OLEH
KELOMPOK VII RB:
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas kasih dan karunia-Nya, sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ASKEP KLIEN DENGAN MASALAH
PSIKOSOSIAL: DISTRESS SPIRITUAL”.
Namun, saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Maka dari
itu, saya mengharapkan adanya kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, agar
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik kedepannya. Demikian, dan
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................................ii
BAB I....................................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan.................................................................................................................2
BAB II..................................................................................................................................................3
2.1 Definisi Distres Spiritual.....................................................................................................3
2.2 Penyebab Distres Spiritual..................................................................................................5
2.3 Tanda dan Gejala Distres Spiritual....................................................................................5
2.4 Karakteristik Distres Spiritual...........................................................................................6
2.5 Asuhan Keperawatan Distres Spiritual..............................................................................7
a. Pengkajian............................................................................................................................7
b. Pohon Masalah...................................................................................................................10
c. Disgnosa Keperawatan......................................................................................................11
d. Intervensi Keperawatan....................................................................................................11
BAB III...............................................................................................................................................25
3.1 Kesimpulan.........................................................................................................................25
3.2 Saran...................................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................26
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Setiap manusia kepercayaan akan sesuatu yang dia anggap agung atau maha.
Kepercayaan inilah yang disebut sebagai spiritual. Spiritual ini sebagai kontrol
manusia dalam bertindak, jadi spiritual juga bisa disebut norma yang mengatur
manusia dalam berperilaku dan bertindak.
1
hidup yang meliputi seluruh keberadaan seseorang, dan yang terintegrasi dan
melampaui satu sifat biologis dan psikososial.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Secara fisik lanjut usia pasti mengalami penurunan fungsi kognitif, tetapi
pada aktivitas yang berkaitan dengan agama justru mengalami peningkatan,
artinya perhatian mereka terhadap agama semakin meningkat sejalan dengan
bertambahnya usia. Lanjut usia lebih percaya bahwa agama dapat memberikan
jalan bagi pemecahan masalah kehidupan, agama juga berfungsi sebagai
pembimbing dalam kehidupan, menentramkan batinnya (Padila, 2013).
b. Distres Spiritual
Distres Sprititual adalah suatu keadaan menderita yang berhubungan
dengan hambatan kemampuan untuk mengalami makna kehidupan melalui
hubungan dengan diri sendiri, dunia, atau kekuatan yang Maha-Tinggi
(NANDA, 2020).
Menurut Bergren-Thomas dan Griggs (1995 dalam Young & Koopsen,
2007) menjelaskan bahwa distress spiritual adalah suatu keadaan dimana
seseorang mengalami gangguan atau kekacauan nilai dan keyakinan yang
biasanya memberikan kekuatan, harapan dan makna hidup.
Defenisi lain mengatakan distress spiritual adalah gangguan dalam
prinsip hidup yang meliputi keseluruhan kehidupan seseorang dan
diintegrasikan biologis dan psikososial (Carson, 2000). Jadi dapat dikatakan
bahwa distress spiritual adalah kegagalan individu dalam menemukan arti
kehidupannya.
Distress spiritual atau krisis spiritual terjadi ketika seseorang tidak dapat
menemukan makna dan tujuan hidup, harapan, cinta, kedamaian atau kekuatan
dalam hidup mereka. Krisis ini bisa terjadi saat seseorang mengalami ketiadaan
hubungan dengan hidup, sesama, alam dan ketika situasi hidup bertentangan
dengan keyakinan yang dimilikinya (Anandarajah dan Hight, 2001 dalam
Young dan Koopsen, 2007).
4
Distress spiritual mengacu pada tantangan dari kesejahteraan spiritual
atau sistem kepercayaan yang memberikan kekuatan, harapan dan arti hidup
(Carpenito 2002 dalam Kozier et al, 2004). Pendapat lain menjelaskan bahwa
distress spiritual merupakan masalah yang sering terjadi pada pemenuhan
kebutuhan spiritual (Hidayat, 2009). Kebutuhan spiritual yang dimaksud yaitu
kebutuhan untuk mencari makna dan tujuan hidup, kebutuhan mencintai dan
dicintai serta kebutuhan untuk memberi maaf dan dimaafkan (Hamid, 2009).
