Tugas Makalah Kepribadian Lansia Dan Dewasa
Tugas Makalah Kepribadian Lansia Dan Dewasa
Disusun oleh :
Yoza Apriliano ( 221014201001 )
Dosen pengampu :
Ns wedy Martin skep.mkep
Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih maha penyayang, dengan ini puji
syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah BK Dewasa dan Lansia perkembangan kognitif fisik dan sosioemosi
usia dewasa awal” ini yang telah diusahakan semaksimal mungkin, untuk memenuhi tugas dari
mata kuliah BK Bewasa dan Lansia.
Adapun, penyusun makalah ini kiranya masih jauh dari kata sempuma. Untuk itu kami
menghaturkan permohonan maaf apabila terdapat kesalahan dalam makalah ini, kami pun
berharap makalah ini dapat diberikan kritik dan sarannya agar dikemudian hari, kami bisa
membuat makalah yang lebih sempurna lagi.
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTARA............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................4
A. Latar Belakang...............................................................................................................4
B. Rumusan Masalah..........................................................................................................5
C. Tujuan ...........................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN ...........................................................................................................6
A. Konsep lansia.................................................................................................................6
B. Teori – teori proses penuaan..........................................................................................7
C. Inkontinensia Urine........................................................................................................8
D. Asuhan keperawatan pada lansia dengan inkontinensia urine.......................................9
BAB III PENUTUP...................................................................................................................10
A. Kesimpulan ..................................................................................................................10
B. Saran ............................................................................................................................10
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu tahap perkembangan yang menjadi masa-masa penting dari bagian hidup seorang
individu adalah pada fase dewasa. Pada fase ini perkembangan individu terus berlanjut dan
tugas-tugas perkembangannya semakin kompleks dari waktu ke waktu. Pengalaman dari fase-
fase sebelumnya menjadi pertimbangan dalam menghadapi segala krisis, peluang, dan beberapa
pilihan yang dihadapkan pada individu. Autonomi dan kebebasan dalam memilih jenis
lingkungan apa yang ingin ditempati, dorongan untuk berkomitmen dalam sebuah hubungan
yang diresmikan dengan pernikahan turut menjadi ciri khas dari fase ini.
Transisi dari fase remaja menuju ke dewasa merupakan suatu perjalanan dalam periode
yang panjang, transisi dari remaja ke dewasa biasanya terjadi pada usia 18 sampai 25 tahun
(Arnett, 2006 dalam Santrock 2011). Terdapat beberapa perbedaan yang sangat jelas selama
masa transisi menuju ke tahap ini. Adanya: eksplorasi identitas lebih jauh, ketidakstabilan
seperti tempat tinggal, pekerjaan dan hubungan interpersonal, pemikiran adanya berbagai
kemungkinan seiring perkembangan usia, bahkan terkait dengan perkembangan relig iusitas dan
banyak lagi.
Pada makalah ini, penulis akan menguraikan perkembangan religiusitas pada masa dewasa
di tiap fase yang terbagi menjadi dewasa muda, dewasa tengah, dan dewasa akhir berupa uraian
definisi, karakteristik, aspek, keterkaitan religiusitas pada fase dewasa.
4
B. Rumusan Masalah
C. TUJUAN
1. Mengetahui definisi dari masa lansia
2. Mengetahui definisi dari religiusitas.
3. Mengetahui apa saja aspek-aspek dari religiusitas
4. Mengetahui karakteristik sikap religiusitas pada masa lansia
5. Mengetahui perkembangan dan keterkaitan religiusitas pada masa
Lansia awal, tengah, dan akhir
5
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1.1 Pengertian
menurut pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1998 tentang kesehatan
dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapaii usia lebih
dari 60 tahun.
berusia 35 tahun dapat dianggap tua bagi anaknya yang tidak muda lagi.
