Anda di halaman 1dari 32

KEPERAWATAN JIWA I

“ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN PSIKOSOSIAL:


DISTRESS SPIRITUAL”

OLEH
KELOMPOK VII RB:

YASMIN PUTRI ISLAMAY R011181350


ADINDA PERMATA LINGGI R011181352
NURUL ILMI YANTI ALIMUDDIN R011181354
FADHILLAH IDRUS R011181356
PIGNATELLI BYTHREE R011181358
INDAH PERMATA SARI KARNO R011181362
MIFTAHUL JANNAH BASRAH R011181502
ANUGERAH CHRISTY MARAMPA’ R011181504

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas kasih dan karunia-Nya, sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ASKEP KLIEN DENGAN MASALAH
PSIKOSOSIAL: DISTRESS SPIRITUAL”.

Namun, saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Maka dari
itu, saya mengharapkan adanya kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, agar
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik kedepannya. Demikian, dan
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Makassar, 9 Mei 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................................ii
BAB I....................................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan.................................................................................................................2
BAB II..................................................................................................................................................3
2.1 Definisi Distres Spiritual.....................................................................................................3
2.2 Penyebab Distres Spiritual..................................................................................................5
2.3 Tanda dan Gejala Distres Spiritual....................................................................................5
2.4 Karakteristik Distres Spiritual...........................................................................................6
2.5 Asuhan Keperawatan Distres Spiritual..............................................................................7
a. Pengkajian............................................................................................................................7
b. Pohon Masalah...................................................................................................................10
c. Disgnosa Keperawatan......................................................................................................11
d. Intervensi Keperawatan....................................................................................................11
BAB III...............................................................................................................................................25
3.1 Kesimpulan.........................................................................................................................25
3.2 Saran...................................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................26

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia adalah mahluk yang paling tinggi derajatnya dibandiingkan makhluk
Tuhan yang lainnya. Mengapa demikian, karena manusai telah diberkahi dengan akal
dan fikiran yang bisa membuat manusai tampil sebagai khalifah dimuka bumi ini.
Akal dan fikiran inilah yang membuat manusia bisa berubah dari waktu ke waktu.
Dalam kehidupan manusia sulit sekali di prediksi sifat dan kelakuannya dapat berubah
sewaktu-waktu. Kadang baik, dan tidak dapat dipungkiri juga banyak manusia yang
jahat dan dengki pada sesama manusai dan makhluk Tuhan lainnya.

Setiap manusia kepercayaan akan sesuatu yang dia anggap agung atau maha.
Kepercayaan inilah yang disebut sebagai spiritual. Spiritual ini sebagai kontrol
manusia dalam bertindak, jadi spiritual juga bisa disebut norma yang mengatur
manusia dalam berperilaku dan bertindak.

Kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan untuk mencari arti dan tujuan


hidup, kebutuhan untuk mencintai dan dicintai serta rasa keterikatan, kebutuhan untuk
memberikan dan mendapatkan maaf. Dimensi spiritual ini berupaya untuk
mempertahankan keharmonisan atau keselarasan dengan dunia luar, berjuang untuk
menjawab atau mendapatkan kekuatan ketika sedang menghadapi stress emosional,
penyakit fisik atau kematian.

Spiritualitas adalah dimensi manusia, fokus pada tanggung jawab perawat


untuk menyediakan kerohanian meliputi penelitian,diagnosis, perencanaan,intervensi,
dan evalusai. Ini adalah langkah-langkah yang mendefinisikan proses keperawatan,
yang merupakan scien-tific metode pelayanan keperawatan adalah diterapkan dalam
praktek. Dalam spiritualis, penelitian telah cenderung berfokus pada fase pertama dan
ketiga proses keperawatan, yaitu penilaian spiritual dan perawatan spiritual, masing-
masing kedua dipahami sebagai intervensi keperawatan untuk memenuhi kebutuhan
spiritual.

Distres spiritual telah diterima sebagai diagnosis keperawatan di NANDA


sejak tahun 1978 dan direvisi pada tahun 2002 (Herdman,2009). Dalam taksonomi I,
diagnosis ini diklasifikasikan dalam domain menilai sebagai gangguan dalam prinsip

1
hidup yang meliputi seluruh keberadaan seseorang, dan yang terintegrasi dan
melampaui satu sifat biologis dan psikososial.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi distress spiritual ?
2. Apa saja penyebab distress spiritual ?
3. Bagaimana tanda dan gejala distress spiritual ?
4. Bagaimana karakteristik distress spiritual ?
5. Bagaimana asuhan keperawatan distress spiritual ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui definisi distress spiritual
2. Mengetahui penyebab distress spiritual
3. Mengetahui tanda dan gejala distress spiritual
4. Mengetahui karakteristik distress spiritual
5. Mengetahui asuhan keperawatan distress spiritual

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Distres Spiritual


a. Spiritual
Smith dan Rayment dalam Gibson et al (2009), mendefinisikan
spiritualitas sebagai kondisi atau pengalaman yang dapat menyediakan individu-
individu dengan arah dan makna, atau menyediakan perasaan memahami,
mendukung, keseluruhan dalam diri (inner wholeness), atau keterhubungan.
Keterhubungan dapat dengan diri sendiri, orang lain, alam semesta, Tuhan, atau
kekuatan supernatural yang lain. Gibson menjelaskan lebih lanjut bahwa definisi
ini melibatkan perasaan didalam diri (inner feeling), terhubung dengan kerja dan
koleganya.

