Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK

ASPEK PENDEKATAN SPIRITUAL PERAWATAN USIA LANJUT

Disusun Oleh Kelompok 1


Nama Anggota :
1. Erwin Nur H (22018011)
2. Ika Listiorini (22018016)
3. Dian Ratri W (22018020)
4. Ana Kartika (22018033)
5. Zida Shufi A (22018037)
6. Fitria Candra (22018042)

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


STIKES ESTU UTOMO BOYOLALI
2021

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan
makalah ini tepat waktu.Makalah ini tentang Aspek Pendekatan Spiritual Perawatan Usia Lanjut
yang disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Keperawatan Gerontik.Namun, kami
menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu,
masukan berupa kritik dan saran yang bersifat membangun senantiasa kami harapkan demi
perbaikan makalah ini.Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca baik itu mahasiswa
maupun masyarakat dan dapat menjadi sumber ilmu pengetahuan yang berguna untuk kita
semua. Akhir kata kami ucapkan terima kasih.

Boyolali, 10 Oktober 2021

Kelompok 1

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2

DAFTAR ISI...................................................................................................................................3

BAB I...............................................................................................................................................4

PENDAHULUAN..............................................................................................................................4

A. Latar Belakang......................................................................................................................4

B. Rumusan Masalah.................................................................................................................5

C. Tujuan...................................................................................................................................5

BAB II.............................................................................................................................................7

PEMBAHASAN..............................................................................................................................7

A. Definisi.................................................................................................................................7

B. Teori perkembangan.............................................................................................................8

C. Keputusasaan......................................................................................................................10

D. Praktik Keperawatan dan Kehidupan Spiritualitas Pada Usia Lanjut................................11

E. Tinjauan Keyakinan Religious...........................................................................................12

BAB IV..........................................................................................................................................13

PENUTUP.....................................................................................................................................13

A. Kesimpulan.........................................................................................................................13

B. Saran...................................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................15

3
4
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masa tua adalah masa paling akhir dari siklus kehidupan manusia, pada masa-masa ini
akan terjadi proses penuaan atau aging yang merupakan suatu proses yang dinamis sebagai
akibat dari perubahan-perubahan sel, fisioligis dan psikologis. Pada masa ini manusia
berpotensi mempunyai masalah-masalah kesehatan secara umum maupun kesehatan jiwa
(Damayanti : 2008). Lansia (lanjut usia) bukan suatu penyakit tapi tahap lanjut dari proses
kehidupan manusia, walaupun bukan penyakit tetapi kondisi ini dapat menimbulkan masalah
fisik, sosial dan mental. Kaum lanjut usia sering dianggap tidak berdaya, sakit-sakitan, tidak
produktif dan sebagainya. Tidak jarang mereka diperlakukan sebagai beban keluarga,
masyarakat, hingga negara. Orang yang sudah lanjut usia seringkali mendapat perlakuan yang
sebenarnya tidak mereka inginkan, misalnya selalu disuruh duduk saja. Apa yang orang muda
lakukan pada mereka yang sudah lansia sebenarnya merupakan suatu kesalahan.(, M.Ag,
2017)

Salah satu indikator keberhasilan pembangunan kesehatan di Indonesia adalah


meningkatnya usia harapan hidup. Semakin meningkatnya usia harapan hidup, menyebabkan
jumlah lanjut usia lansia terus meningkat dari tahun ke tahun. Peningkatan usia harapan hidup
tersebut selain menjadi indikator keberhasilan juga menimbulkan permasalahan baru yang
semakin kompleks berkaitan dengan penurunan kondisi kesehatan fisik, permasalahan
psikologis, sosial dan spiritual . Umumnya masalah psikologis yang dapat terjadi pada lansia
adalah kesepian . Kesepian merupakan hasil interaksi dengan individu lain yang tidak sesuai
dengan apa yang diharapkan sebelumnya. Sedangkan tingkat kesepian adalah suatu rentang
tinggi atau rendahnya perasaan subyektif individu yang berupa perasaan perasaan negatif
seperti terasing, tidak adanya kedekatan dengan orang lain.

