Anda di halaman 1dari 5

Penyuluhan Kesehatan Tentang Pencegahan dan Pengobatan HIV/AIDS

Disusun Oleh:
Kelompok 4
Suci Reviani (R011181010)
Junita Maulia Ali (R011181026)
Suci Musfira (R011181022)
Annisa Ramadhani P (R011181326)
Wiwi Saputri (R011181322)
Indah Permata Sari Karno (R011181362)
Rebecca Maria Claret (R011181328)
Waode Sitti Alif Mu’arifah (R011181314)
Pignatelli Bythree (R011181358)

Kelas RB 2018 Ners Reguler A


Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Keperawatan
Universitas Hasanuddin
Tahun Akademik 2020/2021
Pencegahan Dan Pengobatan HIV/AIDS

● Pencegahan HIV/AIDS
- Pencegahan dengan ABCDE:
A (Abstinence): artinya Absen seks atau tidak melakukan hubungan seks bagi
yang belum
menikah.
B (Be faithful): artinya Bersikap saling setia kepada satu pasangan seks (tidak
berganti-ganti pasangan).
C (Condom): artinya Cegah penularan HIV melalui hubungan seksual dengan
menggunakan kondom.
D (Drug No): artinya Dilarang menggunakan narkoba.
E (Education): artinya pemberian Edukasi dan informasi yang benar mengenai
HIV, cara penularan, pencegahan dan pengobatannya
- Mencegah Penularan HIV Dari Ibu ke Bayi
Pencegahan penularan HIV pada ibu hamil yang terinfeksi HIV ke janin/bayi
yang dikandungnya mencakup langkah-langkah sebagai berikut:
1. Pelayanan antenatal terpadu termasuk tes HIV
2. Menegakkan diagnosis HIV
3. Pemberian terapi antiretroviral bagi ibu
4. Konseling persalinan dan KB pasca kelahiran
5. Konseling menyusui dan pemberian makanan bagi bayi dan anak, serta KB
6. Konseling pemberian Profilaksis ARV pada anak
7. Persalinan yang aman dan pelayanan KB pasca persalinan
8. Pemberian Profilaksis ARV pada bayi
9. Memberikan dukungan psikologis, sosial, dan keperawatan bagi ibu selama
hamil, bersalin, dan bayinya.
● Pengobatan HIV/AIDS
- Terapi Konvensional
Dalam Jurnal Penyakit Dalam Indonesia, Keberhasilan Pengobatan Antiretroviral
(ARV) oleh Teguh H. Karyadi mengatakan bahwa menurut WHO terapi
antiretroviral (ARV) merupakan terapi terbaik bagi pasien Human
Immunodeficiency Virus (HIV) yang bertujuan untuk menekan jumlah virus
(viral load) sehingga mampu meningkatkan status imun pasien HIV serta
mengurangi kematian akibat infeksi oportunistik yang dialami oleh pasien HIV.
Fungsi antiretroviral tidak hanya sebagai antivirus, namun juga mampu mencegah
penularan HIV kepada pasangan seksual serta penularan HIV dari ibu ke
anaknya, hingga pada akhirnya diharapkan mengurangi jumlah kasus orang
terinfeksi HIV baru di berbagai negara.
Menurut Kemenkes RI dan Dybul M, dkk Guidelines for Using Antiretroviral
Agents Among HIV-Infected Adults and Adolescents mengatakan bahwa untuk
mencapai tujuan terapi ARV maka diperlukan keberhasilan dalam terapi ARV ini.
Keberhasilan terapi ARV pada pasien HIV dinilai dari 3 aspek yaitu:
a) Keberhasilan klinis dimana pasien mengalami perubahan klinis seperti
peningkatan BB atau perbaikan kondisi infeksi oportunistik;
b) Keberhasilan imunologis dimana pasien mengalami peningkatan jumlah
limfosit CD4;
c) Keberhasilan virologis dimana pasien mengalami penurunan jumlah virus
dalam darah atau dibawah batas deteksi yang dikenal sebagai jumlah virus tak
terdeteksi (undetectable viral load).
Menurut WHO, kepatuhan (adherence) menjadi faktor utama dalam mencapai
keberhasilan pengobatan infeksi virus HIV untuk menekan jumlah virus HIV
dalam tubuh manusia. Kepatuhan (adherence) yakni termasuk minum obat sesuai
dosis, tidak pernah lupa, tepat waktu, dan tidak pernah putus. Suatu studi
melaporkan bahwa sebanyak 70% pasien yang mendapatkan ARV lini pertama
dengan viral load yang tinggi akan mengalami penurunan viral load setelah
mendapat intervensi kepatuhan.
Apabila terdapat ketidakpatuhan dalam terapi ARV, wajib dilakukan konseling
ulang mengenai kepatuhan. Setelah dilakukan konseling kepatuhan, selanjutnya
