Disusun oleh :
Tingkat II Reguler 3/ Kelompok 4 :
Irni Savera (1814401121)
Syerina Aprilia (1814401129)
Erwin (1814401143)
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat TuhanYang Maha Kuasa atas anugerah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah dari mata kuliah Keperawatan
gerontik ini dengan judul “Perubahan spiritual pada lansia”.
Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan makalah ini selain untuk
menyelesaikan tugas yang diberikan oleh Dosen pengajar, juga untuk lebih memperluas
pengetahuan para mahasiswa khususnya penulis.
Penulis telah berusaha untuk dapat menyusun makalah ini dengan baik, namun
penulis menyadari bahwa memiliki keterbatasan dan kekurangan sebagai manusia biasa.
Oleh karena itu, jika didapati adanya kesalahan-kesalahan baik dari segi teknik penulisan
maupun dari isi makalah, maka penulis memohon maaf dan kritik serta saran dari Dosen
pengajar bahkan semua pembaca sangat diharapkan oleh penulis untuk dapat
menyempurnakan makalah ini terlebih juga dalam pengetahuan kita bersama. Harapan ini
dapat bermanfaat bagi kita sekalian.Terimakasih.
Kelompok 4
2
DAFTAR ISI
BAB I Pendahuluan
C. Tujuan ..............................................................................................2
BAB II Pembahasan
A. Pengertian ...........................................................................................5
F. Religiositas ................................................................................... 11
A. Simpulan ....................................................................................................................................................................22
B. Saran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . 22
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
4
Dalam makalah ini penulis akan membahas mengenai perubahan
yang terjadi pada lansia dari aspek spiritual. Kebutuhan spiritual pada
usia lanjut adalah memenuhi kenyamanan, mempertahankan fungsi
tubuh dan membantu menghadapi kematian dengan tenang dan damai.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari spiritual?
2. Apa karakteristik dari spiritual?
3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi spiritual?
4. Apa saja kebutuhan spiritual lansia ?
5. Bagaimana perkembangan spiritual pada lansia?
6. Bagaimana religiositas yang terjadi pada lansia?
7. Bagaimana kesejahteraan spiritual yang terjadi pada lansia?
8. Bagaimana intregitasi yang terjadi pada lansia?
9. Bagaimana kehilangan versus harapan yang terjadi pada lansia?
10. Bagaimana peran Keperawatan dalam Spiritualitas bagi lansia?
11. Bagaimana ekspresi kebutuhan spiritual dan maladaptive ?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan
Komunitas II dengan sub bab Peubahan yang terjadi pada lansia dari
aspekpital
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengertian dari spiritual.
b. Untuk mengetahui karakteristik dari spiritual.
c. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi spiritual.
d. Untuk mengetahui kebutuhan spiritual lansia
e. Untuk mengetahui dan memahami perkembangan spiritual
pada lansia.
f. Untuk mengetahui dan memahami religiositas yang terjadi pada
5
lansia.
g. Untuk mengetahui dan memahami kesejahteraan spiritual yang terjadi pada
lansia.
h. Untuk mengetahui dan memahami intregitasi yang terjadi pada lansia.
i. Untuk mengetahui dan memahami kehilangan versus harapan yang terjadi
pada lansia.
j. Untuk mengetahui dan memahami peran keperawatan dalam
spiritualitas bagi lansia.
k. Untuk mengetahui ekspresi kebutuhan spiritual dan maladaptif
6
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Spiritual adalah kebutuhan dasar dan pencapaian tertinggi seorang manusia
dalam kehidupannya tanpa memandang suku atau asal usul. Kebutuhan dasar
tersebut meliputi kebutuhan fisiologis keamanan dan keselamatan, cinta kasih,
dihargaidan aktualitas diri. Aktualitas diri merupakan sebuah tahapan spiritual
seseorang, dimana berlimpah dengan kreativitas , intuisi, keceriaan, suka cita,
kasih saying, kedamaian, toleransi, kerendahan hati serta memiliki tujuan hidup
yang jelas.
