Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH MITOS-MITOS PADA LANSIA DALAM SPIRITUAL

MATA KULIAH KEPERAWATAN GERONTIK

Dosen Pengampu

Mira., Ns., M.Kep

OLEH

KELOMPOK 4 B

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN DA ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN

TAHUN AKADEMIK 2019/2020

1
2

Nama Kelompok 4 B

NO NAMA NPM

1. Yuni Khairunnisa (1614201110120)

2. Muhammad Norhidayat (1614201110094)

3. Narita Trimar (1614201110096)

4. Nor Aimah (1614201110100)

5. Normuliani (1614201110102)

6. Nurul Islamy (1614201110104)

7. Ribka Yuliana (161420111106)

8. Rike Dwi Pandani (1614201110108)

9. Rossy Ariyani (1614201110110)

10. Septea Wulandari (1614201110112)

11. Siti Hamsyiah (1614201110114)

12. Wahyu Ariyadi (1614201110118)

13. Muhammad Ady Rismana (1614201110092)

14. Zana Raisa (1614201110121)


3

DAFTAS ISI

DAFTAS ISI ........................................................................................................... 3

BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 4

1.1 Latar Belakang ..................................................................................................... 4

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 5

1.3 Manfaat ................................................................................................................. 5

BAB 2 PEMBAHASAN ......................................................................................... 6

2.1 Mitos Pada Lansia ............................................................................................. 6

2.1.1 Mitos tentang lansia yang malas beribadah ................................... 6

2.1.2 Mitos tentang lansia yang banyak pikun (mitos sinilitis) .............. 6

2.1.3 Mitos tentang lansia siap menghadapi kematian ........................... 7

2.1.4 Mitos tentang lansia yang mempunyai kegoyahan iman ............... 7

2.1.5 Mitos damai dan tenang ................................................................ 8

BAB 3 PENUTUP ................................................................................................ 10

3.1 Kesimpulan......................................................................................................... 10

3.2. Saran .......................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 11


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lanjut usia (Lansia) merupakan tahap akhir dari siklus hidup manusia yang tidak
dapat dihindarkan dan akan dialami oleh setiap individu yang berusia panjang. Pada
tahap ini akan terjadi perubahan atau penurunan struktur dan fungsi seluruh sistem
dalam tubuh yang disebut dengan proses degeneratif, yang akan menimbulkan
terjadinya berbagai masalah kesehatan baik masalah fisik, psikologis, maupun sosial
(Miller, 2004).
Secara individu, pengaruh proses menua dapat menimbulkan berbagai masalah,
baik secara fisik, biologis, mental, maupun sosial ekonomi. Semakin lanjut usia
seseorang, maka kemampuan fisiknya akan semakin menurun, sehingga dapat
mengakibatkan kemunduran pada peran – peran sosialnya (Tamher S, 2009).
Permasalahan lansia yang esensial ialah tingkat kesejahteraan fisik dan sosial yang
menurun, serta kebutuhan mental-spiritual yang kurang terpenuhi (Asry Y,2013).
Kesehatan seseorang tergantung pada keseimbangan variabel fisik, psikologis,
sosiologis, kultural, perkembangan, dan spiritual (Potter & Perry, 2005) Kebutuhan
spiritual merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh setiap manusia. Masalah
yang sering terjadi pada pemenuhan kebutuhan spiritual adalah distress spiritual yang
merupkan suatu keadaan ketika individu atau kelompok mengalami atau beresiko
mengalami gangguan dalam kepercayaan yang memberikan kekuatan, harapan, dan
arti kehidupan (Hidayat, A & alimul, A., 2009).
Perkembangan spiritual yang matang akan membantu lansia untuk menghadapi
kenyataan, berperan aktif dalam kehidupan, maupun merumuskan arti dan tujuan
keberadaannya di dunia/kehidupan (Graha Cendikia, 2009). Menurut Hungelmann et
al (1985) yang dikutip pada buku yang ditulis oleh Potter dan Perry pada tahun
2005 menyatakan kesehatan spiritual atau kesejahteraan adalah rasa keharmonisan
saling kedekatan antara diri dengan orang lain, alam, dan dengan kehidupan yang
tertinggi (Potter & Perry, 2005).
Bagi lansia yang tingkat spiritualnya tidak baik
menunjukkan tujuan hidup yang kurang baik, rasa tidak berharga, tidak dicintai, dan
rasa takut mati. Dan yang lansia tingkat spiritualnya baik,ia tidak takut akan
kematian dan lebih mampu untuk menerima kehidupan (Hamid, 2009).