Spiritualitas didefinisikan sebagai dimensi integral dari kesehatan dan


kesejahteraan setiap individu. Spiritual kesejahteraan merupakan indikasi dari
kualitas individu hidup di dimensi spiritual. Kesejahteraan rohani memiliki dua
komponen: dimensi vertikal yang melibatkan hubungan dengan makhluk yang
lebih tinggi atau Tuhan, dan dimensi horizontal yang melibatkan rasa tujuan dan
makna hidup. Makhluk spiritual tidak identik dengan kepercayaan atau praktik
dalam aspek-aspek tertentu dari agama. Sebaliknya, merupakan penegasan hidup
dalam hubungan dengan Tuhan, diri, masyarakat, dan lingkungan, hal ini
memelihara suatu keutuhan. Spiritual kesejahteraan adalah tentang kehidupan
batin kita dan hubungannya dengan dunia yang lebih luas, hal ini mencakup
hubungan kita dengan lingkungan, spiritual kesejahteraan tidak hanya
mencerminkan keyakinan agama meskipun orang-orang dari keyakinan agama.
Hal ini dianggap primer mengatasi sumber daya dalam perjalanan pemulihan dan
penyembuhan. Hal ini dapat dilakukan dalam berbagai cara dengan tujuan
utamanya adalah untuk menemukan tujuan dan makna dalam kehidupan.
Membaiknya praktek agama dan spiritualitas akan memiliki efek positif pada
kesehatan mental maupun kesehatan fisik. Lansia percaya bahwa doa dapat
menyembuhkan baik fisik dan penyakit mental, dan hubungan dengan Tuhan
membentuk dasar psikologis mereka menjadi lebih baik (Bashir, 2016).

3
Secara fisik lanjut usia pasti mengalami penurunan fungsi kognitif, tetapi
pada aktivitas yang berkaitan dengan agama justru mengalami peningkatan,
artinya perhatian mereka terhadap agama semakin meningkat sejalan dengan
bertambahnya usia. Lanjut usia lebih percaya bahwa agama dapat memberikan
jalan bagi pemecahan masalah kehidupan, agama juga berfungsi sebagai
pembimbing dalam kehidupan, menentramkan batinnya (Padila, 2013).

Pada saat mengalami masalah, individu akan mencari dukungan dari


keyakinan agama atau spiritualnya. Dukungan ini sangat diperlukan untuk dapat
menerima keadaan yang dialaminya. Sembahyang atau berdoa membaca kitab
suci Al Quran dan praktik keagamaan lainnya sering membantu memenuhi
kebutuhan spiritual yang juga merupakan suatu perlindungan terhadap tubuh
(Hamid. A, 2008).

b. Distres Spiritual
Distres Sprititual adalah suatu keadaan menderita yang berhubungan
dengan hambatan kemampuan untuk mengalami makna kehidupan melalui
hubungan dengan diri sendiri, dunia, atau kekuatan yang Maha-Tinggi
(NANDA, 2020).
Menurut Bergren-Thomas dan Griggs (1995 dalam Young & Koopsen,
2007) menjelaskan bahwa distress spiritual adalah suatu keadaan dimana
seseorang mengalami gangguan atau kekacauan nilai dan keyakinan yang
biasanya memberikan kekuatan, harapan dan makna hidup.
Defenisi lain mengatakan distress spiritual adalah gangguan dalam
prinsip hidup yang meliputi keseluruhan kehidupan seseorang dan
diintegrasikan biologis dan psikososial (Carson, 2000). Jadi dapat dikatakan
bahwa distress spiritual adalah kegagalan individu dalam menemukan arti
kehidupannya.
Distress spiritual atau krisis spiritual terjadi ketika seseorang tidak dapat
menemukan makna dan tujuan hidup, harapan, cinta, kedamaian atau kekuatan
dalam hidup mereka. Krisis ini bisa terjadi saat seseorang mengalami ketiadaan
hubungan dengan hidup, sesama, alam dan ketika situasi hidup bertentangan
dengan keyakinan yang dimilikinya (Anandarajah dan Hight, 2001 dalam
Young dan Koopsen, 2007).

4
Distress spiritual mengacu pada tantangan dari kesejahteraan spiritual
atau sistem kepercayaan yang memberikan kekuatan, harapan dan arti hidup
(Carpenito 2002 dalam Kozier et al, 2004). Pendapat lain menjelaskan bahwa
distress spiritual merupakan masalah yang sering terjadi pada pemenuhan
kebutuhan spiritual (Hidayat, 2009). Kebutuhan spiritual yang dimaksud yaitu
kebutuhan untuk mencari makna dan tujuan hidup, kebutuhan mencintai dan
dicintai serta kebutuhan untuk memberi maaf dan dimaafkan (Hamid, 2009).