Beberapa istilah yang membantu dalam pemahaman tentang spiritual
adalah rasa keharmonisan saling kedekatan antara diri dengan orang lain, alam
dan lingkungan yang tertinggi. Ketidakseimbangan spiritual (Spirituality
Disequilibrium) adalah sebuah kekacauan jiwa yang terjadi ketika kepercayaan
yang dipegang teguh tergoncang hebat. Kekacauan ini seringkali muncul ketika
penyakit yang mengancam hidup berhasil didiagnosis (Taylor, 2002 dikutip dari
Young, 2007).
Aspek spiritual meliputi 3 komponen dasar yaitu: spiritual (keyakinan
spiritual), kepercayaan dan agama.
1. Spiritual, merupakan keyakinan dalam hubungannya dengan yang maha kuasa
dan maha pencipta dan percaya pada Allah atau Tuhan yang maha pencipta.
2. Kepercayaan, mempercayai atau mempunyai komitmen terhadap sesuatu atau
seseorang, juga dapat dikatakan upaya seseorang untuk memahami tempat
seseorang dalam kehidupan atau dapat dikatakan bagai mana seseorang melihat
dinnya dalam hubungannya dengan lingkungan.
3. Agama, merupakan suatu system ibadah yang terorganisir atau teratur,
mempunyai keyakinan sentral, ritual dan praktik yang biasanya berhubungan
dengan kemaflan, perkawinan dan keselamatan dan mempunyai aturan-aturan
tertentu yang dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari dalam memberikan
keputusan bagi yang menjankannya.
7
B. Karakteristik Spiritual
8
Harapan (Hope). Harapan berhubungan dengan ketidakpastian dalam hidup dan
merupakan suatu proses interpersonal yang terbina melalui hubungan saling
percaya dengan orang lain, termasuk dengan Tuhan. Harapan sangat penting bagi
individu untuk mempertahankan hidup, tanpa harapan banyak orang menjadi
depresi dan lebih cenderung terkena penyakit.
Makna atau arti dalam hidup (Meaning of live). Perasaan mengetahui makna
hidup, yang kadang diidentikan dengan perasaan dekat dengan Tuhan ,
merasakan hidup sebagai suatu pengalaman yang positif seperti membicarakan
tentang situasi yang nyata, membuat hidup lebih terarah, penuh harapan tentang
masa depan, merasa mencintai dan dicintai oleh orang lain. (Puchalski, 2004).
9
melalui keyakinan, rasa percaya dan cinta kasih. Teman dan keluarga dekat
dapat memberikan bantuan dan dukungan emosional untuk melawan banyak
penyakit. Seseorang yang mempunyai pengalaman cinta kasih dan dukungan
sosial yang kuat cenderung untuk menentang perilaku tidak sehat dan
melindungi individu dari penyakit jantung.
10
manusia yang positif.
Menurut Taylor dan Craven & Hirnle dalam Hamid, faktor penting yang
dapat mempengaruhi Spiritual seseorang adalah:
1. Tahap perkembangan
Tidak begitu banyak yang diajarkan keluarga tentang Tuhan dan agama, tapi
individu belajar tentang Tuhan, kehidupan dan diri sendiri dari tingkah laku
keluarganya. Oleh karena itu keluarga merupakan lingkungan terdekat dan
dunia pertama dimana individu mempunyai pandangan, pengalaman tehadap
dunia yang diwarnai oleh pengalaman dengan keluarganya.
Sikap, keyakinan dan nilai dipengaruhi oleh latar belakang etnik dan sosial
budaya. Pada umumnya seseorang akan mengikuti tradisi agama dan spiritual
keluarga. Anak belajar pentingnya menjalankan kegiatan agama, termasuk nilai
moral dari hubungan keluarga dan peran serta dalam berbagai bentuk kegiatan
keagamaan.
11
Pengalaman hidup baik yang positif maupun negatif dapat mempengaruhi
Spiritual sesorang dan sebaliknya juga dipengaruhi oleh bagaimana seseorang
mengartikan secara spiritual pengalaman tersebut. Peristiwa dalam kehidupan
seseorang dianggap sebagai suatu cobaan yang diberikan Tuhan kepada
manusia menguji imannya.
