Anda di halaman 1dari 19

ASUHAN KEPERAWATAN

KESEHATAN JIWA
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Jiwa Oleh Dosen Pengampu :
Ns. Henny Lilyanti.,M.Kep

Disusun Oleh :
Widya Meilanie Nurgustanti
4338114201210024
Reyhan Vanreza
4338114201210026
Tingkat 3A S1 Keperawatan

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU


KESEHATAN-UNIVERSITAS HORIZON INDONESIA JL PANGKAL
PERJUANGAN KM. I BYPASS KARAWANG
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
nikmat kesehatan, iman, dan ilmu pengetahuan kepada umat manusia. Stas dasar
nikmat tersebut itulah kami dapat menyelesaikan makalah Ini tepat pada
waktunya.
Dalam penulisan makalah ini kami banyak mendapat bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, kami dalam kesempatan kali ini mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulisan makalah ini
sehingga kami mempresentasikannya. Khususnya kepada Dosen Keperawatan
Jiwa Ns.Henny Lilyani., M.Kep yang telah memberikan berbagai arahan dan
pelajaran dalam arti penting mengaktualisasikan diri yang merupakan cikal bakal
terbentuknya makalah ini.
Kami sadar bahwa dalam makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, hal
itu dikarenakan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan kami. Oleh karena itu,
kami sangat mengjharapkan kritik dan saran yang positif dan bersifat membangun
dari dosen, rekan mahasiswa, dan para pembaca sekalian. Akhir kata, kami
memohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kesalahan.

Karawang, 28 Oktober 2023

Penulis
DAFTAR ISI

BAB I.......................................................................................................................4
A. Latar Belakang.................................................................................................4
B. Tujuan Penulisan.............................................................................................4
C. Metode penulisan.............................................................................................4
BAB II......................................................................................................................5
TINJAUAN TEORI.................................................................................................5
A. Pengertian........................................................................................................5
B. Masalah Kesehatan Lansia..............................................................................5
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Jiwa Lansia............................6
D. Penyakit Psikiatris...........................................................................................8
E. Teori Penuaan..................................................................................................9
F. Jenis – Jenis Gangguan Jiwa Pada Lansia.....................................................10
G. Penatalaksaan depresi....................................................................................12
BAB III..................................................................................................................14
ASUHAN KEPERAWATAN................................................................................14
A. Pengkajian.....................................................................................................14
B. Faktor presipitasi...........................................................................................14
C. Activity Daily Life.........................................................................................15
D. Diagnosa........................................................................................................17
E. Rencana Asuhan Keperawatan......................................................................17
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................19
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Proses atau keadaan menjadi tua,senescence,merupakan fenomena
perkembangan manusi yang alamiah dimana secara berangsur-angsur
terjadi kemunduran dari kapasitas mental,berekurangnya minat social dan
menurunnya aktifitas fisik serupa dengan masa kanak-
kanak,remaja,dewasa,menjadi tua adalah hal yang normal yang disertai
pula dengan problema yang khusus pula. Tekanan hidup yang beraneka
ragam yang terdapat dalam masyarakat ikut membentuk keadaan istimewa
atau khusus ini pada usia lanjut.
Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai perawatan usia lanjut yang
keadaan kesehatannya terutama dipengaruhi oleh proses ketuaannya,maka
penulis mengambil judul makalah ini "Asuhan Keperawatan pada Pasien
Lansia".Asuhan Keperawatan gangguan Jiwa Pada Lansia (depresi)
B. Tujuan Penulisan
Tujuan umum.
Tujuan Khusus
 Dapat melakukan pengkajian
 Dapat membuat rencana tindakan keperawatan
 Dapat melakukan intervensi yang telah dibuat
 Dapat melakukan atau menentukan evaluasi terhadap asuhan
keperawatan yang telah diberikan.
C. Metode penulisan
Metode penulisan makalah ini didasarkan dari hasil studi literature dan
studi perpustakaan
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Lansia adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti died dan
mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat
bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan
yang diderita.
Proses menua (aging) adalah proses alami yang disertai adanya penurunan
kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama
lain. Keadaan itu cenderung berpotensi menimbulkan masalah kesehatan
secara umum maupun kesehatan jiwa secara khusus pada lansia.
Lansia adalah seseorang yang lebihdari 75 tahun

