Anda di halaman 1dari 11

TERAPI KOMPLEMENTER JUS NANAS PADA PASIEN HIV/AIDS

Untuk Memenuhi Tugas Keperawatan HIV


yang dibina oleh Ibu Sulastyawati, S.Kep.Ns., M.Kep

Oleh:

Nama : RODHIYASYFA KIRANA

NIM : P17212195023

PROGRAM PROFESI KEPERAWATAN MALANG

JURUSAN KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG

MALANG

2019
TERAPI KOMPLEMENTER JUS NANAS PADA PASIEN HIV/AIDS

1. Evidence Base Terapi komplementer Jus nanas pada ODHA

HIV adalah singkatan dari “ Human Immunodeficiency Virus “ . Virus ini


perlahan-lahan menghancurkan Sel Darah Putih ( CD4 Sel ) yang merupakan
bagian dari sistem kekebalan tubuh manusia . Sistem kekebalan tubuh
seseorang membantu mereka untuk melawan infeksi dan penyakit . Seperti
sel-sel CD4 yang rusak, tubuh kehilangan kemampuan untuk melawan
penyakit dan infeksi mendapat mudah . Itu stadium lanjut dari HIV, ketika
seseorang memiliki banyak infeksi, disebut Acquired Immune Deficiency
Syndrome ( AIDS ) . Infeksi ini menyerang tubuh disebut ‘ Infeksi Oportunistik
‘ ( Ols ). Setelah HIV memasuki tubuh manusia , mulai menghancurkan
mekanisme pertahanan alami ( imunitas ) yang membantu untuk melawan
berbagai infeksi . HIV bereplikasi sendiri dalam tubuh terus menerus yang
menyebabkan lebih banyak kerusakan kekebalan . Ketika kekebalan yang
rendah, memberikan patogen seperti bakteri , virus dan parasit kesempatan
untuk menginfeksi tubuh manusia (Zindagi, 2015).

Virus HIV dapat ditularkan melalui hubungan seksual, penggunaan jarum


suntik secara bersama (pengguna narkotik), serta melalui transfusi
darah.Dalam beberapa kasus, bayi yang baru dilahirkan dapat pula tertular bila
sang ibu mengidap HIV/AIDS. Meskipun tingkat penyebaran HIV/AIDS di
Indonesia tidaklah seluas di belahan dunia lainnya, namun laju penyebaran
HIV/AIDS di Indonesia harus diwaspadai, mengingat jumlah penderitanya
senantiasa meningkat. Diperkirakan jumlah orang dengan HIV / AIDS (ODHA)
di Indonesia mencapai 400,000 orang dan 100,000 orang akan meninggal
karena AIDS. Pada tahun 2015 jumlah ODHA di Indonesia akan meningkat
menjadi 1 juta penderita dan diperkirakan pula akan ada 350,000 kematian
akibat AIDS pada tahun yang sama. Jumlah ini meningkat lebih dari 2 kali lipat
dibandingkan dengan jumlah kasus 17 tahun sebelumnya. Dari kasus baru
yang dilaporkan, 82% terjadi pada laki – laki dan 74% di antaranya berumur di
bawah 30 tahun (Maruli, dkk, 2014).

Berbagai upaya riset dari para peneliti hingga saat ini belum membuahkan
obat yang ampuh untuk mencegah atau menyembuhkan penyakit HIV/AIDS.
Saat ini, upaya pengobatan yang paling baik adalah dengan menggunakan pil
ARV (Anti Retro-Viral pill), yang meskipun dapat menahan laju perkembangan
keganasan virus HIV, namun belum dapat secara tuntas menyembuhkan
penyakit AIDS. Dalam hasil riset yang dikerjakan oleh Maruli dkk (2010), sari
buah nanas dengan kandungan enzim bromelin-nya ternyata memiliki potensi
yang besar sebagai jalan alternatif pengobatan herbal, untuk mengurangi
kesakitan penderita penyakit HIV/AIDS. Hasil penelitian menunjukkan para
pasien HIV AIDS ini telah mengalami kemajuan yang pesat terhadap
peningkatan CD4 hanya dalam waktu 2-3 bulan (Maruli, dkk, 2014).

