KELOMPOK 10
BANDAR LAMPUNG
2022/2023
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................
KATA PENGANTAR......................................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
4.1 Kesimpulan.............................................................................................
4.2 Saran…………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
KATA PENGANTAR
Pertama–tama marilah kita panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua sehingga makalah tentang “Asuhan
Keperawatan Sehat Jiwa Usia Lansia” ini dapat selesai tepat pada waktunya. Makalah ini disusun
untuk memenuhi tugas keperawatan jiwa komunitas.
Makalah ini dapat terselesaikan karena adanya bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena
itu, penyusun mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ns. Anton Setya Prasetys, M.Kep., Sp.Kep.J selaku dosen pengampu mata kuliah
yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan makalah
2. Teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.Oleh karena itu kritik
dan saran yang membangun dari pembaca sekalian sangat penyusun harapkan.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penuaan adalah konsekuensi yang tidak dapat dihindari. Walaupun proses penuaan
benar adanya dan merupakan sesuatu yang normal, tetapi pada kenyataannya proses in
menjadi beban bagi orang lain dibandingkan dengan proses lain yang terjadi. Perawat
yang akan merawat lansia harus mengerti sesuatu tentang aspek penuaan yang normal dan
tidak normal. Pelayanan Asuhan keperawatan gangguan mental pada lanjut usia
memerlukan pengetahuan khusus karena kemungkinan perbedaan dalam manifestasi
klinis patogenesis dan patofisiologi gangguan mental antara dewasamuda dan lanjut usia.
Faktor penyulit pada pasien lanjut usia juga perludipertimbangkan. Faktor-faktor tersebut
adalah sering adanya penyakit dankecacatan medis penyerta.pemakaian banyak medikasi
dan peningkatankerentanan terhadap gangguan kognitif.
Saat ini udah dapat diperkirakan bahwa 4 juta lansia di Amerika mengalami gangguan
kejiwaan seperti demensia, psikosis, atau kondisi lainnya. Hal inimenyebabkan perawat
dan tenaga kesehatan profesional yang lal memiliki tanggungjawab yang lebih untuk
merawat Lansia dengan masalah kesehatan jiwa dan emosiKesehatan mental pada Lansia
dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti status fisiologidan psikologi, kepribadian, sosial
support, sosial ekonomi dan pola hidup.
B. Rumusan Masalah
C. TUJUAN
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Lansia merupakan periode akhir dari rentang kehidupan manusia.Melewati masa ini,
lansia memiliki kesempatan untuk berkembang mencapai pribadi yang lebih baik dan
semakin matang. Lansia adalah periode dimana organisme telah mencapai massa
keemasan dan kejayaannya dalam ukuran, fungsi, dan juga beberapa telah menunjukkan
kemundurannya sejalan dengan berjalannya waktu (Suardiman, 2011).
Usia tua adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang, yakni suatu periode
dimana seseorang telah “beranjak jauh” dari periode terdahulu yang lebih menyenangkan
atau beranjak dari waktu yang lebih bermanfaat. Usia enam puluh biasanya dipandang
sebagai garis pemisah antara usia madya dan usia lanjut. Selain itu, usia enam puluh
digunakan sebagai usia pensiun dan sebagai tanda dimulainya usia lanjut.
B. Karakteristik Lansia
Seperti halnya periode dalam rentang kehidupan seseorang, usia lanjut ditandai dengan
adanya perubahan fisik dan psikologis tertentu. Menurut Hurlock (1980) ciri-ciri usia
lanjut (lansia) dapat menentukan sampai sejauh mana pria atau wanita akan melakukan
penyesuaian diri secara baik atau buruk.
