Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR AIDS

DISUSUN OLEH :

1. Devita Feby W.R (22018014)


2. Putri Tasya M (22018015)
3. Lilis Setiyowati (22018018)
4. Retna Puspitasari (22018021)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ESTU UTOMO

BOYOLALI

2021

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyusun dan
menyelesaikan makalah ini tepat waktu.

Makalah ini tentang pemberantasan penyakit menular AIDS yang disusun untuk
memenuhi tugas kelompok mata kuliah Keperawatan Keluarga.

Namun, kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan


makalah ini. Oleh karena itu, masukan berupa kritik dan saran yang bersifat
membangun senantiasa kami harapkan demi perbaikan makalah ini.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca baik itu mahasiswa maupun
masyarakat dan dapat menjadi sumber ilmu pengetahuan yang berguna untuk kita
semua. Akhir kata kami ucapkan terima kasih.

Boyolali , November 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................2

DAFTAR ISI.....................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................4

1.1 Latar belakang............................................................................................................4

1.2 Tujuan.........................................................................................................................7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................8

2.1 Definisi Aids...............................................................................................................8

2.2 Etiologi.......................................................................................................................9

2.3 Cara penularan HIV/AIDS.........................................................................................9

2.4 Cara Penularan HIV/AIDS.......................................................................................10

2.5 Pencegahan HIV/AIDS............................................................................................10

2.6 Perilaku kesehatan....................................................................................................11

BAB III PENUTUP.........................................................................................................13

3.1 Kesimpulan...............................................................................................................13

3.2 Saran.........................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................14

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


HIV adalah penyakit menular pembunuh nomor satu di dunia. Menurut
data dari World Healt Organization (WHO) tahun 2017 menyatakan bahwa
940.000 orang meninggal karena HIV. Ada sekitar 36,9 juta orang yang hidup
dengan HIV pada akhir tahun 2017 dengan 1,8 juta orang menjadi terinfeksi baru
pada tahun 2017 secara global. Lebih dari 30% dari semua infeksi HIV baru secara
global diperkirakan terjadi di kalangan remaja usia 15 hingga 25 tahun. Diikuti
dengan anak-anak yang terinfeksi saat lahir tumbuh menjadi remaja yang harus
berurusan dengan status HIV positif mereka. Menggabungkan keduanya, ada 5 juta
remaja yang hidup dengan HIV (WHO, 2017). Pada tahun 2017, angka kejadian
Infeksi HIV dan AIDS baru pada remaja di ASIA dan Pasifik menunjukkan bahwa
terdapat 250.000 remaja yang menderita HIV dan AIDS. Infeksi HIV baru telah
mengalami penurunan sebesar 14% sejak tahun 2010. Ada penurunan 39% orang
meninggal karena HIV & AIDS (UNAIDS, 2017).

Menurut data Direktorat Jenderal Pengendalian dan Pencegahan Penyakit


Kemenkes RI menyatakan bahwa jumlah kasusu HIV dari tahun 2005 sampai
dengan tahun 2017 mengalami kenaikan setiap tahunnya. Kasus HIV di Indonesia
pada tahun 2016 tercatat 41.250 kasus dan data terakhir hingga Desember 2017
tercatat 48.300 kasus. Sedangkan kasus AIDS di Indonesia pada tahun 2016 tercatat
10.146 kasus dan data terakhir hingga Desember 2017 tercatat 9.280 kasus.
Presentase infeksi HIV tertinggi dilaporkan pada kelompok umur 25-49 tahun
(69,2%), diikuti kelompok umur 20-24 tahun (16,7%), kelompok umur ≥50 tahun
(7,6%), kelompok umur 15-19 tahun sebesar 4%, dan umur <15 tahun sebesar
2,5%. Kejadian HIV mengalami peningkatan sementara untuk kejadian AIDS
mengalami penurunan. Adanya penurunan tersebut bukan berarti HIV dan AIDS
merupakan penyakit yang tidak berbahaya lagi. Mengingat dalam kasus ini berlaku
Teori Ice Berg atau sering disebut juga Teori Gunung Es, artinya bahwa angka-

4
angka yang tersaji dari sumber adalah 25% dari fakta yang ada dan 75% lainnya
tersembunyi karena berbagai macam faktor (Dirjen P2P Kemenkes RI, 2017).