Pengobatan ARV terbukti mempunyai peran yang bermakna dalam


pencegahan penularan HIV, karena obat ARV memiliki mekanisme kerja
mencegah replikasi virus yang secara bertahap menurunkan jumlah virus
dalam darah. Penurunan jumlah virus ini berhubungan dengan penurunan
kadar virus dalam duh genital dengan catatan tidak terdapat IMS. Penelitian
observasional menunjukkan penurunan penularan HIV pada pasangan
serodiscordant (berbeda status HIVnya) yang mendapatkan pengobatan ARV.
Kemajuan Iptek di beberapa negara akhir-akhir ini telah berhasil memproduksi
obat AntiRetroviral (ARV) untuk pengobatan HIV/AIDS dan telah menghasilkan
berbagai kemajuan karena ternyata dapat mengurangi penularan pada orang
lain maupun memperlambat seseorang menderita AIDS. Masalahnya karena
ARV termasuk obat baru dan produsen tertentu saja yang memproduksinya,
maka hal ini akan menyangkut hak paten dan implikasi harganya menjadi
mahal sekali, sehingga bagi rakyat miskin Indonesia yang membutuhkan obat
tersebut tidak dapat memperolehnya, disamping harganya sangat mahal, juga
sulit didapat. Hasil Laporan situasi Perkembangan HIV & AIDS di Indonesia
sampai dengan September 2011 tercatat jumlah Odha yang mendapatkan
terapi ARV sebanyak 22.843 dari 33 provinsi dan 300 kab/ kota, dengan rasio
laki-laki dan perempuan 3:1, dan persentase tertinggi pada kelompok usia 20-
29 tahun (Kemenkes, 2011).

2. Aspek LEGAL ETIK


a. Dalam pasal 4 UU Kesehatan No. 36/2009 dinyatakan bahwa
setiap orang berhak atas kesehatan
b. Dalam Pasal 5 UU Kesehatan No. 36/2009 dinyatakan bahwa
terdapat kesamaan hak tiap orang dalam mendapatkan akses
atas sumber daya kesehatan, memperoleh pelayanan kesehatan
yang aman, bermutu dan terjangkau
c. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 21 Tahun
2013 Tentang Penanggulangan HIV/AIDS
d. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
812/Menkes/SK/ VII/2007 Tentang kebijakan perawatan paliatif
menteri kesehatan republik indonesia.
Pada Bagian Kelima Pasal 30 dan 31 menjelaskan tentang
pengobatan dan perawatan bagi ODHA sebagai berikut :
A. Pasal 30 ayat 1 : setiap fasilitas pelayanan kesehatan dilarang
menolak pengobatan dan perawatan ODHA.
B. Pasal 30 ayat 2 : dalam hal fasilitas pelayanan kesehatan
sebagaimana dimaksud ayat (1) tidak mampu memberikan
pengobatan dan perawatan, wajib merujuk ODHA ke fasilitas
pelayanan kesehatan lain yang mampu atau ke rumah sakit rujukan
ARV.
C. Pasal 31 ayat 1 : setiap orang terinfeksi HIV wajib mendapatkan
konseling pasca pemeriksaan diagnosis HIV, diregistrasi secara
nasional dan mendapatkan pengobatan.
D. Pasal 31 ayat 2 : registrasi sebagaimana dimaksud pada ayat 1
meliputi pencatatan yang memuat nomor kode fasilitas pelayanan
kesehatan, nomor urut ditemukan di fasilitas pelayanan kesehatan
dan stadium klinis saat pertama kali ditegakkan diagnosisnya.
E. Pasal 31 ayat 3 : registrasi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan
ayat 2 harus dijaga kerahasiaannya sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.

