Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL MASA DEWASA AKHIR”

KELOMPOK IX
1. FRENGKI IMANUEL HODI
2. YALENTIDORA TUNLIU

INSITITUT AGAMA KRISTEN NEGERI KUPANG


FAKULTAS ILMU SOSIAL KEAGAMAAN KRISTEN
JURUSAN PASTORAL KONSELING
KATA PENGANTAR

Puji syukur di panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa.karena atas limpahan
kasihNya penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Terima kasih penulis sampaikan
kepada ibu Marleny R.Riada.M.Psi sebagai dosen pengampuh mata kuliah Psikologi
Dewasa yang telah membantu memberikan arahan dan pemahaman dalam penulisan
makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan
karena keterbatasan kami.Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran
untuk menyempurnakan makalah ini.Semoga apa yang ditulis dapat bermanfaat bagi
semua pihak.

Kupang,18 Oktober 2023

Penulis
DAFTAR ISI

COVER………………………………………………………………………....…..1
KATA PENGANTAR……………………………………………………………....2
DAFTAR ISI…………………………………………………………………….......3
BAB I.PENDAHULUAN………………………………………………….……......4
A.Latar Belakang……………………………………………………………….…...4
B.Rumusan Masalah……………………………………………………………..…. 4
C.Tujuan……………………………………………………………………….…….4
BAB II.PEMBAHASAN……………………………………………………….……5
A.Pengertian Masa Dewasa akhir…………………………………..…………. …5-6
B.Perkembangan psikososial Masa Dewasa akhir………………………………..7-10
BAB III PENUTUP……………………………………………………………....…12
A.Kesimpulan…………………………………………………………………….....12
B.Saran……………………………………………………………………………....12
C.Daftar Pustaka………………………………………………….……………......12
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Usia tua adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang, yaitu suatu periode di
mana seseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu yang lebih menyenangkan, atau
beranjak dari waktu yang penuh dengan manfaat. Bila seseorang yang sudah beranjak jauh dari
periode hidupnya yang terdahulu, ia sering melihat masa lalunya, biasanya dengan penuh
penyesalan, dan cenderung ingin hidup pada masa sekarang, mencoba mengabaikan masa depan
sedapat mungkin. Dalam masa ini seseorang menghadapi tiga macam tugas yaitu penilaian
kembali masa lalu, mengubah struktur kehidupan, proses individuasi (Saleh, 2019, hlm. 141).

Hurlock (1991) mengatakan usia lanjut sering disebut senescence yaitu suatu periode dari
rentang kehidupan yang ditandai dengan perubahan atau penurunan fungsi tubuh, biasanya mulai
pada usia yang berbeda untuk individu yang berbeda. Perubahan fisik yang terjadi pada usia
lanjut ditandai dengan berubahnya warna rambut menjadi putih, kulit yang mulai mengendur dan
menjadi keriput, gigi mulai ompong, tidak lincah dan mudah lelah, serta fungsi pengelihatan
yang mulai menurun, keadaan motorik yang melemah, dan menurunya tingkat kesehatan lainnya,
sejalan dengan bertambahnya umur seseorang maka kondisi fisik maupun non fisik akan
mengalami penurunan akibat dari proses alamiah penuaan (Maryam, dkk., 2011). Masa dewasa
akhir biasanya dipandang sebagai garis pemisah antara usia madya dan usia lanjut. Akan tetapi
orang sering menyadari bahwa usia kronologis merupakan kriteria yang kurang baik dalam
menandai permulaan usia lanjut karena terdapat perbedaan tertentu di antara individu-individu
dalam usia pada saat mana usia lanjut mereka mulai.Karena kondisi kehidupan dan perawatan
yang lebih baik, kebanyakan pria dan wanita zaman sekarang tidak menunjukkan tanda-tanda
ketuaan mental dan fisiknya sampai usia enam puluh lima, bahkan sampai awal tujuhpuluhan.
Karena alasan tersebut, ada kecenderungan yang meningkat untuk menggunakan usia enam
puluh lima sebagai tanda mulainya lanjut usia.
B. Rumusan Masalah

1. Apa pengerian masa dewasa akhir


2. Bagaimana perkembangan psikososial masa dewasa akhir

C. Tujuan

1. Untuk mengeahui pengerian masa dewasa akhir


2. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan pikososial masa dewasa akhir
BAB II

PEMBAHASAN

A.Pengerian Masa Dewasa Akhir

Masa dewasa akhir diartikan sebagai perubahan fisik yang menonjol seperti perubahan
poster tubuh, gaya berjalan, roman muka, warna rambut, suara, kekenyalan kulit, kemampuan
pendengaran dan penglihatan. Demikian juga terjadinya perubahan kesehatan secara keseluruhan
yaitu kurang sehat atau mengalami macam-macam keluhan penyakit. Secara kronologis, usia
lanjut dinyatakan sebagai orang yang telah berumur 60 atau 65 tahun ke atas (Kalish, 1975;
Bischof, 1976; Hurlock, 1980; Dixon dan Bouma, 1976). Dasar menentukan umur ini sebagai
masa tua adalah alasan ekonomi, seperti: mereka sudah harus pensiun, pajak penghasilan yang
sudah ditiadakan dan telah merupakan persetujuan yang me-masyarakat di negara kita ini.

Menurut Hurlock (2002), tahap terakhir dalam perkembangan ini dibagi menjadi usia
lanjut dini yang berkisar antara usia enampuluh sampai tujuh puluh tahun dan usia lanjut yang
dimulai pada usia tujuh puluh tahun hingga akhir kehidupan seseorang. Orangtua muda atau usia
tua (usia 65 hingga 74 tahun) dan orangtua yang tua atau usia tua akhir (75 tahun atau lebih)
(Baltes, Smith&Staudinger, Charness&Bosmann) dan orang tua lanjut (85 tahun atau lebih) dari
orang-orang dewasa lanjut yang lebih muda (Johnson&Perlin).

Menurut Erikson tahap dewasa akhir memasuki tahap integrity vs despair yaitu
kemampuan perkembangan lansia mengatasi krisis psikososialnya. Banyak stereotip positif dan
negatif yang mampu mempengaruhi kepribadian lansia. Integritas ego penting dalam
menghadapi kehidupan dengan puas dan bahagia. Hal ini berdampak pada hub.sosial dan
produktivitasnya yang puas. Lawannya adalah despair yaitu rasa takut mati dan hidup terlalu
singkat, rasa kekecewaan. Beberapa cara hadapi krisis dimasa lansia adalah tetap produktif
dalam peran sosial, gaya hidup sehat, dan kesehatan fisik.

Menurut J.W. Santrock (J.W.Santrock, 2002, h.190), ada dua pandangan tentang definisi
orang lanjut usia atau lansia, yaitu menurut pandangan orang barat dan orang Indonesia.
Pandangan orang barat yang tergolong orang lanjut usia atau lansia adalah orang yang sudah
berumur 65 tahun keatas, dimana usia ini akan membedakan seseorang masih dewasa atau sudah
lanjut. Sedangkan pandangan orang Indonesia, lansia adalah orang yang berumur lebih dari 60
tahun. Lebih dari 60 tahun karena pada umunya di Indonesia dipakai sebagai usia maksimal kerja
dan mulai tampaknya ciri-ciri ketuaan.

Menurut Hurlock (2002), tahap terakhir dalam perkembangan ini dibagi menjadi usia
lanjut dini yang berkisar antara usia enampuluh sampai tujuh puluh tahun dan usia lanjut yang
dimulai pada usia tujuh puluh tahun hingga akhir kehidupan seseorang. Orangtua muda atau usia
tua (usia 65 hingga 74 tahun) dan orangtua yang tua atau usia tua akhir (75 tahun atau lebih) dan
orang tua lanjut (85 tahun atau lebih) dari orang-orang dewasa lanjut yang lebih muda.