Daerah Istimewa Yogyakarta menempati urutan ke-9 sebagai provinsi


dengan penderita HIV dan AIDS terbanyak. Jumlah kasus HIV dan AIDS di DIY
pada tahun 2017 meningkat menjadi 2676 pada laki-laki dan 1261 pada perempuan,
sedangkan yang sudah positif AIDS adalah 985 pada laki-laki dan 490 pada
perempuan. Kasus HIV paling banyak ditemukan pada penduduk usia 20-29 tahun
sebanyak 180 dan pada usia 15-19 tahun sebanyak 27 orang, 7 diantaranya sudah
masuk AIDS. Faktor risiko HIV dan AIDS yang paling banyak ditemukan di DIY
adalah heteroseksual sebanyak 48%, IDU’s (Injecting Drug User’s) 12%,
homoseks 6%, biseksual 1%, perinatal 3%, transfusi 7%, serta 23% lainnya tidak
diketahui penyebabnya (Dinas Kesehatan DIY, 2017).

`Berdasarkan data Dinas Kesehatan DIY, sampai pada triwulan kedua


tahun 2018, sudah ditemukan 315 penderita HIV baru dengan 39 di antaranya
sudah masuk ke AIDS. Pada tahun 2018 penderita HIV didominasi kalangan
mahasiswa. Penderita HIV dari kalangan mahasiswa sebanyak 739 dan kalangan
swasta berada di angka 667. Penderita HIV rentang usia 20 - 29 berjumlah 1402
orang. Kabupaten dengan jumlah penderita terbanyak yaitu Kota Yogyakarta,
kedua di Kabupaten Sleman dan ketiga di Kabupaten Bantul (Dinas Kesehatan
DIY, 2018). Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada
tanggal 1 November 2018 di Dinas Kabupaten Kota Yogyakarta dari tahun 2004-
2018 jumlah penderita sebanyak 1133 dan sebanyak 263 sudah masuk AIDS.
Angka kejadian HIV sampai dengan tahun 2018 di Kota Yogyakarta pada remaja
usia 15-19 tahun sebanyak 22 orang, sedangkan remaja usia 20-29 tahun sebanyak
386 orang.

Menurut survei BKKBN 56% remaja telah melakukan hubungan seks


pranikah. Penularan HIV dan AIDS di Indonesia masih tergolong tinggi, terutama
di usia produktif. Survei Litbang Kesehatan bekerjasama dengan UNESCO
menunjukkan sebanyak 5,6% remaja Indonesia sudah melakukan seks pranikah.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Inggit Rahayu, dkk menunjukkan bahwa

5
rendahnya pengetahuan HIV/AIDS dikalangan remaja mempengaruhi sikap remaja
pada perilaku seksual pranikah sehingga dapat meningkatkan kerentanan Kota
Yogyakarta dari tahun 2004-2018 jumlah penderita sebanyak 1133 dan sebanyak
263 sudah masuk AIDS. Angka kejadian HIV sampai dengan tahun 2018 di Kota
Yogyakarta pada remaja usia 15-19 tahun sebanyak 22 orang, sedangkan remaja
usia 20-29 tahun sebanyak 386 orang.

Menurut survei BKKBN 56% remaja telah melakukan hubungan seks


pranikah. Penularan HIV dan AIDS di Indonesia masih tergolong tinggi, terutama
di usia produktif. Survei Litbang Kesehatan bekerjasama dengan UNESCO
menunjukkan sebanyak 5,6% remaja Indonesia sudah melakukan seks pranikah.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Inggit Rahayu, dkk menunjukkan bahwa
rendahnya pengetahuan HIV/AIDS dikalangan remaja mempengaruhi sikap remaja
pada perilaku seksual pranikah sehingga dapat meningkatkan kerentanan remaja
untuk tertular HIV/AIDS. Semakin baik pengetahuan maka semakin kecil
kemungkinan untuk melakukan tindakan seksual pranikah.