3. Manfaat Terapi komplementer


Penelitian ini menguji coba jus nanas dan jus pepaya untuk meningkatkan
kadar CD4 penderita HIV. Pengukuran CD4 dilakukan sebanyak dua kali
yaitu sebelum intervensi dan sesudah intervensi. Efektifitas jus nanas dan
jus pepaya terhadap kadar CD4 ditentukan dengan membandingkan
perbedaan peningkatan CD4 antara kelompok intervensi dan kontrol
sesudah perlakuan. Sampel yang digunakan pada penelitian ini berjumlah
20 orang yang terbagi menjadi dua kelompok yaitu 10 sampel kelompok
intervensi dan 10 sampel kontrol. Penjelasan hasil penelitian mencakup
karakteristik responden serta kadar CD4 sebelum dan sesudah dilakukan
intervensi. Penjelasan karakteristik responden meliputi jenis kelamin dan
usia. Penjelasan tentang kesetaraan karakteristik menunjukkan
homogenitas antar kelompok yang membuktikan bahwa perbedaan kadar
CD4 tidak dipengaruhi oleh perbedaan karakteristik antar kelompok.
Kandungan Gizi Buah Nanas Ini merupakan kandungan gizi dalam 100
gram buah nanas adalah sebagai berikut : Tabel 1. Kandungan Gizi Buah
Nanas No. Unsur Gizi Jumlah
1. Kalori (kal) 50,00
2. Protein ( g ) 0,40
3. Lemak ( g ) 0,20
4. Karbohidrat (g) 16,00
5. Kalsium (mg) 19,00
6. Fosfor (mg) 9,00
7. Serat (g) 0,40
8. Besi (g) 0,20
9. Vitamin A (IU) 20,00
10. Vitamin B1 (mg) 0,08
11. Vitamin B2 (mg) 0,04
12. Vitamin C (mg) 20,00
13. Niacin (g) 0,20
(Sumber : Direktorat Gizi Depkes RI ta 1998)

Hasil uji statistik penelitian ini menunjukkan bahwa dari hasil penelitian
di klinik Mawar RSUD dr. Abdul Aziz didapatkan hasil menunjukkan adanya
perbedaan kadar CD4 yang bermakna diantara sebelum dan sesudah
pemberian jus nanas dan pepaya pada kelompok intervensi. Sedangkan
pada kelompok kontrol menghasilkan nilai probabilitas sebesar 0,867 (p
value> 0,05), yang menunjukkan tidak adanya perbedaan kadar CD4 yang
bermakna diantara sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok kontrol.

Hasil analisis ini menunjukkan bahwa pemberian jus nanas dan


pepaya sebagai pendamping ARV efektif meningkatkan kadar CD4 pada
penderita HIV. Hasil penelitian ini sesuai dengan riset yang dikerjakan oleh
Maruli dkk (2011), sari buah nanas dengan kandungan enzim bromelin-nya
ternyata memiliki potensi yang besar sebagai jalan alternatif pengobatan
herbal, untuk mengurangi kesakitan penderita penyakit HIV/ AIDS. Hasil
penelitian menunjukkan para pasien HIV/AIDS ini telah mengalami
kemajuan yang pesat terhadap peningkatan CD4 hanya dalam waktu 2-3
bulan (Maruli, dkk, 2014).

Hasil penelitian Maruli, dkk (2011) juga menjelaskan bahwa tanduk


virus HIV terbuat dari protein, maka ada kemungkinan tanduk ini dapat
dirusak oleh sejenis enzim yang memiliki sifat proteolitik, yaitu enzim yang
berfungsi untuk menghancurkan protein. Diantara dua kandidat dari enzim
ini adalah enzim papain yang berasal dari getah pepaya, serta enzim
bromelin yang berasal dari buah nanas. Berdasarkan percobaan awal di
laboratorium, enzim bromelin memiliki aktifitas yang lebih kuat terhadap
virus HIV.