C. Beberapa Masalah, Gangguan atau Penyimpangan yang Sering Terjadi Pada Lansia
1. Demensia
Demensia adalah suatu gangguan intelektual/daya ingat yang umumnya progresif
dan ireversibel.Biasanya ini sering terjadi pada orang yang berusia > 65 tahun.Di
Indonesia sering menganggap bahwa demensia ini merupakan gejala yang normal
pada setiap orang tua. Namun kenyataan bahwa suatu anggapan atau persepsi yang
salah bahwa setiap orang tua mengalami gangguan atau penurunan daya ingat adalah
suatu proses yang normal saja. Anggapan ini harus dihilangkan dari pandangan
masyarakat kita yang salah. Faktor resiko yang sering menyebabkan lanjut usia
terkena demensia adalah: usia, riwayat keluarga, jenis kelamin perempuan. Demensia
merupakan suatu penyakit degeneratif primer pada susunan sistem saraf pusat dan
merupakan penyakit vaskuler.
2. Depresi
Gangguan depresi merupakan hal yang terpenting dalam problem lansia.Usia bukan
merupakan faktor untuk menjadi depresi tetapi suatu keadaan penyakit medis kronis
dan masalah-masalah yang dihadapi lansia yang membuat mereka depresi. Gejala
depresi pada lansia dengan orang dewasa muda berbeda dimana pada lansia terdapat
keluhan somatik.Gejala utama yaitu afek depresi, kehilangan minat, berkurangnya
energi (mudah lelah). Gejala lain : konsentrasi dan perhatian berkurang, kurang
percaya diri, sering merasa bersalah, pesimis, gangguan pada tidur, gangguan nafsu
makan.
Berdasarkan gejala di atas, depresi pada lansia dapat dibedakan beberapa bentuk
berdasarkan berat ringannya:
a. Depresi ringan: 2 gejala utama + 2 gejala lain+ aktivitas tidak terganggu.
b. Depresi sedang: 2 gejala utama + 3 gejala lain+ aktivitas agak terganggu.
c. Depresi berat: 3 gejala utama + 4 gejala lain+ aktivitas sangat terganggu.
3. Skizofrenia
Skizofrenia biasanya dimulai pada masa remaja akhir/dewasa muda dan menetap
seumur hidup.Wanita lebih sering menderita skizofrenia lambat dibanding
pria.Perbedaan onset lambat dengan awal adalah adanya skizofrenia paranoid pada
tipe onset lambat. Sekurang-kurangnya satu gejala berikut:
a. Thought echo, insertion, broadcasting.
b. Delution of control, influence, passivity, perseption
c. Halusinasi auditorik
d. Waham yang menetap
4. Gangguan Delusi
Onset usia pada gangguan delusi adalah 40 – 55 tahun, tetapi dapat terjadi kapan
saja. Pada gangguan delusi terdapat waham yang tersering yaitu: waham kejar dan
waham somatik. Pencetus terjadinya gangguan delusi adalah: Kematian pasangan,
isolasi sosial, finansial yang tidak baik, penyakit medis, kecacatan, gangguan
pengelihatan/pendengaran.
Pada gangguan delusi terdapat jenis lain yang onset lambat yang dikenal sebagai
parafrenia yang timbul selama beberapa tahun dan tidak disertai demensia. Terapi
yang dapat diberikan yaitu: psikoterapi yang dikombinasi dengan farmakoterapi.
5. Gangguan Kecemasan
Gangguan kecemasan adalah berupa gangguan panik, fobia, gangguan obsesif
konfulsif, gangguan kecemasan umum, gangguan stres akut, gangguan stres pasca
traumatik.Onset awal gangguan panik pada lansia adalah jarang, tetapi dapat terjadi.
Tanda dan gejala fobia pada lansia kurang serius daripada dewasa muda, tetapi
efeknya sama, jika tidak lebih, menimbulkan debilitasi pada pasien lanjut usia. Teori
eksistensial menjelaskan kecemasan tidak terdapat stimulus yang dapat diidentifikasi
secara spesifik bagi perasaan yang cemas secara kronis.