Reimer, dkk (1999); Stanley & Beare (2007) dalam Azizah (2011:1),
menganggap bahwa orang telah tua jika menunjukan ciri fisik seperti rambut
beruban, kerutan kulit, dan hilangnya gigi. Dalam peran masyarakat tidak bisa
lagi melaksanakan fungsi peran orang dewasa, seperti pria yang tidak lagi
terikat dalam kegiatan ekonomi produktif, dan untuk wanita tidak dapat
memenuhi tugas rumah tangga. Kriteria simbolik seseorang tua ketika cucu
6
2
dengan perubahan dalam peran sosial, dan diikuti oleh perubahan status
fungsional seseorang (Glascock & Freiman, 1981; Stanley & Beare, 2007,
awal 46-55 tahun, masa lansia akhir 56-65 tahun, dan masa manula atas lebih
dari 65 tahun.
seorang jompo atau lanjut usia setelah yang bersangkutan mencapai umur
55tahun, tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk
keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain. UU No.
2. Tipe mandiri
undangan.
4. Tipe pasrah
saja dilakukan.
5. Tipe bingung
• Tipe optimis
• Tipe konstruktif
• Tipe ketergantungan
• Tipe defensive
• Tipe putus asa (benci pada diri sendiri) atau self heating man.
4
dalam 2 golongan:
a. Wong sepuh
orang tua yang sepi hawa nafsu, menguasai ilmu “dwi tunggal”,
yakni mampu membedakan antara baik dan buruk, antara sejati dan
b. Tua sepah
memalukan.
b. Orang lemah
Orang tua yang berputus asa, sudah tua mau apa, sebaiknya hanya
tuhan.
Tipe kepribadian lanjut usia menurut kuntjoro (2002) dalam Azizah (2011:4),
sebagai berikut:
5
dan fleksibel. Biasanya tipe ini tidak banyak mengalami gejolak, tenang
dan mantap sampai sangat tua. Tipe kepribadian ini biasanya dimulai dari
masa mudanya. Lansia bisa bisa menerima fakta proses menua dan
Tipe ini ada kecenderungan mengalami post power syndrome, apalagi jika
pada masa lansia tidak diisi dengan kegiatan yang dapat memberikan
otonomi.
sedih yang mendalam. Tipe ini lansia senang mengalami pensiun, tidak
punya inisiatif, pasif tetapi masih tahu diri dan masih dapat dite rima
dimasyarakat.
Lanjut usia pada tipe ini setelah memasuki lansia tetap merasa tidak puas
dan curiga. Menjadi tua tidak ada yang diangggap baik, takut mati, dan iri
kompulsif aktif. Mereka takut menjadi tua dan tidak menyenangi masa
pensiun.
Pada lansia tipe ini umumnya terlihat sengsara, karena perilakunya sendiri
sulit dibantu orang lain atau cenderung membuat susah dirinya. Selalu
Menurut Saul (1974) dalam Maryam, dkk, (2008: 35-36), mitos-mitos seputar
Adanya anggapan bahwa para lansia dapat santai menikmati hidup, hasil
keadaan yang berlaku. Adanya anggapan bahwa lansia itu tidak kreatif,
demikian.
3. Mitos berpenyakitan
tidak semua lansia berpenyakitan. Saat ini sudah banyak jenis pengobatan
4. Mitos senilitas
masih tetap cerdas dan bermanfaat bagi masyarakat, karena banyak cara
Adanya anggapan bahwa para lansia sudah tidak lagi jatuh cinta dan
orang berubah sepanjang masa serta perasaan cinta tidak berhenti hanya
6. Mitos aseksualitas
kehidupan seks para lansia normal-normal saja dan tetap bergaurah hal itu
7. Mitos ketidakproduktifan
2.1.5.1 Pengertian
Azizah 2011:7).
2008:45—46)
dibedakan menjadi dua yaitu teori penuaan secara biologi dan teori
penuaan psikososial.
1. Teori biologi
a. Teori Seluler
jantung, sel pada jaringan dan organ sistem itu tidak dapat diganti jika sel
tersebut dibuang karena rusak atau mati. Oleh karena itu, sistem tersebut
sedikit atau tidak sama sekali untuk tumbuh dan memperbaiki diri.
7
10
menurut teori ini menua telah deprogram secara genetic untuk spesies-
suatu jam genetik yang telah diputar menurut suatu replikasi tertentu.