Menurut Budi anna keliat (2011) penyebab distres spiritual adalah sebagai berikut :
1. Pengkajian Fisik Abuse (kekerasan fisik atau mental)
2. Pengkajian Psikologis Status mental, mungkin adanya depresi, marah,
kecemasan, ketakutan, makna nyeri, kehilangan kontrol, harga diri rendah, dan
pemikiran yang bertentangan.
3. Pengkajian Sosial Budaya dukungan sosial dalam memahami keyakinan klien.
Hubungan antara orang dengan distress spiritual dan kekuatan yang lebih
besar dari dirinya ialah, ia akan marah terhadap kekuatan yang lebih besar dari
5
dirinya, merasa diabaikan, tidak berdaya, tidak mampu berintrospeksi, tidak mampu
mengalami pengalaman religious, tidak mampu berpartsipasi dalam kegiatan
keagamaan, tidak mampu untuk berdoa, mengungkapkan penderitaan dan perubahan
praktik spiritual secara tiba-tiba.
6
Ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam kegiatan keagamaan
Mengungkapkan terbuang oleh atau karena kemarahan Tuhan
Meminta untuk bertemu dengan tokoh agama
Tiba-tiba berubah praktik agama
Ketidakmampuan untuk introspeksi
Mengungkapkan hidup tanpa harpaan, menderita
7
b. Jenis partisipasi dalam kegiatan agama
2. Keyakinan agama atau spiritual,memengaruhi:
a. Praktik kesehatan:diet,mencari dan menerima terapi, ritual atau upacara
agama
b. Persepsi penyakit: hukuman, cobaan terhadap keyakinan
c. Strategi koping
3. Nilai agama atau spiritual, memengaruhi:
a. Tujuan dan arti hidup
b. Tujuan dan arti kematian
c. Kesehatan dan pemeliharaannya
d. Hubungan dengan tuhan, diri sendiri, dan orang lain
8
1) Apakah klien tampak kesepian, depresi, marah cemas, agitasi, apatis,
atau preokupasi?
b. Perilaku
1) Apakah klien tampak berdoa sebelum makan< membaca kitab suci,
atau buku keagamaan?
2) Apakah klien sering kali mengeluh, tidak dapat tidur, bermimpi buruk
dan berbagai bentuk gangguan tidur lainnya, serta bercanda yang tidak
sesuai atau mengepresikan kemarahannya terhadap agama?
c. Verbalisasi
1) Apakah klien menyebut tuhan, doa, rumah ibadah, atau topik
keagamaan lainnya (walaupun hanya sepintas)?
2) Apakah klien pernah meminta dkunjungi oleh pemuka agama?
3) Apakah klien mengepresikan rasa takutnya terhadap kematian,
kepedulian dengan arti kehidupan, konflik batin tentang keyakinan
agama, kepedulian tentang hubungan dengan maha penguasa,
pertanyaan tentang arti keberadaanya di dunia, arti penderitaan, atau
implikasi terapi terhadap nilai moral/etik?
d. Hubungan interpersonal
1) Siapa pengunjung klien?
2) Bagaimana klien berespons terhadap pengunjung?
3) Apakah pemuka agama datang mengunjungi?
4) Bagaimana klien berhubungan dengan klien lain dan dengan tenaga
keperawatan?
e. Lingkungan
1) Apakah klien membawa kitab suci atau perlengkapan sembahyang
lainnya?
2) Apakah klien menerima kiriman simpati dari unsur keagamaan?
