Anda di halaman 1dari 31

Anatomi Pelvis

Sistem rangka merupakan suatu sistem organ yang memberikan dukungan fisik pada
makhluk hidup. Sistem rangka pada umumnya dibagi menjadi tiga tipe: eksternal, internal,
dan basis cairan (rangka hidrostatik), walaupun sistem rangka hidrostatik dapat pula
dikelompokkan secara terpisah dari dua jenis lainnya karena tidak adanya struktur penunjang.
Rangka manusia dibentuk dari tulang tunggal atau gabungan (seperti tengkorak) yang
ditunjang oleh struktur lain seperti ligamen, tendon, otot, dan organ lainnya. Rata-rata
manusia dewasa memiliki 206 tulang, walaupun jumlah ini dapat bervariasi pada berbagai
individu.
Dalam anatomi manusia, pelvis / panggul merupakan bagian dari inferioposterior batang
pada perut di daerah transisi antara batang tubuh dan anggota tubuh bagian bawah (paha
hingga kaki). "Pelvis" merupakan kata Latin untuk "cekungan" dan merupakan nama bagi
panggul, disebut cekungan karena panggul kita berbentuk seperti cekungan.
Pelvis adalah daerah batang tubuh yang berada di sebelah dorsokaudal terhadap
abdomen dan merupakan daerah peralihan dari batang tubuh ke extremitas inferior. Pelvis
bersendi dengan vertebra lumbalis ke-5 di bagian atas dan dengan caput femoris kanan dan
kiri pada acetabulum yang sesuai. Pelvis dibatasi oleh dinding yang dibentuk oleh ulang,
ligamentum, dan otot. Cavitas pelvis yang berbentuk seperti corong, memberi tempat kepada
vesicaurinaria, alat kelamin pelvic, rectum, pembuluh darah dan limfe, dan saraf.

A. Kerangka Pelvis
Pada manusia dewasa, panggul terbentuk di punggung posterior (belakang) oleh
sakrum dan tulang ekor (bagian ekor dari kerangka axial), lateral dan anterior oleh sepasang
tulang pinggul (bagian dari kerangka apendikularis). Pada manusia dewasa, panggul normal
terdiri dari tiga tulang besar dan tulang ekor (3-5 tulang). Namun, sebelum masa pubertas
tulang pinggul terdiri dari tiga tulang yang terpisah yaitu ilium, ichium, dan pubis. Jadi,
sebelum pubertas panggul dapat terdiri dari lebih dari sepuluh tulang, tergantung pada
komposisi tulang ekor.
Pinggul ini dibagi menjadi 2, satu di sebelah kanan dan satu di sebelah kiri tubuh.
Kedua tulang pinggul yang terdiri dari 3 bagian, ilium, ichium dan pubis. Bagian-bagian ini
digabungkan bersama selama pubertas, yang berarti di masa kanak-kanak mereka adalah
tulang terpisah. Tulang sarcum merupakan penghubung tulang belakang ke panggul dan juga
menjadi tempat yang memungkinkan bagi sepasang pinggul kita untuk melekat.
Pelvis merupakan cincin cekung berbentuk tulang yang menghubungkan kolom
vertebral ke femurs. Fungsi utamanya untuk menyangga berat tubuh bagian atas ketika kita
sedang duduk, berdiri dan beraktivitas.
Fungsi sekundernya adalah untuk mengandung (pada wanita) ketika hamil dan
melindungi viscera pelvis danabdominopelvic viscera (bagian inferior saluran kemih, organ
reproduksi internal).
Tulang pinggul saling terhubung satu sama lain pada anterior pubis symphysis , dan
posterior dengan sacrumpada sendi sacroiliac untuk membentuk cincin panggul. Cincin ini
sangat stabil sehingga menyebabkan sedikitnya mobilitas/pergerakan. Ligamen yang paling
penting dari sendi sacroiliac adalah ligamen sacrospinousdan sacrotuberous yang
menstabilkan tulang pinggul pada sacrum dan mencegah promonotory dari miring ke depan.
Sendi antara sacrum dan tulang ekor, sacrococcygeal symphysis, diperkuat oleh
serangkaian ligamen. Ligamensacrococcygeal anterior merupakan perpanjangan dari anterior
longitudinal ligament (ALL) yang berjalan di sisi anterior dari badan vertebra. Serat tidak
teratur tersebut menyatu dengan periosteum
Setiap sisi panggul terbentuk sebagai tulang rawan, yang mengeras sebagai tiga tulang
utama yang tinggal terpisah melalui masa kanak-kanak: ilium, ichium, pubis. Saat kelahiran
seluruh sendi pinggul (area acetabulum dan bagian atas femur) masih terbuat dari tulang dan
otot
Gerakkan trunk/batang (bending forward) pada dasarnya adalah sebuah gerakan dari otot-otot
rektus, sementara flexi lateral (bending menyamping) dicapai oleh kontraksi obliques bersama
dengan lumborum kuadratus dan otot punggung intrinsic.
Dasar panggul memiliki dua fungsi: Salah satunya adalah untuk menutup rongga
panggul dan perut, serta menanggung beban dari organ visceral, yang lain adalah untuk
mengontrol bukaan rektum dan organ urogenital yang menembus dasar panggul dan
membuatnya lebih lemah. Untuk melakukan keduanya, dasar panggul terdiri dari beberapa
lembar otot dan jaringan ikat.
a. Os Sacrum
Os sacrum terdiri dari lima vertebrae rudimenter yang bersatu membentuk tulang
berbentuk baji yang cekung kea rah anterior. Pinggir atas atau basis ossis sacri bersendi
dengan vertebra lumbalis V. Pinggir inferior yang sempit bersendi dengan os coceygis. Di
lateral, os sacrum bersendi dengan kedua os coxae membentuk articulation sacroiliaca.
Pinggir anterior dan atas vertebra sacralis pertama menonjol ke depan sebagai batas posterior
apertura pelvis superior, disebut promontorium os sacrum, yang merupakan bagian penting
bagi ahli kandungan untuk menentukan ukuran pelvis. Foramina vertebralia bersama-sama
membentuk canalis sacralis.
Canalis sacralis berisi radix anterior dan posterior nervi lumbales, sacrales, dan coccygeus
filum terminale dan lemak fibrosa.