Jam ini akan menghitung mitosis dan menghentikan replikasi sel bila
tidak berputar, jadi menurut konsep ini bila jam kita berhenti kita akan
dimungkinkan memutar jam ini lagi meski hanya untuk beberapa waktu
mengenai hal ini hayflick melakukan penelitian melalui kultur sel in vitro
beberapa protein (kolagen dan kartilago, dan elastisin pada kulit) dibuat
oleh tubuh dengan bentuk dan struktur yang berbeda dari protein yang
lebih muda. Contohnya banyak kolagen pada kartilago dan elastisin pada
sistem musculoskeletal.
d. Keracunan Oksigen
kesalahan genetik.
anak di semua jaringan dan organ berkurang. Hal ini akan menyebabkan
e. Sistem Imun
sistem limfatik khisusnya sel darah putih, juga merupakan faktor yang
pada antigen permukaan sel, maka hal ini akan dapat menyebabkan
Hasilnya dapat pula berupa reaksi antigen antibodi yang luas mengenai
macam pada orang lanjut usia. Disisi lain sistem imun tubuh sendiri daya
sekarang sudah umum diketahui bahwa radiasi dan zat kimia dapat
fungsional sel. Apalagi jika terjadi pula kesalahan dalam proses translasi
banyak bergerak mngkin dapat juga meningkatkan umur panjang. Hal ini
laboratorium.
Radikal bebas (RB) dapat terbentuk dialam bebas, dan di dalam tubuh
bereaksi dengan DNA, protein, asam lemak tak jenuh, seperti dalam
membrane sel, dan dengan guguh SH. Walaupun telah ada sistem
2. Teori psikologi
tetap terpelihara sampai tua. Teori ini menyatakan bahwa pada lanjut usia
yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan
sosial. Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia.
diri dari kehidupan sosialnya atau menarik diri dari pergaulan sekitarnya.
values)
1. Perubahan fisik
meningkat.
pada bronkus.
mengalami sklerosis.
laju filtrasi, ekskresi, dan reabsorbsi oleh ginjal. Hal ini akan
menurun.
kelakuan.
menurun, katarak.
keringat menurun, kuku keras dan rapuh, serta kaku kaki tumbuh
menurun.
saat muda.
mempengaruhi.
2. Perubahan sosial
single parent.
(dana pensiun). Kalau tidak, anak dan cucu yang akan memberi
uang.
manusia.
3. Perubahan psikologis
• Mencari teman baru untuk menggantikan suami atau istri yang telah
semakin bertambah.
dewasa.
yang dialaminya, ada beberapa hal yang dapat dilakukan lansia se bagai
b. Saling mengunjungi
2.2.1 Pengertian
waktu dan tempat yang tidak tepat serta menyebabkan masalah kebersihan
atau sosial.
masalah sosial atau higienis. Agency For Health Care Policy And Research
urine involunter.
2.2.2 Klasifikasi
inkontinensia urinarius dibagi menjadi akut atau persisten dan dapat berkisar
Inkontinensia akut terjadi secara tiba-tiba dan biasanya akibat dari penyakit
akut. Sering terjadi pada individu yang dirawat dirumah sakit, inkontinensia
akut biasanya hilang setelah penyakit sembuh. Inkontinensia akut juga dapat
kemih) yang disebabkan oleh faktor yang menyebabkan iritasi lokal seperti
mampu merasakan kandung kemih yang penuh. Lebih sering terjadi pada
pria, inkontinensia overflow dapat disebabkan oleh otot detrusor yang atoni
atau aktivitas tidak edekuat atau terdapat obstruksi. Diabetes dan obat-
beta adenergik, penyekat saluran kalsium, dan agen anti kolinergik, dapat
2.2.3 Etiologi
kandung kemih berkurang. Selain itu, kandung kemih jadi semakin mudah
teriritasi dan dapat menahan urine residu (kee, 1992, dalam Maas, dkk,
2011:337—343).
tonus dasar panggul dan sfingter eksternal dapat menebabkan kebocoran urine
akibat penekanan.