Ciri-ciri dewasa akhir:

1. Adanya periode penurunan atau kemunduran. Yang disebabkan oleh faktor fisik dan
psikologis.
2. Perbedaan individu dalam efek penuaan. Ada yang menganggap periode ini sebagai
waktunya untuk bersantai dan ada pula yang menganggapnya sebagai hukuman.
3. Ada stereotip-stereotip mengenai usia lanjut. Yang menggambarkan masa tua
tidaklah menyenangkan.
4. Sikap sosial terhadap usia lanjut. Kebanyakan masyarakat menganggap orang berusia
lanjut tidak begit dibutuhkan katena energinya sudah melemah. Tetapi, ada juga
masyarakat yang masih menghormati orang yang berusia lanjut terutama yang
dianggap berjasa bagi masyarakat sekitar
5. Mempunyai status kelompok minoritas. Adanya sikap sosial yang negatif tentang
usia lanjut.
6. Adanya perubahan peran. Karena tidak dapat bersaing lagi dengan kelompok yang
lebih muda.
7. Penyesuaian diri yang buruk. Timbul karena adanya konsep diri yang negatif yang
disebabkan oleh sikap sosial yang negatif.
8. Ada keinginan untuk menjadi muda kembali. Mencari segala cara untuk
memperlambat penuaan.
Serta adapun tugas perkembangan pada masa dewasa akhir ini, diantaranya:

 Menciptakan kepuasan dalam keluarga sebagai tempat tinggal di hari tua.


 Menyesuaikan hidup dengan penghasilan sebagai pensiunan
 Membina kehidupan rutin yang menyenangkan.
 Saling merawat sebagai suami-istri
 Mampu menghadapi kehilangan (kematian) pasanang.
 Melakukan hubungan dengan anak-anak dan cucu-cucu.
 Menemukan arti hidup dengan nilai moral yang tinggi.

B. perkembangan psikososial dewasa akhir

Menurut Erik Homburger dalam bukunya “Childhood and Society” (1963), Erikson
membuat sebuah bagan untuk mengurutkan delapan tahap secara terpisah mengenai
perkembangan ego dalam psikososial, yang biasa dikenal dengan istilah “delapan tahap
perkembangan manusia”. Kedelapan tahap perkembangan manusia dalam teori psikososial
Erikson tersebut adalah
 Trust vs Mistrust (Kepercayaan vs Kecurigaan).
Tahap ini berlangsung pada masa oral, pada umur 0-1 tahun atau 1 ½ tahun (infancy)
Bayi pada usia 0-1 tahun sepenuhnya bergantung pada orang lain, perkembangan rasa
percaya yang dibentuk oleh bayi tersebut berdasarkan kesungguhan & kualitas penjaga (yang
merawat) bayi tersebut. Apabila bayi telah berhasil membangun rasa percaya terhadap si
penjaga, dia akan merasa nyaman & terlindungi di dalam kehidupannya. Akan tetapi, jika
penjagaannya tidak stabil & emosi terganggu dapat menyebabkan bayi tersebut merasa tidak
nyamandantidakpercayapadalingkungansekitar.
Kegagalan mengembangkan rasa percaya menyababkan bayi akan merasa takut dan yakin
bahwa lingkungan tidak akan memberikan kenyamanan bagi bayi tersebut, sehingga bayi
tersebut akan selalu curiga pada orang lain
 Otonomi vs Perasaan Malu dan Ragu-ragu.
Tahap kedua ini adalah tahap anus-otot (anal-mascular stages), masa ini biasanya disebut
masa balita yang berlangsung mulai dari usia 1- 3 tahun (Early Childhood)
Jikalau orang tua terlalu membatasi ruang gerak lingkungan dan kemandirian, sehingga
anak akan mudah menyerah karena menganggap dirinya tidak mampu atau tidak seharusnya
bertindak sendirian. Anak dalam perkembangannya pun dapat menjadi pemalu dan ragu-
ragu.
Orang tua dalam mengasuh anak pada usia ini tidak perlu mengobarkan keberanian anak
dan tidak pula harus mematikannya. Dengan kata lain, keseimbanganlah yang diperlukan di
sini. Teguran yang harus diberikan orangtua kepada anaknya harus “tegas namun toleran”,
karena dengan cara ini anak akan bisa mengembangkan sikap kontrol diri dan harga diri.
Sedikit rasa malu dan ragu-ragu, sangat diperlukan bahkan memiliki fungsi atau kegunaan
tersendiri bagi anak, karena tanpa adanya perasaan ini, anak akan berkembang ke arah sikap
maladaptif yang disebut Erikson sebagai impulsiveness (terlalu menuruti kata hati),
sebaliknya apabila seorang anak selalu memiliki perasaan malu dan ragu-ragu juga tidak
baik, karena akan membawa anak pada sikap malignansi yang disebut Erikson
compulsiveness. Sifat inilah yang akan membawa anak selalu menganggap bahwa
keberadaan mereka selalu bergantung pada apa yang mereka lakukan, karena itu segala
sesuatunya harus dilakukan secara sempurna. Apabila tidak dilakukan dengan sempurna
maka mereka tidak dapat menghindari suatu kesalahan yang dapat menimbulkan adanya rasa
malu dan ragu-ragu.
 Inisiatif vs Kesalahan.
Tahap ini dialami saat anak menginjak usia 4-5 tahun (preschool age).
Ketidakpedulian (ruthlessness) merupakan hasil dari maladaptif yang keliru, hal ini terjadi
saat anak memiliki sikap inisiatif yang berlebihan namun juga terlalu minim. Orang yang
memiliki sikap inisiatif sangat pandai mengelolanya, yaitu apabila mereka mempunyai suatu
rencana baik itu mengenai sekolah, cinta, atau karir mereka tidak peduli terhadap pendapat
orang lain dan jika ada yang menghalangi rencananya apa dan siapa pun yang harus dilewati
dan disingkirkan demi mencapai tujuannya itu. Akan tetapi bila anak saat berada pada
periode mengalami pola asuh yang salah yang menyebabkan anak selalu merasa bersalah
akan mengalami malignansi yaitu akan sering berdiam diri (inhibition). Berdiam diri
merupakan suatu sifat yang tidak memperlihatkan suatu usaha untuk mencoba melakukan
apa-apa, sehingga dengan berbuat seperti itu mereka akan merasa terhindar dari suatu
kesalahan.