Menderita sakit terutama yang bersifat akut, sering kali membuat individu
merasa terisolasi dan kehilangan kebebasan pribadi dan sistem dukungan sosial.
Kebiasaan hidup sehari-hari juga berubah, antara lain tidak dapat menghadiri
acara resmi, mengikuti kegiatan keagamaan atau tidak dapat berkumpul dengan
keluarga atau teman dekat yang bisa memberikan dukungan setiap saat
diinginkan.
F. Religiositas
Religiositas adalah “derajat dan jenis ekspresi dan partisipasi religious dari
lansia”. Sejumlah indicator religiositas telah ditentukan dari penelitian:
kehadiran di tempat ibadah, berpartisipasi dalam aktivitas keagamaan,
mengetahui tentang ibadah dan teologi, beribadah, membaca itab suci, dan
melakukan kebaktian.
Kebutuhan religious dan spiritualitas dari lansia dalam salah satu studi
adalah “kebutuhan akan kesempatan untuk beribadah sesuai dengan agama saya
sendiri, terutama di hari minggu” dan “kebutuhan akan sumber-sumber untuk
mempertahankan dan memenuhi kebutuhan kehidupan pribadi saya kitab suci,
buku, catatan, tape dan program tv”. Palmore menekankan bahwa tempat ibadah
adalah “satu-satunya institusi komunitas yang paling pervasive yang dimiliki
lansia.
G. Kesejahteraan spiritual
15
yahudi kuno adalah “bapa pemelihara” dan merujuk pada konotasi spiritual dari
kebapaan dalam kitab Mazmur 91: “Dia yang duduk dalam lindungan yang
maha kuasa”. Sifat memelihara pertumbuhan ini berperan dalam perkembangan
yang berkelanjutan sejalan dengan nilai dan makna seseorang tanpa
memperhatikan usia kronologis. Kahn menganjurkan tata cara membantu lansia
mengenal bahwa mereka masih dapat melakukan suatu pencapaian, bahwa
maturitas sudah diperkuat, dan bahwa kedamaian akhir sudah dipastikan.
H. Integritasi
16
keberhasilan tahap akhir. Dapat disimpulkan bahwa setiap orang berkembang
melewati tahap-tahap perkembangan dengan caranya sendiri, dan karenanya
mencapai integritas merupakan hal yang unik bagi orang tersebut.
Efek kumulatif dari kehilangan seumur hidup, setelah usia 75 tahun, dialami
sebagai ketidakberhargaan dan pengabaian. Kerapuhan akan meningkat jika
lansia kekurangan keterampilan interpersonal, motivasi, kekuatan spiritual,
kontak sosial yang bermakna, keuangan yang adekuat, atau persepsi postif
tentang kesehatan. Burnside menganjurkan pengguanaan strategi dan dukungan
“loss-facing” untuk meningkatkan kesejehteraan. Konsep negative kehilangan
digambarkan pada sebagai beikut:
18
J. Peran Keperawatan dalam Spiritualitas
1. Pengkaji
Sejalan dengan hilangnya kontak sosial lansia, stimulasi mental dan harga
diri mereka juga mengalami penurunan. Mereka membutuhkan seseorang yang
memamhami proses penuaan normal dan proses penyakit di usia lanjut.
Kebutuhan terpenting bagi lansia adalah seseorang merawatnya sebagai
19
individu. Perawat yang mengasuh harus menyediakan waktu untuk lansia,
membiarkan mereka menjadi diri mereka sendiri, dan mengenal nilai mereka
sebagai individu. Mungkin hadiah terbesar dapat diberikan seseorang kepada
lansia adalah waktu. Waktu dapat digunakan untuk berbagi minat, berdoa untuk
mengatasi masalah, membaca materi keagamaan, menertawakan flim kartun
atau duduk tenang bersama mendengarkan musik atau menikmati matahari
terbenam. Kuantitas waktu kurang penting jika dibandingkan dengan kualitas.