Enzim Bromelin adalah enzim protease ditemukan dalam nanas


(Ananas comosus) yang termasuk dalam keluarga tanaman Bromeliaceae.
Enzim ini adalah salah satu dari dua enzim protease yang dikenal dengan
kemampuan mencerna protein. Nanas memiliki kemampuan proteolitik
80% lebih banyak yang disebut protease dan efek lain dari bromelin
adalah sebagai anti inflamatory (Farid, 2015). Penderita yang terinfeksi
HIV menyebabkan hancurnya limfosit T penolong, sehingga terjadi
kelemahan sistem tubuh dalam melindungi dirinya terhadap infeksi dan
kanker (Corwin, 2011). Demikian juga dengan enzym papain dimana
enzym papain merupakan hidrolitik kuat yang dapat merusak dinding
protein virus HIV (Daniel, et all, 2011). Hal ini juga diperkuat dengan
adanya enzyme chimopapain dan papain yang secara unik sebagai
proteolitik (Aravind, 2013).

Virus HIV tidak dapat hidup disembarang tempat. Virus terbuat dari
komponen protein yaitu DNA dan RNA. Sebagai tambahan berbagai
penelitian sukses menjelaskan bagaimana penanganan dan kondisi
sebenarnya virus HIV. The Medical Enzyme Research Institute
mempublikasikan kesimpulan dari hasil penelitian mereka dari tahun 1985
sampai dengan tahun 1994, pertama mereka menemukan terapi enzim
yang signifikan membatasi secara progresif pada fase awal gejala penyakit
HIV dan muncul gejala tersebut secara nyata. Kemudian banyak orang
terdiagnosa positiv HIV, pengobatan enzim dapat memperlambat onset
gejala penyakit tersebut dan beberapa kasus memperlambat perjalan virus
tersebut. Lopez (1994) memberikan deskripsi yang komplit bagaimana
enzym membantu kondisi HIV/AIDS, bagaimana mereka berinteraksi
dengan imunne kompleks dan faktor-faktor penyakit lain dan referensi
penyakit ini secara spesifik (Farid, 2015).

Berdasarkan penelitian tentang Efektivitas Pemberian Jus Nanas Dan Jus


Pepaya Sebagai Pendamping ARV dalam Meningkatkan Kadar CD 4, diperoleh
simpulan sebagai berikut: Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan selisih
kadar CD 4 yang bermakna diantara sebelum dan sesudah perlakuan antar
kelompok dengan nilai p sebesar 0,014; Hasil penelitian juga menunjukkan
adanya perbedaan kadar CD 4yang bermakna diantara sebelum dan sesudah
pemberian jus nanas dan papaya pada kelompok intervensi dengan nilai p
0,016. Dengan demikian penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian jus
nanas dan pepaya sebagai pendamping ARV efektif meningkatkan kadar
CD4pada penderita HIV; Rerata selisih kadar CD4diantara sebelum dan
sesudah perlakuan pada kedua kelompok menunjukkan perbedaan yang cukup
besar, yaitu 27,7 pada kelompok intervensi (peningkatan 5,2% dari
CD4sebelum dilakukan intervensi) dan 0,6 pada kelompok kontrol (peningkatan
5,2% dari CD4 awal). Uji statistik dengan independent t-testmenghasilkan nilai
probabilitas sebesar 0,014 (p value < 0,05), yang menunjukkan ada perbedaan
selisih kadar CD4 yang bermakna diantara sebelum dan sesudah perlakuan
antar kelompok