2.2 Penyebab Distres Spiritual

Menurut Budi anna keliat (2011) penyebab distres spiritual adalah sebagai berikut :
1. Pengkajian Fisik  Abuse (kekerasan fisik atau mental)
2. Pengkajian Psikologis  Status mental, mungkin adanya depresi, marah,
kecemasan, ketakutan, makna nyeri, kehilangan kontrol, harga diri rendah, dan
pemikiran yang bertentangan.
3. Pengkajian Sosial Budaya  dukungan sosial dalam memahami keyakinan klien.

2.3 Tanda dan Gejala Distres Spiritual

Dalam NANDA 2018 orang dengan distress spiritual memiliki batasan


karakteristik antara lain ialah ansietas, menangis, keletihan, ketakutan, insomnia,
sering mempertanyakan tentang identitasnya, mempertanyakan makna hidup, serta
mempertanyakan makna penderitaan. Dalam hubungannya dengan diri sendiri, orang
dengan distress spiritual sering marah, kurang pasrah, merasa tidak dicintai, merasa
bersalah, kurang diterima, strategi koping yang tidak efektif, kurang dorongan,
merasa hidup kurang bermakna.

Dalam hubungannya dengan orang lain, ia memiliki perasaan asing, menolak


interaksi orang terdekat, menolak interaksi dengan pemimpin spiritual, dan
perpisahan dari system pendukungnya. Distress spiritual juga berdampak pada
hubungannya dengan seni, music, literature, dan alam dimana terjadi penurunan
ekspresi tentang pola kreativitas sebelumnya, tidak berminat pada alam, dan tidak
berminat membaca literature spiritual.

Hubungan antara orang dengan distress spiritual dan kekuatan yang lebih
besar dari dirinya ialah, ia akan marah terhadap kekuatan yang lebih besar dari

5
dirinya, merasa diabaikan, tidak berdaya, tidak mampu berintrospeksi, tidak mampu
mengalami pengalaman religious, tidak mampu berpartsipasi dalam kegiatan
keagamaan, tidak mampu untuk berdoa, mengungkapkan penderitaan dan perubahan
praktik spiritual secara tiba-tiba.

2.4 Karakteristik Distres Spiritual

Karakteristik Distres Spritual, meliputi empat hubungan dasar yaitu :

a. Hubungan dengan diri


 Ungkapan kekurangan
o Harapan
o Arti dan tujuan hidup
o Perdamaian/ketenangan
o Penerimaan
o Cinta
o Memaafkan diri sendiri
o Keberanian
 Marah
 Kesalahan
 Koping yang buruk
b. Hubungan dengan orang lain
 Menolak berhubungan dengan tokoh agama
 Menolak interaksi dengan tujuan dan keluarga
 Mengungkapkan terpisah dari sistem pendukung
 Mengungkapkan pengasingan diri
c. Hubungan dengan seni, musik, literatur, dan alam
 Ketidakmampuan untuk mengungkapkan kreativitas (bernyanyi,
mendengarkan musik, menulis)
 Tidak tertarik dengan alam
 Tidak tertarik dengan bacaan keagamaan
d. Hubungan dengan kekuatan yang lebih besar dari dirinya
 Ketidakmampuan untuk berdo’a

6
 Ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam kegiatan keagamaan
 Mengungkapkan terbuang oleh atau karena kemarahan Tuhan
 Meminta untuk bertemu dengan tokoh agama
 Tiba-tiba berubah praktik agama
 Ketidakmampuan untuk introspeksi
 Mengungkapkan hidup tanpa harpaan, menderita

2.5 Asuhan Keperawatan Distres Spiritual


a. Pengkajian
1. F : Faith atau keyakinan (apa keyakinan saudara?) Apakah saudara
memikirkan diri saudara menjadi sesorang yang spritual atau religius? Apa
yang saudara pikirkan tentang keyakinan saudara dalam pemberian makna
hidup?
2. I : Impotance dan influence. (apakah hal ini penting dalam kehidupan
saudara). Apa pengaruhnya terhadap bagaimana saudara melakukan
perawatan terhadap diri sendiri? Dapatkah keyakinan saudara mempengaruhi
perilaku selama sakit?
3. C : Community (Apakah saudara bagian dari sebuah komunitas spiritual atau
religius?) Apakah komunitas tersebut mendukung saudara dan bagaimana?
Apakah ada seseorang didalam kelompok tersebut yang benar-benar saudara
cintai atua begini penting bagi saudara?
4. A : Adress bagaimana saudara akan mencintai saya sebagai seorang perawat,
untuk membantu dalam asuhan keperawatan saudara?
Pengkajian aktifitas sehari-hari pasian yang mengkarakteristikan distres
spiritual, mendengarkan berbagai pernyataan penting seperti :
 Perasaan ketika seseorang gagal
 Perasaan tidak stabil
 Perasaan ketidakmmapuan mengontrol diri
 Pertanyaan tentang makna hidup dan hal-hal penting dalam kehidupan
 Perasaan hampa
1. Afiliasi
a. Partisipasi klien dalam kegiatan agama apakah dilakukan secara aktif atau
tidak aktif