B. Masalah Kesehatan Lansia


Masalah kesehatan jiwa lansia termasuk juga dalam masalah kesehatan
yang dibahas pada pasien-pasien Geriatri dan Psikogeriatri yang
merupakan bagian dari Gerontologi, yaitu ilmu yang mempelajari segala
aspek dan masalah lansia, meliputi aspek fisiologis, psikologis. sosial,
kultural, ekonomi dan lain-lain (Depkes.RI, 1992:6)
Geriatri adalah cabang ilmu kedokteran yang mempelajari masalah
kesehatan pada lansia yang menyangkut aspek promotof, preventif, kuratif
dan rehabilitatif serta psikososial yang menyertai kehidupan lansia.
Sementara Psikogeriatri adalah cabang ilmu kedokteran jiwa yang
mempelajari masalah kesehatan jiwa pada lansia yang menyangkut aspek
promotof, preventif, kuratif dan rehabilitatif serta psikososial yang
menyertai kehidupan lansia.
Ada 4 ciri yang dapat dikategorikan sebagai pasien Geriatri dan
Psikogeriatri, yaitu:
a) Keterbatasan fungsi tubuh yang berhubungan dengan makin
meningkatnya usia
b) Adanya akumulasi dari penyakit-penyakit degeneratif
c) Lanjut usia secara psikososial yang dinyatakan krisis bila :
d) Ketergantungan pada orang lain (sangat memerlukan pelayanan orang
lain).
e) Mengisolasi diri atau menarik diri dari kegiatan kemasyarakatan karena
berbagai sebab,diantaranya setelah menajalani masa pensiun, setelah
sakit cukup berat dan lama, setelah kematian pasangan hidup dan lain-
lain.
f) Hal-hal yang dapat menimbulkan gangguan keseimbangan
(homeostasis) sehingga membawa lansia kearah kerusakan /
kemerosotan (deteriorisasi) yang progresif terutama aspek psikologis
yang mendadak, misalnya bingung, panik, depresif, apatis dan
sebagainya. Hal itu biasanya bersumber dari munculnya stressor
psikososial yang paling berat, misalnya kematian pasangan hidup,
kematian sanak keluarga dekat, terpaksa berurusan dengan penegak
hukum, atau trauma psikis.

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Jiwa Lansia


Ada beberapa faktor yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan jiwa
lansia. Faktor- faktor tersebut hendaklah disikapi secara bijak sehingga
para lansia dapat menikmati hari tua mereka dengan bahagia.
Adapun beberapa faktor yang dihadapi para lansia yang sangat
mempengaruhi kesehatan jiwa mereka adalah sebagai berikut:
1. Penurunan Kondisi Fisik
Setelah orang memasuki masa lansia umumnya mulai dihinggapi
adanya kondisi fisik yang bersifat patologis berganda (multiple
pathology), misalnya tenaga berkurang, enerji menurun, kulit makin
keriput, gigi makin rontok, tulang makin rapuh, dan sebagainya.
Secara umum kondisi fisik seseorang yang sudah memasuki masa
lansia mengalami penurunan secara berlipat ganda. Hal ini semua
dapat menimbulkan gangguan atau kelainan fungsi fisik, psikologik
maupun sosial, yang selanjutnya dapat menyebabkan suatu keadaan
ketergantungan kepada orang lain. Dalam kehidupan lansia agar dapat
tetap menjaga kondisi fisik yang sehat, maka perlu menyelaraskan
kebutuhan-kebutuhan fisik dengan kondisi psikologik maupun sosial,
sehingga mau tidak mau harus ada usaha untuk mengurangi kegiatan
yang bersifat memforsir fisiknya. Seorang lansia harus mampu
mengatur cara hidupnya dengan baik, misalnya makan, tidur, istirahat
dan bekerja secara seimbang.
2. Penurunan Fungsi dan Potensi Seksual Penurunan fungsi dan potensi
seksual pada lanjut usia sering kali berhubungan dengan berbagai
gangguan fisik seperti: Gangguan jantung, gangguan metabolisme,
misal diabetes millitus, vaginitis, baru selesai operasi: misalnya
prostatektomi, kekurangan gizi, karena pencernaan kurang sempurna
atau nafsu makan sangat kurang, penggunaan obat-obat tertentu,
seperti antihipertensi, golongan steroid, tranquilizer.
Faktor psikologis yang menyertai lansia antara lain:
Rasa tabu atau malu bila mempertahankan kehidupan seksual pada
lansia
Kelelahan atau kebosanan karena kurang variasi dalam kehidupannya.
Pasangan hidup telah meninggal.
Disfungsi seksual karena perubahan hormonal atau masalah kesehatan
jiwa lainnya misalnya cemas, depresi, pikun dan sebagainya.
3. Perubahan Aspek Psikososial
Pada umumnya setelah orang memasuki lansia maka ia mengalami
penurunan fungsi kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi
proses belajar, persepsi, pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-
lain sehingga menyebabkan reaksi dan perilaku lansia menjadi makin
lambat. Sementara fungsi psikomotorik (konatif) meliputi hal-hal yang
berhubungan dengan dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan,
koordinasi, yang berakibat bahwa lansia menjadi kurang cekatan.
Dengan adanya penurunan kedua fungsi tersebut, lansia juga
mengalami perubahan aspek psikososial yang berkaitan dengan
keadaan kepribadian lansia.
4. Perubahan yang Berkaitan Dengan Pekerjaan
Pada umumnya perubahan ini diawali ketika masa pensiun. Meskipun
tujuan ideal pensiun adalah agar para lansia dapat menikmati hari tua
atau jaminan hari tua, namun dalam kenyataannya sering diartikan
sebaliknya, karena pensiun sering diartikan sebagai kehilangan
penghasilan, kedudukan, jabatan, peran, kegiatan, status dan harga diri.
Reaksi setelah orang memasuki masa pensiun lebih tergantung dari
model kepribadiannya seperti yang telah diuraikan pada point tiga di
atas.