Pengetahuan merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang


melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo, 2014).
Menurut Teori Lawrence Green perilaku kesehatan seseorang ditentukan oleh tiga
faktor, yaitu faktor predisposisi, faktor pendorong, dan faktor penguat. Faktor
predisposisi adalah faktor yang mempermudah terjadinya perilaku seseorang,
termasuk pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, kebiasaan, nilai-nilai, norma
sosial, budaya, dan faktor sosio-demografi (Maulana, 2009). Dalam Teori
Lawrence Green perilaku kesehatan seseorang salah satunya dipengaruhi oleh
faktor pendorong yaitu faktor yang mendorong seseorang berperilaku beresiko
tertular HIV. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu pendidikan, pekerjaan,
pengalaman, usia, keyakinan, sosial budaya, dan paparan informasi (Notoatmodjo,
2010).

6
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi AIDS
2. Untuk mengetahui Etilogi HIV/AIDS
3. Untuk mengetaui Cara penularan HIV/AIDS
4. Untuk mengetaui Stadium HIV/AIDS
5. Untuk mengetahui pencegahan HIV/AIDS
6. Untuk mengetahui perilaku kesehatan

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Aids


AIDS merupakan sumber penyakit yang ditimbulkan oleh virus HIV. AIDS
berasal dari benua Afrika dan merupakan suatu penyakit menular yang denga cepat
menyebar ke seluruh dunia, terutama melalui hubungan seksual. Sampai saat ini
belum diketahui ada vaksin maupun obat yang dapat menanggulangi penyakit ini,
angka kematian AIDS ini sangat tinggi hampir semua penderita penyakit meninggal
dunia dalam waktu lima tahun sesudah menunjukkan gejala pertama (Saydam,
2012).

AIDS adalah singkatan Acquired Immuno Defficiency Syndrome, yang berarti


sindroma (kumpulan gejala) akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh yang
didapat (bukan penyakit keturunan). AIDS kumpulan gejala penyakit yang
disebabkan oleh menurunnya kekebalan tubuh akibat infeksi HIV. HIV cenderung
menyerang jenis sel tertentu, terutama sekali sel darah putih limfosit T4 yang
memegang peranan penting dalam mengatur dan mempertahankan sistem
kekebalan tubuh. Selain limfosit T4, HIV dapat juga menginfeksi sel Langerhans
pada kulit, menginfeksi kelenjar limfe, alveoli paru-paru, retina, serviks uteri dan
otak. Virus yang masuk limfosit T4 kemudian mengadakan replikasi sehingga
menjadi banyak dan akhirnya menghancurkan sel limfosit itu sendiri. HIV juga
mempunyai tat, yaitu salah satu dari sejumlah gen yang dapat mengatur replikasi
maupun pertumbuhan sel yang baru. Tat dapat mempercepat replikasi virus
sedemikian hebatnya sehingga terjadi penghancuran limfosit T4 secara besarbesaran
yang pada akhirnya menyebabkan sistem kekebalan tubuh menjadi turun atau
lemah. Penurunan sistem kekebalan tubuh ini menyebabkan timbulnya berbagai
infeksi oportunistik dan keganasan kondisi ini disebut AIDS (Pinem, 2012),

8
2.2 Etiologi
Menurut Manan (2011), penyebab etiologi pada HIV adalah sebagai berikut:

a. Dengan melihat tempat hidup HIV, tentunya bisa diketahui penularan HIV
terjadi kalau ada cairan tubuh yang mengandung HIV, seperti hubungan seks
dengan pasangan yang mengidap HIV, jarum suntik dan alat-alat penusuk (tato,
penindik dan cukur) yang tercemar HIV dan ibu hamil yang mengidap HIV
kepada janin atau disusui oleh wanita pengidap HIV.
b. Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang terkena HIV lebih mungkin tertular.
c. ASI dari ibu yang terinfeksi HIV juga mengandung virus tersebut.
d. Kemungkinan kecil HIV dapat ditemukan dari air liur, air mata, cairan otak,
keringat dan air susu ibu.