akan dilakukan evaluasi selama tiga bulan dengan tetap memakai ARV lini
pertama. Apabila terjadi penurunan viral load mencapai target, ARV lini pertama
tidak diganti. Sebaliknya, bila terdapat kenaikan viral load atau target tidak
tercapai, terapi akan diganti ke ARV lini kedua.
Menurut Chesney MA dalam artikel penelitian Factors affecting adherence to
antiretroviral therapy mengatakan bahwa kepatuhan minum obat ARV dapat
dipengaruhi oleh banyak faktor yang meliputi jenis kelamin, stigma, sosial
ekonomi, tingkat pendidikan, efek samping obat, interaksi obat, dan pill burden.
Faktor lainnya yaitu pasien merasa penyakitnya tidak akan sembuh, adanya
kecemasan atau depresi, komunikasi petugas kesehatan–pasien tidak berjalan
baik, konsumsi alkohol, penyalahgunaan obat-obatan dan sebagainya.
- Terapi Alternatif dan Komplementer
Berdasarkan artikel penelitian Studi Penggunaan Complementary and Alternative
Medicine (CAM) pada ODHA di Yayasan Kanti Sehati Sejati Kota Jambi oleh
Jelly Permatasari, Hasina, dan Septa Pratama dalam jurnal Kajian Ilmiah
Problema Kesehatan tahun 2020 terdapat 4 jenis pengobatan alternatif dan
komplementer yang digunakan oleh ODHA diantaranya:
1) Mind-body therapy berupa doa yang disebutkan bahwa orang yang tinggi
spiritualnya tinggi pula gelombang Alfa di otaknya, sehingga membuat
hidupnya lebih tenang. Pada kondisi demikian tubuh akan mengeluarkan
kortisol, epinefrin, dan norepinefrin yaitu hormon-hormon yang mengalir
keluar dari kelenjar adrenal untuk menangkal stres.
2) Alternatif sistem pelayanan berupa aromaterapi seperti Eucalyptus dan
Lavender yang digunakan sebagai relaksasi dan mencegah insomnia. Selain itu
ada bekam yang bertujuan untuk meningkatkan sistem imun, responden
mengatakan setelah melakukan terapi bekam menjadikan tubuh menjadi rilex
serta dapat mengatasi kelelahan.
3) Terapi biologis berupa herbal seperti Temulawak dan jamu kunyit asam.
Menurut responden setelah mengkonsumsi herbal temulawak nilai
SGPT/SGOT menurun. Temulawak mengandung senyawa kurkumin yang
dilaporkan dapat menghambat replikasi HIV dengan cara menghambat
aktivitas Long Terminal Repeat. Selain itu, juga ada konsumsi vitamin B, C, E
yang dapat menurunkan mortalitas pasien HIV serta meningkatkan daya tahan
tubuh.
4) Terapi manipulatif sistem tubuh berupa terapi pijat yang disebutkan oleh
responden bahwa terapi pijat dapat membuat relaksasi pada tubuh, serta
mengurangi kelelahan setelah beraktivitas.
DAFTAR PUSTAKA
Chesney MA. Factors affecting adherence to antiretroviral therapy. Clin Infect Dis.
2000;30(Suppl 2):S171-6.
Dybul M, Fauci AS, Bartlett JG, Kaplan JE, Pau AK, et al. Panel on Clinical Practices
for the Treatment of HIV. Guidelines for using antiretroviral agents among HIV-
infected adults and adolescents. Recommendations of the panel on clinical
practices for treatment of HIV. Ann Intern Med. 2002;137(5 Pt 2):381-433.
Karyadi, T. (2017). Keberhasilan Pengobatan Antiretroviral (ARV). Jurnal Penyakit
Dalam Indonesia, 4(1), 2–4.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman pengobatan antiretroviral. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2015.
Permatasari, J., Hasina, H., & Pratama, S. (2020). Studi Penggunaan Complementary and
Alternative Medicine (CAM) pada Odha di Yayasan Kanti Sehati Sejati Kota
Jambi. Jurnal Endurance, 5(1), 105. https://doi.org/10.22216/jen.v5i1.4986
World Health Organization. Consolidated guideline on the use of antiretroviral drugs for
treating and preventing HIV infection. 2nd ed. Geneva: World Health
Organization; 2016. p.91-154. 2.
World Health Organization. Guideline on when to start antiretroviral therapy and on pre-
exposure prophylaxis for HIV. Geneva: World Health Organization; 2015. p.24-53.
3.

Anda mungkin juga menyukai