b. Os Coccygis
Os coccygis berartikulasi dengan sacrum di superior. Tulang ini terdiri dari empat vertebra
rudimenter yang bersatu membentuk tulang segitiga kecil yang basisnya bersendi dengan
ujung bawah sacrum.
Vertebra coccygea hanya terdiri atas corpus, namun vertebra pertama mempunyai
processus transverses rudimenter dan cornu coccygeum. Cornu adalah sisa pediculusdan
processus articularis superior yang menonjol ke atas untuk bersendi dengan cornu sacrale.

c. Os inominatum (tulang panggul)


Tulang ini terdiri dari tiga bagian komponen, yaitu: ilium, iskium, dan pubis. Saat dewasa
tulang-tulang ini telah menyatu selurunya pada asetabulum.
• Ilium: Batas atas tulang ini adalah Krista iliaka.
Krista iliaka berjalan ke belakang dari spina iliaka anterior
superior menuju spina iliaka posterior superior. Di bawah tonjolan
tulang ini terdapat spina inferiornya. Permukaan aurikularis ilium
disebut permukaan glutealis karena disitulah pelekatan m gluteus.
Linea glutealis inferior, anterior, dan posterior membatasi pelekatan
glutei ke tulang. Permukaan dalam ilium halus dan berongga
membentuk fosailiaka. Fosailiaka merupakan tempat melekatnya m.
iliakus. Permukaan aurikularis ilium berartikulasi dengan sacrum pada
sendi sakro iliaka (sendi sinovial). Ligamentum sakro iliaka posterior,
interoseus, dan anterior memperkuat sendi sakro iliaka. Linea
iliopektinealis berjalan di sebelah anterior permukaan dalam ilium dari
permukaan aurikularis menuju pubis.
• Ischium: Terdiri dari spina di bagian posterior yang membatasi insisura
iskiadika mayor (atas) dan minor (bawah. Tuberositas iskia adalah
penebalan bagian bawah korpus ischium yang menyangga berat badan
saat duduk. Ramus ischium menonjol ke depan dari tuberositas ini dan
bertemu serta menyatu dengan ramus pubis inferior.
• Pubis: Terdiri dari korpus serta rami pubis superior dan inferior. Tulang ini
berartikulasi dengan tulang pubis di tiap sisi simfisis pubis. Permukaan
superior dari korpus memiliki krista pubikum dan tuberkulum
pubikum. Foramen obturatorium merupakan lubang besar yang dibatasi
oleh rami pubis dan iskium.

d. Pelvis major (panggul besar, pelvis spurium)


