Kelompok 1
Psikologi B 2018
Puji syukur penulis panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
akalah yang berjudul “Analisis Film I Am Sam” dapat diselesaikan dengan baik.
Penulisan makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah psikologi
perkembangan II.
Dalam penyusunan makalah, penulis banyak memperoleh bimbingan dan
petunjuk dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis bersyukur dan
mengucapkan terima kasih pada Tuhan Yang Maha Kuasa karena berkat rahmat
dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Selain itu, pada
teman-teman yang telah berkolaborasi selama pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun sangat penulis
harapkan demi kesempurnaan tulisan ini.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia selalu mengalami perkembangan selama rentan hidupnya.
Perkembangan manusia dapat dilihat melalui aspek fisik, kognitif, sosio-
emosional, maupun moral. Salah satu tahap perkembangan yang dilalui
oleh manusia adalah tahap dewasa.
Bagi kebanyakan orang, masa dewasa ditandai dengan
memuncaknya kemampuan dan kesehatan fisik. Mulai dari sekitar usia 18
hingga 25 tahun, individu memiliki kekuatan yang terbesar, gerak-gerak
reflek mereka sangat cepat. Lebih dari itu kemampuan reproduktif mereka
berada dalam tingkat yang paling tinggi. Meskipun pada awal masa
dewasa kondisi kesehatan fisik mencapai puncak-puncaknya, namun
selama periode ini penurunan keadaan fisik juga terjadi. Sejak usia 25
tahun, perubahan-perubahan fisik mulai terlihat. Secara berangsur-angsur
kekuatan fisik mengalami kemunduran, sehingga lebih mudah terserang
penyakit.
Pada pembahasan kali ini yang akan didiskusikan adalah kami
akan menganalisis filem yang melegenda dan menginspirasi yang
diterbitkan pada tahun 2001 yang berjudul I Am Sam. Pada filem tersebut
kami akan mengaitkan teori tentang masa dewasa dengan beberapa
karakter yang ada pada filem tersebut. Filem ini bercerita tentang seorang
laki-laki yang bernama Sam yang mengalami keterbelakangan mental
mencoba menjalani kehidupannya dengan tenang, namun bagian
konfliknya dimulai saat laki-laki tersebut pada akhirnya harus merawat
bayi yang dilahirkan oleh temannya sendiri yang tidak mau merawatnya.
Sehingga dimulailah Sam dengan ceritanya antara dia dan si bayi bersama
dengan para tokoh lainnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan masa dewasa?
2. Bagaimana perkembangan pada masa dewasa awal?
3. Bagaimana keterkaitan film I Am Sam terhadap teori perkembangan
dewasa awal?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian masa dewasa.
2. Untuk mengetahui perkembangan pada masa dewasa awal
3. Untuk mengetahui keterkaitan film I Am Sam terhadap teori
perkembangan dewasa awal?
BAB II
PEMBAHASAN
3. Aspek Kognitif
Masa dewasa memiliki pemikiran yang cenderung fleksibel,
terbuka, adaptif, dan individualistis. Tahap kognitif individu yang
dewasa biasa disebut sebagai pemikiran postformal. Pemikiran
postformal merupakan pemikiran yang matang, berdasarkan
pengalaman subjektif, intuisi, dan logika untuk menghadapi
ambiguitas, ketidakpastian, ketidakkonsistenan, kontradiksi,
ketidaksempurnaan, dan kompromis. Pemikiran postformal bersifat
relatif dan sering kali memberikan cara pandang baru dan tidak biasa
bagi individu (Papalia, 2011).
Periset Jan Sinnot (1984, 1998) memaparkan kriteria-kriteria
pemikiran postformal, yaitu fleksibel, multikausalitas dan multisolusi,
pragmatisme, dan kesadaran akan paradoks. Fleksibel berarti individu
mampu berpikir secara abstrak maupun pertimbangan praktis dan
nyata. Multikausalitas berarti individu menyadari bahwa sebagian
besar masalah memiliki lebih dari satu penyebab dan solusi.
Pragmatisme berarti individu mampu memilih kemungkinan solusi
terbaik dan kriteria pemilihan solusi tersebut. Kesadaran akan
paradoks berarti individu menyadari bahwa masalah atau solusi
mengandung konflik inheren (Papalia, 2011).
4. Aspek Moral
Jahja (2015) memaparkan bahwa pada masa dewasa kematangan
spiritual dan moral bagi individu adalah individu dapat mendorong diri
untuk mengasihi dan melayani individu lain dengan baik. Oleh sebab
itu, pertumbuhan ini harus telah dimulai sejak awal dan dikembangkan
untuk dapat menghayati rahmat Tuhan. Sehingga, dengan demikian
individu tersebut dapat dikatakan sebagi individu yang pandai
mensyukuri nikmat-Nya.