Kecemasan yang tersering pada lansia adalah tentang kematiannya.Orang mungkin
menghadapi pikiran kematian dengan rasa putus asa dan kecemasan, bukan dengan
ketenangan hati dan rasa integritas (“Erik Erikson”).Kerapuhan sistem saraf anotomik
yang berperan dalam perkembangan kecemasan setelah suatu stressor yang berat.
Gangguan stres lebih sering pada lansia terutama jenis stres pasca traumatik karena
pada lansia akan mudah terbentuk suatu cacat fisik. Terapi dapat disesuaikan secara
individu tergantung beratnya dan dapat diberikan obat anti anxietas seperti:
hydroxyzine, Buspirone.
6. Gangguan Somatiform
Gangguan somatiform ditandai oleh gejala yang sering ditemukan apada pasien >
60 tahun.Gangguan biasanya kronis dan prognosis adalah berhati-hati. Untuk
mententramkan pasien perlu dilakukan pemeriksaan fisik ulang sehingga ia yakin
bahwa mereka tidak memliki penyakit yang mematikan.Terapi pada gangguan ini
adalah dengan pendekatan psikologis dan farmakologis.
7. Gangguan Tidur
Usia lanjut adalah faktor tunggal yang paling sering berhubungan dengan
peningkatan prevalensi gangguan tidur. Fenomena yang sering dikeluhkan lansia
daripada usia dewasa muda adalah: gangguan tidur, mengantuk siang hari, tidur
sejenak di siang hari, pemakaian obat hipnotik.
Secara klinis, lansia memiliki gangguan pernafasan yang berhubungan dengan tidur
dan gangguan pergerakan akibat medikasi yang lebih tinggi dibanding dewasa
muda.Disamping perubahan sistem regulasi dan fisiologis, penyebab gangguan tidur
primer pada lansia adalah insomnia.Selain itu gangguan mental lain, kondisi medis
umum, faktor sosial dan lingkungan.Ganguan tersering pada lansia pria adalah
gangguan rapid eye movement (REM).Hal yang menyebabkan gangguan tidur juga
termasuk adanya gejala nyeri, nokturia, sesak napas, nyeri perut.
Keluhan utama pada lansia sebenarnya adalah lebih banyak terbangun pada dini
hari dibandingkan dengan gangguan dalam tidur.Perburukan yang terjadi adalah
perubahan waktu dan konsolidasi yang menyebabkan gangguan pada kualitas tidur
pada lansia.
1. Pendekatan psikologis
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa bentuk-bentuk
pendekatan psikologis yang diberikan dari pihak panti griya sehat bahagia kepada
lansia berupa intensitas komunikasi perawat dengan lansia dan self talk. Di panti
griya sehatbahagia perawat dan dokter menciptakan kedekatan dengan pasien dengan
tujuan membina hubungan saling percaya kepada pasien agar merasakankenyamanan
tinggal di panti yang mampu menimbulkan rasa penerimaan diri lansia dalam
menjalani hidup di masa senjanya serta membantu lansia untuk mengarah atau
mengeksporasi pada alternatif penyelesaian masalah yang sesuai dengan kondisi
pribadi dan lingkungan.
2. Pendekatan medis
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penanganan yang merujuk pada pendekatan
medis yang berupa pemberian obat penenang juga diterapkan oleh pihak
panti.Pendekatan secara medis merupakan suatu pendekatan yang dilakukan untuk
menurunkan tingkat depresi dengan bantuan beberapa jenis obat
antidepresan.Antidepresan adalah obat yang digunakan untuk mengobati kondisi
serius yang dikarenakan depresi (Yuniastuti, 2013).Obat antidepresan dapat
membantu penderita depresi dalam mencegah kumat dan kambuh saat digunakan
dalam jangka panjang (Sydney&South Western Sydney LHD mental Health Service,
2009).
3. Pendekatan spiritual
Pendekatan spiritual yang diterapkan melalui pendekatan kepada Tuhan. Hal
tersebut memiliki tujuan salah satunya adalah untuk menunjang perkembangan dan
kesembuhan pasien karena menurut Razak, Mokhtar & Sulaiman(2013) peranan
penanganan spiritual juga mampu menyembuhkan gangguan psikologis yang
dilakukan secara sistematis dengan berdasarkan pada keimanan dan kedekatan kepada
Allah SWT.Hasil penelitian yang dilakukan oleh Suparmi(dalam Rohman, 2009)
mengungkapkan bahwa pasien depresi yang berada di beberapa rumah sakit di kota
Jakarta belum cukup mendapatkan perhatian dalam aspek spiritual. Hal tersebut
sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Anandarajah (2001) yang
mengungkapkan bahwa di Negara Amerika Serikat 94% pasien dengan gangguan
jiwa meyakini kesehatan spiritual membawa dampak baik bagi kesehatan jiwa.
4. Pendekatan Fisik
Jenis penanganan yang diterapkan oleh pihak panti yang tergolong dalam
pendekatan fisik adalah fisioterapi. Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan
yang ditujukan kepada individu dan atau kelompok untuk mengembangkan,
memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang daur kehidupan
dengan menggunakan penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik,
elektroterapeutis dan mekanis), pelatihan fungsi, dan komunikasi (Depkes RI, 2007).
Hal ini sependapat dengan pendapat Samudro (2013) yang mengungkapkan bahwa
pada fisioterapi terdapat pergerakan-pergerakan berupa gerakan lengan, tangan dan
kepala.Hal berbeda dengan yang diungkapkan oleh Yulinda (2009) bahwa terapi yang
dalam pelaksanaannya terapi dengan menggunakan gerakan-gerakan aktif maupun
pasif lebih disebut sebagai terapi latihan.
BAB III
TINJAUAN KASUS
I. DATA DASAR
A. Identitas Klien
1. Nama : Ny. Q
2. Usia : 63 tahun
3. Status Perkawinan : Kawin
4. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga (IRT)
5. Agama : Islam
6. Pendidikan : Sarjana
7. Suku : Jawa
8. Bahasa Yang Digunakan : Indonesia
9. Alamat Rumah : Pahoman
10. Diagnosa Medis : Sehat Jiwa Lansia
Tanyakan persepsi klien terhadap tubuh yang disukai dan tidak disukai
Klien mengatakan tidak ada bagian tubuh yang tidak disukai semua anggota tubuh
mereka sukai karena masingmasing dari anggota tubuh memiliki fungsi yang
berbeda, dan pastinya setiap anngota tubuh memiliki keunggulan dan kekurangan
masing-masing tergantung dari cara individu tersebut melakukan perawatan pada
setiap anggota tubuhnya.
DO:
Tidak ada yang memiliki masalah pada kecacatan/ kehilangan bagian tubuh.
DS:
klien mengatakan ia merasa senang memiliki anggota tubuh sehat seperti ini
sehingga di usianya sekarang klien merasa tidak ada kesulitan melakukan apapun.
Peran diri
Tugas/ peran yang diemban dalam keluarga/ kelompok/ masyarakat
Peran seorang istri di dalam keluarga yaitu menjadi pendorong untuk suami nya
tetapi selain itu dari pasien sendiri selain ia menjadi pendamping hidup dari
pihak laki-laki, dan kegiatan sehari-harinya mengurus anak dan ikut serta
kegiatan yang diadakan disekitar rumahnya.
Kemampuan klien dalam melaksanakan tugas/peran tersebut
Istri dapat melaksanakan peranannya dengan baik yaitu dapat berperan sekaligus
menjadi seorang istri dan pendidik bagi para siswa nya disekolah, dan tentunya
membantu meringankan peran seornag suami untuk mencukupi kehidupan
sehari-hari.
Kaji bagaimana perasaan klien terhadap perannya, apakah ada konflik peran
Perasaan setiap anggota di dalam keluarga sangat puas karena dapat memenuhi
tugasnya sesuai dengan peran sebagai seorang suami, istri, dan adik.Tidak terjadi
konflik apapun di dalam keluarga.
DO:
Istri dikenal sebagai pribadi yang baik dengan memiliki prinsip yang kuat,
bertanggung jawab, dan saling menghargai.
Setiap anggota keluarga mampu memenuhi kebutuhan fisik dan materi mulai dari
suami yang berperan sebagai kepala keluarga yg bertanggung jawab untuk mengambil
keputusan dan mencukupi kebutuhan sehari-hari. Disamping itu, istri juga berperan
untuk membantu suami dalam meringankan kebutuhan lain yang dibutuhkan keluarga.
DS:
klien mengatakan kegiatan sehari-harinya sebagai ibu rumah tangga yaitu membantu
memenuhi kebutuhan suamiserta anaknya.
Ideal diri
Harapan terhadap tubuh, posisi, status, tugas/peran Setiap anggota keluarga
mengatakan bahwa dia memiliki kesehatan tubuh yang baik, dan dapat bertanggung
jawab atas perannya sebagai istri baik di lingkungan keluarga ataupun kelompok.
Harapan klien terhadap lingkungan (keluarga, masyarakat) Anggota keluarga terlihat
antusias terhadap keharmonisan, ketentraman dalam rumah tangga.
Harapan klien terhadap penyakitnya Anggota keluarga mengatakan bahwa agar
terhindar dari jenis penyakit yang dapat membahayakan.
DO:
Anggota keluarga terlihat antusias terhadap keharmonisan, ketentraman dalam rumah
tangga.
DS:
Setiap anggota keluarga mengatakan bahwa dia memiliki kesehatan tubuh yang baik,
dan dapat bertanggung jawab atas perannya yang baik di lingkungan keluarga ataupun
kelompok.
klienmengatakan bahwa agar terhindar dari jenis penyakit yang dapat membahayakan.
Harga diri
Hubungan klien dengan orang lain sesuai dengan kondisi Hubungan anggota keluarga
dengan masyarakat sekitar terlihat terjalin sangat baik.
Penilaian / penghargaan orang lain terhadap diri dan kehidupannya Masyarakat sekitar
mengatakan bahwa anggota keluarga hidup sangat berkecukupan dan sering
menghadiri kegiatan kemasyarakatan.
DO:
Hubungan anggota keluarga dengan masyarakat sekitar terlihat terjalin sangat baik.
DS:
Masyarakat sekitar mengatakan bahwa anggota keluarga hidup sangat berkecukupan
dan sering menghadiri kegiatan kemasyarakatan
Identitas Diri
Status dan posisi klien sebelum dirawat Karena anggota keluarga tidak memiliki
masalah pada kesehatannya sehingga tidak terlihat perubahan pada status posisi nya.
Kepuasan klien terhadap status dan posisinya ( sekolah, tempat kerja, kelompok)
Anggota keluarga puas dengan status dan pekerjaannya.
Kepuasan klien sebagai laki – laki /perempuan Anggota keluarga puas dengan
kedudukannya masing-masing.
DO:
Anggota keluarga tidak memiliki masalah pada kesehatannya sehingga tidak terlihat
perubahan pada status posisi nya.
DS:
Anggota keluarga puas dengan status dan posisinya.
Anggota keluarga puas dengan kedudukannya masingmasing.
B. Kecemasan
Objektif Objektif
1) Gelisah Tidak 1) Nadi cepat Tidak
2) Tampak tegang Tidak 2) Jantung berdebar Tidak
3) Sulit tidur Tidak – debar
3) Tremor Tidak
4) Muka tampak Tidak
pucat
5) Suara bergetar Tidak
6) Kontak mata Tidak
buruk
7) Sering berkemih Tidak
Objektif Objektif
1) Berbicara pelan Tidak 1) Kontak mata Tidak
dan lirih kurang
2) Menolak Tidak 2) Lesu dan tidak Tidak
berinteraksi dengan bergairah
orang lain 3) Pasif Tidak
3) Berjalan menunduk Tidak 4) Tidak mampu Tidak
4) Postur tubuh Tidak membuat
menunduk keputusan
E. Hubungan Sosial
Untuk setiap anggota keluarga pastinya orang yang paling berarti dan menjadi
tempat untuk mengadu adalah orangtua, istri/suami, kerabat dekat, tempat
meminta bantuan diantaranya; saudara dan teman, anggota keluarga memberi
dukungan yang penuh kepada pasangan istri/suami baik itu secara fisik, emosi,
maupun materi terpenuhi, serta kelompok yang diikuti dalam masyarakat salah
satunya yaitu pengajian.
G. Gaya Hidup
Untuk gaya hidup anggota keluarga sangat menerapkan Pola Hidup Sehat salah
satu diantaranya yaitu berolahraga rutin setiap satu minggu 3x dengan marathon
atau bermain badminton.
H. Budaya
Latar belakang budaya pasien pihak laki-laki berasal dari suku lampung,
sedangkan pihak Perempuan dengan jawa.Tidak ada konflik terkait hubungan
budaya dengan lingkungan masyarakat sekitar.
I. Spriritual
Semua anggota keluarga sangat menjunjung tinggi nilai kepercayaan, keyakinan
serta kegiatan ibadah terhadap Allah SWT.
IV. Lingkungan
A. Rumah
- Kebersihan : Rumah Keadaan Bersih
- Polusi : Tidak ada polusi, Rumah berada di pedesaan.
- Bahaya : Tidak ada bahaya disekitar rumah pasien.
B. Pekerjaan
- Kebersihan : Lingkungan tempat kerja pasien bersih
- Polusi : Tidak ada polusi, tempat kerja pasien berada di wilayah kota
- Bahaya : Tidak ada bahaya disekitar tempat kerja pasien
V. Pola Kebiasaan sehari-hari sebelum dan saat sakit:
A. Pola Nutrisi dan Cairan
1. Pola nutrisi
Frekwensi makan
Frekuensi makan sehari-hari keluarga makan 3x/hari dan habis 1 porsi/orang.
Nafsu makan
Nafsu makan setiap anggota keluarga sehari-hari baik, tidak terjadi penurunan
berat badan ataupun berat badan naik di luar batas normal.
Jenis makanan
Jenis makanan yang dikonsumsi oleh keluarga sehari-hari diantaranya nasi dan
lauk-pauk.
Makanan tambahan
Makanan tambahan yang dikonsumsi oleh keluarga antara lain roti dan buah-
buahan.
Makanan yang tidak disukai/alergi/pantangan
Seluruh anggota keluarga tidak memiliki makanan yang tidak disukai, alergi,
atau pantangan untuk mengonsumsi makanan.
Kebiasaan makan
Kebiasaan makan yang diterapkan di dalam keluarga ini adalah mencuci tangan
dan berdoa sebelum makan.
Perubahan berat badan 3 bulan terakhir
Tidak ada perubahan berat badan 3 bulan terakhir pada setiap anggota
keluarga.
Pola makan
Setiap anggota keluarga di rumah dalam keadaan sehat tidak ada yang
menggunakan alat bantu makan NGT atau TPN.
2. Pola Cairan :
Setiap anggota meluarga menghabiskan 7-8 gelas/hari air putih atau sekitar
1500cc/hari.
B. Pola Eliminasi
1. BAK
Setiap anggota keluarga mengatakan BAK 6-7x/hari dengan berwarna kuning,
bau khas urine, pengeluaran urine sebanyak 1.200cc/hari, dan tidak ada
keluhan pada saat BAK.