Masalah kesepian lebih dominan terjadi pada lansia yang tinggal di Panti. Keterpisahan
dengan anggota keluarga atau lebih spesifik dengan anak-anak, terlebih lagi ketika keluarga
tidak mampu untuk merawat lansia, mengharuskan mereka pada akhirnya tinggal di panti.
Keadaan ini dapat menimbulkan perasaan hampa pada diri lansia dan semakin menambah

5
perasaan kesepian yang mereka alami . Salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya
kesepian pada lansia adalah faktor spiritual yaitu akibat kekosongan spiritual . Penelitian
Larson mengungkapkan bahwa penghayatan keagamaan ternyata besar pengaruhnya terhadap
taraf kesehatan fisik dan mental lansia . Karena kesehatan secara holistik meliputi sehat
biopsikososial dan spiritual. Perawat sebagai tenaga kesehatan yang profesional mempunyai
kesempatan yang paling besar untuk memberikan pelayanan kesehatan khususnya asuhan
keperawatan yang komprehenshif dengan membantu manusia memenuhi kebutuhan dasar
yang holistik . Untuk itu diperlukan berbagai cara pendekatan yang berkaitan dengan
pembinaan kehidupan lansia, salah satunya pendekatan spiritual.

Spiritualitas meningkatkan kualias hidup terutama orang tua yang memiliki masalah
kesehatan fisik contohnya lansia. Individu yang mengalami pengobatan atau terapi pada
penanganan ini mungkin mengidentifikasi konsep spiritual berbeda dengan orang lain. Mereka
yang memiliki kadar kecerdasan spiritual cenderung memiliki tingkat kualitas hidup yang
lebih tinggi. Kemampuan untuk melakukan kegiatan sehari-hari didasarkan dengan keyakinan
spiritual sesorang adalah kualitas hidup itu sendiri.Spiritualitas memiliki keterkaitan dengan
kualitas hidup dan memiliki efek positif bagi kehidupan lansia. Orang orang memiliki
kepercayaan diri kepada Tuhan dan percaya penyakit mereka akan disembuhkan melalui doa,
membaca kitab suci, dan mendatangi pelayanan spiritual. (Herliawati, Maryatun, & Herawati,
2014)

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja teori perkembangan?
2. Apa itu keputusasaan ?
3. Apa aspek spiritualitas pada lanjut usia?
4. Apa saja praktek keperawatan dan kehidupan spiritual?
5. Apa saja tinjauan keyakinan religious?

C. Tujuan
Adapun tujuan penyusunan :
1. Tujuan Khusus

6
Pembuatan makalah bertujuan agar mahasiswa mengerti mengenai masalah aspek
pendekatan spiritual perawatan usia lanjut.

2. Tujuan Umum
a. Mampu mengetahui teori perkembangan.
b. Mampu mengetahui keputusasaan.
c. Mampu mengetahui aspek spiritualitas pada lanjut usia.
d. Mampu mengetahui praktek keperawatan dan kehidupan spiritual.