D. Penyakit Psikiatris
Gangguan yang paling banyak diderita adalah gangguan depresi,
demensia, fobia, dan gangguan terkait penggunaan alkohol. Lansia dengan
usia di atas 75 tahun juga beresiko tinggi melakukan bunuh diri. Banyak
gangguan mental pada lansia dapat dicegah, diperbaiki, bahkan dipulihkan.
1) Gangguan demensia
Faktor resiko demensia yang sudah diketahui adalah usia, riwayat
keluarga, dan jenis kelamin wanita Perubahan khas pada demensia
terjadi pada kognisi, memori, bahasa, dan kemampuan visuospasial,
tapi gangguan perilaku juga sering ditemui, termasuk agitasi,
restlessness, wandering, kemarahan, kekerasan, suka berteriak,
impulsif, gangguan tidur, dan waham.
2) Gangguan depresi.
Gejala yang sering muncul pada gangguan depresif adalah menurunnya
konsentrasi dan fisik. gangguan tidur (khususnya bangun pagi terlalu
cepat dan sering terbangun [multiple awakenings]), nafsu makan
menurun, penurunan berat badan, dan masalah-masalah pada tubuh.
3) Gangguan kecemasan
Termasuk gangguan panik, ketakutan (fobia), gangguan obsesif-
kompulsif, gangguan kecemasan yang menyeluruh, gangguan stres
akut, dan gangguan stres pasca trauma. Tanda dan gejala ketakutan
(fobia) pada lansia tidak seberat daripada yang lebih muda, tetapi
efeknya sama. Gangguan kecemasan mulai muncul pada masa remaja
awal atau pertengahan. tetapi beberapa dapat muncul pertama kali
setelah usia 60 tahun.
Pengobatan harus disesuaikan dengan penderita dan harus
diperhitungkan pengaruh biopsikososial yang menghasilkan gangguan.
Farmakoterapi dan psikoterapi dibutuhkan.

E. Teori Penuaan
Secara garis besar teori penuaan dibagi menjadi :
1. Teori biologi
a. Biological Programming Theory
Teori program biologis merupakan suatu proses sepanjang
kehidupan sel yang terjadi sesuai dengan sel itu sendiri. Teori
waktu kehiduan makhluk
b. Wear and Tear Theory
Teori wear and tear ini menyatakan bahwa perubahan struktur dan
fungsi dapat dipercepat oleh perlakuan kejam dan diprlambat oleh
perawatan.
2. Teori psikologis
a. Erikson’s Stage of Ego Integrity
Teori Erikson tentang perkembangan manusia mengidentifikasi
tugas yang harus dicapai pada setiap tahap kehidupan.
b. Life Review Theory
Pada lansia, melihat kembali kehidupan sebelumnya merupakan
proses yang normal berkaitan dengan pendekatan terhadap
kematian.
3. Teori sosiokultural
a. Disengagement Theory
Postulat pada teori ini menyatakan bahwa lansia dan penarikan diri
dari lingkungan sosial merupakan bagian dari proses penuaan yang
normal.
b. Activity Theory
Teori aktivitas berpendapat bahwa penuaan harus disertai dengan
keaktifan beraktifitas sebisa mungkin. Teori ini memperlihatkan
efek positif dari
F. Jenis – Jenis Gangguan Jiwa Pada Lansia
1. Skizofrenia
 Gangguan jiwa skizofrenia merupakan gangguan jiwa yang berat
dan gawat yang dapat dialami manusia sejak muda dan dapat
berlanjut menjadi kronis dan lebih gawat ketika muncul pada
lanjut usia (lansia) karena menyangkut perubahan pada segi fisik,
psikologis dan sosial-budaya.
 Skizofrenia pada lansia angka prevalensinya sekitar 1% dari
kelompok lanjut usia (lansia) (Dep.Kes.1992)
Gangguan skizofrenia sebenarnya dapat dibagi menjadi beberapa
tipe, yaitu :
a. Skizofrenia paranoid (curiga, bermusuhan, garang dsb)
b. Skizofrenia katatonik (seperti patung, tidak mau makan, tidak
mau minum, dsb)
c. Skizofrenia hebefrenik (seperti anak kecil, merengek-rengek,
minta-minta, dsb)
d. Skizofrenia simplek (seperti gelandangan, jalan terus,
kluyuran)
e. Skizofrenia Latent (autustik, seperti gembel)
2. Gangguan Jiwa Afektif
Gangguan jiwa afektif adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan adanya
gangguan emosi (afektif) sehingga segala perilaku diwarnai oleh
ketergangguan keadan emosi.
a. Gangguan Afektif tipe Depresif
1. Definisi depresi
Dadang Hawari (2001) menyebutkan Depresi adalah gangguan
alam perasaan (mood) yang ditandai dengan kemurungan dan
kesedihan yang mendalam dan berkelanjutan sehingga
menyebabkan hilangnya kegairahan hidup.
2. Sedangkan Menurut Stuart dan Sundeen (1998),ada empat sumber
dari depresi yaitu :
a. Kehilangan keterikatan
b. Peristiwa besar dalam kehidupan
c. Peran dan ketegangan peran
d. Perubahan fisiologi
2. Gambaran Klinis Depresi Pada Usia Lanjut
Mengenali depresi pada usia lanjut memerlukan suatu keterampilan
dan pengalaman, karena manifestasi gejala-gejala depresi klasik :
•perasaan sedih
•kurang semangat
•hilangnya minat/hobi
•hilangnya tenaga/energi
•tidak bisa tidur
•kehilangan rasa sakit/nyeri (Depkes RI, 2001).

Menurut Brodaty, 1991 dalam Depkes RI (2001), gejala yang sering


muncul adalah:
1. Anxietas atau kecemasan
2. Preokupasi gejala fisik
3. Perlambatan motorik
4. Kelelahan
5. Mencela diri sendiri
6. Pikiran bunuh diri dan insomnia
7. Sedangkan gejala depersonalisasi, rasa bersalah, minat seksual
menurun.
G. Penatalaksaan depresi
Penatalaksanaan depresi pada usia lanjut yang adekuat menggunakan
kombinasi terapi psikologis dan farmakologis disertai pendekatan
multidisiplin yang menyeluruh seperti :
1. Terapi fisik
a. Obat (Farmakologis)
Secara umum semua jenis obat antidepresan sama efektivitasnya.
Pengobatan dimulai dengan dosis separuh dosis dewasa, lalu dinaikkan
perlahan-lahan sampai ada perbaikan gejala.
2. Terapi Psikologik
a. Psikoterapi
Psikoterapi Individu dan kelompok paling efektif dilakukan
bersama-sama dengan pemberian anti depresan
b. Terapi Kognitif
Bertujuan mengubah pola pikir pasien yang selalu negatif (persepsi
diri, masa depan, dunia, diri tak berguna, tak mapu, dsb) ke arah
pola pikir yang netral atau yang positif.
c. Terapi Keluarga
problem keluarga dapat berperan dalam perkembangan penyakit
depresi, sehingga dukungan/support terhadap pasien sangat
penting. Proses penuaan mengubah dinamika keluarga, ada
perubahan posisi dari dominasi menjadi dependen pada orang usia
lanjut.
d. Penanganan ansietas
teknik yang umum dipakai adalah program relaksasi progresif baik
secara langsung dengan infra struktur (psikolog atau terapis
okupasional) atau melalui tape recorder.

