, S: 37,
dapat mengetahui faktor N : 81x/menit, RR :
yang menyebabkan '22x/menit
tidurnya bermasalah A : Masalah teratasi
5. Mengajarkan jam tidur P :Intervensi
pasien meningkat dihentikan
6. Mengajarkan pasien
dapat mengontrol jam
Bantul, 19 Januari
tidur
2019
7. Agar pasien dapat tidur
dengan nyaman.
Perawat
LAMPIRAN DOKUMENTASI
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Pengkajian Ny. A berusia 71 tahun mengatakan tidak mengetahui tanggal , bulan
dan, nama tempat tidak tau mengatakan tinggal disini, pasien tidak mengetahui kelurahan,
kecamatan dan kabuapaten.Hanya mengetahui namanya sendiri, tidak dapat menjawab hari
tanggal wakti tahun. pasien hanya Menjawab nama saja. Menggunakan pegkajiaan MMSE
skor 19 pada kategori : Terdapat kerusakan aspek fungsi mental mengatakan lupa nama
teman sewisma, Ny. A mengatakan hanya mengenal wajah tapi lupa nama. Ny. A
mengatakan lupa masa lalu, tidak bisa tidur jika malam hari, Ny A tampak tidak ada kontak
mata saat berbicara, ketika ditanya menjawab dengan cepat, ketika ditanya kadang tidak
menjawab pertanyaan, cepat bosan dengan pertanyaan yang diberikan. Ny. A hanya
menceritakan hal yang sama yaitu (suaminya di ambil dan tidak mau menikah jika di ajak
untuk bicara hanya menceritakan yang sama).pasien mengatakan tidak mandi karena
dingin, mengeluh seluruh tubuhnya terasa gatal- gatal. kulit pasien tampak kotor dan
bersisik,tampak pakaian pasien kotor dan berbau, serta keaadan umum berantakkan, pasien
tampak mnenggaruk-garuk badan, pasien mengatakan jalan ke atas untuk pergi berdoa
(rumah pendeta), sering jalan sendiri tanpa arah, dengan pandangan visus 2/6, di wisma
sering jalanjalan tanpa diketahui oleh pengasuh, di wisma lantai licin. Diagnosa yang
ditegakkan oleh penulis adalah Kerusakan memori dan insomnia. Maka perlu dilakukan
pengkajian dan implementasi lebih lanjut trekait kondisi Ny. A.
B. Saran
1. Untuk Institusi Pendidikan, Diharapkan lebih meningkatkan pelayanan pendidikan
yang lebih tinggi dan menghasilkan tenaga kesehatan yang profesional berwawasan
global.
2. Bagi Pelayanan Kesehatan Lebih meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya dalam
memberikan asuhan keperawatan lansia dengan kerusakan memori Demensia.
3. Untuk Penulis Sebagai pembanding antara teori yang didapat selama perkuliahan
dengan praktik keterampilan dan pengalaman.
4. Untuk Panti Werda Melanjutkan perawatan terhadap masalah kerusakan memori,
hambatan komunikasi, defisit perawatan diri: mandi, risiko jatuh yang belum teratasi.

.
DAFTAR PUSTAKA

Azizah. (2011). Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha ILmu


Boedhi – Darmojo. 2009. Geriatri Ilmu Kesehatan Usia Lanjut. Edisi 4. Jakarta: FKUI
Copel,L,C. (2007). Kesehatan jiwa dan psikiatri. Edisi 2. Jakarta: EGC.
Corwin, J. Elizabeth. 2009. Buku Saku : Patofisiologi. Ed.3. Jakarta : EGC
Nugroho, H. wahjudi. (2009).Keperawatan Gerontik dan Geriatrik Edisi 3. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai