Anda di halaman 1dari 28

[Type here]

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Intelektual adalah proses berpikir jernih berdasarkan ilmu pengetahuan,
orang yang mempunyai kecerdasan tinggi. Orang yang intelek biasanya orang
yang mempunyai kecerdasan tinggi, baik dari segi akademik maupun non-
akademik. Sedangkan dewasa adalah masa dimana manusia telah mencapai
titik puncaknya sebagai manusia, baik dari segi umur, biologis, kognitif
maupun psikis. Masa dewasa merupakan “hasil” dan masa “penentu” di
kehidupan, “hasil” dari pilihan yang kita ambil dari sejak bayi hingga remaja
dan “penentu” dari pilihan yang akan kita ambil untuk masa dewasa akhir
nanti.
Banyak perspektif bahwa saat kita bertambah usia atau memasuki masa
dewasa ada sesuatu hal dalam diri yang akan berkurang atau menurun, yaitu
intelektual. Saat bertambah usia tingkat intelektual kita akan menurun karena
pengaruh usia ataupun hal lainnya. Tapi apakah hal itu benar? Karena
nyatanya banyak ilmuan yang berhasil menemukan bahkan mencipatakan
sesuatu saat mereka telah tua (dewasa madya atau dewasa akhir), banyak
orang yang berhasil saat mereka telah mencapai umur yang tidak muda lagi.
Jadi kami mencoba untuk mengkaji permasalahan tentang hal di atas
dengan membuat sebuah makalah dengan judul “Karakteristik Intelektual
Masa Dewasa dan Tua”.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana perkembangan kognitif pada masa dewasa awal?
2. Bagaimana perkembangan kognitif pada masa dewasa madya?
3. Bagaimana perkembangan kognitif pada masa dewasa akhir?
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui perkembangan kognitif pada masa dewasa awal
2. Untuk mengetahui perkembangan kognitif pada masa dewasa madya
3. Untuk mengetahui perkembangan kognitif pada masa dewasa akhir

1
[Type here]

BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Definisi
Perkembangan kognitif didefinisikan sebagai perkembangan pemikiran,
pemecahan masalah, membuat keputusan, konsep pengertian, proses
informasi, perkembangan bahasa, ingatan dan intelegensi dari masa kecil
kepubertas sampai masa dewasa. Intelegensi berasal dari bahasa Latin
Intelegency yang berarti mengorganisasikan, menghubungkan, atau
menyatukan satu dengan yang lain. Menurut peneliti istilah pedagogis (1953)
yang mengangkat pendapat Stern, yang dimaksud dengan intelektual adalah
“Daya menyesuaikan diri dengan keadaan baru menggunakan alat-alat berpikir
menurut tujuannya”.
Terman memberikan pengertian intelektual sebagai “... the ability to carry
on abstract thingking”. Terman membedakan adanya ability yang berkaitan
dengan hal-hal yang konkret dan abstrak. Individu itu intelek apabila dapat
berpikir secara abstrak dan baik. Ini berarti bahwa apabia individu kurang
mampu berpikir abstrak, individu yang bersangkutan intelektualitasnya kurang
baik. (Hariman dalam Jahja, 2013, hlm. 43)
Istilah dewasa menggambarkan segala organisme yang telah matang,
tetapi lazimnya merujuk pada manusia. Dewasa adalah orang yang bukan lagi
anak-anak dan telah menjadi pria atau wanita seutuhnya. Seseorang dapat saja
dewasa secara biologis, dan memiliki karakteristik perilaku dewasa, tetapi
tetap diperlakukan sebagai anak kecil jika berada di bawah umur dewasa
secara hukum. Sebaliknya, seseorang dapat secara legal dianggap dewasa,
tetapi tidak memiliki kematangan dan tanggung jawab yang mencerminkan
karakter dewasa. (Jahja, 2013, hlm.245) tidak ada di dapus
2.2 Pembagian Masa Dewasa
Menurut Elizabeth B. Hurlock membagi masa dewasa menjadi 3 bagian:
1. Masa Dewasa Awal (Masa Dewasa Dini / Young Adult)
Masa dewasa awal adalah masa pencarian kemantapan dan masa
reproduktif, yaitu suatu masa yang penuh dengan masalah dan ketegangan
emosional, periode isolasi sosial, periode komitmen, dan masa

2
[Type here]

ketergantungan, perubahan nilai-nilai, kreativitas, dan penyesuaian diri


pada pola hidup yang baru. Kisaran umur antara 21 sampai 40 tahun.
2. Masa Dewasa Madya (Middle Adulthood)
Masa dewasa madya ini berlangsung dari umur 40 sampai 60
tahun. Ciri-ciri yang menyangkut pribadi dan sosial antara lain; masa
transisi. Dimana pria dan wanita meninggalkan ciri-ciri jasmani dan
perilaku masa dewasanya dan memasuki suatu periode dalam kehidupan
dengan ciri-ciri jasmani dan perilaku yang baru. Perhatian terhadap agama
lebih besar dibandingkan masa sebelumnya, dan kadang-kadang minat dan
perhatiannya terhadap agama ini dilandasi kebutuhan pribadi dan sosial.
3. Masa Dewasa Lanjut (Masa Tua / Older Adult)
Usia lanjut adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang.
Masa ini dimulai dari umur 60 tahun sampai akhir hayat, yang ditandai
dengan adanya perubahan yang bersifat fisik dan psikologis yang semakin
menurun. Adapun ciri-ciri yang berkaitan dengan penyesuaian pribadi dan
sosialnya sebagai berikut: perubahan yang menyangkut kemampuan
motorik, kekuatan fisik, perubahan dalam fungsi psikologis dalam sistem
saraf dan penampilan.
2.3 Teori Pembanding
Menurut Thorndike, intelektual merupakan jumlah dari elemen-elemen,
yaitu hubungan stimulus respons. Maka, menurut Thurstone dalam intelektual
adanya faktor-faktor primer yanng merupakan group factor. Faktor-faktor
primer ini sebagi berikut:
1. S (Spatial Relation), yaitu kemempuan untuk melihat atau mempresepsi
gambar dengan 2 atau 3 dimensi menyangkut jarak atau sepatial.
2. P (Perseptual Speed), yaitu kemampuan yang berkaitan dengan kecepatan
dan ketepatan dalam memberikan judging mengenai persamaan dan
perbedaan atau respons terhadap apa yang dilihat secara detail.
3. V (Verbal Comprehension), yaitu kemampuan yang menyangkut
pemahaman (vocabularry), analogi secara verbal, dan sejenisnya.
4. W (Word Fluency), yaitu kemampuan yang berkaitan dengan kecepatan
yang berkaitan dengan kata-kata, dengan anagram.

3
[Type here]

5. N (Number Vasility), yaitu kemampuan yang berkaitan dengan kecepatan


dan ketepatan dalam berhitung (komputasi).
6. M (Associative Memory), yaitu kemampuan yang berkaitan dengan
ingatan khususnya yang berpasangan.
7. I (Induction), yaitu kemempuan yang berkaitan dengan kemampuan untuk
memperoleh prinsip atau hukum.

4
[Type here]

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Perkembangan Kognitif pada Masa Dewasa Awal
3.1.1 Postformal
Menurut teori kognitif Jean Piaget, periode perkembangan kognitif
manusia ada 4 periode, yaitu:
1. Periode Sensori motor (0-2,0 tahun)
2. Periode Pra operasional (2,0-7,0 tahun)
3. Periode konkret (7,0-11,0 tahun)
4. Periode operasi formal (11,0-dewasa)
Tapi, banyak pihak yang menentangnya karena menurut mereka
perkembangan kognitif pada manusia tidak hanya periode operasi
formal saja yang paling tinggi atau penting. Riset dan teori sejak 1970-
an menyatakan bahwa pemikiran dewasa lebih kaya dari pada hanya
manipulasi intelektual abstrak dari Piaget. (Arlin dalam Papalia, Diane.
E., dkk., 2011, hlm. 654)
Piaget berpendapat bahwa pemikiran formal operasional adalah
tahap terakhir dalam perkembangan kognitif dan bahwa tahap ini
menjadi ciri dari orang dewasa maupun remaja. Tapi, beberapa ahli
perkembangan berpendapat bahwa banyak individu yang baru akan
mengkonsolidasikan pemikiran operasional formalnya ketika memasuki
masa dewasa. Di masa remaja mereka memang mulai mampu menyusun
rencana dan hipotesis, namun di masa dewasa muda mereka menjadi
lebih sistematis dan terampil. (Keating dalam Santrock, 2011, hlm.25)
Contoh penyusunan rencana dan hipotesis saat remaja adalah saat
dia belajar dengan giat dan terus mencoba mengerjakan soal-soal, maka
dia akan beranggapan bahwa dia akan lulus masuk universitas yang dia
inginkan. Tapi, saat memasuki masa dewasa awal, mereka menjadi lebih
sistematis dan terampil. Jadi mereka sadar, bahwa belajar yang giat saja
bukan penentu dari keberhasilan diterimanya dia di sebuah universitas.
Tapi, perencanaan pembelajaran yang konsisten, pengenalan akan soal-
soal yang belum pernah dikerjakan, sampai persiapan jika tidak diterima

5
[Type here]

di universitas tersebut merupakan hal-hal yang dilakukan oleh orang


dewasa awal.
Pemikiran pada masa dewasa cenderung tampak fleksibel, terbuka,
adaptif dan individualis yang merupakan hasil dari pengalaman terhadap
ketidakpastian, ketidakkonsistenan, kontradiksi, ketidaksempurnaan,
dan kompromi. Tahap kognisi orang dewasa ini seringkali disebut
dengan pemikiran postformal.
Pemikiran pada masa dewasa cenderung flesibel, artinya mereka
bisa memikirkan hal-hal yang abstrak menjadi sesuatu yang nyata,
misalnya saat sesorang memikirkan tentang alat yang bisa
menghubungkan orang-orang yang jauh, maka dia akan mencoba
mewujudkannya. Contohnya, dulu orang berkhayal tentang alat
penghubung, lalu seseorang (Alexander Graham Bell) yang mempunyai
sebuah ide membuat alat yang disebut telepon dan hingga sekarang alat
itu masih digunakan untuk berkomunikasi dengan orang yang jauh.
Orang dewasa cenderung terbuka akan hal-hal yang baru, mereka
bisa menerima semua hal yang baru dengan memfilter apa yang
menurut mereka benar dan apa yang tidak benar. Mereka terbuka akan
pemikiran-pemikiran yang baru mereka terima walaupun terkadang
bertentangan dengan pemikiran mereka sendiri.
Adaptif pada masa dewasa berarti seseorang mudah menyesuaikan
diri dengan lingkungannya. Mungkin saat remaja individu juga sudah
bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan, tapi saat dewasa individu
lebih bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan yang lebih beragam
saat remaja. Contohnya saat memasuki perkuliahan, orang-orang akan
lebih beragam, dari segi sifat, ras, maupun suku bangsa.
Pada masa dewasa, orang akan mulai berpikir secara individualis,
mengapa? Karena mereka sudah lebih memikirkan akan masa depannya
dan mulai berpikir tentang dirinya sendiri. Pemikiran mererka akan
dipengaruhi oleh kepentingan-kepentingan dan pengalaman pribadi.
Secara alami mereka akan lebih memperhatikan diri mereka sendiri dari
pada orang lain. Misalnya, saat seseorang mendapat gaji pertama, dia

6
[Type here]

akan berpikir untuk membelanjakan gaji tersebut untuk keperluan


dirinya sendiri, pemikiran tentang memberikan gaji tersebut pada orang
tua pasti ada, tapi itu akan menjadi sebuah konflik dalam dirinya.
Postformal bersifat relative, artinya pemikiran orang dewasa pada
masa ini sudah tergantung pada pemikiran mereka sendiri yang
dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman pribadi yang mereka alami.
Pemikiran yang belum dewasa melihat sesuatu hitam atau putih,
pemikiran postformal melihat banyangan abu-abu. Pemikiran tersebut
seringkali muncul sebagai respons terhadap peristiwa dan interaksi
membuka cara pandang biasa terhadap sesuatu dan menantang
pandangan sederhana terpolarisasi terhadap dunia. Pemikiran tersebut
memungkinkan orang dewasa melampaui sistem logika tunggal seperti
teori pembentukan manusia, atau system politik yang baku dan
mendamaikan atau memilih di antara beberapa ide saling berlawanan
yang berdasarkan perspektifnya sendiri bisa jadi memiliki klaim yang
valid akan kebenaran. (Labouvie-Vief dan Sinnott dalam Papalia,
Diane. E., dkk., 2011, hlm. 655)
Menurut (Jan Sinnot dalam Papalia, Diane. E., dkk., 2011, hlm.
655) perkembangan dewasa muda berada pada tahap postformal, yang
ditandai dengan karakteristik-karakteristik berikut :
1. Shifting gears atau Fleksibel : kemampuan mengaitkan penalaran
abstrak dengan hal-hal yang bersifat praktis. Artinya individu bukan
hanya mampu berfikir abstrak, tapi juga mampu menjelaskan atau
menjabarkan hal-hal abstrak (konsep atau ide) menjadi sesuatu yang
praktis yang dapat diterapkan secara langsung.
Misalnya, pada zaman dahulu ada 2 orang bersaudara yang berpikir
bahwa sebuah asap bisa membuat barang termasuk manusia naik ke
atas. Akhirnya mereka membuat berbagai eksperiemen untuk
membuktikan hal tersebut, sampai akhirnya mereka berhasil membuat
beberapa orang bisa naik ke atas dengan menggunakan alat temuan
mereka. Dua saudara itu adalah Josep Montgolfier dan Jacques
Montgolfier, mereka adalah penemu balon udara yang menjadi cikal

7
[Type here]

bakal diciptakannya pesawat terbang.


2. Multiple causality, multiple solutions: kemampuan untuk memahami
suatu masalah dari berbagai faktor (multiple factor) dan mencari
berbagai solusi.
Misalnya, seseorang dijauhi oleh teman-temanya karena mereka
pikir sikap dia tidak bisa diterima oleh mereka, seperti saat memili
barang baru dia akan memamerkannya pada mereka, berbicara bahwa
itu adalah barang mahal yang limited edition, hadiah karena dia
mendapat nilai yang bagus dan lainnya. Dia juga bersikap selalu ingin
didengarkan dan semua keinginannya ingin dipenuhi oleh orang lain
tanpa memikirkan kondisi dan perasaan orang lain atau dia selalu
mencari perhatian pada guru dengan mengatakan bahwa dia sudah bisa
dan tidak perlu menerangkan hal itu lagi, tapi dia tidak memikirkan
orang lain yang belum mengerti. Sehingga mereka menjauhinya karena
dia sangat sombong dan egois. Setelah dijauhi oleh teman-temanya,
awalnya dia merasa biasa saja, tapi lama kelamaan dia merasa kesepian
sehingga dia mencoba meminta solusi pada temannya yang lain.
Temannya memberikan dia solusi seperti kamu harus berubah menjadi
orang yang tidak egois dan sombong, kamu dekati mereka lagi dengan
sikap yang lebih baik, terus acuhkan mereka, cari teman baru saja, dan
berbagai solusi lain yang temannya berikan.
3. Pragmatism : individu dengan pemikiran postformal adalah individu
yang pragmatis, artinya mampu menyadari dan memilih solusi terbaik
dalam menyelesaikan suatu masalah (bersifat goal oriented), namun
dapat menghargai pilihan solusi orang lain yang berbeda dengan
dirinya.
Misalnya, dari permasalahan di atas seseorang yang dijauhi
tersebut awalnya dia mengacuhkan masalah tersebut, tapi karena merasa
tidak nyaman akhirnya dia memikirkan kembali masalah tersebut dan
solusi-solusi yang temannya berikan. Setelah dipikirkan secara matang
dan mendalam, dia menyadari bahwa selama ini sikapnya sudah
keterlaluan, dia bersikap sombong dan egois pada teman-temannya.

8
[Type here]

Akhirnya dia memutuskan untuk merubah sikapnya menjadi lebih baik


dan mulai berhubungan dengan teman-temannya secara baik seperti
orang yang baru bertemu pertama kali.
4. Awareness of paradox : Kesadaran bahwa dalam memutuskan
permasalahan dapat berakibat pada munculnya hal-hal yang bersifat
paradoksal (bertentangan), misalnya positif negatif atau untung rugi,
namun individu yang awareness of paradox memiliki keberanian dan
ketegasan untuk menghadapi konflik tanpa harus melanggar prinsip-
prinsip kebenaran dan keadilan.
Misalnya, lanjutan dari cerita di atas, pada saat akan memulai
hubungan dengan teman-temannya dari awal lagi, dia sadar pasti ada
temannya yang tetap akan menjauhinya dan berpendapat bahwa dia
masih sama seperti dulu. Tapi, demi bisa dekat dengan teman-temannya
lagi dan merubah sikap buruknya, dia tetap mencoba untuk mendekati
temannya lagi dan merubah semua sikap dia yang buruk.
Pemikiran postformal pada orang dewasa seringkali tergantung
kepada pengalaman hidupnya dan penuh dengan emosi di dalamnya.
3.1.2 Schaie: Model Rentang Kehidupan Perkembangan Kognitif
Salah satu peneliti yang mengajukan model rentang tentang
perkembangan kognitif adalah K.Warner Schaie, yang melihat
perkembangan penggunaan intelek dalam konteks sosial. Tujuh
tahapannya berkaitan dengan tujuan yang muncul ke permukaan dalam
berbagai tahap usia. Berikut ketujuh tahapan tersebut:
1. Tahap pencarian (acquisitive stage) [masa kanak-kanak dan remaja]
Anak-anak dan remaja menguasai informasi untuk kepentingan
mereka sendiri atau sebagai persiapan berpartisipasi di masyarakat.
2. Tahap pencapaian (achieving stage) [masa remaja akhir atau awal
dua puluhan sampai awal tiga puluhan]
Para pemuda menggunakan apa yang mereka ketahui untuk
mengejar target, seperti karier dan keluarga.
3. Tahap pertanggungjawaban (responsible stage) [akhir tiga puluhan
sampai awal enam puluhan]

9
[Type here]

Orang-orang setengah baya menggunakan pikiran mereka untuk


memecahkan masalah praktis yang berkaitan dengan tanggung
jawab terhadap orang lain, seperti anggota keluarga atau pekerja.
4. Tahap eksekutif (executive stage) [tiga puluh atau empat puluh
sampai usia pertengahan]
Orang-orang pada tahap ini mungkin tumpang tindih dengan tahap
pencapain dan pertanggungjawaban, bertanggung jawab terhadap
sistem sosial (pemerintahan atau organisasi bisnis) atau gerakan
sosial. Mereka berhadapan dengan relasi kompleks diberbagai level.
5. Tahap reorganisasi (reorganizational stage) [akhir usia
pertengahan, mulai di akhir masa dewasa]
Orang-orang yang memasuki masa pensiun mereorganisasi hidup
dan energi intelektual mereka seputar aktivitas bermakna yang
menggantikan pekerjaan mereka.
6. Tahap reintegratif (reinregrative stage) [akhir masa dewasa]
Orang-orang yang mungkin telah mundur dari keterlibatan sosial
karena dibatasi oleh perubahan biologis, mereka lebih selektif
terhadap tugas yang mereka ingin kerjakan. Mereka fokus terhadap
tujuan apa yang mereka lakukan dan konsentrasi pada tugas yang
paling bermakna bagi mereka.
7. Tahap penciptaan warisan (legacy-creating stage) [usia tua]
Mendekati akhir hidup, ketika reintegrasi telah selesai (atau sedang
berlangsung), orang yang lebih tua mungkin menciptakan instruksi
pewarisan kepemilikan berharga, membuat pengaturan pemakaman,
meceritakan atau menulis cerita hidup mereka sebagai warisan
kepada orang yang mereka cintai. (Schaie, W. K. Dalam Papalia,
Diane. E., dkk., 2011, hlm. 657-658)
Tidak semua orang melalui tahap-tahapan ini dalam kerangka waktu
yang dipaparkan. Bisa saja ada beberapa orang yang menyelesaikan
semua tahapan dalam usia yang sedikit singkat atau kurang dari usia
yang dipaparkan. Sebagian orang juga mungkin bisa jadi tidak bisa

10
[Type here]

menyelesaikan semua tahapan karena tertinggal atau terjebak pada


suatu tahap atau karena meninggal sebelum mencapai tahap terakhir.
3.1.3 Kreativitas
Kreativitas pada orang dewasa awal mencapai puncaknya pada usia
tiga puluhan atau empat puluhan. Meskipun pada usia tertentu kontibusi
kreativitas akan menurun (biasanya pada usia lima puluh ke atas), tapi
penurunnya tidak sebesar seperti yang dianggap oleh sebagian orang.
Susunan pencapaian kreatif yang mengagumkan terjadi pada masa
dewasa akhir. (Papalia, Diane. E., dkk., 2011, hlm. 26)
Kreativitas saat masa dewasa ditentukan atau akan tergantung pada
minat dan kemampuan individu, kesempatan untuk mewujudkan
keinginan dan kegiatan yang memberikan kepuasan yang besar. Ada
banyak cara bagi orang dewasa untuk menyalurkan kreativitasnya,
seperti melalui hobi (melukis, menulis), pekerjaan yang memungkinkan
untuk mengeluarkan kreativitas.
3.2 Perkembangan Kognitif pada Masa Dewasa Madya
Berbagai kemunduran dalam daya ingat terjadi selama masa dewasa
tengah, walaupun strategi-strategi dapat digunakan untuk mengurangi
kemunduran tersebut. Kekurangan yang lebih besar terjadi dalam memori
jangka panjang (long term) dari pada dalam memori jangka pendek (short
term). Proses-proses seperti organisasi dan pembayangan dapat digunakan
untuk mengurangi kemunduran daya ingat. Kemunduran yang lebih besar
terjadi ketika informasi yang diperoleh bersifat baru atau ketika informasi
yang diterima saat ini tidak sering digunakan, dan ketika yang digunakan
adalah proses mengingat kembali (recall) dari pada proses mengenali
(recognition). Buruknya kesehatan dan sikap-sikap yang negatifberkaitan
dengan kemunduran daya ingat.
3.2.1 Peran Keahlian
Dua dokter tetap dalam laboratorium radiologi rumah sakit
memeriksa hasil sinar X bagian dada. Mereka mempelajari tonjolan
putih aneh di sisi kiri. "tampak seperti tumor yang besar" kata salah
seorang dari mereka pada akhirnya. Yang lain mengangguk. Beberapa

11
[Type here]

saat kemudian, staf radiologi senior masuk dan melihat foto tersebut
melalui bahu mereka. "Pasien itu memiliki paru-paru yang sudah
kolaps dan harus dioperasi segera" katanya. (Lesgold dalam Papalia,
Diane. E., dkk., 2011, hlm.768)
Pertanyaannya adalah mengapa orang dewasa yang sudah matang
menunjukan peningkatan kompetensi dalam memecahkan masalah
pada bidang pilihan mereka? Salah satu jawabannya merupakan
pengetahuan terspesialisasi, atau kepakaran.
Kemajuan dalam kepakaran terus berlanjut sepanjang masa dewasa
pertengahan dan relatif terpisah dari kecerdasan umum serta berbagai
penurunan dalam perlengkapan pemrosesan informasi otak.
Pemrosesan informasi dan kemampuan yang mengalir menjadi
encapsulated , atau dengan kata lain didedikasikan kepada jenis
pengetahuan tertentu, menjadikan pengetahuan tersebut lebih mudah
diakses, ditambah, dan digunakan. Dengan kata lain, proses
encapsulation akan "menangkap" kemampuan yang cair untuk
memcahkan masalah tingkat lanjut. Oleh karena itu, walaupun orang-
orang usia paruh baya mungkin membutuhkan waktu lebih lama dalam
memproses informasi baru, akan tetapi mereka lebih percaya diri
dalam memecahkan masalah dalam bidangnya dengan penilaian yang
dikembangkan dari pengalaman. (Hoyer & Rybash dalam Papalia, D.
E., dkk., 2011, hlm. 768)
Beberapa studi terhadap beberapa pekerjaan yang berbeda, seperti
pemain catur, pedagang kaki lima, kasir, pakar fisika, pekerja rumah
sakit, dan penerbangan mengilustrasikan bagaimana pengetahuan
bidang tertentu mamberikan kontribusi terhadap performa superior
dalam bidang tertentu. Bahkan di dalam bidang tersebut, kepakaran
dapat sangat spesial; pengetahuan dan keterampilan berbeda lebih
dibutuhkan untuk mendesain dan menginterpretasi sebuah pengalaman
dalam psikologi kognitif ketimbang dalam psikologi sosial. (Schunn &
Anderson dalam Papalia, D. E., dkk., 2011, hlm. 769)

12
[Type here]

Para pakar memerhatikan aspek yang berbeda dari sebuah situasi


dibandingkan dengan yang dilakukan oleh pemula, dan mereka
memproses serta memecahkan masalah dengan berbeda. pemikiran
mereka lebih fleksibel dan adaptable. Mereka mengasimilasi dan
menerjemahkan pengetahuan baru secara lebih efisien dengan merujuk
kepada gudang representasi mental dari apa-apa yang telah mereka
ketahui. Mereka mengurutkan informasi berdasarkan prinsip dasar,
bukan pada kemiripan dan perbedaan kulit saja. (Charness &
Schultetus, 1999; Goldman, Pertosino, & Cognition and Technology
Group at Vanderbilt, 1999).
Para pakar umumnya tidak sepenuhnya menyadari proses berpikir
yang mendasari keputusan mereka, dan tidak selalu bisa menjelaskan
bagaimana mereka sampai pada sebuah kesimpulan atau bagaimana
kesimpulan nonpakar adalah salah. (Radiologis yang berpengalaman
dalam cerita diatas dapat memahami mengapa para dokter magang
mempertimbangkan diagnosis paru-paru yang kolaps sebagai sebuah
tumor). Pemikiran intuitif bersasarkan pengalaman tersebut merupakan
karakteristik yang disebut pemikiran postformal.
3.2.2 Pemikiran Integratif
Masa dewasa menengah ada pada tahap postformal. Pemikiran
postformal tampaknya berguna dalam situasi yang menuntut pemikiran
integratif. Fitur penting pemikiran postformal adalah karakter ilmiah
integratifnya. Orang dewasa yang sudah matang mengintegrasikan
logika dengan intiusi dan emosi, mereka mengintegrasikan fakta dan
ide yang bertentangan, dan mereka mengintegrasikan informasi baru
dengan apa yang telah mereka ketahui dan alami. Alih-alih menerima
sesuatu berdasarkan lahiriahnya, orang dewasa menengah
menyaringnya berdasarkan pengalaman hidup dan berdasarkan
pengetahuannya.
Contohnya, ketika orang dewasa awal dan akhir diberi
pembelajaran mengenai kepribadian seorang anak yang dipengaruhi
oleh orangtuanya, misalnya dalam pembelajaran tersebut disebutkan

13
[Type here]

bahwa anak yang dibesarkan oleh orangtua yang kasar, maka anak akan
tubuh menjadi individu yang kasar juga, dan anak yang dibesarkan oleh
orangtua dengan penuh kasih sayang, maka akan tumbuh menjadi
individu yang penyayang dan peduli kepada individu lain. Tanggap
orang dewasa awal akan mempercayai kasus tersebut karena belum
mengalami atau baru mengalami. Sedangkan orang dewasa madya tidak
mudah untuk mempercayai kasus itu, karena orang dewasa madya akan
menyesuaikan dengan kenyataan dan pengalaman yang sudah dialami.
3.2.3 Pemecahan Masalah Praktis
Orang-orang paruh baya cenderung menjadi pemecah masalah
praktis yang efektif. Pemecah masalah terbaik adalah orang-orang yang
berada pada usia empat puluh dan limapuluhan, yang mendasarkan
jawabannya dengan pengalaman sehari-hari. Kemampuan memecahkan
masalah praktis makin kuat, dan mungkin memuncak pada masa paruh
baya.
3.2.4 Kreativitas
Performa kreatif bergantung pada atribut personal dan kekuatan
lingkungan dan juga kemampuan kognitif. Kreativitas tidak memiliki
kaitan yang kuat dengan kecerdasan. Walaupun demikian, merujuk
kepada (Stenberg dalam Papalia, 2011: 775), aspek pemahaman,
analitis, dan praktis memainkan peran dalam performa kreatif.
Penurunan yang berkaitan dengan usia tampak pada tes psikometris
pemikiran divergen dan output kreatif aktual. Akan tetapi, usia puncak
bagi output beragam sesuai dengan pekerjaan. Kehilangan dalam
produktivitas akibat usia dapat ditambal dengan meningkatkan kualitas.
3.2.5 Intelegensi
Studi Longitudinal Seattle
Studi ini dipelopori oleh K. Warner Schaie (1994, 1996, 2005,2010,
2011). Partisipan dinilai dalam interval tujuh tahun sejak 1956 sampai
2005. Ia melakukan tes kepada 500 individu di tahun 1956. Fokus
utama dari studi ini adalah perubahan dan stabilitas inteligensi individu.
Kemampuan utama yang diteskan adalah:

14
[Type here]

1. Pembendaharaan kata (kemampuan untuk memahami ide-ide yang


diekspresikan secara verbal)
2. Memori verbal (kemampuan untuk melakukan encoding dan
mengingat unit bahasa yang bermakna, seperti daftar kata-kata)
3. Angka (kemampuan untuk melakukan perhitungan matematis
sederhana seperti menambah, mengurangi, dan mengalikan)
4. Orientasi spasial (kemampuan untuk memvisualisasikan dan
melakukan rotasi stimulasi secara mental dalam ruang dua dan tiga
dimensi)
5. Penalaran induktif (kemampuan untuk mengenali dan memahami
sejumlah pola dan relasi yang terdapat di sebuah masalah serta
menggunakan pemahaman ini untuk memecahkn contoh-contoh
masalah)
6. Kecepatan perseptual (kemampuan untuk membuat diskriminasi
sederhana terhadap stimulasi visual secara cepat dan tepat)
Cross-sectional data 7-year longitudinal data

Sebagaimana terlihat pada gambar, empat kemampuan intelektual


(pembendaharaan kata, memori verbal, penalaran induktif, dan orientasi
spasial) mencapai level tertinggi pada masa dewasa menengah.
Cross-sectional
Menurut gagasan John Horn yang melakukan studi dengan metode
cross-sectional dimana partisipan adalah beberapa orang yang berbeda
usia pada masa tertentu diberi tes inteligensi menunjukkan hasil
Crystallized intelligence (pembendaharaan kata), akumulasi dari

15
[Type here]

informasi dan keterampilan verbal terus meningkat di masa dewasa


menengah, sementara Fluid Intelligence (orientasi spasial dan penalaran
induktif), kemampuan seseorang untuk melakukan penalaran secara
abstrak, mulai menurun di masa dewasa.
Schaie dan Wilis menemukan bahwa dibandingkan hasil penelitian
secara cross-sectional, studi longitudinal tidak memperlihatkan
kemunduran kognitif pada masa dewasa menengah, bahkan cenderung
memperlihatkna kemajuan. Salthouse berargumen bahwa penurunan
sejumlah fungsi kognitif dimulai di masa dewasa awal dan berlanjut
sampai usia 50-an.
3.2.6 Pemrosesan Informasi
Kecepatan dalam Pemrosesan Informasi
Sebagimana dilihat dari hasil studi longitudinal, kecepatan
perseptual mulai menurun pada masa dewasa awal dan terus berlanjut
hingga dewasa menengah. Minat yang ada kini memfokuskan pada
kemungkinan yang menyebabkan menurunnya kecepatan dalam
pemrosesan informasi pada orang dewasa (Salthouse, 2009 dalam
Santrok)
Memori
Memori verbal mencapai puncaknya pada usia 50-an menurut studi
longitudinal, sedangkan menurut cross-sectional, memori verbal telah
menurun pada usia paruh baya. Walaupun demikian lebih banyak ahli
yang berpendapat bahwa memori verbal menurun pada usia paruh baya.
Pakar usia lanjut dan kognisi Denise Park (2001), menyatakan sejak
akhir usia paruh baya, seseorang membutuhkan waktu lebih lama untuk
mempelajari informasi baru.
3.3 Perkembangan Kognitif pada Masa Dewasa Akhir
3.3.1 Kecerdasan dan Kemampuan Memproses
Mengukur Kecerdasan Lansia
Mengukur kecerdasan lansia merupakan hal yang sangat kompleks,
karena ada sejumlah faktor fisik dan psikologis yang dapat menurunkan
nilai kecerdasan dan mengarah kepada kesalahan penilaian atas