2. BAB
Setiap anggota keluarga mengatakan BAB 1x/hari dipagi hari, berwarna kucing
kecoklatan, berbau khas feses dengan konsistensi lembek namun sedikit padat,
tidak ada keluhan ataupun penggunaan obat yang berhubungan dengan pola
BAB.
2. Sistem Pendengaran
- Bentuk telinga : Normal
- Kondisi telinga : Baik
- Cairan dari telinga : Tidak ada serumen
- Fungsi pendengaran : Normal (dapat mendengar dengan baik)
- Pemakaian alat Bantu : Tidak ada pemakaian alat bantu
3. Sistem Wicara
Kesulitan/gangguan wicara : Tidak mengalami kesulitan berbicara
4. Sistem Pernafasan
- Jalan nafas : Normal
- Pernafasan : Tidak sesak
- Bila sesak : -
- Frekwensi : 21x/menit
- Irama : Teratur
- Kedalaman : Dalam
- Suara nafas : Normal
- Batuk : Tidak
- Penggunaan otot bantu nafas : Tidak menggunakan alat bantu
-
5. Sistem Kardiovaskuler
a. Sirkulasi Perifer
- Nadi : 89x/menit
- Irama : Teratur
- Denyut : Kuat
- Distensi vena jugularis : Tidak ada peningkatan
- Temperatur kulit : Hangat
- Warna kulit : Normal (kemerahan)
- Pengisian kapiler : < 3 detik
- Edema (lokasi dan derajat) : Tidak ada edema
b. Sirkulasi Jantung
- Kecepatan denyut apical : 72x/menit
- Irama : Teratur - Bunyi jantung normal : Lup dup
- Kelainan bunyi jantung : Tidak ada kelainan
- Keluhan : Tidak ada keluhan
- Nyeri dada : Tidak ada nyeri dada
- Kardiomegali : Tidak ada pembesaran
6. Sistem Neurologi
Glaslow Coma Scale (GCS) : E4 M6 V5
Tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial : Tidak ada
Gangguan Neurologis : (N I – N XII) : Normal
Pemeriksaan reflek : Normal
Tanda iritasi Meningen : Tidak ada
Kekuatan otot/status motorik :
Pergerakan ekstremitas : Normal
7. Sistem Pencernaan
Keadaan mulut : Bersih
Kesulitan menelan : Tidak ada kesulitan
Muntah : Tidak ada muntah
Nyeri daerah perut : Tidak ada nyeri
Bising usus : 20x/menit
Massa pada abdomen : Tidak ada massa dalam abdomen
Lingkar perut : 65 cm
Asites : Tidak ada penumpukan cairan
Palpasi hepar : Tidak ada hepatomegali
Perkusi hepar : Tidak ada massa
Nyeri tekan : Tidak ada nyeri
Nyeri lepas : Tidak ada nyeri
Distensi abdomen : Tidak ada distensi abdomen
Colostomy : Tidak terpasang colostomy
8. Sistem Immunology
Pembesaran kelenjar getah bening : Tidak ada pembesaran
9. Sistem Endokrin
Napas berbau keton : Tidak
Ganggren : Tidak ada
Warna : -
Exopthalmus : Tidak ada
Tremor : Tidak ada
Pembesaran kelenjar tyroid : Tidak ada pembesaran
Tanda-tanda peningkatan kadar gula darah : Tidak ada 10. Sistem
Urogenital
Distensi kandung kemih : Tidak ada distensi
Nyeri tekan : Tidak ada nyeri
Nyeri perkusi : Tidak ada nyeri
Penggunaan kateter : Tidak menggunakan kateter
Frekwensi BAK : 6-7x/hari
Jumlah output Urine : 1.300 ml/hari
Keadaan genital : Bersih
Data Objektif:
Tidak ada yang memiliki masalah pada kecacatan/ kehilangan bagian tubuh.
