Anda di halaman 1dari 32

ASUHAN KEPERAWATAN SEHAT USIA LANSIA

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas keperawatan jiwa komunitas

Dosen pengampu: Ns. Anton Surya Prasetya, M.Kep., Sp.Kep.J

KELOMPOK 10

AGANTA DIJATA 2128001

ICHA MARSHANDA 2128033

SERLI SETIAWATI 2128075

TALITHA SAHDA HIDAYAT 2128079

PRODI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANCA BHAKTI

BANDAR LAMPUNG

2022/2023
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................

KATA PENGANTAR......................................................................................

DAFTAR ISI....................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.........................................................................................


1.2 Rumus Masalah.......................................................................................
1.3 Tujuan .....................................................................................................
BAB II TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian ...............................................................................................


2.2 Karakteristik Lansia...............................................................................
2.3 Masalah Gangguan dan Penyimpangan Pada Lansia..........................
2.4 Penanganan dan Pencegahan penyimpangan pada lansia...................
BAB III TINJAUAN KASUS

3.1 Asuhan Keperawatan Sehat Usia Lansia.................................................


BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan.............................................................................................
4.2 Saran…………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
KATA PENGANTAR

Pertama–tama marilah kita panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua sehingga makalah tentang “Asuhan
Keperawatan Sehat Jiwa Usia Lansia” ini dapat selesai tepat pada waktunya. Makalah ini disusun
untuk memenuhi tugas keperawatan jiwa komunitas.

Makalah ini dapat terselesaikan karena adanya bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena
itu, penyusun mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ns. Anton Setya Prasetys, M.Kep., Sp.Kep.J selaku dosen pengampu mata kuliah
yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan makalah
2. Teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.

Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.Oleh karena itu kritik
dan saran yang membangun dari pembaca sekalian sangat penyusun harapkan.

Bandar lampung, 17 Oktober 2023

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penuaan adalah konsekuensi yang tidak dapat dihindari. Walaupun proses penuaan
benar adanya dan merupakan sesuatu yang normal, tetapi pada kenyataannya proses in
menjadi beban bagi orang lain dibandingkan dengan proses lain yang terjadi. Perawat
yang akan merawat lansia harus mengerti sesuatu tentang aspek penuaan yang normal dan
tidak normal. Pelayanan Asuhan keperawatan gangguan mental pada lanjut usia
memerlukan pengetahuan khusus karena kemungkinan perbedaan dalam manifestasi
klinis patogenesis dan patofisiologi gangguan mental antara dewasamuda dan lanjut usia.
Faktor penyulit pada pasien lanjut usia juga perludipertimbangkan. Faktor-faktor tersebut
adalah sering adanya penyakit dankecacatan medis penyerta.pemakaian banyak medikasi
dan peningkatankerentanan terhadap gangguan kognitif.

Program EpidemiologicalCatchment Area (ECA) dari National InstituteofMental


Health telah menemukan bahwa gangguan mental yang paling sering pada lanjut usia
adalah gangguan depresif. gangguan kognitif, dan fobia. Lanjut usia jugamemiliki resiko
tinggi untuk bunuh diri dan gejala psikiatrik akibat obat. Banyakgangguan mental pada
lanjut usia dapat dicegah dihilangkan, atau bahkandipulihkan Sejumlah faktor
resikopsikososial juga dapat mempredisposisiskan lanjutusia pada gangguan mental.
Faktor resiko tersebut adalah hilangnya peranansosial.hilangnya otonomi, kematian
teman atau sanak saudara, penurunankesehatan, peningkatan Isolasi keterbatasan
finansial, dan penurunan fungsi kognitif.

Saat ini udah dapat diperkirakan bahwa 4 juta lansia di Amerika mengalami gangguan
kejiwaan seperti demensia, psikosis, atau kondisi lainnya. Hal inimenyebabkan perawat
dan tenaga kesehatan profesional yang lal memiliki tanggungjawab yang lebih untuk
merawat Lansia dengan masalah kesehatan jiwa dan emosiKesehatan mental pada Lansia
dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti status fisiologidan psikologi, kepribadian, sosial
support, sosial ekonomi dan pola hidup.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan usia lansia?


2. Apa saja karakteristik tumbuh kembang usia lansia?
3. Apa saja ciri2 tumbuh kembang menyimpang padalansia?
4. Bagaimana cara pencegahan tumbuh kembang menyimpang pada lansia?
5. Apa saja asuhan keperawatan sehat jiwa pada usia lansia?

C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui dan memahami definisi apa itu usia lansia


2. Untuk mengetahui dan memahami karakteristik tumbuh kembang usia lansia
3. Untuk mengetahui dan memahami ciri-ciri tumbuh kembang menyimpang pada lansia.
4. Untuk mengetahui dan memahami cara pencegahan tumbuh kembang menyimpang pada
lansia
5. Untuk mengetahui dan memahami asuhan keperawatan sehat jiwa pada usia lansia
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Lansia merupakan periode akhir dari rentang kehidupan manusia.Melewati masa ini,
lansia memiliki kesempatan untuk berkembang mencapai pribadi yang lebih baik dan
semakin matang. Lansia adalah periode dimana organisme telah mencapai massa
keemasan dan kejayaannya dalam ukuran, fungsi, dan juga beberapa telah menunjukkan
kemundurannya sejalan dengan berjalannya waktu (Suardiman, 2011).
Usia tua adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang, yakni suatu periode
dimana seseorang telah “beranjak jauh” dari periode terdahulu yang lebih menyenangkan
atau beranjak dari waktu yang lebih bermanfaat. Usia enam puluh biasanya dipandang
sebagai garis pemisah antara usia madya dan usia lanjut. Selain itu, usia enam puluh
digunakan sebagai usia pensiun dan sebagai tanda dimulainya usia lanjut.

B. Karakteristik Lansia
Seperti halnya periode dalam rentang kehidupan seseorang, usia lanjut ditandai dengan
adanya perubahan fisik dan psikologis tertentu. Menurut Hurlock (1980) ciri-ciri usia
lanjut (lansia) dapat menentukan sampai sejauh mana pria atau wanita akan melakukan
penyesuaian diri secara baik atau buruk.

Berikut di uraikan beberapa karakteristik usia lanjut :


1. Usia lanjut merupakan periode kemunduran
Periode selama usia lanjut, ketika kemunduran fisik dan mental terjadi secara
perlahan dan bertahap. Kemunduran itu sebagian datang dari faktor fisik dan sebagian
lagi dari faktor psikologis.Penyebab kemunduran dari faktor itu merupakan suatu
perubahan pada sel-sel tubuh bukan karena penyakit khusus.Kemunduran dapat juga
mempunyai penyebab psikologis.
2. Perbedaan individual pada efek menua
Orang menjadi tua secara berbeda karena mereka mempunyai sifat bawaan yang
berbeda, sosio ekonomi dan latar pendidikan yang berbeda dan pola hidup yang
berbeda. Bila perbedaan tersebut bertambah sesuai dengan usia, maka perbedaan
tersebut akan membuat orang bereaksi secara berbeda terhadap situasi yang sama.
3. Usia tua dinilai dengan kriteria yang berbeda
Pada waktu usia anak mencapai remaja, menilai usia lanjut dalam acara yang sama
dengan cara penilaian orang dewasa, yaitu dalam hal penampilan diri dan apa yang
dapat dan tidak dapat mereka lakukan.
4. Berbagai stereotipe orang lanjut usia
Terdapat banyak stereotipe orang lanjut usia dan banyak kepercayaan tradisional
tentang kemampuan fisik danmental. Stereotipe yang paling umum yaitu : pertama,
cenderung melukiskan usia lanjut sebagai usia yang tidak menyenangkan. Kedua,
orang yang berusia lanjut sering diberi tanda dan diartikan orang secara tidak
menyenangkan.
5. Sikap sosial tehadap usia lanjut
Pendapat klise tentang usia lanjut mempunyai pengaruh besar terhadap sikap sosial.
Arti penting tentang sikap terhadap usia lanjut mempengaruhi cara memperlakukan
orang usia lanjut.
6. Orang usia lanjut mempunyai status kelompok minoritas
Walaupun ada fakta bahwa jumlah orang usia lanjut bertambah banyak, tetapi status
mereka dalam kelompok minoritas, yaitu suatu status yang dalam beberapa hal
mengecualikan mereka untuk berinteraksi dengan kelompok lain dan memberinya
sedikit kekuasaan atau bahkan tidak memperoleh kekuasaan apapun.
7. Menua membutuhkan perubahan peran
Sama seperti orang dewasa madya harus belajar memainkan peranan baru demikian
juga bagi yang berusia lanjut.Karena perubahan kekuatan, kecepatan dan
kemenarikan bentuk fisik, para orang berusia lanjut tidak dapat lagi bersaing dengan
orang-orang yang lebih muda dalam berbagai bidang tertentu. Lebih jauh lagi karena
orang usia lanjut diharapkan mengurangi peran aktifnya dalam urusan masyarakat dan
social.
8. Penyesuaian yang buruk merupakan ciri-ciri usia lanjut
Orang usia lanjut cenderung sebagai kelompok yang lebih banyak menyesuaikan
diri secara buruk ketimbang orang yang lebih muda. Butler (dalam Hurlock, 1980)
mengemukakan sebagai berikut : semakin hilangnya status karena kegiatan sosial
didominasi oleh orang yang lebih muda, keinginan untuk melindungi keuangan
mereka untuk istrinya dan keinginan untuk menghindari beberapa rasa sakit atau
keadaan yang tak berdaya.

C. Beberapa Masalah, Gangguan atau Penyimpangan yang Sering Terjadi Pada Lansia
1. Demensia
Demensia adalah suatu gangguan intelektual/daya ingat yang umumnya progresif
dan ireversibel.Biasanya ini sering terjadi pada orang yang berusia > 65 tahun.Di
Indonesia sering menganggap bahwa demensia ini merupakan gejala yang normal
pada setiap orang tua. Namun kenyataan bahwa suatu anggapan atau persepsi yang
salah bahwa setiap orang tua mengalami gangguan atau penurunan daya ingat adalah
suatu proses yang normal saja. Anggapan ini harus dihilangkan dari pandangan
masyarakat kita yang salah. Faktor resiko yang sering menyebabkan lanjut usia
terkena demensia adalah: usia, riwayat keluarga, jenis kelamin perempuan. Demensia
merupakan suatu penyakit degeneratif primer pada susunan sistem saraf pusat dan
merupakan penyakit vaskuler.

2. Depresi
Gangguan depresi merupakan hal yang terpenting dalam problem lansia.Usia bukan
merupakan faktor untuk menjadi depresi tetapi suatu keadaan penyakit medis kronis
dan masalah-masalah yang dihadapi lansia yang membuat mereka depresi. Gejala
depresi pada lansia dengan orang dewasa muda berbeda dimana pada lansia terdapat
keluhan somatik.Gejala utama yaitu afek depresi, kehilangan minat, berkurangnya
energi (mudah lelah). Gejala lain : konsentrasi dan perhatian berkurang, kurang
percaya diri, sering merasa bersalah, pesimis, gangguan pada tidur, gangguan nafsu
makan.
Berdasarkan gejala di atas, depresi pada lansia dapat dibedakan beberapa bentuk
berdasarkan berat ringannya:
a. Depresi ringan: 2 gejala utama + 2 gejala lain+ aktivitas tidak terganggu.
b. Depresi sedang: 2 gejala utama + 3 gejala lain+ aktivitas agak terganggu.
c. Depresi berat: 3 gejala utama + 4 gejala lain+ aktivitas sangat terganggu.

Penyebab terjadinya depresi merupakan gabungan antara faktor-faktor psikologik,


sosial dan biologik.
a. Biologik: sel saraf yang rusak, faktor genetik, penyakit kronis seperti hipertensi,
DM, stroke, keterbatasan gerak, gangguan pendengaran/penglihatan.
b. Sosial: kurang interaksi sosial, kemiskinan, kesedihan, kesepian, isolasi sosial.
c. Psikologis: kurang percaya diri, gaul, akrab, konflik yang tidak terselesai.

3. Skizofrenia
Skizofrenia biasanya dimulai pada masa remaja akhir/dewasa muda dan menetap
seumur hidup.Wanita lebih sering menderita skizofrenia lambat dibanding
pria.Perbedaan onset lambat dengan awal adalah adanya skizofrenia paranoid pada
tipe onset lambat. Sekurang-kurangnya satu gejala berikut:
a. Thought echo, insertion, broadcasting.
b. Delution of control, influence, passivity, perseption
c. Halusinasi auditorik
d. Waham yang menetap

4. Gangguan Delusi
Onset usia pada gangguan delusi adalah 40 – 55 tahun, tetapi dapat terjadi kapan
saja. Pada gangguan delusi terdapat waham yang tersering yaitu: waham kejar dan
waham somatik. Pencetus terjadinya gangguan delusi adalah: Kematian pasangan,
isolasi sosial, finansial yang tidak baik, penyakit medis, kecacatan, gangguan
pengelihatan/pendengaran.
Pada gangguan delusi terdapat jenis lain yang onset lambat yang dikenal sebagai
parafrenia yang timbul selama beberapa tahun dan tidak disertai demensia. Terapi
yang dapat diberikan yaitu: psikoterapi yang dikombinasi dengan farmakoterapi.