7
b. Jenis partisipasi dalam kegiatan agama
2. Keyakinan agama atau spiritual,memengaruhi:
a. Praktik kesehatan:diet,mencari dan menerima terapi, ritual atau upacara
agama
b. Persepsi penyakit: hukuman, cobaan terhadap keyakinan
c. Strategi koping
3. Nilai agama atau spiritual, memengaruhi:
a. Tujuan dan arti hidup
b. Tujuan dan arti kematian
c. Kesehatan dan pemeliharaannya
d. Hubungan dengan tuhan, diri sendiri, dan orang lain

Pengkajian data subjektif

a. Konsep tentang tuhan atau ketuhanan


b. Sumber harapan dan kekuatan
c. Praktik agama dan ritual
d. Hubungan antara keyakinan spiritual dan kondisi kesehatan.
1) Apakah agama atau tuhan merupakan hal penting dalam kehidupan
anda?
2) Kepada siapa anda biasanya meminta bantuan?
3) Apakah anda merasa kepercayaan membantu anda?
4) Apakah sakit (kejadian penting lainnya yang pernah anda alami) telah
mengubah perasaan anda terhadap tuhan atau praktik kepercayaan yang
anda anut?
5) Mengapa anda berada dirumah sakit?
6) Apakah kondisi sakit anda telah mempengaruhi hubungan anda dengan
orang yang paling berarti dalam kehidupan anda?
7) Apakah kondisi sakit, yang anda alami telah mempengaruhi cara anda
melihat diri anda sendiri?
8) Apa yang paling anda butuhkan saat ini?

Pengkajian data objektif

a. Afek dan sikap

8
1) Apakah klien tampak kesepian, depresi, marah cemas, agitasi, apatis,
atau preokupasi?
b. Perilaku
1) Apakah klien tampak berdoa sebelum makan< membaca kitab suci,
atau buku keagamaan?
2) Apakah klien sering kali mengeluh, tidak dapat tidur, bermimpi buruk
dan berbagai bentuk gangguan tidur lainnya, serta bercanda yang tidak
sesuai atau mengepresikan kemarahannya terhadap agama?
c. Verbalisasi
1) Apakah klien menyebut tuhan, doa, rumah ibadah, atau topik
keagamaan lainnya (walaupun hanya sepintas)?
2) Apakah klien pernah meminta dkunjungi oleh pemuka agama?
3) Apakah klien mengepresikan rasa takutnya terhadap kematian,
kepedulian dengan arti kehidupan, konflik batin tentang keyakinan
agama, kepedulian tentang hubungan dengan maha penguasa,
pertanyaan tentang arti keberadaanya di dunia, arti penderitaan, atau
implikasi terapi terhadap nilai moral/etik?
d. Hubungan interpersonal
1) Siapa pengunjung klien?
2) Bagaimana klien berespons terhadap pengunjung?
3) Apakah pemuka agama datang mengunjungi?
4) Bagaimana klien berhubungan dengan klien lain dan dengan tenaga
keperawatan?
e. Lingkungan
1) Apakah klien membawa kitab suci atau perlengkapan sembahyang
lainnya?
2) Apakah klien menerima kiriman simpati dari unsur keagamaan?

[ CITATION SHa08 \l 1033 ]

9
b. Pohon Masalah

Risiko Bunuh
Diri

Keputusasaan

Risiko Hambatan
Duka Cita Hambatan
Perlemahan Interaksi
Terganguu Rasa Nyaman
Martabat Sosial

Kehilangan, Hambatan
Kehampaan Komunikasi
Verbal

Ketidaknyamanan
Interaksi Sosial

Distress Spiritual

Status Mental
Me-↓

Depresi, Marah,
Ansietas, Takut,
Harga Diri Rendah

Dukungan Sosial
Kekerasan Fisik
Memahami
Dan/Atau Mental
Keyakinan Klien

10
c. Disgnosa Keperawatan
1. Distres Spiritual
2. Keputusasaan
3. Hambatan Komunikasi Verbal
4. Hambatan Rasa Nyaman
5. Hambatan Interaksi Sosial
6. Duka Cita Terganggu
7. Risiko Bunuh Diri
8. Risiko Perlemahan Martabat

d. Intervensi Keperawatan

N DIAGNOSA KRITERIA HASIL INTERVENSI


O
1 Distres Spiritual (Domain 10. Tujuan asuhan keperawatan Sp-1:
Kelas 3. 00066) distres spiritual: - Bina hubungan
- Melanjutkan latihan saling percaya
Defenisi: spiritual yang tidak dengan pasien, kaji
Suatu keadaan menderita yang mengganggu kesehatan factor penyebab
berhubungan dengan - Mengekspresiakan distress spiritual
hambatan kemampuan untuk pengurangan perasaan pada pasien
mengalami makna kehidupan bersalah dan ansietas - Bantu pasien
melalui hubungan dengan diri - Mengekspresikan mengungkapkan
sendiri, dunia, atau kekuatan kepuasan dengan kondisi perasaan dan pikiran
yang Maha-Tinggi spiritual terhadap agama yang
diyakininya
Batasan Karakteristik: - Bantu klien
- Ketidakmampuan mengembangkan
mengalami pengalaman kemampuan untuk
religiositas mengatasi perubahan
- Perubahan tiba-tiba dalam spiritual dalam
praktik spiritual kehidupan
- Ansietas Sp-2:
- Menangis - Fasilitasi pasien