Individu yang telah berkembang pertumbuhan moral dan
spiritualnya akan lebih pandai dan tenang dalam menghadapi berbagai
kesulitan dan persoalan hidup yang menimpa individu, sebab dengan
demikian segalanya akan dipasrahkan kepada Tuhan dengan disertai
ikhtiar sesuai kemampuan individu (Jahja, 2011).
Adapun perkembangan menurut Kholberg pada masa dewasa awal
yang merupakan masa transisi individu dari masa remaja. Sehingga
terdapat 3 tahapan yaitu, tahap moralitas sistem sosial pada tingkat
penalaran konvensional, tahap hak-hak masyarakat versus hak-hak
individual, dan tahap prinsip-prinsip etis universal pada tingkat
penalaran pascakonvensional. Banyak orang-orang dewasa yang
mampu berpikir sendiri namun masih dalam tingkat penalaran
konvensional, hal tersebut terjadi karena kurangnya pengalaman yang
dapat mempersiapkan mereka untuk mencapai tingkat penalasan
pascakonvensional (Santrock, 2002).
Tahap moralitas sistem sosial pada tingkat penalaran konvensional
merupakan tahap keempat. Pada tahap ini, pertimbangan-pertimbangan
individu didasarkan atas pemahaman aturan sosial, hukum-hukum,
keadilan, dan kewajiban. Individu yakin bahwa apabila kelompok
sosial menerima peraturan yang sesuai bagi seluruh anggota kelompok,
individu harus berbuat sesuai dengan peraturan itu agar terhindar dari
kecaman dan ketidak setujuan sosial. Pada tahap ini orientasi sebagai
individu yang loyal, bak hati, memenuhi harapan individu atau
kelompok berganti dengan orientasi memelihara dan mempertahankan
sistem sosial. Orientasi melaksanakan kewajiban dengan baik dan
menghilangkan egosentrisme yang masih ada pada tahap ketiga
penalaran moral (Santrock, 2002).
Tahap hak-hak masyarakat versus hak-hak individual pada tingkat
penalaran pascakonvensional merupakan tahap kelima. Pada tahap ini,
individu memahami bahwa nilai-nilai dan aturan-aturan bersifat
relative dan bahwa standar dapat berbeda pada tiap individu. Individu
menyadari bahwa hukum penting bagi masyarakat, tetapi juga
mengetahui bahwa hukum dapat diubah. Individu percaya bahwa
beberapa nilai, seperti kebebasan, lebih penting dari pada hukum
(Santrock, 2002).
Tahap prinsip-prinsip etis universal pada tingkat penalaran
pascakonvensial merupakan tahap keenam dan tertinggi. Pada tahap
ini, individu telah mengembangkan suatu standar moral yang
didasarkan pada hak-hak manusia yang universal. Bila menghadapi
konflik antara hukum dan suara hati, individu akan mengikuti suara
hati, walaupun keputusan itu mungkin melibatkan resiko pribadi. tahap
ini juga merupakan moralitas yang lebih banyak berlandaskan
penghargaan terhadap orang lain daripada keinginan pribadi (Santrock,
2002).
3. Aspek Moral
Film I am Sam ini menceritakan mengenai bagaimana seorang
lelaki bernama Sam yang mengalami retardasi mental merasa berhak
atas pengasuhan anaknya Lucy yang merupakan individu reguler
dengan kecerdasan diatas ayahnya. Lucy kemudian untuk sementara
waktu diasuh oleh Departemen Layanan Anak dan Keluarga hingga
hakim memutuskan siapa yang akan mengasuh Lucy. Sam kemudian
mencari pengacara yang dapat membantunya untuk membawa Lucy
kembali pulang bersamanya dan ia menemukan Ritta sebagai
pengacaranya. Dalam kasus ini, dapat ditinjau secara moral bahwa
individu memahami bahwa nilai-nilai dan aturan-aturan bersifat
relative dan bahwa standar dapat berbeda pada tiap individu. Individu
menyadari bahwa hukum penting bagi masyarakat, tetapi juga
mengetahui bahwa hukum dapat diubah. Individu percaya bahwa
beberapa nilai, seperti kebebasan, lebih penting dari pada hukum
(Santrock, 2002). Hukum mungkin dapat memberikan pengasuhan
yang lebih layak untuk Lucy, tapi nilai moralitas individu yang
diyakini juga memiliki nilai dapat dibuktikan dengan berbagai bukti
yang dapat dilihat.
Daftar Pustaka
Agustina, N. (2018). Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: Deepublish.
Hurlock, E. B. (2017). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.
Jahja, Y. (2011). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Prenadamedia Group.
Papalia, D. E. (2011). Human Development (Psikologi Perkembangan). Jakarta:
Kencana.
Santrock, J. W. (2002). Life-span development: Perkembangan masa hidup, (5th
Ed.), Jilid I. Jakarta: Erlangga.
Santrock, J. W. (2002). Life-span development: Perkembangan masa hidup, (5th
Ed.), Jilid II. Jakarta: Erlangga.