5. Gangguan Kecemasan
Gangguan kecemasan adalah berupa gangguan panik, fobia, gangguan obsesif
konfulsif, gangguan kecemasan umum, gangguan stres akut, gangguan stres pasca
traumatik.Onset awal gangguan panik pada lansia adalah jarang, tetapi dapat terjadi.
Tanda dan gejala fobia pada lansia kurang serius daripada dewasa muda, tetapi
efeknya sama, jika tidak lebih, menimbulkan debilitasi pada pasien lanjut usia. Teori
eksistensial menjelaskan kecemasan tidak terdapat stimulus yang dapat diidentifikasi
secara spesifik bagi perasaan yang cemas secara kronis.
Kecemasan yang tersering pada lansia adalah tentang kematiannya.Orang mungkin
menghadapi pikiran kematian dengan rasa putus asa dan kecemasan, bukan dengan
ketenangan hati dan rasa integritas (“Erik Erikson”).Kerapuhan sistem saraf anotomik
yang berperan dalam perkembangan kecemasan setelah suatu stressor yang berat.
Gangguan stres lebih sering pada lansia terutama jenis stres pasca traumatik karena
pada lansia akan mudah terbentuk suatu cacat fisik. Terapi dapat disesuaikan secara
individu tergantung beratnya dan dapat diberikan obat anti anxietas seperti:
hydroxyzine, Buspirone.

6. Gangguan Somatiform
Gangguan somatiform ditandai oleh gejala yang sering ditemukan apada pasien >
60 tahun.Gangguan biasanya kronis dan prognosis adalah berhati-hati. Untuk
mententramkan pasien perlu dilakukan pemeriksaan fisik ulang sehingga ia yakin
bahwa mereka tidak memliki penyakit yang mematikan.Terapi pada gangguan ini
adalah dengan pendekatan psikologis dan farmakologis.

7. Gangguan Tidur
Usia lanjut adalah faktor tunggal yang paling sering berhubungan dengan
peningkatan prevalensi gangguan tidur. Fenomena yang sering dikeluhkan lansia
daripada usia dewasa muda adalah: gangguan tidur, mengantuk siang hari, tidur
sejenak di siang hari, pemakaian obat hipnotik.
Secara klinis, lansia memiliki gangguan pernafasan yang berhubungan dengan tidur
dan gangguan pergerakan akibat medikasi yang lebih tinggi dibanding dewasa
muda.Disamping perubahan sistem regulasi dan fisiologis, penyebab gangguan tidur
primer pada lansia adalah insomnia.Selain itu gangguan mental lain, kondisi medis
umum, faktor sosial dan lingkungan.Ganguan tersering pada lansia pria adalah
gangguan rapid eye movement (REM).Hal yang menyebabkan gangguan tidur juga
termasuk adanya gejala nyeri, nokturia, sesak napas, nyeri perut.
Keluhan utama pada lansia sebenarnya adalah lebih banyak terbangun pada dini
hari dibandingkan dengan gangguan dalam tidur.Perburukan yang terjadi adalah
perubahan waktu dan konsolidasi yang menyebabkan gangguan pada kualitas tidur
pada lansia.

D. Penanganan dan Pencegahan Penyimpangan Pada Usia Lansia


Sekalipun angka kejadian bunuh diri pada lansia tidak sebanyak pada dewasa muda,
kita tetap harus waspada karena setiap penderita depresi umumnya memiliki
kecenderungan untuk bunuh diri. Selain itu, depresi pada lansia juga dapat memperparah
perjalanan penyakit kronis yang lain. Oleh karena itu, depresi pada lansia tidak boleh
dianggap remeh.
Apabila kita menemui orang tua dengan gejala-gejala di atas, apalagi pada orang tua
yang telah lama menderita penyakit kronis, ada baiknya kita juga menyarankan mereka
untuk memeriksakan kesehatan jiwanya.Jika benar bahwa mereka menderita depresi,
mereka bisa diberikan terapi yang sesuai seperti psikoterapi, menghadiri kelompok
dukungan, atau diberikan pengobatan yang sesuai.
Kendati demikian, kejadian depresi pada lansia bukannya tidak dapat dicegah.
Mempertahankan gaya hidup sehat dengan berolahraga ringan setiap hari, mengonsumsi
makanan-makanan bergizi, serta menjaga aktivitas sosial dapat melindungi lansia dari
resiko depresi. Tidak hanya itu, dukungan emosional dari keluarga juga merupakan faktor
pelindung yang sangat penting untuk mencegah depresi pada lansia.
Apabila kita memiliki orang tua atau kakek-nenek, terutama yang hidup sendiri, tidak
ada salahnya jika kita sering-sering bertanya kabar atau mengunjungi mereka. Suasana
kekeluargaan, bahkan sedikit perhatian, akan memberi secercah kebahagiaan pada hati
para lansia dan menghindarkan mereka dari depresi.
Ada beberapa pendekatan yang dapat dilakukan sebagai upaya pencegahan terjadinya
penyimpangan pada usia lansia

1. Pendekatan psikologis
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa bentuk-bentuk
pendekatan psikologis yang diberikan dari pihak panti griya sehat bahagia kepada
lansia berupa intensitas komunikasi perawat dengan lansia dan self talk. Di panti
griya sehatbahagia perawat dan dokter menciptakan kedekatan dengan pasien dengan
tujuan membina hubungan saling percaya kepada pasien agar merasakankenyamanan
tinggal di panti yang mampu menimbulkan rasa penerimaan diri lansia dalam
menjalani hidup di masa senjanya serta membantu lansia untuk mengarah atau
mengeksporasi pada alternatif penyelesaian masalah yang sesuai dengan kondisi
pribadi dan lingkungan.
2. Pendekatan medis
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penanganan yang merujuk pada pendekatan
medis yang berupa pemberian obat penenang juga diterapkan oleh pihak
panti.Pendekatan secara medis merupakan suatu pendekatan yang dilakukan untuk
menurunkan tingkat depresi dengan bantuan beberapa jenis obat
antidepresan.Antidepresan adalah obat yang digunakan untuk mengobati kondisi
serius yang dikarenakan depresi (Yuniastuti, 2013).Obat antidepresan dapat
membantu penderita depresi dalam mencegah kumat dan kambuh saat digunakan
dalam jangka panjang (Sydney&South Western Sydney LHD mental Health Service,
2009).
3. Pendekatan spiritual
Pendekatan spiritual yang diterapkan melalui pendekatan kepada Tuhan. Hal
tersebut memiliki tujuan salah satunya adalah untuk menunjang perkembangan dan
kesembuhan pasien karena menurut Razak, Mokhtar & Sulaiman(2013) peranan
penanganan spiritual juga mampu menyembuhkan gangguan psikologis yang
dilakukan secara sistematis dengan berdasarkan pada keimanan dan kedekatan kepada
Allah SWT.Hasil penelitian yang dilakukan oleh Suparmi(dalam Rohman, 2009)
mengungkapkan bahwa pasien depresi yang berada di beberapa rumah sakit di kota
Jakarta belum cukup mendapatkan perhatian dalam aspek spiritual. Hal tersebut
sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Anandarajah (2001) yang
mengungkapkan bahwa di Negara Amerika Serikat 94% pasien dengan gangguan
jiwa meyakini kesehatan spiritual membawa dampak baik bagi kesehatan jiwa.
4. Pendekatan Fisik
Jenis penanganan yang diterapkan oleh pihak panti yang tergolong dalam
pendekatan fisik adalah fisioterapi. Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan
yang ditujukan kepada individu dan atau kelompok untuk mengembangkan,
memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang daur kehidupan
dengan menggunakan penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik,
elektroterapeutis dan mekanis), pelatihan fungsi, dan komunikasi (Depkes RI, 2007).
Hal ini sependapat dengan pendapat Samudro (2013) yang mengungkapkan bahwa
pada fisioterapi terdapat pergerakan-pergerakan berupa gerakan lengan, tangan dan
kepala.Hal berbeda dengan yang diungkapkan oleh Yulinda (2009) bahwa terapi yang
dalam pelaksanaannya terapi dengan menggunakan gerakan-gerakan aktif maupun
pasif lebih disebut sebagai terapi latihan.
BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1 format pengkajian keperawatan jiwa komunitas