16
[Type here]

kecerdasan mereka. Seperti masalah neurofisiologis, tekanan darah


tinggi, atau gangguan kardiovaskular lain yang dapat memengaruhi
aliran darah ke otak, hal tersebut dapat mengganggu performa kognitif.
(Sands & Meredith dalam Papalia, Diane. E, 2011, hlm. 874)
(Baltes dkk, dalam Papalia, Diane. E, 2011, hlm. 876-877)
mengemukakan model dual-proses (dual processes model) yang
mengidentifikasi dan mencoba mengukur berbagai aspek
kecenderungan kognitif untuk menurun. Dalam model ini, yang
pertama yaitu sisi mekanika kecerdasan (mechanic of intelligence)
terdiri dari pemrosesan informasi dan fungsi pemecahan masalah yang
terpisah dari kandungan lainnya. Seperti kecerdasan mengalir , dimensi
ini didasarkan secara fisiologis dan seringkali menurun sejalan dengan
usia. Kedua yaitu sisi pragmatis kecerdasan (pragmatic of intelegence)
mencakup daerah yang berpotensi tumbuh seperti pemikiran praktis,
aplikasi pengetahuan dan keterampilan yang terakumulasi, kepakaran,
produktivitas profesional dan kebijaksanaan. Domain ini, yang
seringkali terus berkembang pada masa dewasa akhir.
3.3.2 Perubahan dalam Kemampuan Memproses
Penurunan menyeluruh pada fungsi sistem saraf pusat secara luas
dipercaya sebagai kontributor utama perubahan dalam kemampuan
kognitif dan efisiensi dalam pemrosesan informasi . Kemampuan yang
digunakan untuk belajar dan menguasai keterampilan baru cenderung
menurun pada lansia (Salthouse & Craik dalam Papalia, Diane. E, 2011,
hlm. 877). Akan tetapi walaupun kehilangan dalam pemrosesan
berhubungan dengan performa kognitif, hal tersebut tidak memaparkan
semuanya. Kemampuan tertentu seperti penalaran, kemampuan spasial,
dan memori, tampaknya tidak menurun secepat kecepatan pemrosesan.
(Verhaeghen & Salthouse, dalam Papalia, Diane. E, 2011, hlm. 877).
3.3.3 Kebijaksanaan
Kebijaksanaan (wisdom) merupakan pengetahuan seorang ahli
mengenai aspek – aspek praktis dari kehidupan yang memungkinkan
munculnya keputusan yang bermutu mengenai hal penting dalam

17
[Type here]

kehidupan (Baltes, dkk dalam Papalia, Diane. E, 2011, hlm. 877).


Pengetahuan praktis ini melibatkan wawasan yang luar biasa dalam
pekembangan manusia dan persoalan kehidupan, keputusan yang baik
dan suatu pemahaman mengenai bagaimana mengatasi permasalahan –
permasalahan yang sulit dalam kehidupan. Jadi, kebijaksanaan lebih
dari konsep – konsep standar di dalam intelegensi terpusat pada
perhatian yang pragmatis terhadap kehidupan dan kondisi – kondisi
manusiawi. Sistem pengetahuan praktis ini didapatkan selama bertahun
– tahun , dikumpulkan secara sungguh – sungguh melalui pengalaman –
pengalaman yang direncanakan ataupun tidak (insidental).
Satu aspek kebijaksanaan yang terlihat meningkat saat orang
beranjak tua adalah ia menjadi lebih fleksibel di dalam mengubah dan
mengakomodasikan tujuan – tujuan hidup terhadap keadaan kehidupan
yang baru dan kondisi – kondisi pribadi yang baru (Brandstadter &
Grive, dalam Santrok, 1995, hlm. 223)
Dalam pempertimbangkan kearifan , penelitian yang dilakukan oleh
Baltes & Kunzmann, ( dalam Santrok, 2012, hlm. 179) menemukan
bahwa :
1. Kearifan tingkat tinggi merupakan hal yang jarang dicapai . Hanya
terdapat beberapa orang yang dapat mencapai tingkat kearifan yang
tinggi. Fakta bahwa hanya sebagian kecil saja orang yang bijaksana
mendukung anggapan yang menyatakan bahwa kearifan menurut
pengalaman, praktik, atau keterampilan yang kompleks.
2. Masa remaja akhir dan dewasa awal adalah pintu gerbang utama
bagi munculnya kearifan (Staudinger & Dorner, 2007 ; Staudinger
& Gluck, 2011). Para peneliti tidak menemukan perkembangan
kearifan dalam tingkat yang lebih jauh di masa dewasa menengah
dan dewasa tua, dibandingkan yang telah dicapai di masa dewasa
muda.
3. Faktor – faktor selain usia merupakan hal yang penting bagi
perkembangan kearifan untuk memasuki taraf yang tinggi. Sebagai
contoh, pengalaman – pengalaman hidup tertentu, seperti dilatih dan

18
[Type here]

bekerja di suatu bidang yang mengandung persoalan – persoalan


hidup yang lebih sulit dan memiliki pembimbing yang dapat
meningkatkan kearifan , berkontribusi ke taraf kearifan yang tinggi.
Selain itu, orang yang memiliki kearifan yang tinggi memiliki nilai
–nilai yang lebih memikirkan kesejahteraan orang lain dibandingkan
kebahagiaan mereka sendiri.
4. Faktor – faktor yang bekaitan dengan kepribadian, seperti
keterbukaan terhadap pengalaman, generativitas dan kreativitas,
merupakan predikator – predikator yang lebih baik dibandingkan
faktor kognitif seperti intelegensi.
3.3.4 Belajar Seumur Hidup
Belajar seumur hidup merupakan studi ilmiah terorganisir yang
dilakukan oleh orang dewasa dari semua tingkatan usia.
Para orang dewasa lanjut usia jaman sekarang memilih untuk
melanjutkan kuliah ketika mereka masih dewasa muda dibandingkan
para orang tua atau kakek / neneknya . Bahwa saat ini lebih banyak
lagi orang lanjut usia yang kembali ke bangku kuliah untuk
melanjutkan pendidikan mereka dibanding generasi – generasi
sebelumnya. Orang – orang lanjut usia mungkin berusaha mencapai
pendidikan dengan sejumlah alasan, seperti mereka ingin memahami
lebih baik sifat dasar dari proses penuaan yang mereka alami. Mereka
ingin lebih mempelajari dari perubahan – perubahan sosial dan
teknologi yang mengakibatkan perubahan – perubahan dramatisnya
kehidupan, selain itu mereka ingin mendapatkan pengetahuan yang
relevan dan mempelajari keterampilan – keterampilan yang relevan
untuk mengantisipasi permintaan – permintaan masyarakat dan
pekerjaan di kehidupan selanjutnya. Mereka menyadari bahwa mereka
membutuhkan pendidikan lebih lanjut agar dapat bersaing dan bertahan
didalam pekerjaan. Akhirnya mereka memutuskan untuk berusaha
meraih pendidikan yang lebih tinggi untuk meningkatkan penemuan
dirinya dan aktivitas – aktivitas waktu luangnya yang akan
memungkinkan mereka untuk membuat suatu penyesuaian diri yang

