Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

PSIKOLOGI PERKEMBANGAN SEPANJANG HAYAT

“MASA DEWASA MADYA”

Disusun oleh :

1. Gusnur Rahman A. (201931040)


2. Muhammad Irsyad Syaifuddin (201931041)
3. Ahmad Jumanto (201931044)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MURIA KUDUS


BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.
Setiap orang berkembang dengan karakteristik tersendiri. Hampir sepanjang waktu
perhatian kita tertuju pada keunikan masing-masing. Sebagai manusia, setiap orang melalui
jalan-jalan yang umum. Setiap diri kita mulai belajar berjalan pada usia satu tahun, bejalan
pada usia dua tahun. Tenggelam pada permainan fantasi pada usia kanak-kanak. belajar
mandiri pada masa remaja dan akhirnya belajar bertanggung jawab pada usia dewasa.
Sebagai akhir dari masa remaja adalah masa dewasa. Atau biasa disebut dengan masa
adolesen. Ketika manusia meginjak masa dewasanya sudah terlihat adanya kematangan
dalam dirinya. Kematangan jiwa tersebut menggambarkan bahwa manusia tersebut sudah
menyadari makma hidupnya. Dengan kata lain manusia dewasa sudah mulai memilih nilai-
nilai atau norma yang lelah dianggap mereka baik untuk dirinya serta mereka berusaha
untuk mempertahankan nilai atau norma-norma yang telah dipilihnya tersebut.
Masa dewasa madya dimulai pada umur 40 tahun sampai pada umur 60 tahun, yakni
masa di mana terjadi penurunan kemampuan fisik dan meluasnya tanggung jawab; sebuah
periode di mana seseorang menjadi lebih sadar mengenai polaritas usia muda dan
berkurangnya jumlah waktu yang masih tersisa di dalam hidup; suatu titik di mana
seseoang berusaha meneruskan sesuatu yang bermakna kepada generasi selanjutnya; suatu
masa di mana seseorang telah mencapai dan membina kepuasan dalam kariernya.
Singkatnya, masa dewasa menengah mencakup “keseimbangan antara pekerjaan dan
tanggung jawab relasi di tengah-tengah perubahan fisik dan psikologis yang berlangsung
seiring dengan proses penuaan” (Lanchman, 2004, hal 305).
1.2 Rumusan Masalah.
1. Bagaimana perkembangan fisik pada masa dewasa madya?
2. Bagaimana perkembangan kognitif pada masa dewasa madya?
3. Bagaimana perkembangan sosial pada masa dewasa madya?
4. Bagaimana perkembangan emosional pada masa dewasa madya?
5. Bagaimana perkembangan sikososial pada masa dewasa madya?
6. Bagaimana perkembangan hubungan pribadi pada masa dewasa madya?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui perkembangan fisik pada masa dewasa madya
2. Untuk mengetahui perkembangan kognitif pada masa dewasa madya
3. Untuk mengetahui perkembangan sosial pada masa dewasa madya
4. Untuk mengetahui perkembangan emosional pada masa dewasa madya
5. Untuk mengetahui perkembangan sikososial pada masa dewasa madya
6. Untuk mengetahui perkembangan hubungan pribadi pada masa dewasa madya
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Perkembangan Fisik Masa Dewasa Madya


Pada masa dewasa madya terjadi perubahan fungsi fisik yang tak mampu berfungsi
scpeni sedia kala, dan beberapa organ tubuh tertentu mulai "aus". Daya akomodasi mata
untuk memfokuskan gambar pada retina akan mengalami penurunan tajam karena aliran
darah pada mata juga berkurang. Pendengaran juga mulai menurun pada masa ini yaitu
mulai mcmasuki usia 40. Nowark (dalam Santrock;2007), menemukan bahwa pada masa
dewasa madya perempuan menganggap tanda-tanda penuaan sebagai pengaruh negatif
terhadap penampilan fisiknya. Ciri-ciri fisik dewasa tegah, yaitu:
1. Berat badan bertambah, bahu seringkali membentuk bulat, dan terjadi penggemukan
seluruh tubuh yang membuat perut kelihatan menonjol sehingga seseorang kelihatan
lebih pendek.
2. Otot menjadi lembek dan mengendur disekitar dagu, pada lengan dibagian alas dan
perut.
3. Mulai menurunnya kekuatan fisik, fungsi motorik dan sensori.
4. Gangguan pada persendian, tungkai, lengan yang membuat seseorang sulit bejalan
dan memegang benda yang jarang terjadi pada usia muda.
5. Mulai terjadinya prose meua secara gradual, seperti tumbuhnya uban di kepala,
rambut pada wajah tumbuh lebih lambat dan kurang subur, adanya kerutn-kerutan
pada bagian wajah, kemampuan mata berkurang.
6. Rambut pada pria mulai jarang, menipis, dan terjadi kebotakan pada bagian atas
kepala, rambut hidung, telinga dn bulu mata menjadi lebih kaku.
7. Rambut pada wanita mulai tipis dan rambut di atas bibir dan dagu bertambah banyak.
8. Terjadinya perubahan seksual. Kaum laki-laki dapat mengalami Climacterium dan
wanita mengalami Menopause.

2.2 Perkembangan Kognitif Masa Dewasa Madya


Beberapa kemunduran pada daya ingat mulai terjadi pada masa dewasa tengah ini,
tetapi ada strategi-strategi yang dapat dilakukan untuk menanggulangi kemunduran
tersebut. Kekurangan yang lebih besar terjadi pada memori jangka panjang. Proses-proscs
seperti organisasi dan pembayangan dapat digunakan untuk mengurangi kemunduran daya
ingat. Kemunduran yang lebih pesat terjadi ketika informasi yang diperoleh bersifat baru
atau ketika informasi yang diterima saat ini tidak sering digunakan, dan ketika yang
digunakan adalah proses mengingat kembali daripada proses mengenali. Buruknya,
kesehatan dan sikap-sikap yang negatif berkaitan dengan kemunduran daya ingat.
Dalam hal kognitif pada masa dewasa madya memasuki tahapan Formal Operasional.
Pada tahap ini perkembangan intelektual dewasa sudah mencari titik akhir puncaknya yang
sama dengan perkembangan tahap-tahap sebelumnya (tahap pemuda). Orang dewasa
mampu memasuki dunia logis yang berlaku secara mutlak dan universal, yaitu dunia
idealitas paling tinggi dan dalam menyelesaikan suatu masalah langsung memasuki
masalahnya. Ia mampu melakukan beberapa penyelesaian secara konkrit dan dapat melihat
akibat langsung dari usaha-usahanya guna menyelesaikan masalah tersebut. Orang dewasa
mampu menyadari ketebatasan baik yang ada pada dirinya (baik fisik maupun kognitif)
maupun yang berhubungan dengan realitas di lingkungan hidupnya. Menapaki masa
dewasa madyanya, dalam menyelesaikan masalahnya ia memikirkannya terlebih dahulu
secara teoritis. Menganalisis masalah dengan penyelesaian berbagai hipotesis yang
mungkin ada. Atas dasar analisanya ini, orang dewasa lalu membuat strategi penyelesaian
secara verbal. Kemudian mengajukan pendapat-pendapat tertentu yang sering disebut
sebagai proporsi, kemudian mencari sintesa dan relasi antara proporsi yang berbeda-beda
tadi.
Perkembangan intelektual pada tahap ini sudah mencapai titik akhir. Semua hal yang
berikutnya sebenarnya merupakan perluasan, penerapan, dan penghalusan dari pola
pemikiran selama tahap perkembangan kehidupannya. Dalam menghadapi masa dewasa
madya, seseorang menjadi bijaksana akan segala hal yang dihadapi. Usia yang semakin tua
dan kekuatan fisik yang menurut tidak menjadi kendala untuk menyelesaikan masalah
yang dihadapi dengan kebijakan yang dimiliki.

2.3 Perkembangan Sosial Masa Dewasa Madya


Menghadapi masa dewasa madya, dalam perkembangan sosisalnya mengalami banyak
krisis. Bahaya sosial dan pribadi yang paling besar pada usia madya timbul karena
kecenderungan untuk menerima pendapat umum klise tentang kehidupan bahwa orang usia
madya biasanya gemuk dan mulai botak. Beberapa bahaya sosial dan pribadi yang dianggap
penting sehingga orang kesulitan dalam menyesuaikan diri. Ada beberapa bahaya personal
bagi orang berusia madya dalam menyesuaikan diri dengan peran dan gaya hidup baru.
Dari semua itu, ada enam macam yang dianggap umum dan serius.
1) Diterimanya Kepercayaan Tradisional
Diterimanya kepercayaan traditional pada masa madya mempunyai pengaruh yang
sangat mendalam terhadap perubaban perilaku fisik yang terjadi seiring dengan
bertambahnya usia. Seseorang yang mengalami masa menopause misalnya, sering
disebut sebagai "masa kritis" (criticaI period). Kepercayaan seperti ini dapat
menambah rasa takut yang tidak menentu.
2) Idealisasi Anak Muda
Banyak orang usia madya khususnya kaum pria secara konstan menentang
pengelompokan usia dalam pola perilaku umurn. Mereka tidak mau dibatasi perilaku
dan kegiatannya. Sikap memberontak seperti itu berasal dari pengenalan terhadap
nilai bahwa masyarakat mengikat anak muda dan karena itu mereka menentang
terhadap sikap bentuk pembatasan, ini berart mereka sedang tumbuh menjadi tua.
3) Perubahan Peran
Untuk dapat menyesuaikan dengan baik dengan peran yang baru, seseorang harus
dapat berbuat seperti yang dikatakan oleh Havighurst: "menghilangkan emosi yang
selama ini diterapkan dalam peran tertentu dan memanfaatkannya pada kesempatan
yang lain".
4) Perubahan Keinginan dan Minat
Bagi seorang yang berada pada masa dewasa mau tidak mau harus mencoba untuk
mencari dan mngembangkan keinginan baru sebagai pengganti keinginan lama yang
biasa dilakukan, atau jauh hari sebelum masa madya tiba mereka telah
mengembangkan keinginan baru tersebut yang cukup menarik sehingga dapat
membebaskannya dari perasaan tertekan karena kehilangan keinginan yang biasanya
dilakukan.
5) Simbol status
Pada umumnya wanita semakin tua semakin tertarik pada simbol status. Ada tiga
rcaksi umum scbagai bagian dari wanita yang sangat menentukan simbol tcrsebut.
Pertama, dia akan mengeluh dan mengomeli suaminya yang tidak dapat
menyediakan cukup uang untuk memperoleh status tersebut. Kedua, dia akan
bersikap boros dan menjerumuskan keluarganya dengan melakukan utang. Ketiga,
dia bisa juga berbuat sesuatu dcngan bekerja misalnya agar mempunyai cukup uang
demi mencukupi kebutuhannya. Semua pola respon tersebut merupakan tanda betapa
besar keinginan seorang untuk memperoleh simbol status. Sikap seperi ini sering
menjadikan percekcokan dalam keluarga, banyak pria akan menjawab dan bersikap
tidak menyenangkan. Karena ia sadar hal tersebut tidak mungkin ia peroleh.
6) Aspirasi yang tidak realistis
Orang berusia madya yang mempunyai keinginan yang tidak realistis tentang apa
yang ingin dicapai, akan menghadapi masalah yang serius dalam proses penyesuaian
diri dan sosial, apabila ia kelak menyadari bahwa ia tidak bisa mencapai tujuan
tersebut.
Beberapa kondisi dapat mempengaruhi penyesuaian sosial pada masa madya dibawa
secara bertahap sejak seseprang masih muda, terutama pada masa remaja dan dewasa awal.
Itulah sebabnya orang yang pada masa mudanya tidak memiliki kemampuan penyesuaian
sosial dengan baik sehingga pada usia madya hasilnya akan sama.

2.4 Perkembangan Emosional Masa Dewasa Madya


Perubahan yang bersifat psikis pada masa dewasa madya:
1. Terjadinya kcgoncangan jiwa, seolah-Olah tidak menerima suatu kenyataan.
2. Kaku dan canggung karena penampilannya ingin menyerupai pemuda. tapi kondisi
fisiknya sudah tua.
3. Bersifat introvert (perasa. tertutup. kurang suka bergaul), kritis dalam mendidik anak,
suka cemas dan pusing-pusing, sukar tidur, dll.
4. Usia berbahaya, maksunya adalah dalam masa ini sering tejadi krisis dalam kehidupan
keluarga. karena terjadinya menopause pada istri dan kurangnya gairah scks, istri
sehingga suami bisa menjauhkan diri dari istrinya dan malah bisa tak setia atau kawin
lagi. Dan istri dengan sikap kelakuan suaminya yang begitu akan membenci suaminya
dan timbulah sifat memberontak. percekcokan rnungkin sekali terjadi.
5. Masa setengah baya merupakan proses penyesuaian dan penyeimbangan atas
perubahan-perubalum fisik tersebut berkat kematangan cara berfikir.
6. Penghayatan dan pengalaman agama meningkat sehingga bergairah untuk megikuti
pengajian agama, taat ibadah, dan kegiatan agama lainnya.