Selain itu, ketika lansia beristirahat atau tidur ginjal dapat berfungsi
lebih banyak episode inkontinensia pada lansia pada malam hari dibanding
inkontinensia bagi individu lansia lebih rapuh, sehingga faktor lain lebih
2.2.4 Patofisiologi
akan menyebabkan proses berkemih terganggu. Pada usia lanjut baik wanita
estrogen pada wanita dan hormon androgen pada pria. Perubahan yang
28
terjadi ini dapat berupa peningkatan fibrosis dan kandungan kolagen pada
kemih tidak efektif lagi. Pada otot uretra terjadi perubahan vaskularisasi pada
kandung kemih lebih besar dari uretra. Proses yang menjadikan tekanan di
saluran keluar bladder adalah: gerakan involunter sfingter urinaria dan otot
polos ureter, reflek kontraksi ketika tekanan intra abdominal dan otot dasar
panggul. Strukturnya didukung oleh otot dasar panggul dan ligament dan
uretra ditahan oleh fascia endopelvic serta dinding vagina anterior. Kerusakan
pada salah satu otot, struktur pendukung atau neurologis akan menyebabkan
inkontinensia stres.
Perubahan neurologik
Inkontinensia urine
Inkontinensia fungsional
Tekanan pada rongga
perut meningkat
Rembesan urine
2.2.5 Diagnosis
bertujuan untuk :
dan ginekologi, gejala dan keluhan utama gangguan berkemih serta riwayat
Questions (3IQ) merupakan salah satu contoh alat ukur yang berisi
Alat ukur 3IQ ini terdiri dari tiga pertanyaan dengan pilihan jawaban dimana
(symptom) tipe Inkontinensia urin yang terjadi. SSI terdiri dari dua
pertolongan kepada lanjut usia secara individu, kelompok, seperti dirumah atau
perawat.
2.3.1 Pengkajian
1. Riwayat
2. Asupan cairan
Asupan cairan pada lansia dengan inkontinensia dikaji dalam tiga aspek yakni
Klien, anggota keluarga, atau orang terdekat lain diminta mengisi catatan
4. Riwayat Medis
5. Defekasi
6. Kemampuan fungsional
status psikoogik, hubungan sosial, serta sasaran (apakah lansia ingin melalui
7. Pemeriksaan Fisik
Tabel 2.1 Kriteria hasil dan perencanaan inkontinensia urinarius stres Nanda
(2016)
urine.
35
Intervensi Keperawatan
membangun BHSP.
pasien yang mendapat latihan berkemih untuk latihan napas dalam guna
yang maksimal.
• Berikan perawatan perineal yang sering, dan perhatikan lansia apakah ada
kerusakan kulit. Cuci dengan sabun ringan dan air, dan keringkan kulit
36
pasien
• Jika dokter meminta pasien menyimpan catatan asupan cairan dan episode
(2.000 ml) setiap hari. Jelaskan bahwa banyak pasien yang mengalami
2.3.4 Implementasi
efisien, dan aman berdasarkan data yang didapatkan kepada klien dalam bentuk
2.3.5 Evaluasi
masalah klien.
E : Tafsiran dari efek tindakan yang telah diambil untuk menilai keefektifan
BAB III
PENUTUP
A. Saran
Diharapkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat dalam memahami
pentingnya berkativitas sosial untuk mencegah depresi pada Lansia dapat
meningkat sehingga para Lansia akan lebih aktif melakukan aktivitas
bersama dengan teman-temannya. Selain itu, bagi Posyandu Lansia
Diharapkan dapat terus membina dan menyelenggarakan kegiatan senam/
kegiatan lain bagi Lansia secara rutin, sebagai wadah bagi anggotanya yakni
para Lansia untuk dapat aktif secara sosial, terhindar dari depresi, dan
mampu mencapai kualitas hidupnya semaksimal mungkin.
B. KESIMPULAN
Makhluk hidup mempunyai fase dimana manusia yang paling besar
adalah fase manusia dewasa awal merupakan masa dewasa atau satu tahap
yang dianggap kritikal selepas alam remaja yang berumur dua puluhan (20-
an) sampai tiga puluhan (30 an), la dianggap kritikal karena disebabkan pada
masa ini manusia berada pada tahap awal pembentukan karir dan keluarga.
Pada peringkat ini, seseorang perlu membuat pilihan yang tepat demi
menjamin masa depannya terhadap pekerjaan dan keluarga. Pada masa ini
juga seseorang akan menghadapi dilema antara pekerjaan dan keluarga.
Berbagai masalah mulai timbul terutama dalam perkembangan karir dan juga
hubungan dalam keluarga.
Usia lanjut adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang. Masa
ini dimulai dari umur enam puluh tahun sampai meninggal, yang ditandai
dengan adanya perubahan yang bersifat fisik dan psikologis yang menurun.