 Terletak cranial terhadap aperture pelvis superior (aditus pelvis).
 Terbuka dan melebar pada ujung atasnya dan harus dipikirkan sebagai bagian cavitas
abdominalis.
 Melindungi isi abdomen dan setelah kehamilan bulan ketiga, membantu menyokong
uterus gravidarum.
 Selama stadium awal persalinan, pelvis major membantu menuntun janin masuk ke
pelvis minor.
 Kearah ventral dibatasi dinding abdomen, kearah lateral oleh fossa iliaca dextra dan
fossa iliaka sinistra, dan kearah dorsal oleh vertebra L. S dan vertebra S1.
e. Pelvis minor (panggul kecil, pelvis verum)
 Berada antara aperture pelvis superior dan aperture pelvis inferior (exitus
pelvis).
 Merupakan lokasi visera pelvis (misalnya vesica urinaria).
 Dibatasi oleh permukaan dalam os coxae, os sacrum, dan os coccygis.
 Ke bawah dibatasi oleh diaphragma pelvis.
 Pelvis minor mempunyai pintu masuk, pintu keluar, dan sebuah cavitas.
 Pelvis minor merupakan saluran tulang yang harus dilalui oleh janin pada
 proses persalinan.

Pada wanita, di luar kehamilan artikulasio hanya memungkinkan pergeseran sedikit,


tetapi pada kehamilan dan waktu persalinan dapat bergeser lebih jauh dan lebih
longgar,misalnya ujung koksigis dapat bergerak kebelakang sampai sejauh lebih kurang 2,5
cm.Hal ini dapat dilakukan bila ujung os koksigis menonjol ke depan pada saat partus, dan
pada pengeluaran kepala janin dengan cunam ujung os koksigis itu dapat ditekan ke belakang.
Secara fungsional, panggul terdiri dari dua bagian yaitu pelvis mayor dan pelvis minor. Pelvis
mayor adalah bagian pelvis yang terletak diatas linea terminalis, disebut juga dengan false
pelvis. Bagian yang terletak dibawah linea terminalis disebut pelvis minor atau true pelvis.

Pada ruang yang dibentuk oleh pelvis mayor terdapat organ –organ abdominal selain
itu pelvis mayor merupakan tempat perlekatan otot – otot dan ligamen ke dinding tubuh.
Sedangkan pada ruang yang dibentuk oleh pelvis minor terdapat bagian dari kolon, rektum,
kandung kemih, dan pada wanita terdapat uterus dan ovarium. Pada ruang pelvis juga kita
temui diafragma pelvis yang dibentuk oleh muskulus levator ani dan muskulus koksigeus.

Jika diamati dari superior panggul

Jika diamati dari belakang


Dlihat dari arah lateral

Dilihat dari dalam


f. Sendi (Articulatio) dan Ligamen Pelvis
Ada 4 sendi pelvis, yaitu:
 Dua articulation sacroiliaca
 Symphisis pubis
 Articulation sacrococcygea

a. Dua Articulatio Sacro iliaca


Articulation sacroiliaca kanan dan kiri terletak di anara corpus vertebrae
sacralis ke-1 dan ke-2 dan facies articularis ilium pada kedua sisi.
Karena berat tubuh dihantarkan lewat pelvis, maka sendi-sendi ini dapat
mengalami tekanan yang berat. Permukaan sacrum dan ilium mempunyai
banyak tonjolan dan cekungan yang saling mengunci seperti jigsaq puzzle
dan dengan demikian memberikan kestabilan pada sendi tersebut sesuai
dengan kebutuhan, karena terdapat sedikit gerakan sinovia pada setinggi
vertebra sacralis ke-2.
 Ligamenta sacroiliaca yang kuat mengelilingi sendi ini. Ligament
sacrospinosadan sacrotuberosa menghubungkan sacrum dan os
coxae.
 Ligament sacrotuberostum terentang dari tepi baah sacrum sampai
tuber ischiadicum.
 Ligament sacrospinosum terentang dari tepi bawah sacrum sampai
spina ischiadicum.
Semua ligamentum tersebut secara normal membantu membatasi gerakan
sacrum.

b. Symphisis Pubis
Adalah articulation cartilaginosa sekunder yang panjangnya kira-kira 4 cm.
facies articularis dari corpus ossis pubis ditutupi oleh kartilago hialin, dan
suatudiscus cartilaginosa yang menggabungkan kedua corpora tersebut.
Ligamentum pubicum mengelilingi sendi tersebut dan hanya dapat melakukan
gerakan yang minimum.
c. Articulatio Saccrococcygea
Merupakan articulation cartilaginosa sekunder dibentuk oleh tepi bawah sacrum dan
tepi atas coccyx. Sendi ini dikelilingi dan ditopang oleh ligamentum sacrococcygeum
dan dapat melakukan fleksi dan ekstensi yang merupakan gerakan pasif saat defekasi
dan melahirkan.
Ligamentum poupart juga disebut ligamentum inguinale terentang antara spina iliaca
anterior superior dan corpus ossis pubis. Membrane obturatoria: Membrana
obturatoria menutup foramen obturatorium dan padanya terdapat celah sempit untuk
lewat pembuluh darah, saraf dan pembuluh limfatika.
Semua sendi ini dapat bertambah keluasan gerakannya selama kehamilan
karena terjadi elastisitas (kelenturan) ligament yang memperkuat sendi tersebut
akibat adanya hormone relaks
Struktur Dinding Pelvis