 Kerajinan vs Inferioritas.
Tahap ini adalah tahap laten yang terjadi pada usia 6-12 tahun (school age). Ditingkat ini
area sosialnya bertambah luas dari lingkungan keluarga merambah sampai ke sekolah,
sehingga semua aspek memiliki peran, misalnya orang tua harus selalu mendorong, guru
harus memberi perhatian, teman harus menerima kehadirannya.
Tahap ini menunjukkan adanya pengembangan anak terhadap rencana yang pada awalnya
hanya sebuah fantasi semata, namun berkembang seiring bertambahnya usia bahwa rencana
yang ada harus dapat diwujudkan yaitu untuk dapat berhasil dalam belajar. Anak pada usia
ini dituntut untuk dapat merasakan bagaimana rasanya berhasil, apakah itu di sekolah atau
ditempat bermain. Melalui tuntutan tersebut anak dapat mengembangkan sikap rajin. Jika
anak tidak dapat meraih sukses karena mereka merasa tidak mampu (inferioritas), anak dapat
mengembangkan sikap rendah diri. Sebab itu, peranan orang tua maupun guru sangat penting
untuk memperhatikan apa yang menjadi kebutuhan anak pada usia ini. Kegagalan di bangku
sekolah yang dialami oleh anak-anak pada umumnya menimpa anak-anak yang cenderung
lebih banyak bermain bersama teman-teman dari pada belajar, dan hal ini tidak terlepas dari
peranan orang tua maupun guru dalam mengontrol mereka. Kecenderungan maladaptif akan
tercermin apabila anak memiliki rasa giat dan rajin terlalu besar yang mana peristiwa ini
menurut Erikson disebut sebagai keahlian sempit. Di sisi lain jika anak kurang memiliki rasa
giat dan rajin maka akan tercermin malignansi yang disebut dengan kelembaman. Usaha
yang sangat baik dalam tahap ini adalah dengan menyeimbangkan kedua karateristik yang
ada, dengan begitu ada nilai positif yang dapat dipetik dan dikembangkan dalam diri setiap
pribadi yakni kompetensi.
 Identitas vs Kekacauan Identitas.
Tahap ini merupakan tahap adolesen (remaja), dimulai saat masa puber dan berakhir pada
usia 12-18/anak harus mencapai tingkat identitas ego. Dalam tahap ini lingkungan semakin
luas, tidak hanya berada dalam area keluarga, sekolah, Artinya pencarian identitas ego telah
dijalani sejak berada dalam tahap pertama/bayi sampai iaApabila tahap-tahap sebelumnya
tidak berjalan secara baik. Disisi lain, jika kecenderungan identitas ego lebih kuat
dibandingkan dengan kekacauan identitas, maka mereka tidak menyisakan ruang toleransi
terhadap masyarakat yang bersama hidup dalam lingkungannya. Erikson menyebut
maladaptif ini dengan sebutan fanatisisme. Orang yang berada dalam sifat fanatisisme ini
menganggap bahwa pemikiran, cara maupun jalannyalah yang terbaik. Sebaliknya, jika
kekacauan identitas lebih kuat dibandingkan dengan identitas ego maka Erikson menyebut
malignansi ini dengan sebutan pengingkaran. Orang yang memiliki sifat ini mengingkari
keanggotaannya di dunia orang dewasa atau masyarakat. Mereka akan mencari identitas di
tempat lain dari kelompok yang menyingkir dari tuntutan sosial yang mengikat serta mau