7
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Lanjut usia adalah tahap dimana terjadi penuaan dan penurunan, yang
penurunannya lebih jelas dan lebih dapat diperhatikan daripada tahap usia bayi. Penuaan
merupakan perubahan kumulatif pada makhluk hidup. Pada manusia, penuaan
dihubungkan dengan perubahan degenerative pada kulit, tulang, jantung, pembuluh
darah, paru-paru, saraf dan jaringan tubuh lainnya. Dengan kemampuan yang terbatas,
mereka lebih rentan terhadap berbagai penyakit, sindroma dan kesakitan dibandingkan
dengan dewasa lainnya. (Herliawati et al., 2014)
Spiritualitas merupakan dimensi yang paling penting bagi kesejahteraan perasaan
pada lansia. Spiritualitas pada lansia dianggap sebagai jembatan antara putus asa dan
kebermaknaan dalam hidup. Spiritualitas merupakan bagian dari kualitas hidup yang
berada dalam doamain kapasitas diri yang terdiri dari nilai nilai personal, standar
personal dan kepercayaan. Spiritualitas mampu membantu individu dalam menemukan
makna dan tujuan dalam hidup mereka dan lebih menunjukan nilai personalnya. Nilai
personal ini merefleksikan hasrat untuk membuat perbedaan dan membantu untuk
membuat dunia lebih bermakna. Oleh karena itu, memiliki spiritualitas dalam kehidupan
sehari-hari sangatlah penting untuk membuat kita menjadi individu yang utuh dan
bermakna (Moningka, 2018)
Spiritual berasal dari kata spirit. Spirit sering diartikan sebagai ruh atau jiwa yang
merupakan suatu bentuk energi yang hidup dan nyata. Meskipun tidak terlihat oleh mata
dan tidak memiliki badan fisik seperti manusia, spirit 4 itu ada dan hidup. Spirit dapat
diajak berkomunikasi sama seperti kita berbicara dengan manusia lain. Aspek spiritual ini
selayaknya menjadi bagian dari dimensi manusia yang matang, sehingga berbagai
permasalahannya yang dihadapi oleh lansia secara tidak langsung dapat diminimalisir,
bahan dihilangkan dengan kehidupan spiritualitas yang kuat.
Kebutuhuan spiritual adalah kebutuhan untuk mempertahankan atau
mengembalikan keyakinan dan memenuhi kewajiban agama, serta kebutuhan untuk
mendapatkan maaf atau pengampunan, mencintai, menjalin hubungan penuh rasa percaya

8
dengan Tuhan. Spiritual juga mencakup hubungan degan diri sendiri, hubungan dengan
alam harmonis, hubungan dengan orang lain, dan hubungan dengan ketuhanan (Athurrita,
2016) . Pemenuhan kebutuhan spiritual setiap individu memiliki cara yang berbeda sesuai
dengan usia, jenis kelamin, budaya, agama dan kepribadian, individu. Kebutuhuan
spiritualitas tidak dapat dipisahkan dari berbagai faktor yang mempengaruhi, diantaranya
adalah perkembangan, budaya, keluarga, agama, pengalaman hidup sebelumnya, krisis
dan perubahan yang terjadi pada lansia antara lain perubahan fisik, mental, psikososial
dan perkembangan spiritual. Perkembangan spiritual yang baik akan membantu lansia
untuk menghadapi kenyataan, berperan aktif dalam kehidupan. Perubahan spiritual pada
lansia ditandai dengan semakin matangnya pada lansia dalam kehidupan keagamaan dan
kepercayaan yang terintegrasi dalam kehidupan dan terlihat dalam pola berfikir dan
bertindak sehari hari.Perubahan dalam kebutuhan 5 spiritual merupakan salah satu
parameter yang mempengaruhi kualitas hidup Lansia (Patrianus Khristian Sumule, 2012)

B. Teori Perkembangan
1. Menurut Potter & Perry (2005) tugas perkembangan muncul dari banyak sumber.
Tugas-tugas tersebut muncul dari kematangan fisik, tekanan budaya dari
masyarakat, dan nilai serta aspirasi pribadi. Tugas perkembangan utama pada lansia
adalah mengklarifikasi, memperdalam, dan menemukan fungsi seseorang yang sudah
diperoleh dari proses belajar dan beradaptasi seumur hidup. Ahli teori perkembangan
menyakini bahwa sangatlah penting bagi lansia untuk terus tumbuh, berkembang, dan
mengubah diri mereka jika ingin mempertahankan dan ingin meningkatkan kesehatan.
2. Menurut Erickson dalam Potter & Perry (2005)
Menurut Erickson, kesiapan lansia untuk beradaptasi atau menyesuaikan diri
terhadap tugas perkembangan usia lanjut dipengaruhi oleh proses tumbuh kembang
pada tahap sebelumnya. Apabila seseorang pada tahap tumbuh kembang sebelumnya
melakukan kegiatan sehari-hari dengan teratur dan baik serta membina hubungan yang
serasi dengan orang-orang disekitarnya, maka pada usia lanjut ia akan tetap melakukan
kegiatan yang biasa ia lakukan pada tahap perkembangan sebelumnya seperti olahraga,
mengembangkan hobi bercocok tanam dan lain-lain. Adapun tugas perkembangan
lansia adalah sebagai berikut :
a. Mempersiapkan diri untuk kondisi yang menurun.

9
b. Mempersiapkan diri untuk pensiun.
c. Membentuk hubungan baik dengan orang seusianya.
d. Mempersiapkan kehidupan baru.
e. Melakukan penyesuaian terhadap kehidupan social atau masyarakat secara santai.
f. Mempersiapkan diri untuk kematiannya dan kematian pasangan.
3. Menurut Peck dalam Potter & Perry (2005)
Peck mengkonseptualisasi tiga tugas yang berisi pengaruh dari hasil konflik antara
perbedaan integritas dan keputusasaan.
a. Perbedaan ego versus preokupasi peran kerja Tugas ini membutuhkan pergeseran
sistem nilai seseorang yang memungkinkan lansia untuk mengevaluasi ulang dan
mendefinisikan kembali pekerjaan mereka. Penilaian ulang ini mengarahkan lansia
untuk mengganti peran yang sudah hilang dan aktivitas baru. Selanjutnya, lansia
mampu menemukan cara-cara baru memandang diri mereka sendiri sebagai orang
yang berguna selain peran orang tua dan okupasi.
b. Body Transendens versus preokupasi tubuh Sebagaian besar lansia mengalami
beberapa penurunan fisik. Untuk beberapa orang, kesenangan dan kenyamanan
berarti kesejahteraan fisik. Orang-orang tersebut mungkin mengalami kesulitan
terbesar dan mengabaikan status fisik mereka. Peck mengemukakan bahwa dalam
sistem nilai mereka, sumber-sumber kesenangan sosial, mental dan rasa
menghormati diri sendiri dapat mengabaikan kenyamanan fisik semata.
c. Transendensi ego versus preokupasi ego Peck mengemukakan bahwa cara paling
konstruktif untuk hidup ditahun-tahun terakhir dapat didefinisikan : hidup secara
dermawan dan tidak egois yang merupakan prospek dari kematian personal (The
Right Of The Ego). Yang bisa disebut paras dan perasaan kurang penting
dibandingkan pengetahuan yang telah diperoleh seseorang untuk masa depan yang
lebih luas dan lebih panjang daripada yang dapat dicakup dari ego seseorang.
Manusia menyelesaikan hal melalui warisan mereka, anak-anak mereka, kontribusi
mereka pada masyarakat dan persahabatan mereka. Kemudian, untuk mencapai
integritas, seseorang harus mengembangkan kemampuan untuk mendefinisikan diri
kembali, untuk melepas identitas okupasi, untuk bangkit dari ketidaknyamanan

10
fisik, dan untuk membentuk makna pribadi yang melampaui jangkauan pemusatan
diri. (Alhogbi, 2017)
4. Teori Perkembangan
Menurut Havigurst (1972) Teori ini menyatakan bahwa tugas perkembangan
padamasa tua adalah :
a. Menyesuaikan diri dengan penurunan kekuatan fisik dan kesehatan
b. Menyesuaikan diri dengan masa pensiun dan berkurangnya penghasilan.
c. Menyesuaikan diri dengan kematian pasangan hidup
d. Membentuk hubungan dengan orang-orang yang sebaya
e. Membentuk pengaturan kehidupan fisik yang memuaskan
f. Menyesuaikan diri dengan peran sosial secara luwes Penyesuaian diri yang
dilakukan lansia yakni untuk beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang harus
dilalui oleh seorang lansia sehingga dapat mencapai tugas perkembangan yang
sesuai. (Ii & Teori, 2017)

C. Keputusasaan
1. Definisi
Keputusasaan adalah keadaan emosional subjektif yang berkepanjangan ketika
individu tidak menemukan alternatif atau pilihan pribadi guna memecahkan masalah
yang dihadapi atau mencapai hal yang diinginkan dan tidak dapat mengerahkan energi
demi kepentingannya sendiri guna menetapkan sejumlah tujuan. Keputuasaan berbeda
dari ketidakberdayaan, yakni ketika seseorang yang putus asa tidak menemukan solusi
atas permasalahannya atau cara untuk mencapai hal yang diinginkan, sekalipun ia
memegang kendali atas kehidupannya. Seseorang yang tidak berdaya mampu melihat
alternatif atau jawaban atas permasalahannya, namun tidak mampu melakukan upaya
apapun karena kurangnya kendali atau sumber daya yang dimiliki (Carpenito-Moyet,
2013).
Keputusasaan adalah kondisi subjektif yang ditandai dengan individu memandang
hanya ada sedikit bahkan tidak ada alternatif atau pilihan pribadi dan tidak mampu
memobilisasi energi demi kepentingansendiri (NANDA, 2012).Perkembangan dilanjut
usia adalah tercapainya integritas dalam diri seseorang, artinya ia berhasil memenuhi
komitmen dalam hubungan dengan dirinya sendiri dan dengan pribadi lain. Kalau

11
seseorang tidak dapat mencapai integritas, maka ia akan mengalami keputusasaan. Ia
merasa tidak berguna dala hidupnya.
2. Perubahan – perubahan yang terjadi pada lansia
Semakin bertambahnya umur manusi, terjadi proses penuaan secaradegenerative
yang akan berdampak pada perubahan – perubahan pada diri manusia, tidak hanya
perubahan fisik, tetapi jga kognitif, perasaan, social san sexsual ( Azizah dan Lilik M,
2011).

D. Aspek Spiritual Pada Lanjut Usia


Spiritual merupakan suatu dimensi kesejahteraan bagi lansia yang dapat
menguangi beragai permasalahan minsalnya stress dan kecemasana, selain itu juga dapat
mempertahan keberadaan diri sendiri dan tujuan dalam kehidupan (Lubis, V. H, Novianti,
& Peters M.S, 2020). Adapun salah satu tanda dalam perubahan spiritual pada lanjut usia
dengan terus menjadi matangnya lanjut usia dalam kehidupan yang berhubungan dengan
keagamaan. Perubahan kebutuhan spiritual ialah contoh parameter yang mempengaruhi
dalam kualitas hidup lanjut usia (Sudaryanto A, 2013).

Kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan dalam mempertahankan suatu


kepercayaan serta memenuhi kewajiban, dan kebutuhan mendapatkan maaf dan
pengampunan, mencintai, menjalani ikatan penuh rasa percaya terhadap Tuhan, maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa kebutuhan spiritual adalah mencari suatu arti serta tujuan
hidup, kebutuhan mencintai dan memberikan serta mendapat maaf (Rahmawati, 2015).
Spiritual yang baik dibuktikan dapat memberikan pengaruh dalam kehidupan lansia salah
santunya dalam kualitas hidup lansia

Kualitas hidup ialah tanggapan individu pada kehidupan yang berkaitan budaya
yang ada serta nilai dimana individu tersebut tinggal, berkaitan dengan suatu tujuan serta
suatu harapan. Adapun faktor yang berkontribusi dalam peningkatan kualitas hidup
individu ialah pekerjaan, usia, jenis kelamin, status pernikahan, Pendidikan, penghasilan,
aspek psikis, sosial, fisik, serta mental (Ardiani et al., 2014; Samper et al., 2017).

E. Praktik Keperawatan dan Kehidupan Spiritualitas Pada Usia Lanjut


Praktik dan peran keperawatan dalam meningkatkan spiritualitas lansia yaitu harus
bersifat individual perawat harus bisa memberikan ketenangan dan kepuasan batin dalam
hubungan dengan Tuhan atau agama yang dianutnya terutama bila klien lanjut usia dalam
keadaan sakit atau mendekati kematian. Dalam menghadapi kematian setiap klien lanjut
usia akan memberikan reaksi yang berbeda tergantung dari kepribadian dan cara mereka
menghadapi hidup ini. Sebab itu, perawat harus meneliti dengan cermat, dimanakah letak

12
keramahan dan letak kekuatan klien agar perawat selanjutnya akan terarah. Ketika
memberikan asuhan keperawatan pada klien, perawat diharapkan untuk peka terhadap
kebutuhan spiritual klien, tetapi dengan berbagai alasan ada kemungkinan perawat justru
mengindari untuk memberikan asuhan spiritual. Beberapa indikator praktik keperawatan
untuk memenuhi kebutuhan spiritualitas usia lanjut antara lain :
1. Merumuskan arti personal yang positif tentang tujuan keberadaan kehidupan di dunia.
2. Mengembangkan arti penderitaan dan meyakini hikmah dari suatu kejadian atau
penderitaan.
3. Menjalin hubungan positif dan dinamis melalui keyakinan, rasa percaya dan cinta
kasih yang tinggi.
4. Membina integritas personal dan merasa diri berharga.
5. Merasakan kehidupan yang terarah terlihat melalui harapan.
6. Mengembangkan hubungan antar manusia dengan positif.
Pemenuhan kebutuhan spiritual pada kehidupan usia lanjut tidak hanya berhenti
pada dimensi pengetahuan tapi diteruskan ke aspek selanjutnya yaitu Religious effect (the
consequential dimension) yaitu dimensi yang mengukur sejauh mana perilaku seseorang
dimotivasi oleh ajaran ajaran agamanya dalam kehidupan sosial, misalnya apakah ia
mengunjungi anggota panti yang sakit, menolong orang yang kesulitan, mendermakan
hartanya, dan sebagainya .Selain itu dapat diketahui bahwa pada lansia dengan sering
mengikuti bimbingan keagamaan maka lebih baik pula pemenuhan kebutuhan
spiritualnya. Lansia yang sudah tahu mengenai pokok pokok dasar pengetahuan tentang
ajaran agama yang dianutnya paling tidak sudah tahu mengenai norma-norma dalam
agamanya, hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan dalam agamanya. (Kozier,2012)

F. Tinjauan Keyakinan Religious


Religious didefinisikan sebagai sebuah perangkat kepercayaan yang merujuk pada
aktifitas yang didasarkan atas keyakinan dan keimanan baik yang dilakukan dengan kasat
mata maupun sesuatu yang tak kasat mata (Bjarnason, 2012).
Religious merupakan hal yang penting yang mana memiliki tiga focus utama yaitu
sebagai alat untuk mengidentifikasi praktek keagamaan seseorang termasuk kegiatan
ibadah, dan kepercayaan terhadap agama yang dianutnya.Beberapa peneliti menekankan
bahwa hilangnya kontrol sebagai penyebab utama resistensi. Dengan kata lain, seseorang

13
mungkin menolak perubahan karena mereka merasa kendali atas situasi kehidupan
mereka diambil dari mereka karena adanya perubahan. (Bjarnason,2012)
Keimanan atau keyakinan religius ini sangat penting dalam kehidupan personal
individu, bahkan keimanan diketahui sebagai suatu faktor yang sangat kuat dalam
penyembuhan dan pemulihan fisik. Penting bagi perawat guna meningkatkan pemahaman
tentang konsep spiritual supaya dapat memberikan asuhan spiritual dengan baik kepada
klien. (Saputri,2019)

14
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Spiritualitas merupakan dimensi yang paling penting bagi kesejahteraan perasaan
pada lansia. Spiritualitas pada lansia dianggap sebagai jembatan antara putus asa dan
kebermaknaan dalam hidup. Spiritualitas merupakan bagian dari kualitas hidup yang
berada dalam doamain kapasitas diri yang terdiri dari nilai nilai personal, standar
personal dan kepercayaan. Spiritualitas mampu membantu individu dalam menemukan
makna dan tujuan dalam hidup mereka dan lebih menunjukan nilai personalnya.

B. Saran
Bagi mahasiswa diharapkan untuk dapat memahami aspek pendekatan spiritual
perawatan usia lanjut.
Bagi mahasiswa diharapkan dapat mengaplikasikan aspek pendekatan spiritual perawatan
usia lanjut.

15
16
DAFTAR PUSTAKA
Ardiani, H., Lismayanti, L., & Rosnawaty, R. (2014). FaktorFaktor Yang Berhubungan Dengan
Kualitas Hidup Lansia Di Kelurahan Mugasari Kecamatan Tamansari Kota Tasikmalaya Tahun
2014. Hal 42-50.

, M.Ag, D. S. R. (2017). Pendekatan Konseling Spiritual Pada Lanjut Usia (Lansia). Al-Hiwar :
Jurnal Ilmu Dan Teknik Dakwah, 3(5), 34–47. https://doi.org/10.18592/al-hiwar.v3i5.1198

Alhogbi, B. G. (2017). Tipe Lanjut Usia. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9),
21–25. Retrieved from http://www.elsevier.com/locate/scp

Bjarnason, D. (2012). Nurse religiosity and end-of-life care. Journal of Research in Nursing,
17(1), 78-91.

Herliawati, H., Maryatun, S., & Herawati, D. (2014). Pengaruh Pendekatan Spiritual Terhadap
Tingkat Kesepian Pada Lanjut Usia Di Panti Sosial Tresna Werdha Warga Tama Kelurahan
Timbangan Kecamatan Indralaya Utara. Jurnal Keperawatan Sriwijaya, 1(1), 21–27.

Carpenito-Moyet. ( 2013). Diagnosa Keperawatan : Aplikasi pada Praktek Klnik ( Terjemahan).


Edisi 6. Jakarta: EGC

Ii, B. A. B., & Teori, A. U. (2017). No Title. (2012), 10–26.

Kozier, B., Erb, Berman, Snyder. (2012). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses,
dan Praktik. (Pamilih, E, K., Devi, Y., Yuyun, Y., Ana, L., &Wilda, E., Penerjemah). Ed. 7,
Vol 1. Jakarta: EGC

Lubis, Vebry Haryati., Novianti., dan Peters Martungkar Simanjuntak. (2020). Hubungan
Kebutuhan Spritual Dengan Kualitas Hidup Lansia Komunitas Muslim Rw 006 Kelurahan
Pondok Kacang Timur Kecamatan Pondok Aren Tangerang Selatan Tahun 2020. Jurnal
Kesehatan STIKes IMC Bintaro, III (2), 2020: 90-97.

Patrianus Khristian Sumule. (2012). No Title ‫طرق تدريس اللغة العربية‬. Экономика Региона, 2(July),
32.

Saputri, Yulia Cahyu (2019) ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA DENGAN MASALAH

17
KEPERAWATAN HAMBATAN RELIGIUS Di UPT Panti Werdha Magetan. Tugas Akhir
(D3) thesis, Universitas Muhammadiyah Ponorogo.

Sudaryanto, A. (2013). Spritualitas Lanjut Usia (Lansia) Di Unit Pelayanan Teknis Panti Sosial
Lanjut Usia Magetan. Prosiding Seminar Ilmiah Nasional Kesehatan, ISSN: 2338-2694.

Rahmawati, R., & Sya'diyah, S. N. (2015). Gambaran Kebutuhan Spiritual Pada Lansia Yang
Beragama Islam Di Desa Sraturejo Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro Tahun
2014. Asuhan Kesehatan: Jurnal Ilmiah Ilmu Kebidanan dan Keperawatan, 6(2)

18

Anda mungkin juga menyukai