Keterampilan yang diperlukan adalah menunjukkan adanya kasih Tuhan,
mendengarkan dengan penuh perhatian, memulai percakapan yang mengarah
pada topik spiritual dan menyediakan diri secara teratur.
3. Advokat
20
menyeluruh, tetapi terus juga mengkaji klien melalui hubungan. Perawat
menerjemahkan pengkajian difisit spiritual ke dalam intervensi asuhan spiritual
atau kesejejahteraan spiritual dengan memperkuat dukungan spiritual. Perawat
mngetahui bahwa status spiritual memiliki efek kuat pada pemeliharaan
kesehatan juga mencegahan atau pemyembuhan penyakit. Lansia mungkin
memerlukan bantuan khusus untuk mengahdiri layanan keagamaan,
menedengarkan layanan radio atau televisi, menyediakan waktu tenang tanpa
gangguan untuk bermeditasi atau menrerima sakramen, atau melepaskan
kemarahannya terhadap penderitaan yang mereka alami. Keterampilan perawat
meliputi bersifat sensitif terhadap kebutuhan yang tidak terungkapkan,
meningkatkan singkap membantu, mendengarkan adanya tanda-tanda distress
spiritual, dan memberikan perawatan fisik dan spitual secara bersamaan. Hal
tersebut sering kali di rasa sulit bagi pemberi suhan karena kebtuhan fisik
lansia juga dapat begitu luas sehingga hanya sedikit saja waktu atau energy
yang tersisa untuk perawatan spiritual.
5. Manajer Kasus
21
Jelas terlihat dari bahasan litelatur penelitian dan instrument test yang tersedia
bahwa religiositas merupakan konsep yang lebih mudah untuk dipelajari
daripada spiritualitas. Penyelidikan secara prinsip melibatkan sikap religious
organisasi, sikap religious pribadi, dan korelasi aktifitas religious dengan
kesehatan, pneyesuaian pribadi, dan praktik- praktik lain. Penelitian spiritual di
hambat oleh beberapa faktor. Spiritualitas bersifat temporer dan sulit untuk
didefinisikan. Kerangka kerja konseptual terbebani dengan komponen-
komponen multidisiplin, dan instrument yang valid harus dibuat atau diperbaiki
untuk membantu dalam kuantifikasi. Lebih lanjut lagi, upaya penelitian
spiritualitas belum sepenuhnya di bantu oleh pemeri ntah atau sumber
pendanaan swasta.
22
memberi maaf dapat berbuat salah. sebagai suatu hubungan.
- Tidak mendakwadan - Merasa tuhan sebagai
berprasangka buruk. penghubung.
- Memandang penyesalan - Tidak mampu menerima diri
sebagai sesuatu yang nyata. sendiri.
- Memaafkan diri sendiri. - Menyalahkan diri dan orang
- Meberi maaf orang lain lain.
- Menerima pengampunan dari - Merasa bahwa maaf hanya
Tuhan. diberikan bedasarkan
- Pandangan yang reaslistis perilaku.
terhadap masa lalu.
Keyakinan - Ketergantungan dengan - Merasa ambivalen dengan
anugrah tuhan. Tuhan.
- Termotivasi utuk tumbuh. - Tidak percaya dengan
- Mampu puas dengan kekuasaan tuhan.
menjelaskan kehidupan - Takut kematian dan
setelah kematian. kehidupan setelah mati.
- Mengekspresikan kebutuhan - Merasa terisolasi dengan
spiritual. kepercayaan masyarakat.
- Merasa pahit, frustasi dan
marah dengan Tuhan, nilai,
keyakinan, dan tujuan hidup
yang tidak jelas.
- Konflik nilai.
- Tidak punya komitmen.
Kebutuhan dan - Mengekspresikan perasaan - Takut untuk tergantung
keterikatan dicintai oleh orang lain dan orang lain.
Tuhan. - Menolak kerja sa=ma
- Mampu menetrima bantuan. dengan tenaga kesehatan.