menerima dan mengakui mereka sebagai bagian dalam kelompoknya.
Pencarian jati diri mulai berlangsung dalam tahap ini. Apabila seorang remaja dalam
mencari jati dirinya bergaul dengan lingkungan yang baik maka akan tercipta identitas yang
baik pula. Namun sebaliknya, jika remaja bergaul dalam lingkungan yang kurang baik maka
akan timbul kekacauan identitas pada diri remaja tersebut..
 Keintiman vs Isolasi.
Tahap ini terjadi pada masa dewasa awal(young adult), usia sekitar 18/20-30 tahun.
Oleh sebab itu, kecenderungan antara keintiman dan isoalasi harus berjalan dengan
seimbang guna memperoleh nilai yang positif yaitu cinta. Dalam konteks teorinya, cinta
berarti kemampuan untuk mengesampingkan segala bentuk perbedaan dan keangkuhan lewat
rasa saling membutuhkan. Wilayah cinta yang dimaksudkan di sini tidak hanya mencakup
hubungan dengan kekasih namun juga hubungan dengan orang tua, tetangga, sahabat, dan
lain-lain.
 Generativitas vs Stagnasi.
Masa dewasa (dewasa tengah) berada pada posisi ke tujuh, dan ditempati oleh orang-
orang yang berusia sekitar 20-an - 55 tahun (middle adult). Apabila pada tahap pertama
sampai dengan tahap ke enam terdapat tugas untuk dicapai, demikian pula pada masa ini dan
salah satu tugas untuk dicapai ialah dapat mengabdikan diri guna keseimbangan antara sifat
melahirkan sesuatu (generativitas) dengan tidak berbuat apa-apa (stagnasi). Generativitas
dicerminkan dengan .
Harapan yang ingin dicapai pada masa ini yaitu terjadinya keseimbangan antara
generativitas dan stagnansi guna mendapatkan nilai positif yang dapat dipetik yaitu
kepedulian. Ritualisasi dalam tahap ini meliputi generasional dan otoritisme. Generasional
ialah suatu interaksi/hubungan yang terjalin secara baik dan menyenangkan antara orang-
orang yang berada pada usia dewasa dengan para penerusnya. Sedangkan otoritisme yaitu
apabila orang dewasa merasa memiliki kemampuan yang lebih berdasarkan pengalaman yang
mereka alami serta memberikan segala peraturan yang ada untuk dilaksanakan secara
memaksa, sehingga hubungan diantara orang dewasa dan penerusnya tidak akan berlangsung
dengan baik dan menyenangkan.
 Integritas vs Keputusasaan.
Tahap ini disebut tahap usia senja (usia lanjut) . DIni merupakan tahap yang sulit dilewati
menurut pemandangan sebagian orang dikarenakan mereka sudah merasa terasing dari
lingkungan kehidupannya,
Ini merupakan tahap yang sulit dilewati karena orang pada masa ini cenderung
melakukan introspeksi diri. Mereka akan memikirkan kembali hal-hal yang telah terjadi pada
masa sebelumnya, baik itu keberhasilan maupun kegagalan. Jika dalam masa sebelumnya
orang tersebut memiliki integritas yang tinggi dalam segala hal dan banyak mencapai
keberhasilan maka akan menimbulkan kepuasan di masa senja nya. Namun sebaliknya, jika
orang tersebut banyak mengalami kegagalan maka akan timbul keputus asaan