19
[Type here]

lebih baik terhadap masa pensiun. (Manheimer dalam Santrok, 2012,


hlm. 180)
3.3.5 Fungsi Kognitif pada Orang Lanjut Usia
1. Multidimensionalitas dan Multidireksionalitas
a. Mekanika Kognitif dan Pragmatika Kognitif
1) Mekanika kognitif adalah “perangkat keras” dari pikiran, yang
mencemirkan suatu aristektur neurofisiologis dari otak dan
berkembang melalui proses evolusi. Mekanika kognitif
melibatkan input sensoris, atensi, memori visual dan motor,
diskriminasi, perbandingan, dan kategorisasi.
2) Pragmatika kognitif adalah “perangkat lunak” dari pikiran
berbasis budaya dan pikiran. Pragmatika kognitif meliputi
keterampilan membaca dan menulis, pemahaman bacaan,
kualifikasi pendidikan, keterampilan profesional, dan dua jenis
pengetahuan mengenai diri dan keterampilan hidup yang dapat
membantu kita mengatasi hidup.
b. Kecepatan Pemprosesan
Sekarang sudah dapat diterima dengan baik bahwa fakta kecepatan
dalan pemprosesan informasi akan mengalami kemunduran di masa
dewasa akhir. Menurunnya kecepatan pemprosesan informasi yang
dialami orang lanjut usia cenderung berkaitan dengan penurunan
fungsi otak dan sistem saraf pusat.
c. Atensi
Atensi dibedakan menjadi 3 yaitu:
1) Atensi Selektif adalah kemampuan fokus pada aspek tertentu
dari pengalaman yang relevan dan mengabaikan aspek-aspek
lain yang tidak relevan.
2) Atensi yang Terbagi adalah kemampuan berkonsentrasi pada
lebih dari satu aktivitas didalam waktu yang bersamaan.
3) Atensi yang Berkesinambungan adalah keterlibatan dalam
waktu panjang dan fokus terhadap objek, tugas, peristiwa atau
aspek lainnya dari lingkungan.

20
[Type here]

d. Memori
Dimensi-dimensi utama dari memori dan proses menjadi tua yaitu:
1) Memori Episodik adalah retensi informasi tentang dimana dan
kapan suatu hal terjdi,
2) Memori Semantik adalah pengetahuan seseorang mengenal
dunia,
3) Sumber daya kognitif dua mekanisme sumber daya kognitif
yang penting adalah memori kerja dan kecepatan perseptual,
4) Memori eksplisit adalah memori tentang fakta dan fakta yang
ketahui individu secara sadar dan dapat dinyatakan oleh
individu yang bersangkutan
5) Memori implisit memori yang tidak dapat melibatkan ingatan
yang disadari, mencakup keterampilan dan prosedur-prosedur
rutin yang ditmapilkan secara otomatis,
6) Memori sumber adalah kemampuan mengingat dimana
seseorang mempelajari sesuatu
7) Memori prospektif meliputi kemampuan mengingat untuk
melakukan sesuatu diwaktu mendatang
e. Pengambilan keputusan
Terlepas dari terjadinya penurunan dibanyak aspek memori, seperti
working academy dan memori jangka panjang, banyak orang
dewasa lanjut usia menjaga keahlian pengambilan keputusan
dengan cukp baik. Akan tetapi, orang dewasa lanjut usia
menujukan performa yang bagus ketika proses pengambilan
keputusan tidak dibatasi oleh tekanan waktu.
2. Perkembangan bahasa
Pada masa dewasa akhir individu mulai menujukan beberapa
kemunduran dalam berbahasa. Sebagai contoh, apabila oramg lanjut
usia mengalami masalah pendengaran, mereka dapat mengalami
kesulitan untuk membedakan bunyi-bunyi percakapan dalam konteks
tertentu.

21
[Type here]

Cara bicara orang dewasa akhir biasanya volumenya lebih rendah,


tidak terartikulasi dengan tepat, dan tidak begitu lancer. Terlepas dari
perbedaan usia, keterampilan berbicara oramg dewasa lanjut usia masih
memadai untk berkomunikasi sehari-hari.
3. Kesehatan mental
a) Depresi
Depresi mayor adalah gangguan suasana hati dimana individu
merasa sangat tidak bahagia, kehilangan semangat, merendahkan
diri, dan bosan. Depresi mayor demikian luas tersebar sehingga
disebut “demam umum” dari gangguan mental.
b) Demensia adalah isitilah umum untuk semua gangguan neurologis
yang gejala utamanya meliputi kemunduran fungsi mental.
Individu-individu yang menglami demensia sering kali kehilangan
kemampuan untuk merawat dirinya sendiri.
c) Penyakit alzheimer adalah kerusakan otak yang bersifat progresif,
tidak dapat dipulihkan kembali, yang ditandai oleh memburuknya
memori, penalaran, bahasa, dan bahkan fungsi-fungsi fisik, secara
bertahap. Perempuan lebih beresiko untuk terkena penyakit ini
karena perempuan hidup lebih lama dari pria dan harapan hidup
mereka yang lebih panjang, hal tersebut meningkatkan jumlah
tahun dimana mereka bisa terkena penyakit tersebut.
d) Multi-infact dementia adalah hilangnyan fungsi-fungsi intelektual
yang berlangsung secara sporadic dan progresif yang disebabkan
oleh gangguan aliran darah temporer dan berulang-ulang di arteri-
arteri otak. Gejala multi-infact dementia antara lain adalah
kebingungan, menghindari percakapan, gangguan menulis,
kelakuan pada salah satu sisi dari wajah, lengan, atau kaki
e) Parkinson adalah penyakit kronis dan progresif yang ditandai oleh
gemetar otot, gerakan melambat, dan kelumpuhan sebagian dari
wajah. Parkinson dipicu oleh degerenasi dari neuron-neuron di otak
yang menghasilkan dopamim.

22
[Type here]

Perbedaan Intelegensi Masa Dewasa

Dewasa Awal Dewasa Madya Dewasa Akhir

1. Berpikir lebih 1. Berpikir Integratif. 1. Kecerdasan


sistematis dan 2. Memecahkan menurun karena
terampil. masalah secara sejumlah faktor
2. Fleksibel / Adaptif. efektif. fisik dan
3. Individualis. 3. Melemah dalam psikologis.
4. Pragmatis pemrosesan 2. Pemrosesan
5. Berada pada tahap informasi, baik informasi
pencapaian, mengingat maupun melemah.
pertanggungjawaban, memproses 3. Lebih terpusat
dan tahap eksekutif. informasi. pragmatis
6. Kreativitas yang 4. Daya ingat terhadap
ditentukan oleh minat menurun. kehidupan
dan kegiatan yang 5. Tahap reorganisasi. (Bijaksana).
memberikan kepuasan. 4. Tahap
reintegratif dan
tahap
pencipataan
wariasan

23
[Type here]

3.4 Naskah Sosio Drama


Peran
1. Arif Budi. R sebagai seorang Kakek
2. Euis Nurjannah sebagai seorang Anak kecil
3. Nur Inayah Hanifah sebagai seorang Nenek
4. Ilma Nuhikmah sebagai seorang Ibu
5. Azmi Mahatmanti sebagai seorang Kakak dan Mahasiswa tingkat akhir

Adegan : Semua pemain duduk dikursi seakan sedang di meja makan.