B. Gangguan Afektif tipe Manik


Gangguan ini sering timbul secara bergantian pada pasien yang mengalami
gangguan afektif tipe depresi sehingga terjadi suatu siklus yang disebut
gangguan afektif tipe Manik Depresif. Dalam keadaan Manik, pasien
menunjukkan keadaan
1. Neurosis
Sering sukar untuk mengenali gangguan ini pada lanjut usia (lansia)
karena disangka sebagai gejala ketuaan. Hampir separuhnya
merupakan gangguan yang ada sejak masa mudanya, sedangkan
separuhnya lagi adalah gangguan yang didapatkannya pada masa
memasuki lanjut usia (lansia).
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas : Nama / initial, Usia, Jenis kelamin, Alamat, Informan,
Tanggal pengkajian, RM No.
2. Keluhan utama
Keluhan biasanya berupa klien merasa dirinya sudah tidak berguna lagi,
tidak berarti, tidak ada tujuan hidup, merasa putus asa.
3. Faktor predisposisi
Menurut Amir N (2005), faktor resiko depresi adalah
a) Jenis kelamin (wanita lebih cepat depresi dibandingkan laki-laki), usia
rata-rata awitan antara 20-40 tahun)
b) Status perkawinan terutama individu yang bercerai atau berpisah,
geografis (penduduk dikota lebih sering depresi daripada penduduk di
desa)
c) Riwayat keluarga yang menderita gangguan depresi (kemungkinan
lebih sering terjadi depresi)
d) Kepribadian : mudah cemas, hipersensitif, dan lebih tergantung orang
lain
e) Dukungan sosial yaitu seseorang yang tidak terintegrasi ke dalam
masyarakat
f) Stresor sosial : peristiwa-peristiwa baik akut maupun kronik, tidak
bekerja terutama individu yang tidak mempunyai pekerjaan atau
menganggur.

B. Faktor presipitasi
 Stuart dan Sundeen (1998)
1. Kehilangan keterikatan
2. Peristiwa besar dalam kehidupan
3. Peran dan ketegangan peran
4. Perubahan fisiologik

 Perilaku
Perubahan tingkah laku yang berhubungan dengan depresi :
1. Mood depresi hampir sepanjang hari
2. Hilang miknat/rasa senang secara nyata dalam aktivitas normal
3. Berat badan menurun atau bertambah
4. Insomnia atau hipersomnia
5. Agitasi atau retardasi psikomotor
6. Kelelahan dan tidak punya tenaga
7. Rasa tidak berharga atau perasaan bersalah berlebihan
8. Sulit berkonsentrasi
9. Pikiran berulang tentang kematian, percobaan/ide bunuh diri.

C. Activity Daily Life


Pada klien lansia dengan gangguan depresi biasanya akan mengalami
masalah dalam pemenuhan nutrisi, kebutuhan istirahat tidur, kebersihan
diri, hubungan peran, merasa dirinya tidak berguna lagi, tidak berarti, tidak
ada tujuan hidup, merasa putus asa dan cenderung bunuh diri
 Psikososial
1. Genogram
2. Konsep diri
3. Hubungan sosial
 Status mental
Pada klien lansia dengan depresi biasanya memiliki afek tidak sesuai
merasa bersalah dan malu, sikap negatif yang curiga, rendah diri dan
kecemasan berat.
 Mekanisme koping
Klien apabila mendapat masalah takut atau tidak mau
menceritakannya pada orang orang lain (lebih sering menggunakan
koping menarik diri).

Resiko mencederai Isolasi : menarik


Keputusan diri diri

Resiko
kekambuhan
Perubahan Depresi
penampilan peran

Regimen terapi
inefektif

Koping individu Koping keluarga


G. Citra tubuh
inefetif inefektif
D. Diagnosa
1. Isololasi sosial (menarik diri) b.d depresi
2. Resiko perilaku kekerasan b.d depresi
3. Depresi b.d gangguan citra tubuh
4. Depresi b.d koping indidvidu inefektif
5. Resiko kekambuhan b.d regimen terapi inefektif
6. Regimen terapi inefektif b.d koping keluarga inefektif