Morfologi Nanas Nanas merupakan tanaman herbal yang dapat hidup


diberbagai musim. Tanaman ini digolongkan ke dalam kelas monokotil bersifat
tahunan yang mempunyai rangkaian bunga dan buah terdapat di ujung batang
(Murniati, 2010). Panjang buah nanas 20-30 cm, dengan diameter bawah antara
2-3,5 cm, bagian tengah 5,5-6,5 cm dan bagian atas lebih kecil. Batang pendek
beruas-ruas dan dikelilingi daun yang tersusun spiral. Panjang masing-masing
ruas bervariasi 1-10 cm. Daun nanas memanjang dan sempit. Ujung runcing,
permukaan atas berwarna hijau tua, merah tua, dan bergaris, sedangkan
permukaan bagian bawah berwarna keperakan. Panjang daun dapat mencapai
90 cm, sedangkan lebarnya dapat mencapai 6 cm. Bunga terletak pada tangkai
buah yang kelak menjadi buah, bentuk buah bulat panjang atau bulat telur
(Sutedja, 2014). c. Jenis Nanas Menurut Murniati (2010), Berdasarkan bentuk
buah dan daun, tanaman nanas digolongkan menjadi empat, yaitu: Cayenne,
Queen, Spanish dan Abacaxi. Namun di Indonesia pada umumnya hanya
dikembangkan dua golongan nanas sebagai berikut: 1) Golongan Cayenne Ciri-
cirinya: daun halus, berduri sampai tidak berduri,ukuran buah besar, silindris,
mata buah agak datar, berwarna hijau kekuningkuningan, dan rasanya agak
asam. 2) Golongan Queen Ciri-cirinya: daun pendek dan berduri tajam, buah
berbentuk lonjong mirip kerucut sampai silindris, mata buah menonjol, berwarna
kuning kemerah-merahan dan rasanya manis. d. Kandungan Nanas Menurut
Murniati (2010), buah nanas mempunyai berbagai macam kandungan gizi yaitu
protein, lemak, karbohidrat, fosfor, kalori, zat besi, vitamin (A, B). Selain itu
terdapat juga kandungan magnesium, kalsium, natrium, vitamin (C, B2), kalium,
sukrosa (gula tebu), enzim bromelin (Dalimartha dan Adrian, 2013). Kulit buah
nanas mempunyai kandungan zat aktif diantaranya adalah antosianin, vitamin
C dan flavonoid (Angraeni dan Rahmawati, 2014). Selain itu terdapat enzim
bromelin dan tannin (caesarita, 2011)

4. Efek samping
Menurut Murniati (2010), buah nanas mempunyai berbagai macam
kandungan gizi yaitu protein, lemak, karbohidrat, fosfor, kalori, zat besi,
vitamin (A, B). Selain itu terdapat juga kandungan magnesium, kalsium,
natrium, vitamin (C, B2), kalium, sukrosa (gula tebu), enzim bromelin
(Dalimartha dan Adrian, 2013). Kulit buah nanas mempunyai kandungan
zat aktif diantaranya adalah antosianin, vitamin C dan flavonoid (Angraeni
dan Rahmawati, 2014). Selain itu terdapat enzim bromelin dan tannin
(caesarita, 2011). Kulit nanas mengandung enzim bromelin sebanyak
0,050-0,0754 % Murniati cit Ulya (2014). Bromelin dikenal secara kimia
sejak tahun 1876 dan mulai diperkenalkan sebagai bahan terapeutik saat
ditemukan konsentrasinya yang tinggi pada bonggol nanas tahun 1957.
Bromelin, yang didapatkan dari ekstrak mentah tanaman nanas (Ananas
comosus. L), mengandung beberapa jenis proteinase (Naritasari dkk,
2010). Enzim bromelin merupakan enzim proteolitik yang memiliki
kemampuan untuk mengkatalisis reaksi hidrolisis dari protein (Kumaunang
dan Kamu, 2011). Enzim bromelin bisa digunakan sebagai efek antibakteri
yang menekan pertumbuhan bakteri secara bakteriosida maupun
bakteriostatik. cara kerja bromelin sebagai antiseptik yaitu dengan
menurunkan tegangan permukaan bakteri dengan menghidrolisis protein
dari saliva dan glikoprotein menjadi mediator bakteri untuk melekat
dipermukaan gigi (Rakhmanda, 2008). Bromelin juga memiliki efek anti
inflamasi telah lama digunakan di Central dan South America untuk
meningkatkan penyembuhan luka, mengobati pembengkakan dan
mengurangi peradangan setelah operasi (Khosropanah dkk, 2012).
Kegunaan lain dari enzim bromelin adalah memperlancar pencernaan
protein, menyembuhkan artritis, sembelit, infeksi saluran pernafasan,
angina, dan trauma (Wuryanti, 2006). Bromelin telah terbukti menunjukkan
berbagai aktivitas fibrinolitik, antiedematous, antitrombotik, dan kegiatan
anti-inflamasi baik in vitro dan in vivo. Bromelin juga mempunyai sifat
antiadhesi yang dapat mencegah bakteri mengikuti reseptor glikoprotein
spesifik yang salah satunya ada pada mukosa usus. Oleh karena itu,
bromelin dimungkinkan dapat mencegah menempelnya bakteri, sehingga
mengerahkan aksi antibakteri (Nc. Praveen dkk, 2014). Tanin mempunyai
aktivitas sebagai antibakteri (Roslizawaty dkk, 2013). Kulit buah nanas
telah dilakukan tes phytochemical dan menunjukan terdapatnya senyawa
Tanin. Tanin telah ditemukan untuk membentuk reversibel kompleks
dengan protein kaya prolin dalam penghambatan sintesis protein sel.
Tanaman yang mempunyai tanin sebagai komponen utama yang ada pada
zat dari alam dan digunakan untuk mengobati gangguan usus seperti diare
dan disentri (Praveena dkk, 2014). Tanin merupakan senyawa fenolik yang
larut dalam air, berasal dari tumbuhan berpembuluh dengan berat molekul
500 hingga 3000 gram/mol. Senyawa ini banyak terdistribusi pada kulit
batang, daun, buah dan batang, umumnya berasa sepat. Tanin mempunyai
aktivitas biologis sebagai pengkhelat ion logam, antioksidan biologis dan
merupakan senyawa antibakteri (Suwandi, 2012).