Perkembangan dan perubahan yang terjadi ini mengakibatkan interaksi sosial para lansia
menurun, baik secara kualitas maupun kuantitasnya sehingga hal ini secara perlahan
mengakibatkan terjadinya kehilangan dalam berbagai hal yaitu: kehilangan peran ditengah
masyarakat, hambatan kontak fisik dan berkurangnya komitmen.Menurut Erikson,
perkembangan psikososial masa dewasa akhir ditandai dengan tiga gejala penting, yaitu
keintiman, generatif, dan integritas. Menurut Erikson, perkembangan psikososial masa dewasa
akhir ditandai dengan tiga gejala penting, yaitu keintiman, generatif, dan integritas.

(1) Perkembangan Keintiman


Keintiman dapat diartikan sebagai suatu kemampuan memperhatikan orang lain
dan membagi pengalaman dengan mereka. Orang-orang yang tidak dapat menjalin
hubungan intim dengan orang lain akan terisolasi. Menurut Erikson, pembentukan
hubungan intim ini merupakan tantangan utama yang dihadapi oleh orang yang
memasuki masa dewasa akhir.

(2) Perkembangan Generatif


Generativitas adalah tahap perkembangan psikososial ketujuh yang dialami
individu selama masa pertengahan masa dewasa. Ketika seseorang mendekati usia
dewasa akhir, pandangan mereka mengenai jarak kehidupan cenderung berubah.
Mereka tidak lagi memandang kehidupan dalam pengertian waktu masa anak-anak,
seperti cara anak muda memandang kehidupan, tetapi mereka mulai memikirkan
mengenai tahun yang tersisa untuk hidup. Pada masa ini, banyak orang yang
membangun kembali kehidupan mereka dalam pengertian prioritas, menentukan apa
yang penting untuk dilakukan dalam waktu yang masih tersisa.
(3) Perkembangan Integritas
Integritas merupakan tahap perkembangan psikososial Erikson yang terakhir.
Integritas paling tepat dilukiskan sebagai suatu keadaan yang dicapai seseorang
setelah memelihara benda-benda, orang-orang, produk-produk dan ide-ide, serta
setelah berhasil melakukan penyesuaian diri dengan bebrbagai keberhasilan dan
kegagalan dalam kehidupannya. Lawan dari integritas adalah keputusan tertentu
dalam menghadapi perubahan-perubahan siklus kehidupan individu, terhadap
kondisi-kondisi sosial dan historis, ditambah dengan kefanaan hidup menjelang
kematian.
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Masa dewasa lanjut usia merupakan masa lanjutan atau masa dewasa akhir (60 tahun ke
atas). Perlu memperhatikan khusus bagi orangtuanya yang sudah menginjak lansia dan
anaknya yang butuh dukungan juga untuk menjadi seorang dewasa yang bertanggungjawab.
Di samping itu permasalahan dari diri sendiri dengan perubahan fisik, mulai tanda penuaan
yang cukup menyita perhatian .gejala-gejala penting pada perkembangan psikososial pada
masa dewasa akhir, yaitu perkembangan keintiman, perkembangan generatif, dan
perkembangan integritas.

B.Saran

Perlu adanya penyesuaian diri yang dilakukan oleh orang yang telah mencapai usia
dewasa akhir/lansia agar tidak memiliki penilaian negatif dan tidak menyebabkan ketidak
bahagiaan atau kekesalan terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dalam diri. diharapkan
dapat membantu lansia dalam mewujudkan kebahagian di hari tua.
Daftar pustaka

http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2102731-teori-perkembangan-psikososial-erik-
erikson/
http://www.psycholovegy.com/2012/05/masa-perkembangan-manusia-dewasa-akhir.html
http://www.masbow.com/2010/09/perkembangan-dewasa-akhir.html
http://digilib.ubaya.ac.id/pustaka.php/143349
Sumber : Junihot M. Simanjuntak, M.Pd.K . 2015. Makalah Teori Psikososial Erik Erikson dan
Aplikasinya Bagi Pembinaan Orang Dewasa Tengah Baya di Gereja
http://id.wikipedia.org/wiki/Erik_Erikson
Rhussy Kharin. https://kharinblog.wordpress.com/2012/11/24/tahap-tahap-
perkembangan-psikososial-erik-erikson/

Anda mungkin juga menyukai