Ibu : (datang membawa makanan untuk diberikan kepada semua orang di meja
makan)
“ Adek gimana tadi sekolahnya bisa?”
Adek : “tadi di sekolah adek dapet teman baru namanya Ana, tapi Ananya nangis
terus ditinggal Ibunya, terus adek juga ngerjain matematika di depan kelas terus
nilai ulangan adek juga dapat 100. Yeaay.”
Kakek : “Pinter cucu kakek ini.” (ucap kakek sambil memberikan jempol kepada
cucu nya itu.)
Ibu : “terus Kakak gimana nih kabar skripsinya?”
Kakak : “ Kemarin baru mengajukan judulnya bu hehehe”
Kakek : “ Kamu ini ngerjain begitu saja lama sekali. Dulu waktu kakek seumuran
kamu ngerjain skripsi lancar lancar aja.” (bicara dengan meninggikan volume)
Nenek : “Ah kakek mu itu bisanya marah marah saja. Sudah sering marah –
marah dan pikun pula, menaruh kacamata saja lupa.” (ucap nenek sambil
mengambil koran lalu membacanya)
Kakek : “kapan saya seperti itu?” (berbicara dengan nada tinggi)
Nenek : “setiap saat kau berbicara selalu marah-marah ”
Kakek : (terdiam dengan wajah ketus)
Kakek : “sudahlah, mana koran yang tadi ku baca? Aku akan pergi ke luar saja
sambil membaca koran ?”
Nenek : “(memberikan koran)”

24
[Type here]

Kakek : (menerima Koran dari nenek) “Kacamata kakek mana kacamata mata
kakek? (sambil mencari – mencari kacamata)
Ibu,Nenek, Kakak, Adik : “ Ituuuuuu, diatas kepala”
Kakek : “Hiya hiya hiya” (lalu kakek pergi meninggalkan ruangan.”

25
[Type here]

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pemikiran pada masa dewasa cenderung tampak fleksibel, terbuka, adaptif
dan individualis yang merupakan hasil dari pengalaman terhadap
ketidakpastian, ketidakkonsistenan, kontradiksi, ketidaksempurnaan, dan
kompromi. Tahap kognisi orang dewasa ini seringkali disebut dengan
pemikiran postformal.
Pemikiran Postformal bersifat relative. Ketika telah memasuki masa
dewasa menengah berbagai kemunduran dalam daya ingat terjadi selama masa
dewasa tengah, walaupun strategi-strategi dapat digunakan untuk mengurangi
kemunduran tersebut. Kekurangan yang lebih besar terjadi dalam memori
jangka panjang (long term) dari pada dalam memori jangka pendek (short
term). Walaupun orang-orang usia paruh baya mungkin membutuhkan waktu
lebih lama dalam memproses informasi baru, akan tetapi mereka lebih percaya
diri dalam memecahkan masalah dalam bidangnya dengan penilaian yang
dikembangkan dari pengalaman.
Dan ketika memasuki masa dewasa akhir, individu mencapai satu aspek
kebijaksanaan yang terlihat meningkat saat orang beranjak tua. Ia menjadi
lebih fleksibel di dalam mengubah dan mengakomodasikan tujuan – tujuan
hidup terhadap keadaan kehidupan yang baru dan kondisi – kondisi pribadi
yang baru.
4.2 Saran
Sudah sepatutnya kita sebagai individu yang akan mengalami masa
dewasa atau sudah berada di masa dewasa awal mengoptimalkan pendidikan
di masa dewasa awal untuk mempersiapkan kehidupan di masa dewasa akhir
agar menjadi individu yang bijaksana.

26
[Type here]

Daftar Pustaka

Arlin, P. K. (1984). Adolescent and Adult thought: A Structural Interpretation. In


M. L Commons, F. A. Richards, dan C. Armon (Eds), Beyond Formal Operations
(pp. 258-271). New York: Praeger.

Baltes & Kunzmann dalam Santrok, 2012, hlm. 179

Brandstadter & Grive, dalam Santrok, 1995, hlm. 223

Craik, F. I. M., dan Salthouse, T. A. (Eds). (2000). The Handbook of Aging and
Cognition (2nd end.). Mahwah, NJ: Erlbaum.

Hoyer, W. J., dan Rybash, J. M. (1994). Characterizing Adult Cognitive


Development. Journal of Adult Development, 1 (1), 7-2.

Keating dalam Santrock, 2011, hlm.25

Labouvie-Vief, G. (1990a). Modes of Knowledge and Die Organization of


Development. In M. L. Commons, L. Kohlberg, F. Richards, dan J. Sinnott (Eds),
Beyond Formal Operations: 2. Models and Mothods in The Study of Adult and
Adolescent Thought. New York: Praeger.

Lesgold, A. M. (1983). Expert System. Paper Represented at The Cognitive


Science Meetings, Rochester, NY.

Manheimer dalam Santrok, 2012, hlm. 180

Papalia, D. E., dkk. (2011). Human Development (Psikologi Perkembangan) Edisi


IX. Kencana Prenada Media Group.Jakarta.

Salthouse, 2009 dalam Santrok

Sands, L. P., dan Meredith, W. (1992). Blood Pressure and Intellectual


Functioning in Late Midlife. Journal of Gerentology: Psychological Sciences, 47
(2), P81-84.

27
[Type here]

Santrok,J.W. (2012). Life – Span Development Perkembangan Masa Hidup Edisi


Ketigabelas jilid 2. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Schaie, K. W. (1977-1978). Toward a Stage Theory of Adult Cognitive


Development. Journal of Aging and Human Development, 8 (2), 129-138.

Schunn, C. D., dan Anderson, J. R. (1999). The Generality/Specificity of


Expertise in Scientific Reasoning. Cognitive Science, 23, 337-370.

Sinnot, J. D. (1984). Postformal Reasoning: The Relativistic Stage. In M. L.


Commons, F. A. Richards, dan C. Armon (Eds), Beyond Formal Operations: Late
Adolescente and Adult Cognitive Development (pp. 357-380). New York: Praeger.

Sternberg,R.J., dan Lubart, T.L. (1995). Defying The Crowd: Cultivating


Creativity in a Culture of Conformity. NY: Free Press.

Verhaeghen, P., dan Salthouse, T. A. (1997). Meta-Analyses of Age-Cognition


Relations in Adulthood: Estimates of Linear and Nonlinear Age Effects and
Structural Models. Psychological Bulletin, 122, 231-249.

28

Anda mungkin juga menyukai