2.5 Perkembangan Sikososial Masa Dewasa Madya


Pada masa dewasa madya, seseorang bertugas untuk mengembangkan keseimbangan
antara generativity dan stagnasi. Generativity adalah rasa peduli yang lebih sudah lebih
dewasa dan luas daripada intimacy. Dengan generativity seseorang tidak mengharapkan
suatu timbal balik dari partner dalam hal hubungan.
Stagnasi adalah lawan dari generativity, yakni terbatasnya kepedulian kita pada diri
kita, tidak ada rasa peduli pada orang lain. Orang-orang yang mengalami stagnasi tidak lagi
produktif untuk masyarakat karena mereka tidak bisa melihat hal lain selain apakah itu
menguntungkan diri mereka seketika.
Menurut Erikson, pada masa ini individu dihadapkan atas dua hal generativity dan
stagnasi. Mencakup rencana-rencana yang mereka harapkan dapat membantu generasi
muda mengambangkan dan mengarahkan kehidupan yang berguna melalui
generativitas/bangkit. Sebaliknya, stagnasi/berhenti ketika individu tidak melakukan apa
untuk generasi berikutnya. Memberikan asuhan, bimbingan pada anak-anak, individu
generatif adalah seorang yang mempelajari keahlian, mengembangkan warisan diri yang
positif dan membimbing orang yang lebih muda.

2.6 Hubungan Pribadi Masa Dewasa Madya


Menurut Jung, pada masa ini seorang individu lebih mantap dalam karir, keuangan,
keluarga dan masyarakat. Masa ini merupakan masa berhasil dalam hidup, dimana
individu mulai menikmati kehidupannya. Namun, Jung juga berpendapat bahwa pada
masa ini akan terjadi perubahan kepribadian. Perubahan ini terjadi karena pada masa ini,
seseorang sudah memenuhi tuntutan dalam hidup. Artinya, energy telah dikeluarkan pada
masa sebelumnya. Sehingga pada masa ini, dimana tantangan dalam hidup telah
berkurang, energy yang dimiliki tidak dapat disalurkan untuk memenuhi tantangan
selanjutnya.
Jung yakin bahwa sebelum usia 40 tahun, focus hidup seseorang berpusat pada dunia
luar, namun pada masa dewasa ini (di atas 40 tahun), focus hidup seseorang harus
berpusat dalam diri. Oleh karena itu, kepribadian seseorang biasanya menjadi introversi,
perhatian beralih ke hal yang religious, filosofis, intuitif dan upaya mencapai realisasi
diri.
BAB III
KESIMPULAN

Dari penjelasan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa:


1. Masa dewasa madya merupakan periode yang ditakuti dilihat dari seluruh kehidupan
manusia.
2. Masa dewasa madya merupakan masa transisi, dimana pria dan wanita meninggalkan
ciri-ciri jasmani dan perilaku masa dewasanya dan memasuki suatu periode dalam
kehidupan dengan ciri-ciri jasmani dan perilaku yang baru.
3. Masa dewasa madya adalah masa berprestasi.
4. Menurut Erikson, selama usia madya ini orang akan menjadi lebih sukses atau
sebaliknya mereka berhenti (stagnasi).
5. Pada masa dewasa madya ini perhatian terhadap agama lebih besar dibandingkan
dengan masa sebelumnya, dan kadang-kadang minat dan perhatiannya terhadap
agama ini dilandasi kebutuhan pribadi dan social.

.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayati, Richma. 2016. Psikologi Perkembangan. Kudus: Badan Penerbit Universitas Muria
Kudus

Cowan & Cowan, 2000; O’Laughlin & Anderson, 2001.

Anda mungkin juga menyukai