Dinding pelvis dapat dibedakan atas dinding ventral, dua dinding lateral, dinding dorsal,
dan sebuah dasar pelvis.
 Dinding pelvis ventral. Dinding pelvis ventral pertama-tama dibentuk oleh
kedua corpus ossis pubis dan ramus ossis pubis serta symphisis pubica.

 Dinding-dinding Pelvis Lateral. Dinding-dinding pelvis lateral memiliki


kerangka tulang yang dibentuk oleh bagian-bagian os coxae. Musculus
obturator internus menutupi hampir seluruh dinding-dinding ini. Medial
terhadap musculus obturator internus terdapat nervus obturatorius dan
pembuluh obturatoria, dan cabang lain dari pembuluh iliaca interna. Masing-
masing musculus obturator internus meninggalkan pelvis melalui foramen
ischiadicum minus dan melekat pada femur (os femoris).

 Dinding Pelvis Dorsal. Dinding pelvis dorsal dibentuk oleh sacrum, bagian-
bagian os ischii yang berdekatan, dan articulation sacro-iliaca serta ligamenta
sacroi liaca. Musculus piriformis melapisi dinding ini di sebelah lateral.
Masing-masing musculus piriformis meninggalkan pelvis minor melalui
foramen ischiadicum (sciaticum) majus. Medial terhadap musculus piriformis
terdapat saraf-saraf dari plexus sacralis dan pembuluh iliaca interna serta
cabangnya.

 Dasar Pelvis. Dasar pelvis dibentuk oleh diaphragma pelvis yang dibentuk oleh
musculus levator ani dan musculus coccygeus serta fascia-fascia yang
menutupi permukaan cranial dan permukaan kaudal otot tersebut. Diaphragma
pelvis terbentang antara os pubis di sebelah ventral, dan os coccyges di sebelah
dorsal, dan dari dinding-dinding pelvis lateral yang satu ke dinding-dinding
pelvis lateral di seberangnya. Karena itu, diaphragma pelvis menyerupai
sebuah corong yang tergantung pada tempat perlekatan tadi.
d. Macam-macam Pelvis

Klasifikasi normal yang dipakai adalah klasifikasi dari Caldwell dan Molloy.
Ada empat kelompok utama:
1. Ginekoid
Pelvis Ginekoid adalah nama lain dari pelvis wanita normal. Mempunyai pintu
masuk berbentuk bulat dan pintu keluarnya mempunyai spina ischiadica yang
tumpul ( bulat ), tidak tajam dan tidak menonjol. Arcus pubis mempunyai sudut
yang membulat. Pelvis jenis ini memiliki efek yang menguntunkan pada saat
persalinan, karena pelvis bulat di depan, maka fetus akan memberikan presentasi
kepala sehingga jalannya persalinan akan lebih mudah.

2. Android
Pelvis Android mempunyai pintu masuk yang berbentuk jantung,
menyebabkan pelvis bagian depan sangat sempit. Mempunyai kurvatura yang
buruk. Pintu keluar membentuk angulus subpubicus yang lebih tajam dan
mempersempit ruangan. Spina ischiadica tajam dan membelok. Pelvis jenis
Ini membuat persalinan cenderung lebih lama, tetapi berlangsung normal.

2. Platipeloid
Pelvis jenis ini dapat disebabkan oleh faktor perkembangan, rakitis faktor
herediter. Pintu masuknya berbentuk ginjal. Pintu keluarnya cukup luas karena
arcus pubisnya sangat besar. Pada pelvis Platipeloid proses persalinannya
cukup sulit karena kepala fetus mengalami kesulitan dalam memasuki pintu
masuk pelvis.

3. Antropoid
Pintu masuknya berbentuk oval, mempunyai diameter anteroposterior yang
panjang, tetapi diameter tranversa yang lebih pendek. Kavitas pelvisnya cukup
memadai pada semua diameternya, tetapi agak dalam. Pintu keluarnya juga cukup
memadai pada semua diameternya, dengan arcus pubis yang agak lebar. Pelvis ini
mempunyai pintu masuk yang paling mudah dilalui kepala fetus. Lebih sering
occiput terletak pada cekung sacrum dan bukannya mengarah ke anterior.
Kemudian fetus melewati pelvis dengan posisi yang sama, dan lahir dengan posisi
oksipitoposterior yang tidak mengalami reduksi, dan bukannya muka yang
menghadap perinium.

e. Perbedaan Bentuk Panggul Pria dan Wanita

1. Pada wanita, dinding pelvis spurium dangkal, SIAS menghadap ke ventral. Pada
pria, dinding pelvis spurium tajam / curam, SIAS menghadap ke medial.
2. Pada wanita, apertura pelvis superior berbentuk oval.
Pada pria, apertura pelvis superior berbentuk heart-shaped, lengkung, dengan
promontorium os sacrum menonjol ke anterior.
3. Pada wanita, pelvis verum merupakan segmen pendek suatu kerucut panjang.
Pada pria, pelvis verum merupakan segmen panjang suatu kerucut pendek.
4. Pada wanita, ukuran-ukuran diameter rongga panggul lebih besar (perbedaan
sampai sebesar 0.5-1.5 cm) dibandingkan ukuran-ukuran diameter rongga panggul
pria.
5. Pada wanita, apertura pelvis inferior berbentuk bundar, diameter lebih besar.
Pada pria, apertura pelvis inferior berbentuk lonjong dan kecil.
6. Pada wanita, angulus subpubicus adalah sudut lebar / besar.
Pada pria, angulus subpubicus merupakan sudut tajam / kecil.

Male Pelvis
f. Otot – otot pelvis
1. M. Piriformis
 Insersi : trokhanter mayor femur
 Origo : bagian depan sakrum
 Persyarafan : pleksus sakralis
 Fungsi : memutar keluar femur pada artikulatio koksa

2. M. obturatorius
 Origo : membran obturatoria dan bagian tulang panggul
 Insersi : trokhanter minor femur
 Persyarafan : nervus obturatorius internus fleksus sakralis
 Fungsi : memutar keluar femur pada sendi koksae

3. M. levator ani
 origo : korpus pubis, fasia m
 insersi : korpus periniale, korpus ano koksigis kanalis ani.
 prsyarafan : nervus sakralis IV
 fungsi : menyokong visera pubis spingter anorektal dan vagina

4. splingter ani ekterus


a. pars subkutanea
b. pars duperfisialis
c. pars profunda
 insersi : os kogsigis
 persarapan : nervus rektalis interior
 fungsi : membentuk splingter kanalis ani

5. M. koksigeus
 Insersi : ujung bawah os sakrum dan os kogsigeus
 Origus : spina ikadia
 Persarafan : nervus sakralis IV – V
 Fungsi : mambamtu m elevator ani menyokong visera

6. M. pubo reektalis
 Insersi : sekitar perbatasan rektum dan kanalis ani
 Origo : os pubis
 Persarafan : nervus sakralis IV
 Fungsi : bersama splingter ani membentuk splingter volunter kanalis
ani

7. Otot urogenital pria


a. m bulbo spengosus
b. m iskiokavernosus
c. m splingter uretra
d. m tranveesus perenei profundus
8. Otot urogenital wanita
a. m bulbo spengosus
b. m iskiokavernosus

Gambar otot-otot pelvis

Otot pelvis wanita Otot pelvis Pria


9. Arteri Pelvis
Arteri dari pelvis adalah cabang dari arteri iliaka. Kecuali arteri rektum superior yang
merupakan cabang dari arteri mesenterika inferior.
Cabang-cabang dari arteri iliaka interior adalah :
Iliolumbar
• superior gluteal
• inferior gluteal
• internal pudendal
• middle rectal
• inferior vescical (the uterine in the female)
• obturator
• superior vesical
• bagian terminal dari iliaca yang tersumbat dan membentuk ligamentum ubilicalis
lateral dinding anterior abdomen bawah
10. Saraf pada Pelvis
Saraf pelvis berasal dari:
1. Lumbosacral plexus
2. Inferior mesenteric plexus
3. Sympathetic chain
Pleksus lumbosakral terdiri dari:
• L4
• L5
o L4 dan L5 bergabung untuk membentuk batang lumbosakral
• S1
• S2
• S3
o L4, L5, S1, S2, S3 membentuk saraf skiatik dan kombinasi lainnya yang membentuk
superior dan inferior glutealis.
• S4
o S2, S3, S4 bergabung untuk membentuk saraf pudenda yang memasok struktur di
purineum.
Pleksus mesenterika inferior dimulai di abdomen pada titik asal mesenterika arteri
inferior dan melewati sepanjang aorta ke daerah presacral. Sebagi tetes plexus ke dalam pelvis
yang biasanya pecah ke arah kiri dan kanan plexus hipogasticus yang terletak di belakang
rectum.
Histologi Kulit

Kulit terdiri dari epidermis (lapisan epitel yang berasal dari ektoderm) dan
dermis (lapisan jaringan ikat yang berasal dari mesoderm), serta subkutan yang terdiri
dari jaringan adiposa.

Pada lapisan Epidermis terdiri dari beberapa lapisan atau stratum yang sebagian besar
terdiri dari sel kuboid, yang semakin menuju ke permukaan inti dan sitoplasmanya hilang.
selain itu juga terdapat beberapa sel yang memiliki fungsi tersendiri:

 Sel Dendritik

terdapat pada stratum yang memiliki fungsi sebagai pengikat dan menyajikan
antigen kepada limfosit T sehingga terbentuk sel memori

 Sel Merkel atau taktil

merupakan mekanoreseptor sensitive pada sentuhan ringan ( biasa terdapat


pada ujung jari)

 Melanosit

memiliki fungsi sebagai pemberi warna dan sebagai proteksi dari sinar
matahari dan bersifat antibakteri

Pada lapisan Dermis kulit terbagi menjadi lapisan papilar (lapisan tipis yang berfungsi
mengikat anatar lapisan dermis dan epidermis) dan reticular (lapisan tebal yang berisikan
berbagai reseptor sensorik pada kulit), dengan dasar lapisan subkutan yang terdiri dari lapisan
adiposa, berfungsi sebagai tahanan terhadap tekanan kuat dari luar.

sumber : Mescher, Anthony L.2011. Histologi Dasar Junqueira Edisi-12. Jakarta; EGC.
Patofisiologi

Faktor Resiko seperti trauma atau infeksi akan menyerang sel normal. Sewaktu-waktu,
sel normal akan mengalami kegagalan perbaikan DNA yang nantinya akan terjadi mutasi sel.
Mutasi sel menyebabkan 3 hal yaitu pengaktifkan onkogen, inaktivasi gen penekan tumor, dan
penurunan apopotosis. 3 hal tersebut akan menyebabkan proliferasi sel tak terkendali yang
nantinya membentuk tumor.

Sumber: Kumar Abbas. 2010. Patologi Robbins Edisi 7. Jakarta: EGC.


Etiologi dan Faktor Risiko Benjolan pada Kulit

Tumor pada kulit dapat terjadi karena :

1. Faktor eksternal

- Sering terpapar sinar matahari

- Terpapar sinar x-ray dan radionuklir dalam waktu lama

- Pemakaian bahan kimia seperti arsen, beryllium, cadmium, merkuri, plumbum,


dan berbagai logam berat lainnya

- Adanya jaringan parut yang luas dan lama. Misalnya jaringan parut akibat luka
bakar.

2. Faktor internal

- Imunitas rendah

- Genetic

- Hormonal

- Ras, banyak terjadi pada kulit putih.

Referensi :

Thomas VD, Swanson NA, Lee KK. Benign Epithelial Tumors, Hamartomas,
and Hyperplasias. In : Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS,
Leffell DJ. 2008. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. 7th Edition. New
York: McGraw Hill. p 1054-67.
Alur Diagnosis
Kista Epidermal

a. Definisi

Kista epidermal adalah kista yang berasal dari proliferasi sel – sel
epidermis dan berisi keratin. Sinonim kista epidermal antara lain kista
epidermoid, kista keratin, kista epitelial, kista infundibula.

b. Epidemiologi

 Kista epidermal lebih sering terjadi pada laki-laki pada usia pubertas
sampai dewasa

 Perbandingan antara laki-laki dan perempuan 2:1

c. Etiologic

Kebanyakan KE timbul akibat peradangan sekitarfolikel pilosebsea,


proliferasi sel epidermal dalam dermis, dan karena implantasi bagian epidermis
akibat trauma. Kista ini berkembang dari bagian infundibulum unit
pilosebasea.

d. Diagnosis

Diagnosis ditegakkan dengan gambaran klinis dan bila perlu ditambah


dengan pemeriksaan histopatologis. Diagnosis banding ialah kista
steatosistoma multipleks, tetapi ukurannya lebih kecil dan banyak di dada dan
punggung, kista pilar, tetapi kista ini tidak ada punktum dan banyak ditemukan
di daerah scalp

e. Gejala klinis

- Biasanya ditemukan pada daerah yang banyak kelenjar sebasea

- Terletak dalam dermis, menonjol membentuk papul atau nodus bentuk kubah

- Tunggal atau multiple

- Diameter bervariasi

- Permukaan licin, konsistensi keras


- Mudah digerakan

- Berwarna pucat atau kekuningan, isi kista berupa massa seperti keju dan
berbau

f. Komplikasi

Kista epidermal yang tidak diobati dapat mengalami transformasi


granulomatosa, dan mengalami resolusi dengan meninggalkan parut dermal
fokal yang kecil. Jarang sekali terjadi transformasi maligna.

g. Prognosis

Kista dapat rekurens bila dinding kista tidak terangkat lengkap pada
eksisi atau kista hanya meradang atau infeksi.

h. Tatalaksana

- Tidak ada pengobatan spesifik

- Eksisi, mengeluarkan dinding kista secara total (jika mengganggu)

Referensi: Linuwih, sri, dkk. Ilmu penyakit kulit dan kelamin edisi ketujuh. 2016.
Badan penerbit fakultas kedokteran Indonesia: Jakarta.
Lipoma

Definisi Tumor Jinak Subkutis yang berisi jaringan lemak

Penyebab dan • Penyebab: tidak diketahui


epidemiologi
• Umur: Paling sering pada orang dewasa

• Jenis kelamin: lebih sering pada pria

Gejala singkat penyakit Mula-mula benjolan tumbuh dibawah kulit dengan konsistensi lunak, makin lama
makin besar dan bertambah banyak, tanpa nyeri

Pemeriksaan kulit • Lokalisasi: leher, lengan, punggung, dada dan tungkai

• Efloresensi/sifat-sifatnya: tumor solitary atau multiple dengan konsistensi


lunak, besarnya bervariasi lenticular sampai nummular, berlobus-lobus

Gambaran histopatologi Tampak lobules dengan kapsul berisi sel lemak normal yang berikatan dengan
jaringan ikat

Penatalaksanaan Eksisi

Prognosis Baik

Kebanyakan lipoma lesi soliter; lipoma yang multiple diduga suatu sindrom herediter
yang jarang. Lipoma dapat disubklasifikasi berdasarkan gambaran histologisnya dan atau
perubahan susunan kromosomnya yang karakteristik. Kebanyakan lipoma mudah digerakkan,
lambat membesar, massa yang tanpa rasa sakit (walaupun angiolipoma dapat menimbulkan
nyeri setempat); eksisi yang lengkap biasanya kuratif. Lipoma yang konvensional (subtipe
yang paling sering) lunak, berwarna kuning, massa lemak matur yang bersimpai, ukurannya
bervariasi. Pada pemeriksaan histologis, terdiri atas sel lemak putih yang matur tanpa
pleomorfi.

Sumber:

1. Kumar Abbas.2015.Buku Ajar Patologi Robins. Jakarta. EGC

2. R, S, Siregar. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Edisi 2. Jakarta: EGC, 2004

MELANOMA
DEFINISI Melanoma adalah tumor ganas kulit yang berasal dari sel melanosit
atau sel nevus dan sangat mudah bermetastasis.

EPIDEMIOLOGI

Melanoma banyak dijumpai pada orang kulit putih, insiden terus meningkat
terutama pada mereka yang tinggal di daerah banyak sinar matahari, misalnya
Australia . Jumlah penderita melanoma perempuan dan laki-laki sama banyak, serta
tumbuh rata-rata sesudah dekade ke-6. Orang kulit hitam lebih jarang menderita
melanoma.

ETIOPATOGENESIS

Risiko melanoma meningkat pada orang yang sering terpajanan sinar matahari
(ultraviolet) terutama pada pajanan yang kuat walaupun sekali-sekali , misalnya pada
orang dengan hobi ke laut, berenang, atau berlayar. Pajanan ultraviolet pada masa
muda berpengaruh dalam meningkatkan risiko. Sifat lain yang juga meningkatkan
kemungkinan menderita melanoma adalah adanya nevus displastik, melanoma dalam
keluarga, banyak nevus melanositik di badan (50 buah atau lebih), lentigines, rambut
pirang atau kemerahan, mata biru atau hijau , dan kulit terang serta kulit mudah
terbakar matahari.

GAMBARAN KUNIS

Untuk memudahkan diagnosis melanoma secara dini digunakan


akronimABCD. A(Asymetry) pada bentuk lesinya, B (Border) iregular pada batasnya,
C (Co/or) iregular pada wama lesinya yang dapat macam-macam , misalnya hitam ,
kebiruan , coklat, kemerahan , dan abu-abu. D (Diameter) lesi 6 mm atau lebih.
Kadang-kadang ditambah dengan E (Elevation, Evolution) pada permukaan atau
perkembangan lesinya. Pada tipe melanoma nodular akronim ini tidak berlaku karena
bentuk dan wama dapat teratur, tetapi tumor sudah invasif dan dalam.