11
- Keletihan, dengan alat-alat
- Ketakutan ibadah sesuai
- Insomnia keyakinan pasien,
- Sering mempertanyakan - Fasilitasi pasien
tentang identitasnya, untuk menjalankan
mempertanyakan makna ibadah sendiri atau
hidup, serta dengan orang lain,
mempertanyakan makna - Bantu pasien untuk
penderitaan ikut serta dalam
kegiatan keagamaan
Peningkatan Ritual
Keagamaan:
1. Identifikasi
keinginan pasien
terhadap ekspresi
keagamaan
(misalnya,
menyalakan lilin,
berpuasa, upacara
penyunatan, praktek
terkait makanan)
2. Koordinasikan atau
sediakan pelayanan
penyembuhan,
komuni, meditasi,
atau berdoa di
rumah atau setting
lainnya
3. Dukung penggunaan
dan partisipasi
dalam ritual
keagamaan yang
biasa dilakukan atau
praktik ritual yang
12
tidak mengganggu
kesehatan
4. Berikan rekaman
video atau audio
tentang pelayanan
keagamaan, jika
tersedia
5. Perlakukan individu
dengan rasa hormat
dan bermartabat
6. Berikan kesempatan
untuk
mendiskusikan
berbagai system
kepercayaan dan
pandangan dunia
7. Koordinasikan atau
sediakan
transportasi ke
tempat beribadah
8. Dukung rencana
acara ritual dan
partisipasi, dengan
cara yang tepat
9. Dukung kehadiran
dalam acara ritual,
dengan cara yang
tepat
10. Eksplorasi
alternative untuk
beribadah
11. Dorong diskusi
mengenai minat
terhadap keagamaan
13
12. Dengarkan dan
kembangkan
perasaan mengenai
waktu untuk
beribadah atau
melakukan ritual
13. Rujuk pada
penasehat
keagamaan sesuai
pilihan klien
14. Bantu dengan
modifikasi untuk
acara ritual dalam
rangka memenuhi
kebutuhan karena
ketidakmampuan
atau sakit
2 Keputusasaan (Domain 6. Tujuan asuhan keperawatan Sp-1:
Kelas 1. 00124) keputusasaan: - Assesment
- Pasien mampu mengenal penyebab, akibat
Definisi: perasaan, penyebab, keputusasaan
Kondisi subjektif ketika akibat - Diskusi perasaan,
seorang individu memandang - Pasien mampu pikiran dan perilaku
keterbatasan atau tidak adanya mengidrntifikasi positif
alternatf atau pilihan pribadi perasaan, pikiran, dan - Latihan berpikir
serta tidak mampu perilaku positif diri positif; diri sendiri,
memobilisasikan energy demi sendiri, keluarga dan keluarga, dan
kepentingan sendiri lingkungan lingkungan
- Pasien mampu latihan Sp-2:
Batasan karakteristik: berpikir positif, harapan - Evaluasi
- Perubahan pola tidur masa depan dan ketidakberdayaan,
- Penurunan afek menemukan makna hidup latihan berpikir
- Penurunan selera makan positif
- Kurang inisiatif - Latihan harapan

14
masa depan, kegiatan
positif & makna
hidup
Inspirasi harapan
1. Bantu pasien dan
keluarga untuk
mengidentifikasi area
dari harapan hidup
2. Bantu pasien untuk
menemukan dan
merevisi tujuan
berkaitan dengan
objek yang
diharapkan
3. Ajarkan pasien tetang
aspek positif
mengenai harapan
4. Informasikan pada
pasien mengenai
situasi yang terjadi
sekarang berisfat
sementara
5. Dukung hubungan
terapeutik dengan
orang yang penting
bagi pasien
6. Fasilitasi untuk
mengenang dan
menikmati prestasi
dan pengalaman masa
lalu
3 Hambatan Komunikasi Tujuan asuhan keperawatan Sp-1:
Verbal (Domain 5. Kelas 5. hambatan komunikasi verbal: - Mendengar aktif
00051) - Pasien mampu bertukar - Meningkatkan