4
5

Tingkatan spiritual dapat meningkat melalui pengalaman spiritual dan aktivitas


spiritual yang dilakukan individu seharihari. Individu dengan tingkat spiritualnya
tinggi memiliki sikap yang lebih baik, merasa puas dalam menjalani hidup. Melakukan
kegiatan spiritual dapat meningkatkan spiritualitas pada lansia dengan percaya adanya
Tuhan (Liwarti,2013). Perkembangan spiritual yang matang akan membantu lansia
untuk menghadapi kenyataan, berperan aktif dalam kehidupan, maupun merumuskan
arti dan tujuan keberadaannya dalam kehidupan. Perubahan spiritual merupakan salah
satu parameter yang mempengaruhi kualitas hidup lansia. Pengaruh yang muncul
akibat berbagai perubahan pada lansia tersebut jika tidak teratasi dengan baik
cenderung akan mempengaruhi kesehatan lansia secara menyeluruh.
1.2 Rumusan Masalah
Apa saja mitos yang ada pada lansia dalam spiritualitas?
1.3 Manfaat
Mengetahui mitos dan fakta mengenai spiritual pada lansia.
BAB 2
PEMBAHASAN
Spiritualitas adalah keyakinan atau hubungan dengan yang lebih tinggi,
kekuatan yang menciptakan, sesuatu yang bersifat ketuhanan, atau sumber energi
yang terbatas. (Kozier, dkk, 1997). Adapun karakteristik spiritual lansia hubungan
dengan diri sendiri, orang lain, alam dan Tuhan.
Mitos sebagai sebuah asumsi general masyarakat memberi sumbangsih
terhadap streotip masyarakat atas kaum lansia. Menurut sheira saul (1974),
sebaimana dikutip oleh Siti Bandiyah berasumsi setiap lansia memiliki unsur positif
dan negatif yang selalu menyertainya.

2.1 Mitos Pada Lansia


2.1.1 Mitos tentang lansia yang malas beribadah
Tidak sedikit kalangan yang berasumsi bahwa lansia pada situasi tertentu akan
mengalami kemunduran mental, spiritual dan kesehatannya. Namun pada
kenyataanya, mereka justru tidak sedikit yang tidak demikian dan bahkan lebih
maju dari kalangan muda.

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa lebih dari sebagian


kebutuhan spiritualnya terpenuhi. Hal ini karena lansia yang sudah tua memiliki
pemikiran yang matang untuk berfikir sehingga dalam menghadapi kematian
seringkali lansia banyak yang mendekatkan diri kepada Tuhan YME. Pada lansia
yang beragama Islam mereka lebih giat dalam memenuhi kebutuhan spiritualnya
dengan melakukan sholat 5 waktu, puasa, membayar zakat dan mendatangi
pengajian. Adapun lansia yang memiliki uang dan memiliki kesehatan fisik
melaksanakan ibadah haji hal ini dikarenakan lansia ingin memiliki tabungan untuk
di akhirat dikarennakan mereka mengetahui umurnya sudah tua dan akan
menghadapi kematian.

2.1.2 Mitos tentang lansia yang banyak pikun (mitos sinilitis)


Orang yang sudah lanjut usianya dianggap wajar jika sering lupa sesuatu atau
pikun, seiring bertambahnya usia, kemampuan otak seseorang untuk berfikir dan
mengingat memang dapat menurun. Banyak yang mengatakan bahwa pikun

6
7

merupakan proses yang wajar dialami oleh seorang lansia. Ingatan dapat
dipengaruhi oleh proses penuaan, semakin tua seseorang, berbagai macam proses
dan reaksi kimia terjadi khususnya pada bagian otak.
Pada kenyataanya pikun merupakan masalah kesehatan yang disebabkan karena
kerusakan pada sel-sel otak. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa 76% kasus
penurunan kemampuan otak dipengaruhi oleh gaya hidup yang tidak sehat, seperti
menjaga kepala dari benturan, membaca dan menulis serta lebih ke arah cara
penyesuaian dan pencegahan, jika sedari muda seseorang sering membaca dan
menulis Al-qur’an akan mencegah terjadinya penurunan pada daya ingat. Banyak
lansia yang masih bisa mengingat dengan baik, bahkan menghafal Al-qur’an karena
selalu menjaga gaya hidupnya, sering melatih otak untuk mengingat sesuatu
ataupun peristiwa. Sering berdoa juga salah cara agar terhindar dari pada penyakit
pikun.
2.1.3 Mitos tentang lansia siap menghadapi kematian
Sebagian orang masih berfikir bahwa lansia sudah siap menghadapi kematian
dan menerima kematian sehingga masyarakat tidak perlu memerhatikan secara
intensif perawayan khusus di akhir hayat lansia.