9
b. Pohon Masalah
Risiko Bunuh
Diri
Keputusasaan
Risiko Hambatan
Duka Cita Hambatan
Perlemahan Interaksi
Terganguu Rasa Nyaman
Martabat Sosial
Kehilangan, Hambatan
Kehampaan Komunikasi
Verbal
Ketidaknyamanan
Interaksi Sosial
Distress Spiritual
Status Mental
Me-↓
Depresi, Marah,
Ansietas, Takut,
Harga Diri Rendah
Dukungan Sosial
Kekerasan Fisik
Memahami
Dan/Atau Mental
Keyakinan Klien
10
c. Disgnosa Keperawatan
1. Distres Spiritual
2. Keputusasaan
3. Hambatan Komunikasi Verbal
4. Hambatan Rasa Nyaman
5. Hambatan Interaksi Sosial
6. Duka Cita Terganggu
7. Risiko Bunuh Diri
8. Risiko Perlemahan Martabat
d. Intervensi Keperawatan
11
- Keletihan, dengan alat-alat
- Ketakutan ibadah sesuai
- Insomnia keyakinan pasien,
- Sering mempertanyakan - Fasilitasi pasien
tentang identitasnya, untuk menjalankan
mempertanyakan makna ibadah sendiri atau
hidup, serta dengan orang lain,
mempertanyakan makna - Bantu pasien untuk
penderitaan ikut serta dalam
kegiatan keagamaan
Peningkatan Ritual
Keagamaan:
1. Identifikasi
keinginan pasien
terhadap ekspresi
keagamaan
(misalnya,
menyalakan lilin,
berpuasa, upacara
penyunatan, praktek
terkait makanan)
2. Koordinasikan atau
sediakan pelayanan
penyembuhan,
komuni, meditasi,
atau berdoa di
rumah atau setting
lainnya
3. Dukung penggunaan
dan partisipasi
dalam ritual
keagamaan yang
biasa dilakukan atau
praktik ritual yang
12
tidak mengganggu
kesehatan
4. Berikan rekaman
video atau audio
tentang pelayanan
keagamaan, jika
tersedia
5. Perlakukan individu
dengan rasa hormat
dan bermartabat
6. Berikan kesempatan
untuk
mendiskusikan
berbagai system
kepercayaan dan
pandangan dunia
7. Koordinasikan atau
sediakan
transportasi ke
tempat beribadah
8. Dukung rencana
acara ritual dan
partisipasi, dengan
cara yang tepat
9. Dukung kehadiran
dalam acara ritual,
dengan cara yang
tepat
10. Eksplorasi
alternative untuk
beribadah
11. Dorong diskusi
mengenai minat
terhadap keagamaan
13
12. Dengarkan dan
kembangkan
perasaan mengenai
waktu untuk
beribadah atau
melakukan ritual
13. Rujuk pada
penasehat
keagamaan sesuai
pilihan klien
14. Bantu dengan
modifikasi untuk
acara ritual dalam
rangka memenuhi
kebutuhan karena
ketidakmampuan
atau sakit
2 Keputusasaan (Domain 6. Tujuan asuhan keperawatan Sp-1:
Kelas 1. 00124) keputusasaan: - Assesment
- Pasien mampu mengenal penyebab, akibat
Definisi: perasaan, penyebab, keputusasaan
Kondisi subjektif ketika akibat - Diskusi perasaan,
seorang individu memandang - Pasien mampu pikiran dan perilaku
keterbatasan atau tidak adanya mengidrntifikasi positif
alternatf atau pilihan pribadi perasaan, pikiran, dan - Latihan berpikir
serta tidak mampu perilaku positif diri positif; diri sendiri,
memobilisasikan energy demi sendiri, keluarga dan keluarga, dan
kepentingan sendiri lingkungan lingkungan
- Pasien mampu latihan Sp-2:
Batasan karakteristik: berpikir positif, harapan - Evaluasi
- Perubahan pola tidur masa depan dan ketidakberdayaan,
- Penurunan afek menemukan makna hidup latihan berpikir
- Penurunan selera makan positif
- Kurang inisiatif - Latihan harapan
14
masa depan, kegiatan
positif & makna
hidup
Inspirasi harapan
1. Bantu pasien dan
keluarga untuk
mengidentifikasi area
dari harapan hidup
2. Bantu pasien untuk
menemukan dan
merevisi tujuan
berkaitan dengan
objek yang
diharapkan
3. Ajarkan pasien tetang
aspek positif
mengenai harapan
4. Informasikan pada
pasien mengenai
situasi yang terjadi
sekarang berisfat
sementara
5. Dukung hubungan
terapeutik dengan
orang yang penting
bagi pasien
6. Fasilitasi untuk
mengenang dan
menikmati prestasi
dan pengalaman masa
lalu
3 Hambatan Komunikasi Tujuan asuhan keperawatan Sp-1:
Verbal (Domain 5. Kelas 5. hambatan komunikasi verbal: - Mendengar aktif
00051) - Pasien mampu bertukar - Meningkatkan
15
pesan secara akurat komunikasi sesuai
Defenisi: dengan orang lain keadaan pasien
Penurunan, perlambatan, atau - Menggunakan bahasa - Menghadirkan diri,
ketiadaan kemampuan untuk tertulis, berbicara, dan terapi validasi
menerima, memproses, nonverbal Sp-2:
mengirim, dan/atau - Menggunakan bahasa - Terapi kesenian.
