P DENGAN
DAERAH SURAKARTA
DI SUSUN OLEH :
Retna Puspitasari
22018021
BOYOLALI
A. DEFINISI
Perilaku kekerasan adalah nyata melakukan kekerasan ditujukan pada diri sendiri/orang
lain secara verbal maupun non verbal dan pada lingkungan. Perilaku kekerasan atau agresif
merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun
psikologis. Marah tidak memiliki tujuan khusus, tapi lebih merujuk pada suatu perangkat
perasaan-perasaan tertentu yang biasanya disebut dengan perasaan marah (Depkes RI, 2006,
Berkowitz, 1993 dalam Dermawan dan Rusdi, 2013).
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seorang melakukan tindakan yang dapat
membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain dan lingkungan yang
dirasakan sebagai ancaman (Kartika Sari, 2015).
Resiko perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan
yang dapat membahayakan secara fisik, baik pada dirinya sendiri maupun orang lain, disertai
amuk dan gaduh gelisah yang tak terkontrol (Farida & Yudi, 2011).
B. ETIOLOGI
a. Faktor Predisposisi
1) Teori Biologis
a) Neurologic Faktor
b) Genetic Faktor
Adanya faktor gen yang diturunkan melalui orang tua, menjadi potensi perilaku
agresif. Dalam gen manusia terdapat dorman (potensi) agresif yang sedang tidur akan
bangun jika terstimulasi oleh faktor eksternal. Menurut penelitian genetik tipe
karyotype XYY, pada umumnya dimiliki oleh penghuni pelaku tindak kriminal serta
orang-orang yang tersangkut hukum akibat perilaku agresif (Mukripah Damaiyanti,
2012).
c) Cycardian Rhytm
Irama sikardian memegang peranan individu. Menurut penelitian pada jam sibuk
seperti menjellang masuk kerja dan menjelang berakhirnya kerja ataupun pada jam
tertentu akan menstimulasi orang untuk lebih mudah bersikap agresif (Mukripah
Damaiyanti, 2012).
d) Faktor Biokimia
Gangguan pada sistem limbik dan lobus temporal, siindrom otak, tumor otak,
trauma otak, penyakit ensepalitis, epilepsi ditemukan sangat berpengaruh terhadap
perilaku agresif dan tindak kekerasan (Mukripah Damaiyanti, 2012).
2) Teori Psikogis
a) Teori Psikoanalisa
Menurut teori ini perilaku kekerasan bisa berkembang dalam lingkungan yang
mentolelir kekerasan. Adanya contoh, model dan perilaku yang ditiru dari media atau
lingkungan sekitar memungkinkan individu meniru perilaku tersebut. Dalam suatu
penelitian beberapa anak dikumpulkan untuk menontn tayangan pemukulan pada
boneka dengan reward positif ( semakin keras pukulannya akan diberi coklat). Anak
lain diberikan tontonan yang sama dengan tayangan mengasihi dan mencium boneka
tersebut dengan reward yang sama (yang baik mendapat hadiah). Setelah anak – anak
keluar dan diberi boneka ternyata masing-masing anak berperilaku sesuai dengan
tontonan yang pernah dilihatnya (Mukripah Damaiyanti, 2012).
c) Learning Theory
a. Faktor Predisposisi
Faktor pengalaman yang dialami tiapmorang yang merupakan faktor predisposis, artinya
mungkin terjadi/mungkin tidak terjadi perilaku kekerasan jika faktor berikut dialami oleh
individu:
a) Teori Psikoanalitik, teori ini menjelaskan tidak terpenuhinya kepuasan dan rasa
aman dapat mengakibatkan tidak berkembangnya ego dan membuat konsep diri yang
rendah. Agresif dan kekerasan dapat memberikan kekuatan dan meningkatkan citra
diri (Nuraenah, 2012).
4) Bioneurologis, banyak bahwa kerusakan sistem limbik, lobus frontal, lobus temporal
dan ketidak seimbangan neurotransmitter turut berperan dalam terjadinya perilaku
kekerasan (Eko Prabowo, 2014).