Secara klinis, melanoma dibagi menjadi 4 tipe:

 Superficial spreading melanoma (SSM):


Tipe ini merupakan tipe yang terbanyak, muncul pada dekade 4 atau 5, sering
tumbuh di badan pada lelaki dan tungkai pada perempuan . Tempat lainnya adalah
kepala dan leher. Gambaran klinis berupa lesi agak menimbul, hitam, kecokelatan,
atau kemerahan, tepi iregular, garis kulit pada permukaan lesi menghilang. Perubahan
bentuk dapat terjadi dengan adanya sebagian pertumbuhan dan sebagian regresi yang
berwama pucat (hipopigmentasi) dengan perluasan keluar sehingga berbentuk anular.
Bila invasif, lesi lebih menimbul dan terjadi nodus.

 Nodular melanoma (NM):

Tipe ini banyak dijumpai pada pasien dekade 5 dan 6, laki-laki lebih banyak dari
perempuan, tempat yang sering adalah di kepala , leher dan badan. NM sudah tumbuh
invasif sejak awal. Secara klinis, terlihat tumor yang menimbul, seperti kubah , dapat
bertangkai , wama cokelat dan kehitaman. Dapat terjadi ulkus dan pendarahan .

 Lentigo maligna melanoma (LMM):

Pertumbuhan LLM lebih banyak ke lateral , perlu waktu bertahun-tahun untuk


tumbuh menjadi invasif. LMM sering tumbuh di wajah , lengan, dan tungkai pada
umur yang lebih tua, yaitu dekade 6 dan 7. Pada tahap awal, lesi datar, kecokelatan ,
tidak berkilat, dan licin . Wama lesi lama-lama berubah lebih iregular dengan
tambahan cokelat tua dan kehitaman. Warna merah lebih jarang bila dibandingkan
dengan SSM . Nodus akan terlihat bila mulai tumbuh invasif.

 Acral lentiginous melanoma (ALM):

Melanoma tipe ini dijumpai terutama di telapak kaki dan tangan . Secara klinis,
tampak makula kehitaman dengan bagian yang menimbul atau nodus.

Bentuk klinis lain yang dapat ditemukan adalah :

 Melanoma amelanotik yang berupa nodus tanpa pigmen , berwama


kemerahan , atau sewama kulit. Melanoma bertangkai yang berupa nodus
dengan tangkai di bawahnya.

 Melanoma unclassified yang secara klinis tidak dapat diklasifikasikan, seperti


bentuk- bentuk di atas.
TATA LAKSANA

 Nonmedikamentosa: Menghindari sinar matahari.

 Medikamentosa:

 Bedah skalpel dengan irisan 1- 2 cm diluar batas tumor, tergantung besar, dan
tebalnya tumor.

 Kemoterapi, imunoterapi, terapi biologis dan radioterapi dilakukan untuk


melanoma yang tidak dapat dioperasi, stadium lanjut, dan atau telah terjadi
metastasis.

PROGNOSIS

Melanoma harus ditemukan secara dini dengan ketebalan kurang dari 0,76 mm
dan kedalaman masih lapisan Clarck I atau II. Bila makin dalam dari level ini,
kemungkinan metastasis makin besar dan kemungkinan hidup 5 tahun makin kecil.

KOMPLIKASI

1. Metastasis dapat terjadi pada local (di dalam atau sekitar lesi primer), pada
limfonodi, atau pada:

2. Kulit yang jauh dari lesi primer

3. Limfonodi yang jauh (Limfogen)

4. Organ-organ dalam Tulang

5. Hematogen

6. CNS

7. Ulkus mudah berdarah.

8. Efek samping dari terapi seperti scar

Referensi:

Adhi Djuanda, dkk. 2011. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 6. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Hubungan terjadinya riwayat bisul dengan keluhan pasien

Infeksi dimulai dari kulit dan folikel rambut yang terluka.masuknya mikroorganisme
contonya streptokokus aureus masuk melalui kulit dan folikel rambut kemudian respon tubuh
memanggil komponen bakteri seperti sitokin untuk mengaktivkan PMN dan PMN dibawa ke
tempat mikroorganisme masuk kemudian terjadilan inflamasi yang mengakibatkan
terbentuknya pus /nanah. Ketika bisul sudah sembuh namun masih ada kapsul yang tertinggal
terjadilah pertumbuhan sel yang mengakibatkan proliferasi sel tidak terkontrol menyebabkan
benjolan semakin membesar. Karena sel ini masih berada dalam kapsulnya dan kapsul masih
belum meregang pasien tidak merasakan sakit.

Referensi

Sumberkumar abas.2010.patologi robbins. Jakarta. EGC. Ed.7

Anda mungkin juga menyukai