menggunakan system symbol isyarat Menajemen
pembelajaran
Batasan Karakteristik: - Pengurangan stress
- Tidak ada kontak mata relokasi, dan
- Kesulitan peningkatan sistmen
mengekspresikan dukungan
pikiran secara verbal Peningkatan
- Kesulitan dalam Komunikasi: Kurang
kehadiran tertentu Bicara
1. Monitor kecepatan
bicara, tekanan,
kecepatan,
kuantitas, volume
dan diksi serta
proses kognitif
2. Instrukasikan pasien
atau keluarga untuk
mengguanakn
proses kognitif yang
terlibat dalam
kemampuan
berbicara
3. Monitor perasaan
terkait dengan
perasaan frustasi,
kemarahan, depresi,
atau respon-respon
lain
16
4. Kenali emosi dan
perilaku fisik pasien
sebagai bentuk
komunikasi
5. Sediakan metode
alternative untuk
berkomunikasi
dengan berbicara
(misal; menulis di
meja, menggunakan
kartu, kedipan mata,
papan komunikasi
dengan gambar dan
huruf, tanda dengan
tanagn atau postur,
dam menggunakan
computer
6. Sediakan metode
alternative menulis
atau membaca
dengan cara yang
tepat
7. Sesuaikan gaya
komunikasi dengan
kebutuhan pasien
(missal: berdiri di
depan pasien saat
berbicara,
mendengarkan
dengan penuh
perhatian,
menyampaikan satu
ide atau pemikiran
pada satu waktu,
17
bicara pelan untuk
menghindari
berteriak, gunakan
komunikasi tertulis,
atau bantuan
keluarga untuk
memahami pasien)
8. Jaga lingkungan
yang terstruktur dan
pertahankan
rutinitas pasien
9. Modifikasi
lingkungan untuk
bisa meminimalkan
kebisingan
10. Kolaborasi bersama
keluarga dan
ahli/terapis bahasa
patologis untuk
mengembangkan
rencana agar bisa
berkomuniasi secara
efektif
4 Hambatan Rasa Nyaman Tujuan asuhan keperawatan Sp-1:
(Domain 12. Kelas 3. 00214) hambatan rasa nyaman: - Pengurangan
- Pasien dapat tenang dan kecemasan dengan
Defenisi: tentram teknik menenangkan
Merasa kurang nyaman, lega, - Kepuasan spiritual pasien pasien, modifikasi
dan sempurna dalam dimensi terpenuhi lingkungan yang
fisik, psikospiritual, nyaman bagi pasien
lingkungan, budaya, dan/atau - Beri terapi relaksasi
social. dan juga posisi yang
tepat
Batasan Karaketristik: Sp-2:
18
- Menangis - Beri dukungan
- Gejala distress spiritual, dan
- Merasa tidak nyaman dukungan dari
- Ketidakmampuan untuk kelompok
rileks - Tingkatkan
keamanan pasien,
Dukungan Spiritual
1. Gunakan komunikasi
teraupetik dalam
membangun
hubungan saling
percaya dan caring
2. Pantau dan evaluasi
kesejahteraan
spiritual pasien
3. Dorong pasien untuk
meninjau ulang masa
lalu dan berfokus
pada kejadian dan
hubungan yang
memberikan
dukungan dan
kekuatan spiritual
4. Dorong partisipasi
keluarga
5. Berikan privasi dan
waktu-waktu yang
tenang untuk
kegiatan spiritual
6. Ajarkan metode
relaksasi, meditasi
dan imajinasi
terbimbing
7. Dengarkan perasaan
19
pasien
8. Tunjukkan empati
terhadap ekpsresi
perasaan pasein
9. Fasilitasi individu
terkait penggunaan
meditasi,
bersembahyang dan
ritual keagamaan
lainnya
10. Dengarkan
komunikasi klien
dengan hati-hati dan
kembangkan
perasaan mengenai
waktu berdoa
maupun waktu
spiritual klien
11. Rujuk pada
penasehat spiritual
yang dipilih pasien
20
situasi sosial - Beri dukungan
- Ketidakpuasan dengan spiritual, dan
hubungan dukungan
sosial sosial dari linkungan
- Disfungsi interaksi dengan terdekat seperti
orang lain keluarga
- Keluarga melaporkan - Tingkatkan
perubahan keamanan dan
dalam berinteraksi kenyamanan pasien.
- Gangguan fungsi sosial Peningkatan
sosialisasi :
- Tingkatkan
hubungan
dengan orang-
orang yang
memiliki minat
dan tujuan yang
sama.
- Anjurkan
penghormatan
terhadap hak-hak
orang lain.
- Lakukan
bermain peran
dalam rangka
berlatih
meningkatkan
keterampilan dan
teknik
berkomunikasi.
- Berikan model
peran yang
mengekspresikan
kemarahan
21
dengan tepat
- Minta dan
harapkan
komunukasi
verbal
- Berikan umpan
balik positif saat
pasien (bersedia)
menjangkau
orang lain
- Anjurkan pasien
untuk mengubah
lingkungan,
seperti keluar
untuk berjalan-
jalan atau
menonton
bioskop.
6 Duka Cita Terganggu Tujuan asuhan keperawatan Sp-1:
(Domain 9 Kelas 2 Kode distres spiritual: - Mendengar aktif
Diagnosis 00135) - Pasien dapat - Bina hubungan
menyampaikan saling percaya
Defenisi : perasaan, penyesalan, dengan pasien, kaji
Suatu gangguan yang terjadi dan pandangan factor penyebab
setelah kematian orang spiritualnya mengenai - Bantu pasien
terdekat, ketika pengalaman kehilangan mengungkapkan
distres yang menyertai - Pasien menerima perasaan dan pikiran
kehilangan gagal memenuhi kehilangan dan terhadap kematian
harapan normatif dan mengetahui arti Sp-2:
bermanifestasi gangguan kehilangan - Beri dukungan
fungsional. - Pasien dapat melewati emosional,
fase berduka keluarga,
Batasan karakteristik : - Pasien tampak lebih spiritual dan
- Marah baik, bersih dan mulai kelompok
22
- Ansietas berinteraksi dengan Fasilitas proses
- Distres tentang lingkungan sosial berduka
almarhum - Dengarkan
- Keletihan ekspresi berduka
- Merasa kehilangan - Bantu pasien
- Merasa hampa mengidentifikasi
- Merasa syok reaksi awal
- Penurunan terhadap
kesejahteraan kehilangan
- Tidak percaya - Dukung pasien
- Menyalahkan diri untuk
sendiri mengekspresikan
- Distres perpisahan dengan benar
- Distres traumatik perasaan
mengenai
kehilangan
- Dukung
identifikasi
adanya perasaan
takut yang paling
besar terkait
kehilangan
- Libatkan orang
yang penting
bagi klien untuk
mendiskusikan
dan membuatn
keputusan
dengan tepat
- Dukung pasien
untuk
mengimplementa
sikan kebiasaan
budaya, agama,
23
sosial yang
terkait dengan
kehilangan
24
- Kehilangan autonomi risiko bunuh diri
- Kehilangan (halusinasi,
kemandirian gannguan alam,
Sosial panik, berduka,
- Gangguan kehidupan gangguan
keluarga kepribadian dll)
- Berduka - Berikan advokasi
- Tidak berdaya untuk
- Putus asa mengontrol isu
- Kurang dukungan kualitas hidup
sosial dan nyeri
- Kesepian - Implementasikan
- Kehilangan hubungan tindakan yang
berarti dapat