15
pesan secara akurat komunikasi sesuai
Defenisi: dengan orang lain keadaan pasien
Penurunan, perlambatan, atau - Menggunakan bahasa - Menghadirkan diri,
ketiadaan kemampuan untuk tertulis, berbicara, dan terapi validasi
menerima, memproses, nonverbal Sp-2:
mengirim, dan/atau - Menggunakan bahasa - Terapi kesenian.
menggunakan system symbol isyarat Menajemen
pembelajaran
Batasan Karakteristik: - Pengurangan stress
- Tidak ada kontak mata relokasi, dan
- Kesulitan peningkatan sistmen
mengekspresikan dukungan
pikiran secara verbal Peningkatan
- Kesulitan dalam Komunikasi: Kurang
kehadiran tertentu Bicara
1. Monitor kecepatan
bicara, tekanan,
kecepatan,
kuantitas, volume
dan diksi serta
proses kognitif
2. Instrukasikan pasien
atau keluarga untuk
mengguanakn
proses kognitif yang
terlibat dalam
kemampuan
berbicara
3. Monitor perasaan
terkait dengan
perasaan frustasi,
kemarahan, depresi,
atau respon-respon
lain
16
4. Kenali emosi dan
perilaku fisik pasien
sebagai bentuk
komunikasi
5. Sediakan metode
alternative untuk
berkomunikasi
dengan berbicara
(misal; menulis di
meja, menggunakan
kartu, kedipan mata,
papan komunikasi
dengan gambar dan
huruf, tanda dengan
tanagn atau postur,
dam menggunakan
computer
6. Sediakan metode
alternative menulis
atau membaca
dengan cara yang
tepat
7. Sesuaikan gaya
komunikasi dengan
kebutuhan pasien
(missal: berdiri di
depan pasien saat
berbicara,
mendengarkan
dengan penuh
perhatian,
menyampaikan satu
ide atau pemikiran
pada satu waktu,
17
bicara pelan untuk
menghindari
berteriak, gunakan
komunikasi tertulis,
atau bantuan
keluarga untuk
memahami pasien)
8. Jaga lingkungan
yang terstruktur dan
pertahankan
rutinitas pasien
9. Modifikasi
lingkungan untuk
bisa meminimalkan
kebisingan
10. Kolaborasi bersama
keluarga dan
ahli/terapis bahasa
patologis untuk
mengembangkan
rencana agar bisa
berkomuniasi secara
efektif
4 Hambatan Rasa Nyaman Tujuan asuhan keperawatan Sp-1:
(Domain 12. Kelas 3. 00214) hambatan rasa nyaman: - Pengurangan
- Pasien dapat tenang dan kecemasan dengan
Defenisi: tentram teknik menenangkan
Merasa kurang nyaman, lega, - Kepuasan spiritual pasien pasien, modifikasi
dan sempurna dalam dimensi terpenuhi lingkungan yang
fisik, psikospiritual, nyaman bagi pasien
lingkungan, budaya, dan/atau - Beri terapi relaksasi
social. dan juga posisi yang
tepat
Batasan Karaketristik: Sp-2:

18
- Menangis - Beri dukungan
- Gejala distress spiritual, dan
- Merasa tidak nyaman dukungan dari
- Ketidakmampuan untuk kelompok
rileks - Tingkatkan
keamanan pasien,
Dukungan Spiritual
1. Gunakan komunikasi
teraupetik dalam
membangun
hubungan saling
percaya dan caring
2. Pantau dan evaluasi
kesejahteraan
spiritual pasien
3. Dorong pasien untuk
meninjau ulang masa
lalu dan berfokus
pada kejadian dan
hubungan yang
memberikan
dukungan dan
kekuatan spiritual
4. Dorong partisipasi
keluarga
5. Berikan privasi dan
waktu-waktu yang
tenang untuk
kegiatan spiritual
6. Ajarkan metode
relaksasi, meditasi
dan imajinasi
terbimbing
7. Dengarkan perasaan
19
pasien
8. Tunjukkan empati
terhadap ekpsresi
perasaan pasein
9. Fasilitasi individu
terkait penggunaan
meditasi,
bersembahyang dan
ritual keagamaan
lainnya
10. Dengarkan
komunikasi klien
dengan hati-hati dan
kembangkan
perasaan mengenai
waktu berdoa
maupun waktu
spiritual klien
11. Rujuk pada
penasehat spiritual
yang dipilih pasien

5 Hambatan Interaksi Sosial Tujuan asuhan keperawatan Sp-1:


(Domain 7 Kelas 3 Kode distres spiritual: - Pengurangan
Diagnosis 00052) - Pasien mampu kecemasan dengan
bekerja sama dengan teknik menenangkan
Defenisi : orang lain pasien, modifikasi
Kurang atau kelebihan - Pasien dapat bersikap lingkungan sosial
kuantitas, atau tidak efektif tenang, perhatian, yang nyaman bagi
kualitas pertukaran sosialnya. tulus, hangat, dan pasien
percaya - Beri terapi
Batasan karakteristik : - Pasien tampak lebih berkomunikasi dan
Batasan karakteristik santai dan terlibat relaksasi
- Ketidaknyamanan dalam dengan orang lain. Sp-2:

20
situasi sosial - Beri dukungan
- Ketidakpuasan dengan spiritual, dan
hubungan dukungan
sosial sosial dari linkungan
- Disfungsi interaksi dengan terdekat seperti
orang lain keluarga
- Keluarga melaporkan - Tingkatkan
perubahan keamanan dan
dalam berinteraksi kenyamanan pasien.
- Gangguan fungsi sosial Peningkatan
sosialisasi :
- Tingkatkan
hubungan
dengan orang-
orang yang
memiliki minat
dan tujuan yang
sama.
- Anjurkan
penghormatan
terhadap hak-hak
orang lain.
- Lakukan
bermain peran
dalam rangka
berlatih
meningkatkan
keterampilan dan
teknik
berkomunikasi.
- Berikan model
peran yang
mengekspresikan
kemarahan
21
dengan tepat
- Minta dan
harapkan
komunukasi
verbal
- Berikan umpan
balik positif saat
pasien (bersedia)
menjangkau
orang lain
- Anjurkan pasien
untuk mengubah
lingkungan,
seperti keluar
untuk berjalan-
jalan atau
menonton
bioskop.
6 Duka Cita Terganggu Tujuan asuhan keperawatan Sp-1:
(Domain 9 Kelas 2 Kode distres spiritual: - Mendengar aktif
Diagnosis 00135) - Pasien dapat - Bina hubungan
menyampaikan saling percaya
Defenisi : perasaan, penyesalan, dengan pasien, kaji
Suatu gangguan yang terjadi dan pandangan factor penyebab
setelah kematian orang spiritualnya mengenai - Bantu pasien
terdekat, ketika pengalaman kehilangan mengungkapkan
distres yang menyertai - Pasien menerima perasaan dan pikiran
kehilangan gagal memenuhi kehilangan dan terhadap kematian
harapan normatif dan mengetahui arti Sp-2:
bermanifestasi gangguan kehilangan - Beri dukungan
fungsional. - Pasien dapat melewati emosional,
fase berduka keluarga,
Batasan karakteristik : - Pasien tampak lebih spiritual dan
- Marah baik, bersih dan mulai kelompok

22
- Ansietas berinteraksi dengan Fasilitas proses
- Distres tentang lingkungan sosial berduka
almarhum - Dengarkan
- Keletihan ekspresi berduka
- Merasa kehilangan - Bantu pasien
- Merasa hampa mengidentifikasi
- Merasa syok reaksi awal
- Penurunan terhadap
kesejahteraan kehilangan
- Tidak percaya - Dukung pasien
- Menyalahkan diri untuk
sendiri mengekspresikan
- Distres perpisahan dengan benar
- Distres traumatik perasaan
mengenai
kehilangan
- Dukung
identifikasi
adanya perasaan
takut yang paling
besar terkait
kehilangan
- Libatkan orang
yang penting
bagi klien untuk
mendiskusikan
dan membuatn
keputusan
dengan tepat
- Dukung pasien
untuk
mengimplementa
sikan kebiasaan
budaya, agama,
23
sosial yang
terkait dengan
kehilangan

7 Resiko Bunuh Diri (Domain Tujuan asuhan keperawatan Sp-1:


11 Kelas 3 Kode Diagnosa distres spiritual: - Peningkatan peran,
00150) - Pasien mampu kesadaran diri, dan
memverbalisasi ide- harga diri
Defenisi : ide bunuh diri - Beri dukungan
Rentan terhadap menyakiti diri - Pasien mampu berkelompok
sendiri dan cedera yang menahan diri dari Sp-2:
mengancam jiwa. kumpulan alat bunuh - Beri terapi kelompok
diri, menimbulkan - Manajemen
Faktor risiko : cedera serius dan zat halusinasi
Perilaku tanoa resep yang Pencegaha bunuh diri
- Perubahan sikap yang mengganggu alam - Periksa pasien
nyata perasaan yang baru masuk
- Perubahan perilaku - Pasien dapat menahan RS dan barang-
yang nyata diri dari bunuh diri barang yang
- Perubahan dan mengontrol diri dimilikinya
performa/kinerja di - Pasien dapat untuk mencari
sekolah yang nyata menerima dukungan adanya senjata
- Membeli obat dalam sosial, pelayanan yang potensial
bentuk banyak kesehatan jiwa yang digunakan.
- Pemulihan euforik tersedia dan - Tentukan risiko
yang tiba-tiba dari merencanakan masa bunuh diri dan
depresi mayor depan tingkat risiko
Psikologis bunuh diri yang
- Rasa bersalah ada
- Penyalahgunaan zat - Atasi dan tangani
Situasional gejala-gejala

24
- Kehilangan autonomi risiko bunuh diri
- Kehilangan (halusinasi,
kemandirian gannguan alam,
Sosial panik, berduka,
- Gangguan kehidupan gangguan
keluarga kepribadian dll)
- Berduka - Berikan advokasi
- Tidak berdaya untuk
- Putus asa mengontrol isu
- Kurang dukungan kualitas hidup
sosial dan nyeri
- Kesepian - Implementasikan
- Kehilangan hubungan tindakan yang
berarti dapat
- Isolasi sosial menurunkan
distres seperti
pendekatan atau
terapi kelompok
8 Resiko Perlemahan Tujuan asuhan keperawatan Sp-1:
Martabat (Domain 6 Kelas 1 distres spiritual: - Mendengar aktif
Kode Diagnosis 00174) - Pasien mampu - Bina hubungan
mengungkapkan saling percaya
Defenisi : harapan dengan pasien
Rentan terhadap persepsi - Pasien dapat Sp-2:
kehilangan respek dan berpartisipasi dalam - Beri dukungan
kehormatan, yang dapat keputusan terkait spiritual, dan
menganggu kesehatan. perawatan dukungan
- Pasien mampu sosial dari
Faktor risikon : berbagi kasih dengan lingkungan terdekat
- Keganjilan budaya orang lain dan seperti keluarga
- Merasa tidak melepaskan diri Perlindungan terhadap
diperlakukan secara perlahan-lahan dari hak asasi pasien
manusiawi orang lain - Berikan
- Dipermalukan - Pasien mampu informasi hak-