Tgl Pengkajian : 17 Oktober 2023

I. DATA DASAR
A. Identitas Klien
1. Nama : Ny. Q
2. Usia : 63 tahun
3. Status Perkawinan : Kawin
4. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga (IRT)
5. Agama : Islam
6. Pendidikan : Sarjana
7. Suku : Jawa
8. Bahasa Yang Digunakan : Indonesia
9. Alamat Rumah : Pahoman
10. Diagnosa Medis : Sehat Jiwa Lansia

II. RIWAYAT KESEHATAN


A. Riwayat kesehatan
klien mengatakan bahwa ia tidak pernah memiliki masalah kesehatan, ia masih
mampu melakukan kegiatan sehari-harinya tanpa bantuan siapapun seperti
membersihkan rumah, membersihkan diri, menyiapkan kebutuhan anak-anak dan
suaminya. klien juga mengatakan dirinya sering berkumpul kumpul dengan ibu-ibu
arisan di komplek perumahannya serta masih aktif pada kegiatan bermasyarakat.
Hasil pemeriksaan : TD 120/80 mmHg, RR : 22x/MENIT, N : 89x/menit, S : 36,5 C.

B. Riwayat kesehatan saat pengkajian:

1. Keluhan Utama :klien tidak memiliki keluhan saat dikaji


 Penyebab :-
 Onset :-
 Lamanya :-
 Frekwensi :-
 Intensitas :-
 Factor pencetus :-
 Lokasi :-
 Hal yang memperberat :-
 Hal yang memperingan :-
2. Keluhan penyerta :-
C. Riwayat Kesehatan Lalu:
 Riwayat alergi : klien mengatakan bahwa tidak memiliki
riwayat alergi
 Riwayat kecelakaan : klien mengatakan bahwa tidak pernah ada
riwayat mengalami kecelakaan.
 Riwayat perawatan di pelayanan kesehatan : klien mengatakan bahwa ia
belum pernah dirawat di rumah sakit.
 Riwayat penyakit berat/kronis : klien mengatakan bahwa tidak ada riwayat
penyakit berat/kronis
 Riwayat pengobatan : klien mengatakan bahwa ia tidak memiliki
riwayat pengobatan khusus.
 Riwayat operasi : klien mengatakan tidak ada riwayat di
operasi.
 Riwayat Trauma/kejadian tidak menyenangkan: klien mengatakan tidak
mempunyai trauma atau kejadian yang tidak menyenangkan.

D. Riwayat Kesehatan Keluarga : klien mengatakan tidak ada riwayat


penyakit yang di derita di keluarganya.

III. Riwayat Psikososial – spiritual


A. Konsep Diri
 Tanyakan persepsi klien tentang keadaan tubuhnya
klien mengatakan bahwa semua yang diberikan tuhan merupakan anugerah yang
perlu disyukuri. Tidak ada yang memiliki masalah pada citra tubuhnya yaitu
kecacatan/ kehilangan bagian tubuh, dan tidak ada masalah pada sistem organ seperti
jantung, paru-paru, ginjal, dsb.

 Tanyakan persepsi klien terhadap tubuh yang disukai dan tidak disukai
Klien mengatakan tidak ada bagian tubuh yang tidak disukai semua anggota tubuh
mereka sukai karena masingmasing dari anggota tubuh memiliki fungsi yang
berbeda, dan pastinya setiap anngota tubuh memiliki keunggulan dan kekurangan
masing-masing tergantung dari cara individu tersebut melakukan perawatan pada
setiap anggota tubuhnya.

DO:
Tidak ada yang memiliki masalah pada kecacatan/ kehilangan bagian tubuh.

DS:
klien mengatakan ia merasa senang memiliki anggota tubuh sehat seperti ini
sehingga di usianya sekarang klien merasa tidak ada kesulitan melakukan apapun.

Peran diri
Tugas/ peran yang diemban dalam keluarga/ kelompok/ masyarakat
 Peran seorang istri di dalam keluarga yaitu menjadi pendorong untuk suami nya
tetapi selain itu dari pasien sendiri selain ia menjadi pendamping hidup dari
pihak laki-laki, dan kegiatan sehari-harinya mengurus anak dan ikut serta
kegiatan yang diadakan disekitar rumahnya.
 Kemampuan klien dalam melaksanakan tugas/peran tersebut
 Istri dapat melaksanakan peranannya dengan baik yaitu dapat berperan sekaligus
menjadi seorang istri dan pendidik bagi para siswa nya disekolah, dan tentunya
membantu meringankan peran seornag suami untuk mencukupi kehidupan
sehari-hari.

 Kaji bagaimana perasaan klien terhadap perannya, apakah ada konflik peran
Perasaan setiap anggota di dalam keluarga sangat puas karena dapat memenuhi
tugasnya sesuai dengan peran sebagai seorang suami, istri, dan adik.Tidak terjadi
konflik apapun di dalam keluarga.

DO:
 Istri dikenal sebagai pribadi yang baik dengan memiliki prinsip yang kuat,
bertanggung jawab, dan saling menghargai.
 Setiap anggota keluarga mampu memenuhi kebutuhan fisik dan materi mulai dari
suami yang berperan sebagai kepala keluarga yg bertanggung jawab untuk mengambil
keputusan dan mencukupi kebutuhan sehari-hari. Disamping itu, istri juga berperan
untuk membantu suami dalam meringankan kebutuhan lain yang dibutuhkan keluarga.
DS:
 klien mengatakan kegiatan sehari-harinya sebagai ibu rumah tangga yaitu membantu
memenuhi kebutuhan suamiserta anaknya.

Ideal diri
 Harapan terhadap tubuh, posisi, status, tugas/peran Setiap anggota keluarga
mengatakan bahwa dia memiliki kesehatan tubuh yang baik, dan dapat bertanggung
jawab atas perannya sebagai istri baik di lingkungan keluarga ataupun kelompok.
 Harapan klien terhadap lingkungan (keluarga, masyarakat) Anggota keluarga terlihat
antusias terhadap keharmonisan, ketentraman dalam rumah tangga.
 Harapan klien terhadap penyakitnya Anggota keluarga mengatakan bahwa agar
terhindar dari jenis penyakit yang dapat membahayakan.
DO:
 Anggota keluarga terlihat antusias terhadap keharmonisan, ketentraman dalam rumah
tangga.