- Isolasi sosial menurunkan
distres seperti
pendekatan atau
terapi kelompok
8 Resiko Perlemahan Tujuan asuhan keperawatan Sp-1:
Martabat (Domain 6 Kelas 1 distres spiritual: - Mendengar aktif
Kode Diagnosis 00174) - Pasien mampu - Bina hubungan
mengungkapkan saling percaya
Defenisi : harapan dengan pasien
Rentan terhadap persepsi - Pasien dapat Sp-2:
kehilangan respek dan berpartisipasi dalam - Beri dukungan
kehormatan, yang dapat keputusan terkait spiritual, dan
menganggu kesehatan. perawatan dukungan
- Pasien mampu sosial dari
Faktor risikon : berbagi kasih dengan lingkungan terdekat
- Keganjilan budaya orang lain dan seperti keluarga
- Merasa tidak melepaskan diri Perlindungan terhadap
diperlakukan secara perlahan-lahan dari hak asasi pasien
manusiawi orang lain - Berikan
- Dipermalukan - Pasien mampu informasi hak-
25
- Kurang memahami mengungapkan hak pasien
informasi kesehatan pengalaman spiritual - Sediakan
- Ketidakadekuatan dan kepentingan lingkungan yang
pertisipasi dalam spiritualnya. kondusif umtuk
pembuatan keputusan memulai
- Kehilangan kendali percakapan
fungsi tubuh pribadi antara
- pasien, keluarga
dan petugas
kesehatan
- Tentukan
keinginan pasien
mengenai
perawatan
- Tahan diri dari
memaksakan
tindakan maupun
pengobatan
- Jaga kerahasiaan
informasi pasien
26
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
27
DAFTAR PUSTAKA
Bashir, H & Bashir L. 2016. Infestigating The Relationship Between Self-Regulation and
Spiritual Intelligence of Higher Secondary School Student. Indian Jurnal of Helath
and Weelbeing, 7(3), 327-329
Bulecchek, Gloria M., dkk. 2016. Nursing Interventions Classification (NIC) Edisi Enam.
Jakarta: Elsevier.
Carson, V.B. 2000. Mental Health Nursing. The Nurse-Patient Journey. Philadephia : W.B.
Saunders Company
Gibson, J.L, Ivancevich, J.M, Donnely, J.H, Konopaske. 2009. Organization: Behavior,
Sructure, Process, 13th Edition. New York: Mc Graww Hill.
Hamid, A & Rodoni, A. 2008. Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: Zikrul Hakim
Hamid, A. 2009. Konsep dan Tuntutan Praktis Basis Data. Yogyakarta: Andi Offset
Hamid, Achir Yani S. 2009. Bunga Rampai Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta:
EGC.
Herdman, T. Heather dan Shigemi Kamitsuru. 2018. Nanda-I Diagnosis Keperawatan 2018-
2020. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Hidayat, A. 2009. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data, Jakarta :
Salemba Medika.
Keliat, B.A., Wiyono, A.P., & Susanti, H. 2011. Manajemen kasus gangguan jiwa: CMHN
(intermediate course). Jakarta: EGC
Kozier, Bm, et al. 2004. Fundamental of Nursing:Concept, Process and Practice.(7th ed).
New Jersey : Prentice-Hall, Inc
S.Hamid, A. 2008. Bungan rampai Asuhan Keperawatan kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.
28
Young & Koopsen. 2007. Spiritualitas, Kesehatan dan Penyembuhan. Medan : Bina Media
Perintis.
29