D. FAKTOR PRESIPITASI
Secara umum seseorang akan marah jika dirinya merasa terancam, baik berupa injury
secara fisik, psikis atau ancaman knsep diri. Beberapa faktor pencetus perilaku kekerasan adalah
sebagai berikut:
2) Interaksi: penghinaan, kekerasan, kehilangan orang, merasa terancam baik internal dari
permasalahan diri klien sendiri maupun eksternal dari lungkungan.
E. MANIFESTASI KLINIS
Perawat dapat mengidentifikasi dan mengobservasi tanda dan gejala perilaku kkekerasan:
(Mukripah Damaiyanti, 2012)
F. PENATALAKSANAAN
a. Farmakoterapi
Pasien dengan ekspresi marah perlu perawatan dan pengobatan mempunyai dosis
efektif tinggi, contohnya: clorpromazine HCL yang berguna untuk mengendalikan
psikomotornya. Bila tidak ada dapat bergunakan dosis efektif rendah. Contohnya
trifluoperasineestelasine, bila tidak ada juga maka dapat digunakan transquilizer bukan
obat anti psikotik seperti neuroleptika, tetapi meskipun demikian keduanya mempunyai
efek anti tegang,anti cemas,dan anti agitasi (Eko Prabowo, 2014).
b. Terapi okupasi
Terapi ini sering diterjemahkan dengan terapi kerja terapi ini buka pemberian
pekerjaan atau kegiatan itu sebagai media untuk melakukan kegiatan dan mengembalikan
kemampuan berkomunikasi, karena itu dalam terapi ini tidak harus diberikan pekerjaan
tetapi segala bentuk kegiatan seperti membaca koran, main catur dapat pula dijadikan
media yang penting setelah mereka melakukan kegiatan itu diajak berdialog atau
berdiskusi tentang pengalaman dan arti kegiatan uityu bagi dirinya. Terapi ni merupakan
langkah awal yang harus dilakukan oleh petugas terhadap rehabilitasi setelah
dilakukannya seleksi dan ditentukan program kegiatannya (Eko Prabowo, 2014).
d. Terapi somatik
Menurut depkes RI 2000 hal 230 menerangkan bahwa terapi somatic terapi yang
diberikan kepada pasien dengan gangguan jiwa dengan tujuan mengubah perilaku yang
mal adaftif menjadi perilaku adaftif dengan melakukan tindakan yang ditunjukkan pada
kondisi fisik pasien,terapi adalah perilaku pasien (Eko Prabowo, 2014).
Terapi kejang listrik atau electronic convulsive therapy (ECT) adalah bentuk
terapi kepada pasien dengan menimbulkan kejang grand mall dengan mengalirkan arus
listrik melalui elektroda yang menangani skizofrenia membutuhkan 20-30 kali terapi
biasanya dilaksanakan adalah setiap 2-3 hari sekali (seminggu 2 kali) (Eko Prabowo,
2014).
G. PSIKOPATOLOGI
H. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan
(Direja, 2011). Tujuan pengkajian adalah mengumpulkan, mengorganisasikan dan 30
mencatat data-data yang menjelaskan respon tubuh manusia yang diakibatkan oleh
masalah kesehatan.
Diagnosis keperawatan dari pohn masalah pada gambar adalah sebagai berikut
(Mukhripah Damaiyanti, 2012) :
3. Fokus Intervensi
a. Tujuan Umum
b. Tujuan Khusus
a) Kriteria Evaluasi
b) Intervensi
DAFTAR PUSTAKA
Damaiyanti, Mukhripah dan Iskandar. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika
Aditama.
Direja, Ade Herman Surya. (2011) . Buku Asuhan Keperawatan Jiwa. Nuha Medika,
Yogyakarta.
Nuraenah. (2012). Hubungan dukungan keluarga dan beban keluarga dalam merawat anggota
dengan riwayat perilaku kekerasan di RS Jiwa Islam Klender Jakarta Timur. Jurnal ilmiah.