E. Rencana Asuhan Keperawatan


Diagnosa 1: isolasi sosial (menarik diri) b.d depresi
TUM: Klien dapat berinteraksi dengan orang lain sehingga tidak terjadi
halusinasi
TUK 1: Klien dapat membina hubungan saling percaya
TUK 2: Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri
TUK 3: Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain
dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.
Intervensi Rasional
1. Sapa klien dengan ramah baik 1. Kesan pertama pada klien
verbal maupun non verbal sangat menentukan untuk
2. Perkenalkan diri dengan sopan BHSP
3. Tanyakan nama lengkap klien 2. Kepercayaan klien terhadap
dan nama panggilan yang perawat akan muncul jika klien
disukai mengenal perawat tersebut.
4. Jelaskan tujuan pertemuan 3. Perhatian terhadap klien akan
5. Jujur dan menepati janji membuat klien merasa
6. Tunjukkan sikap empati dan dihargai.
menerima klien apa adanya 4. Mengurangi rasa takut klien
7. Berikan perhatian kepada klien terhadap perawat
dan perhatian kebutuhan dasar 5. Untuk meningkatkan
klien kepercayaan klien.
6. Penerimaan akan keadaan klien
akan membuat klien merasa
lebih nyaman untuk
mengungkapkan perasaannya
7. Kepedulian terhadap klien
akan meningkatkan
kepercayaan terhadap perawat

Diagnosa 2: Resiko perilaku kekerasan b.d depresi


TUM: Klien tidak menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
TUK 1: Klien dapat membina hubungan saling percaya
TUK 2: Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
TUK 3: Klien dapat mengidentifikasi cara mengontrol prilaku kekerasan
Intervensi Rasional
1. Sapa klien dengan ramah baik 1. Kesan pertama pada klien
verbal maupun non verbal sangat menentukan untuk
2. Jelaskan tujuan pertemuan BHSP.
3. Jujur dan menepati janji 2. Mengurangi rasa takut klien
4. Tunjukkan sikap empati dan terhadap perawat
menerima klien apa adanya 3. Untuk meningkatkan
5. Berikan perhatian kepada klien kepercayaan klien.
dan perhatian kebutuhan dasar 4. Penerimaan akan keadaan klien
klien akan membuat klien merasa
lebih nyaman untuk
mengungkapkan perasaannya
5. Kepedulian terhadap klien
akan meningkatkan
kepercayaan terhadap perawat
DAFTAR PUSTAKA

Dermawan & Rusdi, 2013, Keperawatan jiwa Konsep dan Kerangka Kerja
Asuhan Keperawatan Jiwa, Gosyen Publishing, Yogyakarta
Desiningrum, RD 2014, „Kesejahteraan Psikologis Lansia Janda/Duda Ditinjau
Dari Persepsi Terhadap Dukungan Sosial Dan Gender‟, Jurnal Psikolog
Undip.Vol.13.No.2 Oktober 2014, hlm.102-106
Ekowati, RC 2008, Penyesuaian diri terhadap hilangnya pasangan hidup pada
lansia, Skripsi. Fakultas Psikologi : Universitas Senata Dharma Yogyakarta.

Gunarsa, SD 2009, Dari anak sampai usia lanjut: Bunga Rampai Psikologi
Perkembangan, Gunung Mulia, Jakarta.

Hastono, PS 2010, Analisa Data Kesehatan, FKM UI, Depok.

Hastono, PS & Sabri, L 2011, Statistik Kesehatan, Rajawali Pers, Jakarta

Kurniasari, DN 2014, Faktor-faktor yang berhubungan dengan depresi pada


lansia didusun kalimanjung ambarketawang gamping sleman Yogyakarta.
Skripsi Fakultas Kedokteran Dan Ilmu kesehatan : Universitas Muhamadiyah
Yogyakarta.

Lestari, DS et al, 2012, Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Harga Diri


Pendertia Kusta Rawat Jalan Di RS.Rehatta Donorojo Jepara. Skripsi.
STIKES Telogorejo Semarang.

Mandasari, 2007, Perbedaan loneliness pada pria dan wanita usia lanjut setelah
mengalami kematian pasangan hidup, Jurnal Fakultas Psikologi.Universitas
Gunadarma.

Maryam, SR, et.al 2011, Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya, Salemba
Medika, Jakarta.

Septianingsih, SD & Na‟imah, T 2014, „Kesepian pada lanjut usia ; studi


tentang bentuk faktor pencetus dan strategi koping‟, Jurnal Fakultas psikologi
Universitas Muhamadiyah Purwokerto Jawa tengah.

Susilo, E & Purwaningsih, P 2014, „Hubungan Dukungan Keluarga Dengan


Mekanisme Koping Pada Lansia Didesa Leyangan Kecamatan Ungaran
Timur Kabupaten Semarang‟, Jurnal Stikes Ngudi Waluyo.2014, hlm.1-10.

Anda mungkin juga menyukai