- Menerima diri sendiri. - Cemas berpisah dengan
- Mencari kebaikan dari orang keluarga.
lain. - Menolak diri, angkuh atau
23
mementingkan diri.
- Tidak percaya bahwa diri
dicintai tuhan, tidak
mempunyai rasa cinta dengn
tuhan.
- Merasa tergantung,
hunungan bersifat magic
dengan Tuhan.
- Merasa jauh dengan Tuhan.
Kretivitas dan - Minta info tentang kondisi. - Mengekspresikan rasa takut
Harapan - Bicara kondisi secara realistik. kehilangan kendali.
- Menggunakan waktu secara - Ekspresi kebosanan.
konstruktif. - Tidak mempunyai visi
- Mencari cara untuk alternatif.
mengekspresikan diri. - Takut terhadap terapi.
- Mencari kenyamanan batin - Putus asa.
darpada fisik. - Tidakl dapat
- Mengekspreikan harapan menolong/menerima diri.
tentang masa depan. - Tidak dapat menikmati
apapun menunda keputusan.
Arti dan Tujuan - Mengeksprikan kepuasan - Ekspresikan tidak ada
hidup. alasan utnuk bertahan
- Menjalankan kehidupan sesuai hidup.
dengan sistem nilai. - Tidak dapat menerima arti
- Menggunakan penderitaan penderitaan yang dialami.
sebagi cara untuk memahami - Mempertanyakan arti
diri sendiri. kehidupan.
- Mengekspreikan arti - Betanya tujuan penyesalan.
kehidupan/kematian. - Penyalahguaan
- Mengekspreikan komitmen dan oabat/alkohol.
orentrasi hidup. - Bercanda tentang hidup
setelah kematian.
24
Bersyukur - Merasa bersyukur. - Mencemaskan yang lalu
- Merasakan anugrah dari tuhan. dan akan datang.
- Merasa harmonis dan utuh. - Berorientasi pada
pencapaian/produktifitas.
- Berpusat pada penyesalan.
- Perfeksionis
- Mencoba lebih keras.
25
BAB III
PENUTUP
a. Simpulan
Spiritualitas sering digunakan secara sinonim dengan agama atau religiositas
tetapi secara aktual dapat dibedakan dari hal tersebut. Spiritualitas berhubungan
dengan keyakinan internal seseorang dan pengalaman pribadi dengan tuhan,
sedangkan agama hanya satu cara untuk mengepresikan aspek dari dalam keyakinan
pribadi seseorang. Agama atau religiositas lebih berhubungan dengan ibadah,
praktik komunitas, dan perilaku eksternal. Kebutuhan spiritual dapat dipenuhi
dengan tindakan-tindakan keagamaan seperti berdoa atau pengakuan dosa, tetapi
banyak dari kebutuhan-kebutuhan tersebut yang dipenuhi hanya dengan hubungan
antar-manusia.
Kelompok usia pertengahan dan lansia mempunyai lebih banyak waktu untuk
kegiatan agama dan berusaha untuk mengerti agama dan berusaha untuk mengerti
nilai-nilai agama yang diyakini oleh generasi muda. Perasaan kehilangan karena
pensiun dan tidak aktif serta menghadapi kematian orang lain (saudara, sahabat)
menimbulkan rasa kesepian dan mawas diri. Perkembangan filosofis agama yang
lebih matang sering dapat membantu orang tua untuk menghadapi kenyataan,
berperan aktif dalam kehidupan dan merasa berharga serta lebih dapat menerima
kematian sebagai sesuatu yang tidak dapat ditolak atau dihindarkan.
b. Saran
26
DAFTAR PUSTAKA
Hamid, Achir Yani. 2000. Buku Pedoman Askep Jiwa-1 Keperawatan Jiwa Teori
dan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Stanley, Mickey dan patricia gauntlet beare. 2006. Buku ajar keperwatan gerontik.
edisi II. Jakarta: EGC.
Young & Koopsen. 2007. Spritualitas, Kesehatan dan Penyembuhan. Medan: Bina
Media Perintis
27