2.3 Cara penularan HIV/AIDS


Terdapat beberapa cara penularan HIV/AIDS menurut Kusmiran (2012), yaitu
sebagai berikut:

a. Melalui hubungan seksual


Merupakan jalur utama penularan HIV/AIDS yang paling umum ditemukan,
virus dapat ditularkan dari seseorang yang sudah terkena HIV kepada mitra
seksualnya melalui hubungan seksual tanpa pengaman seperti kondom, jalur ini
dapat dicegah dengan cara tidak berhubungan seksual, saling setia dengan satu
pasangan, selalu menggunakan kondom saat melakukan hubungan seksual dan
tidak menggunakan obat-obat terlarang.
b. Parental
Penularan dapat terjadi melalui transfusi darah atau produk darah atau
penggunaan alat-alat yang sudah dikotori darah seperti jarum suntik, jarum tato,
tindik. Hal ini dapat dicegah dengan memastikan bahwa darah yang diterima
pada saat transfusi tidak mengandung HIV dan memastikan bahwa peralatan
seperti jarum suntik, jarum tato dan tindik telah disterilkan dan apabila
memungkinkan gunakan peralatan yang sekali pakai buang.
c. Perinatal

9
Penularan melalui ibu kepada anaknya, hal ini bisa terjadi saat anak berada di
dalam kandungan, ketika dalam proses lahir atau sudah lahir.

2.4 Cara Penularan HIV/AIDS


Menurut Najmah (2016), Infeksi HIV memiliki 4 stadium sampai nantinya menjadi
AIDS yaitu sebagai berikut:

a. Stadium I
Belum menunjukkan gejala dan dalam hal ini pasien dengan HIV tidak
menunjukkan gejala klinis yang berarti, sehingga pasien akan tampak sehat
seperti orang normal dan mampu melakukan aktifitasnya seperti biasanya.
b. Stadium II
Sudah mulai menunjukkan gejala yang ringan dan gejala ringan seperti
penurunan berat badan kurang dari 10%, infeksi yang berulang pada saluran
nafas dan kulit.
c. Stadium III
Pasien sudah tampak lemah, gejala dan infeksi sudah mulai bermunculan,
enderita akan mengalami penurunan berat badan yang lebih berat, diare yang
tidak kunjung sembuh, demam yang hilang timbul dan mulai mengalami infeksi
jamur pada rongga mulut bahkan infeksi sudah menjalar ke paru-paru.
d. Stadium IV
Pasien akan menjadi AIDS, aktivitas pasien akan banyak dilakukan di tempat
tidur karena kondisi dan keadaannya sudah mulai lemah dan infeksi mulai
bermunculan dimana-mana dan cenderung berat.

2.5 Pencegahan HIV/AIDS


Upaya pencegahan HIV/AIDS dapat berjalan efektif apabila adanya komitmen
masyarakat dan pemerintah untuk mencegah atau mengurangi perilaku risiko tinggi
terhadap penularan HIV. Terdapat beberapa upaya pencegahan HIV/AIDS yang
dapat dilakukan yaitu:

a. Tidak melakukan hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan atau hanya


berhubungan seks dengan satu orang saja yang diketahui tidak terinfeksi HIV.

10
b. Menggunakan kondom saat melakukan hubungan seksual, penggunaan kondom
yang benar saat melakukan hubungan seks baik secara vaginal, anal dan oral
dapat melindungi terhadap penyebaran infeksi menular seksual. Fakta
menunjukkan bahwa penggunaan kondom lateks pada laki-laki memberikan
perlindungan yang lebih besar terhadap penyebaran infeksi menular seksual
lainnya sebanyak 5%.
c. Menyediakan fasilitas konseling dan tes HIV sukarela. Konseling dan tes ini
secara sukarela ini sangat disarankan untuk semua orang yang terkena salah
satu faktor sehingga mereka mengetahui status infeksi serta dapat melakukan
pencegahan dan pengobatan dini.
d. Melakukan sunat bagi laki-laki, sunat pada laki-laki yang dilakukan oleh
profesional kesehatan terlatih dan sesuai dengan aturan medis dapat mengurangi
risiko infeksi HIV melalui hubungan heteroseksual sekitar 60%.
e. Menggunakan Antiretroviral (ARV), sebuah percobaan yang dilakukan pada
tahun 2011 telah mengkonfirmasi bahwa orang HIV positif yang telah
mematuhi 16 pengobatan ARV, dapat mengurangi risiko penularan HIV kepada
pasangan seksual HIV negatif sebesar 96%. Pengurangan dampak buruk bagi
pengguna narkoba suntikan, penggunaan narkoba suntikan dapat melakukan
pencegahan terhadap infeksi HIV dengan menggunakan alat suntik steril untuk
setiap injeksi atau tidak berbagi jarum suntik kepada pengguna lainnya.
f. Pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak selama kehamilan, persalinan dan
menyusui yaitu dengan pemberian ARV untuk ibu dan bayi selama kehamilan,
persalinan dan pasca persalinan serta memberikan pengobatan untuk wanita
hamil dengan HIV positif.
g. Melakukan tindakan kewaspadaan universal bagi petugas kesehatan, petugas
kesehatan harus berhati-hati dalam menangani pasien, memakai dan membuang
jarum suntik agar tidak tertusuk, menggunakan APD (Najmah, 2016).