DS:
 Setiap anggota keluarga mengatakan bahwa dia memiliki kesehatan tubuh yang baik,
dan dapat bertanggung jawab atas perannya yang baik di lingkungan keluarga ataupun
kelompok.
 klienmengatakan bahwa agar terhindar dari jenis penyakit yang dapat membahayakan.

Harga diri
 Hubungan klien dengan orang lain sesuai dengan kondisi Hubungan anggota keluarga
dengan masyarakat sekitar terlihat terjalin sangat baik.
 Penilaian / penghargaan orang lain terhadap diri dan kehidupannya Masyarakat sekitar
mengatakan bahwa anggota keluarga hidup sangat berkecukupan dan sering
menghadiri kegiatan kemasyarakatan.

DO:
 Hubungan anggota keluarga dengan masyarakat sekitar terlihat terjalin sangat baik.

DS:
 Masyarakat sekitar mengatakan bahwa anggota keluarga hidup sangat berkecukupan
dan sering menghadiri kegiatan kemasyarakatan

Identitas Diri
 Status dan posisi klien sebelum dirawat Karena anggota keluarga tidak memiliki
masalah pada kesehatannya sehingga tidak terlihat perubahan pada status posisi nya.
 Kepuasan klien terhadap status dan posisinya ( sekolah, tempat kerja, kelompok)
Anggota keluarga puas dengan status dan pekerjaannya.
 Kepuasan klien sebagai laki – laki /perempuan Anggota keluarga puas dengan
kedudukannya masing-masing.

DO:
 Anggota keluarga tidak memiliki masalah pada kesehatannya sehingga tidak terlihat
perubahan pada status posisi nya.

DS:
 Anggota keluarga puas dengan status dan posisinya.
 Anggota keluarga puas dengan kedudukannya masingmasing.
B. Kecemasan

Gejala Mayor Ya/Tdk Gejala Minor Ya/Tdk


Subjektif Subjektif
1) Merasa cemas Tidak 1) Pusing Tidak
2) Merasa takut akan Tidak 2) Tidak nafsu Tidak
pikiran sendiri makan
3) Sulit berkonsentrasi Tidak 3) Merasa tidak Tidak
berdaya

Objektif Objektif
1) Gelisah Tidak 1) Nadi cepat Tidak
2) Tampak tegang Tidak 2) Jantung berdebar Tidak
3) Sulit tidur Tidak – debar
3) Tremor Tidak
4) Muka tampak Tidak
pucat
5) Suara bergetar Tidak
6) Kontak mata Tidak
buruk
7) Sering berkemih Tidak

C. Gangguan citra tubuh

Gejala Mayor Ya/Tdk Gejala Minor Ya/Tdk


Subjektif Subjektif
1) Tidak mau Tidak 1) Pandangan pada Tidak
mengungkapkan tubuh berubah
kecacatan/kehilang (misal :
an bagian tubuh penampilan,
2) Perasaan negatif Tidak struktur, fungsi),
tentang tubuh mengungkapkan
perubahan gaya
hidup
2) Merasa pada Tidak
reaksi orang lain
3) Mengungkapkan Tidak
perasaan tentang
perubahan tubuh
( misal :
penampilan,
struktur, fungsi),
perubahan atau
kehilangan
Menolak mengakui
perubahan keinginan
bertemu pemuka
agama
Objektif Objektif
1) Kehilangan bagian Tidak 1) Fokus berlebihan Tidak
tubuh pada perubahan
2) Fungsi/dan struktur Tidak tubuh
tubuh berubah 2) Kemampuan Tidak
3) Menghindari Tidak tubuh beradaptasi
melihat dan/atau dengan
menyentuh tubuh lingkungan
4) Menyembunyikan Tidak berubah
bagian tubuh 3) Hubungan sosial Tidak
berubah
4) Respon non Tidak
verbal pada
perubahan dan
persepsi tubuh
5) Fokus pada Tidak
penampilan dan
kekuatan masa
lalu.

D. Harga diri rendah

Gejala Mayor Ya/Tdk Gejala Minor Ya/Tidak


Subjektif Subjektif Tidak
1) Mudah menilai diri Tidak 1) Kurang
negatif (misal tidak konsentrasi
berguna, tidak
tertolong)
2) Merasa Tidak
malu/bersalah
3) Melebih-lebihkan Tidak
penilaian negative
tentang diri sendiri
4) Menolak penilaian Tidak
positif tentang diri
sendiri

Objektif Objektif
1) Berbicara pelan Tidak 1) Kontak mata Tidak
dan lirih kurang
2) Menolak Tidak 2) Lesu dan tidak Tidak
berinteraksi dengan bergairah
orang lain 3) Pasif Tidak
3) Berjalan menunduk Tidak 4) Tidak mampu Tidak
4) Postur tubuh Tidak membuat
menunduk keputusan

E. Hubungan Sosial
Untuk setiap anggota keluarga pastinya orang yang paling berarti dan menjadi
tempat untuk mengadu adalah orangtua, istri/suami, kerabat dekat, tempat
meminta bantuan diantaranya; saudara dan teman, anggota keluarga memberi
dukungan yang penuh kepada pasangan istri/suami baik itu secara fisik, emosi,
maupun materi terpenuhi, serta kelompok yang diikuti dalam masyarakat salah
satunya yaitu pengajian.

F. Pendidikan dan Pekerjaan


Untuk Pendidikan dan pekerjaan suami sebagai seorang pensiunan yang memiliki
proyek pembangunan dan istri nya sebagai ibu rumah tangga, serta anaknya yang
masih melanjutkan Pendidikan di perguruan tinggi

G. Gaya Hidup
Untuk gaya hidup anggota keluarga sangat menerapkan Pola Hidup Sehat salah
satu diantaranya yaitu berolahraga rutin setiap satu minggu 3x dengan marathon
atau bermain badminton.

H. Budaya
Latar belakang budaya pasien pihak laki-laki berasal dari suku lampung,
sedangkan pihak Perempuan dengan jawa.Tidak ada konflik terkait hubungan
budaya dengan lingkungan masyarakat sekitar.

I. Spriritual
Semua anggota keluarga sangat menjunjung tinggi nilai kepercayaan, keyakinan
serta kegiatan ibadah terhadap Allah SWT.
IV. Lingkungan
A. Rumah
- Kebersihan : Rumah Keadaan Bersih
- Polusi : Tidak ada polusi, Rumah berada di pedesaan.
- Bahaya : Tidak ada bahaya disekitar rumah pasien.