25
- Kurang memahami mengungapkan hak pasien
informasi kesehatan pengalaman spiritual - Sediakan
- Ketidakadekuatan dan kepentingan lingkungan yang
pertisipasi dalam spiritualnya. kondusif umtuk
pembuatan keputusan memulai
- Kehilangan kendali percakapan
fungsi tubuh pribadi antara
- pasien, keluarga
dan petugas
kesehatan
- Tentukan
keinginan pasien
mengenai
perawatan
- Tahan diri dari
memaksakan
tindakan maupun
pengobatan
- Jaga kerahasiaan
informasi pasien

26
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Distres Sprititual adalah suatu keadaan menderita yang berhubungan dengan


hambatan kemampuan untuk mengalami makna kehidupan melalui hubungan dengan
diri sendiri, dunia, atau kekuatan yang Maha-Tinggi (NANDA, 2020). Penyebab
terjadinya hal ini antara lain adanya kekerasan fisik maupun mental, status mental
yang menurun, serta kurangnya dukungan sosial dalam memahami keyakinan klien.
Adapun tanda dan gejala dari distress spiritual seperti yang terdapat dalam Dalam
NANDA 2018 orang dengan distress spiritual memiliki batasan karakteristik antara
lain ialah ansietas, menangis, keletihan, ketakutan, insomnia, sering mempertanyakan
tentang identitasnya, mempertanyakan makna hidup, serta mempertanyakan makna
penderitaan. Karakteristik Distres Spritual, meliputi empat hubungan dasar yaitu
hubungan dengan diri sendiri, hubungan dengan orang lain, hubungan dengan seni,
musik, literatur, dan alam, serta hubungan dengan kekuatan yang lebih besar dari
dirinya. Adapun masalah keperawatan yang dapat diangkat berkaitan dengan
gangguan psikososial ini adalah Distres Spiritual, Keputusasaan, Hambatan
Komunikasi Verbal, Hambatan Rasa Nyaman, Hambatan Interaksi Sosial, Duka Cita
Terganggu, Risiko Bunuh Diri dan Risiko Perlemahan Martabat

3.2 Saran

Penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan pada makalah ini


dan masih jauh dari kesempurnaan. Menyadari itu penulis mengharapkan
kritik dan saran mengenai pembahasan di atas yang berasal dari
sumber-sumber dan literature yang dapat dipercaya.

Pembaca diharapkan mengambil manfaat dari penulisan makalah ini


dan lebih kritis demi kemajuan penulisan makalah ini. Dan sebagai
penulis, sebaiknya lebih memperbanyak referensi buku terkait, agar
dapat dikatakan memiliki rujukan yang lengkap dan dapat menambah
kualitas makalah serta wawasan bagi para pembaca.

27
DAFTAR PUSTAKA

Bashir, H & Bashir L. 2016. Infestigating The Relationship Between Self-Regulation and
Spiritual Intelligence of Higher Secondary School Student. Indian Jurnal of Helath
and Weelbeing, 7(3), 327-329

Bulecchek, Gloria M., dkk. 2016. Nursing Interventions Classification (NIC) Edisi Enam.
Jakarta: Elsevier.

Carson, V.B. 2000. Mental Health Nursing. The Nurse-Patient Journey. Philadephia : W.B.
Saunders Company
Gibson, J.L, Ivancevich, J.M, Donnely, J.H, Konopaske. 2009. Organization: Behavior,
Sructure, Process, 13th Edition. New York: Mc Graww Hill.
Hamid, A & Rodoni, A. 2008. Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: Zikrul Hakim
Hamid, A. 2009. Konsep dan Tuntutan Praktis Basis Data. Yogyakarta: Andi Offset

Hamid, Achir Yani S. 2009. Bunga Rampai Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta:
EGC.

Herdman, T. Heather dan Shigemi Kamitsuru. 2018. Nanda-I Diagnosis Keperawatan 2018-
2020. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Hidayat, A. 2009. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data, Jakarta :
Salemba Medika.

Keliat, B.A., Wiyono, A.P., & Susanti, H. 2011. Manajemen kasus gangguan jiwa: CMHN
(intermediate course). Jakarta: EGC
Kozier, Bm, et al. 2004. Fundamental of Nursing:Concept, Process and Practice.(7th ed).
New Jersey : Prentice-Hall, Inc

Padila. 2013. Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakaerta : Nuha Medika

S.Hamid, A. 2008. Bungan rampai Asuhan Keperawatan kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Sue, M. d. 2016. Nursing Outcomes Classification Edisi Kelima. Jakarta: Elsevier

28
Young & Koopsen. 2007. Spiritualitas, Kesehatan dan Penyembuhan. Medan : Bina Media
Perintis.

29

Anda mungkin juga menyukai