2.6 Perilaku kesehatan


Perilaku merupakan suatu tindakan atau aktivitas manusia itu sendiri yang
mempunyai bentangan yang sangat luas seperti berjalan, berbicara, menangis,
tertawa, bekerja dan lain-lain,baik yang diamati langsung maupun tidak langsung.

11
Skinner (1938) seorang ahli psikologi menyatakan bahwa perilaku merupakan
respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar), oleh karena
itu perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme dan
kemudian organisme tersebut merespon (Purwoastuti, 2015) Konsep umum yang
digunakan untuk mendiagnosis perilaku adalah konsep Lawrence Green (1980)
dalam Notoatmodjo (2012), perilaku dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu:

1. Faktor Predisposisi
Faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan,
tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan
kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat
sosial ekonomi dan sebagainya.
2. Faktor pemungkin
Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan
bagi masyarakat, misalnya air bersih, tempat pembuangan sampah, tempat
pembuangan tinja, ketersediaan makan yang bergizi dan sebagainya. Termasuk
juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti Puskesmas, Rumah Sakit, Poliklinik,
Posyandu dan Polindes.
3. Faktor penguat
Faktor ini mencakup faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat (Toma), tokoh
Agama (Toga), sikap dan perilaku para petugas kesehatan, undang-undang,
peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah daerah yang terkait
dengan kesehatan.

12
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
AIDS merupakan sumber penyakit yang ditimbulkan oleh virus HIV. AIDS berasal
dari benua Afrika dan merupakan suatu penyakit menular yang denga cepat
menyebar ke seluruh dunia, terutama melalui hubungan seksual. Sampai saat ini
belum diketahui ada vaksin maupun obat yang dapat menanggulangi penyakit ini,
angka kematian AIDS ini sangat tinggi hampir semua penderita penyakit meninggal
dunia dalam waktu lima tahun sesudah menunjukkan gejala pertama (Saydam,
2012).

3.2 Saran
Semoga apa yang telah kami kerjakan ini dapat berguna bagi siapapun yang
membacanya, khususnya bagi kelompok kami. Kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat kami harapkan, demi kesempurnaan tugas berikutnya.

13
DAFTAR PUSTAKA

Kusmiran. 2012, Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta:


Salemba Medika.

Manan, El, 2011. Kamus Pintar Kesehatan Wanita. Yogyakarta: Bukubiru

Maulana, Heri. d.j, Promosi Kesehatan (Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran


EGC, 2009)

Notoadmojo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka


Medika

Notoadmojo. (2014). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka


Cipta

Pinem, S, 2012. Kesehatan Reproduksi dan Kontrasepsi. Jakarta: CV Trans


Info Media

Purwoastuti & Walyani 2015. Ilmu Obsterti & Genokologi Sosial Untuk
Kebidanan. Yogyakarta: Pusat Baru Press

Syadam, S.G. 2012. Waspadai Penyakit Reproduksi Anda. Bandung:


Pustaka Reka Cipta

(UNAIDS). United National on AIDS 2017. (2017)

14

Anda mungkin juga menyukai