B. Pekerjaan
- Kebersihan : Lingkungan tempat kerja pasien bersih
- Polusi : Tidak ada polusi, tempat kerja pasien berada di wilayah kota
- Bahaya : Tidak ada bahaya disekitar tempat kerja pasien
V. Pola Kebiasaan sehari-hari sebelum dan saat sakit:
A. Pola Nutrisi dan Cairan
1. Pola nutrisi
 Frekwensi makan
Frekuensi makan sehari-hari keluarga makan 3x/hari dan habis 1 porsi/orang.
 Nafsu makan
Nafsu makan setiap anggota keluarga sehari-hari baik, tidak terjadi penurunan
berat badan ataupun berat badan naik di luar batas normal.
 Jenis makanan
Jenis makanan yang dikonsumsi oleh keluarga sehari-hari diantaranya nasi dan
lauk-pauk.
 Makanan tambahan
Makanan tambahan yang dikonsumsi oleh keluarga antara lain roti dan buah-
buahan.
 Makanan yang tidak disukai/alergi/pantangan
Seluruh anggota keluarga tidak memiliki makanan yang tidak disukai, alergi,
atau pantangan untuk mengonsumsi makanan.
 Kebiasaan makan
Kebiasaan makan yang diterapkan di dalam keluarga ini adalah mencuci tangan
dan berdoa sebelum makan.
 Perubahan berat badan 3 bulan terakhir
Tidak ada perubahan berat badan 3 bulan terakhir pada setiap anggota
keluarga.
 Pola makan
Setiap anggota keluarga di rumah dalam keadaan sehat tidak ada yang
menggunakan alat bantu makan NGT atau TPN.

2. Pola Cairan :
 Setiap anggota meluarga menghabiskan 7-8 gelas/hari air putih atau sekitar
1500cc/hari.
B. Pola Eliminasi
1. BAK
 Setiap anggota keluarga mengatakan BAK 6-7x/hari dengan berwarna kuning,
bau khas urine, pengeluaran urine sebanyak 1.200cc/hari, dan tidak ada
keluhan pada saat BAK.
2. BAB
Setiap anggota keluarga mengatakan BAB 1x/hari dipagi hari, berwarna kucing
kecoklatan, berbau khas feses dengan konsistensi lembek namun sedikit padat,
tidak ada keluhan ataupun penggunaan obat yang berhubungan dengan pola
BAB.

C. Pola Personal Hygiene (sebelum dan saat sakit) :


1. Mandi : 2 x/hari
2. Oral hygiene : 4x/hari. Setiap pagi, siang, sore, menjelang tidur.
3. Cuci Rambut : 3x/minggu

D. Pola istirahat dan tidur


Setiap anggota keluarga mengatakan tidur 8 jam/hari dengan waktu siang dan
malam, kebiasaan sebelum tidur yaitu gosok gigi dan berdoa, tidak ada kesulitan
dalam tidur.

E. Pola aktivitas dan latihan


Setiap anggota keluarga mengatakan sehari-hari ia mengolah lahan di kebun rumah
untuk waktu bekerjanya optional, kegiatan waktu luang istirahat, dan setiap anggota
keluarga kerap kali berolahraga satu minggu sekitar 3x biasanya marathon atau
badminton, serta tidak ada kesulitan dalam melakukan aktivitas.

F. Pola kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan


1. Merokok : ( ) Ya ( √ )Tidak
- Frekwensi : Tidak merokok - Jumlah : Tidak merokok
- Lama pemakaian : Tidak merokok
2. Minuman keras : ( ) Ya ( √ ) Tidak
- Frekwensi : Tidak pernah minum
- Jumlah : Tidak pernah minum
- Lama pemakaian : Tidak pernah minum
3. Ketergantungan obat : ( ) Ya ( √ ) Tidak
VI. Pengkajian fisik
A. Pemeriksaan umum
 Kesadaran : Composmentis
 Tekanan Darah : 120/80
 Nadi : 89x/menit
 Pernafasan : 22x/menit
 Suhu : 36,5° C
 TB : 154 cm
 BB : 53 kg

B. Pemeriksaan fisik per system


1. Sistem Penglihatan
 Posisi mata : Simetris
 Kelopak mata : Normal (tidak ada pembengkakan)
 Pergerakan bola mata : Normal (tidak ditemukan strabismus)
 Konjungtiva : Normal (An-anemis)
 Kornea : Normal
 Sklera : Normal (An-ikterik)
 Pupil
 Ukuran : 2-4mm
 Reaksi terhadap cahaya : Isokor
 Lapang pandang : Normal
 Ketajaman penglihatan : Normal (Visus 6/6)
 Tanda-tanda radang : Tidak ada
 Pemakaian alat bantu penglihatan : Tidak ada

2. Sistem Pendengaran
- Bentuk telinga : Normal
- Kondisi telinga : Baik
- Cairan dari telinga : Tidak ada serumen
- Fungsi pendengaran : Normal (dapat mendengar dengan baik)
- Pemakaian alat Bantu : Tidak ada pemakaian alat bantu

3. Sistem Wicara
 Kesulitan/gangguan wicara : Tidak mengalami kesulitan berbicara

4. Sistem Pernafasan
- Jalan nafas : Normal
- Pernafasan : Tidak sesak
- Bila sesak : -
- Frekwensi : 21x/menit
- Irama : Teratur
- Kedalaman : Dalam
- Suara nafas : Normal
- Batuk : Tidak
- Penggunaan otot bantu nafas : Tidak menggunakan alat bantu
-
5. Sistem Kardiovaskuler
a. Sirkulasi Perifer
- Nadi : 89x/menit
- Irama : Teratur
- Denyut : Kuat
- Distensi vena jugularis : Tidak ada peningkatan
- Temperatur kulit : Hangat
- Warna kulit : Normal (kemerahan)
- Pengisian kapiler : < 3 detik
- Edema (lokasi dan derajat) : Tidak ada edema
b. Sirkulasi Jantung
- Kecepatan denyut apical : 72x/menit
- Irama : Teratur - Bunyi jantung normal : Lup dup
- Kelainan bunyi jantung : Tidak ada kelainan
- Keluhan : Tidak ada keluhan
- Nyeri dada : Tidak ada nyeri dada
- Kardiomegali : Tidak ada pembesaran

6. Sistem Neurologi
 Glaslow Coma Scale (GCS) : E4 M6 V5
 Tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial : Tidak ada
 Gangguan Neurologis : (N I – N XII) : Normal
 Pemeriksaan reflek : Normal
 Tanda iritasi Meningen : Tidak ada
 Kekuatan otot/status motorik :
 Pergerakan ekstremitas : Normal

7. Sistem Pencernaan
 Keadaan mulut : Bersih
 Kesulitan menelan : Tidak ada kesulitan
 Muntah : Tidak ada muntah
 Nyeri daerah perut : Tidak ada nyeri
 Bising usus : 20x/menit
 Massa pada abdomen : Tidak ada massa dalam abdomen
 Lingkar perut : 65 cm
 Asites : Tidak ada penumpukan cairan
 Palpasi hepar : Tidak ada hepatomegali
 Perkusi hepar : Tidak ada massa
 Nyeri tekan : Tidak ada nyeri
 Nyeri lepas : Tidak ada nyeri
 Distensi abdomen : Tidak ada distensi abdomen
 Colostomy : Tidak terpasang colostomy