Istri dikenal sebagai pribadi yang baik dengan memiliki prinsip yang kuat,
bertanggung jawab, dan saling menghargai.
Setiap anggota keluarga mampu memenuhi kebutuhan fisik dan materi mulai dari
suami yang berperan sebagai kepala keluarga yg bertanggung jawab untuk
mengambil keputusan dan mencukupi kebutuhan sehari-hari. Disamping itu, istri
juga berperan untuk membantu suami dalam meringankan kebutuhan lain yang
dibutuhkan keluarga.
Anggota keluarga terlihat antusias terhadap keharmonisan, ketentraman dalam
rumah tangga.
Hubungan anggota keluarga dengan masyarakat sekitar terlihat terjalin sangat
baik.
Anggota keluarga tidak memiliki masalah pada kesehatannya sehingga tidak
terlihat perubahan pada status posisi nya
ANALISA DATA
Data Objektif:
Tidak ada yang memiliki masalah pada
kecacatan/ kehilangan bagian tubuh.
Istri dikenal sebagai pribadi yang baik
dengan memiliki prinsip yang kuat,
bertanggung jawab, dan saling
menghargai.
Setiap anggota keluarga mampu
memenuhi kebutuhan fisik dan materi
mulai dari suami yang berperan sebagai
kepala keluarga yg bertanggung jawab
untuk mengambil keputusan dan
mencukupi kebutuhan sehari-hari.
Disamping itu, istri juga berperan untuk
membantu suami dalam meringankan
kebutuhan lain yang dibutuhkan keluarga.
Anggota keluarga terlihat antusias
terhadap keharmonisan, ketentraman
dalam rumah tangga.
Hubungan anggota keluarga dengan
masyarakat sekitar terlihat terjalin sangat
baik.
Anggota keluarga tidak memiliki masalah
pada kesehatannya sehingga tidak terlihat
perubahan pada status posisi nya
RENCANA KEPERAWATAN
Ruangan :-
Dx. Medis :-
Nama Klien : Ny.Q
Nama Perawat
( perawat M)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perawat yang bekerja dengan lansia yang memiliki gangguan kejiwaan harus
menggabungkan keterampilan keperawatan jiwa dengan pengetahuan gangguan
fisiologis, proses penuaan yang normal, dan sosio kultural pada lansia dan
keluarganya. Sebagai pemberi pelayanan keperawatan primer, perawat jiwa lansia
harus pandai dalam mengkaji kognitif, afektif.fungsional, fisik, dan status
perilaku. Perencanaan dan Intervensi keperawatan mungkin diberikan kepada
pasien dan keluarganya atau pemberi pelayanan lain.
Perawat jiwa lansia mengkaji penyediaan perawatan lain pada lansia untuk
mengidentifikasi aspek tingkah laku dan kognitif pada perawatan pasien. Perawat
jiwa lansia harus memiliki pengetahuan tentang efek pengobatan psikiatrik pada
lansia.Mereka dapat memimpin macam-macam kelompok seperti orientasi,
motivasi, kehilangan dan kelompok sosialisasi dimana perawat dengan tingkat
ahli dapat memberikan psikoterapi.
B. Saran
1. Diharapkan mahasiswa benar-benar mampu memahami tentang asuhan
keperawatan pada klien gangguan jiwa pada lansia
2. Untuk institusi pendidikan hendaknya lebih melengkapi literatur yang berkaitan
dengan gangguan jiwa pada lansia.
DAFTAR PUSTAKA
Fiske, A., Wetherell, J. L., & Gatz, M. (2009).Depression in Older Adults. Annual Review of
Clinical Psychology,
Maryam Siti, dkk. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta : Salemba
Medika
Triningtyas Diana Ariswanti & Siti Muhayati. (2018). Mengenal Lebih Dekat Tentang Usia
Lanjut. Jawa Timur : CV. AE Media Grafika