5. Peluang jika diterapkan di Indonesia

Masyarakat Indonesia sudah mengenal adanya terapi tradisional


seperti memanfaat kan sayuran sebagai obat yang telah berkembang
lama. Kenyataannya klien yang berobat di berbagai jenjang pelayanan
kesehatan tidak hanya menggunakan pengobatan obat kimia tetapi secara
mandiri memadukan terapi tersebut yang dikenal dengan terapi
komplementer. Perawat sebagai salah satu tenaga profesional
kesehatan, dapat turut serta berpartisipasi dalam terapi komplementer.
Peran yang dijalankan sesuai dengan peran-peran yang ada. Arah
perkembangan kebutuhan masyarakat dan keilmuan mendukung untuk
meningkatkan peran perawat dalam terapi komplementer karena pada
kenyat aannya, beberapa terapi keperawatan yang berkembang diawali
dari alternatif atau tradisional terapi.

Dan buah nanas sangat mudah sekali didapatkan hampir di seluruh


Indonesia. Masyarakat Indonesia telah sejak lama menggunakan buah
nanas sebagai buah pendamping. Indonesia merupakan negara tropis yang
kaya akan jenis tanaman obat-obatan.
Menurut penulis jika di terapkan di Indonesia sebagai terapi
komplementer akan lebih baik disamping pare ini sangat baik untuk
penyakit autoimun pada penderita HIV/AIDS, dan dalam mendapatkan
nanas ini sangat mudah.
Daftar Pustaka

Silaban, I, 2016, Pengaruh Enzim Bromelin Buah Nanas ( Ananas


comosusL.) terhadap Awal Kehamilan : Jurnal Kesehatan Universitas
Lampung : 2016
Wardani, P. 2016, EFEKTIVITAS PEMBERIAN JUS NANAS DAN JUS
PEPAYA SEBAGAI PENDAMPING ARV DALAM MENINGKATKAN
KADAR CD4 : Jurnal Keperawatan Singkawang : 2016
Utami, hayat :2015, PENGARUH SARI BUAH NANAS (Ananas comosus
(L.) TERHADAP AKTIVITAS ANTIOKSIDAN PADA EKSTRAK
TONGKOL JAGUNG (Zea mays L.): Jurnal Ilmiah Farmasi : 2015

Muhammad, A. 2010. Kamus Pintar Obat Herbal. Yogyakarta : Muha


Medika.

Puspasari, Amelia dkk. 2011. Aktivitas Enzim Bromelin dari Ekstrak


KulitNanas.www.academia.edu//Aktivitas_Enzim_Bromelin_dari_Ekstrak
_Kulit_Nanas

Anda mungkin juga menyukai