8. Sistem Immunology
 Pembesaran kelenjar getah bening : Tidak ada pembesaran

9. Sistem Endokrin
 Napas berbau keton : Tidak
 Ganggren : Tidak ada
 Warna : -
 Exopthalmus : Tidak ada
 Tremor : Tidak ada
 Pembesaran kelenjar tyroid : Tidak ada pembesaran
 Tanda-tanda peningkatan kadar gula darah : Tidak ada 10. Sistem
Urogenital
 Distensi kandung kemih : Tidak ada distensi
 Nyeri tekan : Tidak ada nyeri
 Nyeri perkusi : Tidak ada nyeri
 Penggunaan kateter : Tidak menggunakan kateter
 Frekwensi BAK : 6-7x/hari
 Jumlah output Urine : 1.300 ml/hari
 Keadaan genital : Bersih

10. Sistem Integumen


 Keadaan rambut
- Kekuatan : Kuat
- Warna : Hitam
- Kebersihan : Bersih
 Keadaan kuku
- Kekuatan : Kuat
- Warna : Normal
- Kebersihan : Bersih
 Keadaan kulit
- Kekuatan : Elastis
- Warna : Sawo matang
- Kebersihan : Bersih
 Tanda-tanda radang pada kulit: Tidak ada
 Luka : Tidak ada
 Dekubitus : Tidak ada
 Pruritus : Tidak ada
 Tanda – tanda perdarahan : Tidak ada

11. Sistem Muskuloskeletal


 Kesulitan dalam pergerakan : Tidak ada kesulitan
 Sakit pada tulang dan sendi : Tidak ada
 Tanda-tanda fraktur : Tidak ada
 Lokasi : Tidak ada
 Kontraktur pada persendian ekstremitas : Tidak ada
 Tonus otot : Kuat
 Kelainan bentuk tulang dan otot : Tidak ada kelainan
 Tanda-tanda radang pada sendi : Tidak ada
 Pengunaan alat Bantu : Tidak ada

VII. PEMERIKSAAN PENUNJANG


-
VIII. PENATALAKSANAAN
-
IX. RESUME KONDISI
klien mengatakan bahwa ia tidak pernah memiliki masalah kesehatan, ia masih
mampu melakukan kegiatan sehari-harinya tanpa bantuan siapapun seperti
membersihkan rumah, membersihkan diri, menyiapkan kebutuhan anak-anak dan
suaminya. klien juga mengatakan dirinya sering berkumpul kumpul dengan ibu-ibu
arisan di komplek perumahannya serta masih aktif pada kegiatan bermasyarakat.
Hasil pemeriksaan : TD 120/80 mmHg, RR : 22x/MENIT, N : 89x/menit, S : 36,5 C.
X. DATA FOKUS:
Data Subjektif:
 klien mengatakan kegiatan sehari-harinya sebagai ibu rumah tangga yaitu
membantu memenuhi kebutuhan suamiserta anaknya.
 Setiap anggota keluarga mengatakan bahwa dia memiliki kesehatan tubuh yang
baik, dan dapat bertanggung jawab atas perannya yang baik di lingkungan
keluarga ataupun kelompok.
 klien mengatakan bahwa agar terhindar dari jenis penyakit yang dapat
membahayakan.
 Masyarakat sekitar mengatakan bahwa anggota keluarga hidup sangat
berkecukupan dan sering menghadiri kegiatan kemasyarakatan
 Anggota keluarga puas dengan status dan posisinya.
 Anggota keluarga puas dengan kedudukannya masing masing.
 klien mengatakan ia merasa senang memiliki anggota tubuh sehat seperti ini
sehingga di usianya sekarang klien merasa tidak ada kesulitan melakukan apapun.

Data Objektif:
 Tidak ada yang memiliki masalah pada kecacatan/ kehilangan bagian tubuh.
 Istri dikenal sebagai pribadi yang baik dengan memiliki prinsip yang kuat,
bertanggung jawab, dan saling menghargai.
 Setiap anggota keluarga mampu memenuhi kebutuhan fisik dan materi mulai dari
suami yang berperan sebagai kepala keluarga yg bertanggung jawab untuk
mengambil keputusan dan mencukupi kebutuhan sehari-hari. Disamping itu, istri
juga berperan untuk membantu suami dalam meringankan kebutuhan lain yang
dibutuhkan keluarga.
 Anggota keluarga terlihat antusias terhadap keharmonisan, ketentraman dalam
rumah tangga.
 Hubungan anggota keluarga dengan masyarakat sekitar terlihat terjalin sangat
baik.
 Anggota keluarga tidak memiliki masalah pada kesehatannya sehingga tidak
terlihat perubahan pada status posisi nya

ANALISA DATA

No. Data Masalah


1. Data Subjektif: Kesiapan Peningkatan
 klien mengatakan kegiatan sehari-harinya Konsep Diri ( D.0089 )
sebagai ibu rumah tangga yaitu
membantu memenuhi kebutuhan
suamiserta anaknya.
 Setiap anggota keluarga mengatakan
bahwa dia memiliki kesehatan tubuh
yang baik, dan dapat bertanggung jawab
atas perannya yang baik di lingkungan
keluarga ataupun kelompok.
 klien mengatakan bahwa agar terhindar
dari jenis penyakit yang dapat
membahayakan.
 Masyarakat sekitar mengatakan bahwa
anggota keluarga hidup sangat
berkecukupan dan sering menghadiri
kegiatan kemasyarakatan
 Anggota keluarga puas dengan status dan
posisinya.
 Anggota keluarga puas dengan
kedudukannya masing masing.
 klien mengatakan ia merasa senang
memiliki anggota tubuh sehat seperti ini
sehingga di usianya sekarang klien
merasa tidak ada kesulitan melakukan
apapun.

Data Objektif:
 Tidak ada yang memiliki masalah pada
kecacatan/ kehilangan bagian tubuh.
 Istri dikenal sebagai pribadi yang baik
dengan memiliki prinsip yang kuat,
bertanggung jawab, dan saling
menghargai.
 Setiap anggota keluarga mampu
memenuhi kebutuhan fisik dan materi
mulai dari suami yang berperan sebagai
kepala keluarga yg bertanggung jawab
untuk mengambil keputusan dan
mencukupi kebutuhan sehari-hari.
Disamping itu, istri juga berperan untuk
membantu suami dalam meringankan
kebutuhan lain yang dibutuhkan keluarga.
 Anggota keluarga terlihat antusias
terhadap keharmonisan, ketentraman
dalam rumah tangga.
 Hubungan anggota keluarga dengan
masyarakat sekitar terlihat terjalin sangat
baik.
 Anggota keluarga tidak memiliki masalah
pada kesehatannya sehingga tidak terlihat
perubahan pada status posisi nya
RENCANA KEPERAWATAN