Faktanya lansia sangat memerlukan perhatian atau perhatian khususnya


spiritual. Bagi lansia menjelang ajal merupakan waktu yang sulit tetapi juga
memberi kesempatan untuk menyelesaikan tugasnya, seperti memperbanyak amal
kebaikan karena meras amal yang diperoleh masih sedikit, takut akan dosa yang
telah diperbuat dan lain sebagainya, sehingga lansia lebih banyak mendekatkan diri
dengan Tuhan Yang Maha Esa sebagai dorongan dalam hidupnya untuk
menjadikan dirinya lebih baik dan memperjelas tujuan hidupnya.

2.1.4 Mitos tentang lansia yang mempunyai kegoyahan iman


Banyak sekali orang megatakan bahwa kegoyahan iman saat usia senja
dikarenakan beberapa hal yaitu kelalaian serta sikap berpaling dari kebenaran lansia
dikatakan sering melalaikan suatu hal baik dunia maupan akhirat, sikap
berpalingnya terhadap kebenaran pun sangat tinggi karena menurut orang lansia
membawa unsur nenek moyang mereka, para lansia sering dikatakan cenderung
8

tidak menerima pendapat keagamaan dari orang lain apalagi yang lebih muda dari
pada mereka, sering dikatakan oleh masyarakat, bahwa kalau mereka sudah lanjut
usia walaupun tidak melakukan sholat tidak masalah lagi dan ilmu keagamaan
mereka sudah cukup, banyak mengatakan lansia akan merasa waktu sangat cepat,
karena mereka kelelahan saat melakukan sholat 5 waktu dan tidak jarang mereka
tidak melakukan shalat.

Padahal pada kenyataannya lansia tidak lalai apalagi memiliki sikap berpaling
dari kebenaran : mereka tidak melalaikan suatu hal dunia atau akhirat karena
mereka merasa bahwasanya hidup mereka semakin pendek maka lansia tersebut
lebih mendekatkan diri pada sang pencipta.

Berdasarkan penelitan oleh Robert H. thoules (19992) di temukan bahwa pada


umumnya manusia lanjut usia memiliki kecendrungan untuk menerima pendapat
orang lain. Lebih dari itu dikarenakan mereka menyadari akan realitas tentang
kehidupanya akhirat, padahal para Lansia akan merasa kurang ilmu untuk bekal
mereka, sehingga mereka sering mencari informasi keagamaan dari televisi, buku
buku, radio dan sebagainya, bahkan tak jarang para lansia sering melakukan sholat
sunnah tambahan, mereka juga merasa waktu sangat lambat, dikarnakan mereka
ingin sholat tepat lima waktu tak jarang mereka lebih memilih berzikir untuk
menunggu waktu sholat dibandingkan istirahat, masih banyak kita jumpai lansia
yang rajin sholat, rajin baca Al-Qur'an walaupun pakai kaca mata. Bahkan yang
awalnya masih muda malas-malas an beribadah setelah tua meningkat ibadahnya.
Karena para lansia berpikir sudah dekat dengan kematian. Sehingga mereka sangat
rajin untuk beribadah buat bekal di akhirat. Terlihat di mesjid atau mushola para
lansia masih banyak yang ikut sholat berjamaah.

2.1.5 Mitos damai dan tenang


Damai dan tenang yang dimaksud ketika lansia menganggap waktu tuanya
dihabiskan untuk menikmati hasil kerja saat dimasa muda, seperti beristirahat,
bermain dengan cucu dan tidak perlu pergi bekerja. Namun, faktanya masih ada
beberapa lansia yang ditemui tingkat stress yang tinggi karena kemiskinan dan
penyakit kronis yang dideritanya, sehingga dapat menyebabkan distress spiritual
9

(seperti marah dengan tuhan karena ketidakmampuan menerima kondisinya karena


mengalami penyakit kronis atau ketidakpahaman mengenai proses penuaan).
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Lansia adalah seseorang sudah sampai pada perubahan baik fisik sampai
spiritualitasnya. Adapun perubahan spiritual tingkat keagamaan lansia justru
meningkat atau semakin terintegrasi serta adanya peningkatan dalam
kehidupannya. Lansia teratur dalam kehidupan keagamaannya.

3.2. Saran
Diharapkan lansia dapat selalu mendekatkan diri kepada Tuhan YME,
mempertahankan kesehatan dengan gaya hidup yang sehat dan selalu positif,
berusaha tetap aktif secara mental dan spiritual, mampu menyesuaikan diri dan
beradaptasi dengan perubahan.

10
11

DAFTAR PUSTAKA
Nugroho, W. 2014. Keperawatan Gerontik & Geriatrik. Jakarta:EKG
Padila. 2013. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta:Nuha Medika

Anda mungkin juga menyukai