Ruangan :-
Dx. Medis :-
Nama Klien : Ny.Q

No Tgl Diagnosa Keperawatan Tujuan Rencana Rasional


& data penunjang (SMART) Tindakan
16/10/2 Kesiapan Peningkatan Setelah dilakukan Promosi
1 023 Konsep Diri ( D.0089 ) tindakan keperawatan harga diri
. untuk
Data Subjektif: selama 1 x 24 jam (I.09308) mengetah
 klien diharapkan konsep diri Tindakan ui respon
mengatakan kegiatan teratasi dengan ekspetasi obsevasi : klien
sehari-harinya membaik dengan kriteria 1. identifikasi
terhadap
sebagai ibu rumah hasil : budaya berbagai
tangga yaitu 1. Verbalisasi kepuasan agama, ras, situasi
membantu memenuhi terhadap diri (5) jenis yang
kebutuhan suamiserta 2. Verbalisasi kepuasan kelamin, dan dialami
anaknya. terhadap diri (5) usia terhadap klien
 Setiap 3. Verbalisasi kepuasan diri. 2. agar
anggota keluarga terhadap penampilan 2. monitormemaha
mengatakan bahwa peran (5) verbalisasi mi dan
dia memiliki 4. Verbalisasi kepuasan yang mengetah
kesehatan tubuh yang terhadap citra tubuh (5) merendahkan ui lebih
baik, dan dapat 5. Verbalisasi terhadap diri sendiri lanjut
bertanggung jawab identitas diri (5) 3. monitormengenai
atas perannya yang tingkat harga pikiran
baik di lingkungan diri setiap
prilaku,
keluarga ataupun waktu, sesuai atau
kelompok. kebutuhan respon
 klien terhadap
mengatakan bahwa Terapeutik : kondisi
agar terhindar dari 1. motivasi yang
jenis penyakit yang terlibat dialami
dapat verbalisasi klien.
membahayakan. positif untuk
 Masyara diri sendiri
kat sekitar 2. motivasi
mengatakan bahwa menerima
anggota keluarga tantangan
hidup sangat atau
berkecukupan dan menerima hal
baru
sering menghadiri 3. diskusikan
kegiatan pernyatakan
kemasyarakatan tentang harga
 Anggota diri
keluarga puas dengan 4. diskusikan
status dan posisinya. kepercayaan
 Anggota terhadap
keluarga puas dengan penilaian diri
kedudukannya 5. diskusikan
masing masing. pengalaman
 klien yang
mengatakan ia merasa meningkatka
senang memiliki n harga diri
anggota tubuh sehat 6. diskusikan
seperti ini sehingga di persepsi
usianya sekarang negative diri
klien merasa tidak 7. diskusikan
ada kesulitan alas an
melakukan apapun. mengkeritik
diri atau
merasa
Data Objektif: bersalah
 Tidak 8. diskusikan
ada yang memiliki penetapan
tujuan
masalah pada
realistis
kecacatan/ kehilangan untuk
bagian tubuh. mencapai
 Istri harga diri
dikenal sebagai yang lebih
pribadi yang baik tinggi
9. diskusikan
dengan memiliki
Bersama
prinsip yang kuat, keluarga
bertanggung jawab, untuk
dan saling menetapkan
menghargai. harapan dan
 Setiap Batasan yang
jelas
anggota keluarga
10. berikan
mampu memenuhi umpan balik
kebutuhan fisik dan positif atas
materi mulai dari peningkatan
suami yang berperan tujuan
sebagai kepala 11. fasilitasi
keluarga yg lingkangan
bertanggung jawab yang dan
untuk mengambil aktivitas yang
keputusan dan meningkatka
n harga diri
mencukupi kebutuhan
sehari-hari. Edukasi :
Disamping itu, istri 1. jelaskan
juga berperan untuk kepada
membantu suami keluarga
dalam meringankan pentingnya
kebutuhan lain yang dukungan
dalam
dibutuhkan keluarga.
perkembanga
 Anggota keluarga n konsep
terlihat antusias positif diri
terhadap pasien
keharmonisan, 2. anjurkan
ketentraman dalam mengidentifi
kasi kekuatan
rumah tangga.
yang dimiliki
 Hubungan anggota 3. anjurkan
keluarga dengan mempertahan
masyarakat sekitar kan kontak
terlihat terjalin mata saat
sangat baik. berkomunika
si dengan
 Anggota keluarga
orang
tidak memiliki 4. anjurkan
masalah pada membuka diri
kesehatannya terhadap
sehingga tidak keritik
terlihat perubahan negatif
pada status posisi 5. anjurkan
mengevaluasi
nya
perilaku
6. ajarkan
cara
mengatasi
bullying
7. latih
peningkatan
tanggung
jawab untuk
diri sendiri
8. latih
pernyataan/
kemampuan
positif diri
9. latih cara
berfikir dan
berprilaku
positif
10. latih
meningkatka
n
kepercayaan
pada
kemampuan
dalam
menangani
situasi.

Nama Perawat

( perawat M)
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Perawat yang bekerja dengan lansia yang memiliki gangguan kejiwaan harus
menggabungkan keterampilan keperawatan jiwa dengan pengetahuan gangguan
fisiologis, proses penuaan yang normal, dan sosio kultural pada lansia dan
keluarganya. Sebagai pemberi pelayanan keperawatan primer, perawat jiwa lansia
harus pandai dalam mengkaji kognitif, afektif.fungsional, fisik, dan status
perilaku. Perencanaan dan Intervensi keperawatan mungkin diberikan kepada
pasien dan keluarganya atau pemberi pelayanan lain.
Perawat jiwa lansia mengkaji penyediaan perawatan lain pada lansia untuk
mengidentifikasi aspek tingkah laku dan kognitif pada perawatan pasien. Perawat
jiwa lansia harus memiliki pengetahuan tentang efek pengobatan psikiatrik pada
lansia.Mereka dapat memimpin macam-macam kelompok seperti orientasi,
motivasi, kehilangan dan kelompok sosialisasi dimana perawat dengan tingkat
ahli dapat memberikan psikoterapi.

B. Saran
1. Diharapkan mahasiswa benar-benar mampu memahami tentang asuhan
keperawatan pada klien gangguan jiwa pada lansia
2. Untuk institusi pendidikan hendaknya lebih melengkapi literatur yang berkaitan
dengan gangguan jiwa pada lansia.
DAFTAR PUSTAKA

Bromet, R. C. (2013). The epidemiology of depression across cultures. Annual Review of


Public Health, 34, 119–138

Fiske, A., Wetherell, J. L., & Gatz, M. (2009).Depression in Older Adults. Annual Review of
Clinical Psychology,

Hurley, K. (n.d.). Depression in the Elderly.

Maryam Siti, dkk. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta : Salemba
Medika

Nugroho, Wahjudi .“Keperawatan Gerontik” Edisi ke-2, EGC, Jakarta 2000.

Nugroho, Wahjudi. 1995. Perawatan Lanjut Usia. Jakart:EGC

Triningtyas Diana Ariswanti & Siti Muhayati. (2018). Mengenal Lebih Dekat Tentang Usia
Lanjut. Jawa Timur : CV. AE Media Grafika

Anda mungkin juga menyukai