Anda di halaman 1dari 8

Nama:Akhmad Darul Muttaqin

NIM: P17210173033

BAB 1

PENDHULUAN

1.1 Latar Belakang

penyebab AIDS adalah sejenis virus yang tergolong Retrovirus yang disebut
Human Immunodeficiency Virus (HIV). Virus ini pertama kali diisolasi oleh
Montagnier dan kawan-kawan di Prancis pada tahun 1983 dengan nama
Lymphadenopathy Associated Virus (LAV), sedangkan Gallo di Amerika Serikat
pada tahun 1984 mengisolasi (HIV) III. Kemudian atas kesepakatan internasional
pada tahun 1986 nama firus dirubah menjadi HIV.[ CITATION FAZ04 \l 1057 ]

Kita mengetahui betapa bahaya HIV/AIDS oleh karena itu berebagai langkah
telah dilaksanakan oleh pemerintah untuk mengatasi hal tersebut bahkan telah
dilaksanakan berbagai program pendidikan oleh masyarakat dunia untuk
menemilisir dari jumlah HIV/AIDS tersebut.

Masalah: Zambia sedang mengalami kekurangan sumber daya manusia untuk


kesehatan (HRH) untuk menyediakan layanan kesehatan dasar, tantangan untuk
meningkatkan penyediaan layanan dan layanan HIV / AIDS. Kementerian
Kesehatan (Kemenkes) menerapkan tiga pendekatan dalam memperkuat kapasitas
kader-kader penting dalam penyediaan layanan HIV / AIDS: 1) Pelatihan in-
service HIV / AIDS secara nasional, 2) Pengembangan dan pelaksanaan pelatihan
jangka pendek HIV / AIDS rencana untuk lulus siswa dan fakultas, dan 3)
Integrasi konten HIV / AIDS ke dalam kurikulum pra-layanan. Deskripsi:
Layanan Kesehatan dan Sistem Program (HSSP), Departemen Kesehatan dan
lembaga pelatihan mengembangkan panduan untuk mendefinisikan peran yang
diharapkan bagi kader penting: Kompetensi Esensial untuk layanan ART,
PMTCT dan CTC.(communication & 2000, n.d.)(Collins O. Airhihenbuwa, n.d.)

Program tersebut dibuat antara lain untuk meningkatkan tingkat kesejahteraan


seseorang yang mengidap HIV/AIDS selain itu ada penelitian mengenai
bagaimana pemberdayaan pengidap HIV/AIDS sehingga dengan kesibukan
tersebut dapat meningkatkan kualitas hidup keseluruhan berikut ini penelitian nya.

Kebutuhan untuk mengatasi peran pekerjaan dalam penyesuaian psikososial


orang dengan HIV / AIDS telah secara konsisten diakui dalam perawatan klinis
dan literatur penelitian. Dalam penelitian ini, 200 sukarelawan pasien HIV / AIDS
(75% laki-laki; berusia 22-63 tahun) menyelesaikan kuesioner menilai riwayat
medis dan kejuruan, kualitas hidup, dan fungsi psikologis. Peserta yang bekerja
dan tidak bekerja tidak berbeda secara signifikan dalam hal tingkat pendidikan
jender, etnis, prevalensi gangguan kejiwaan dan penggunaan zat yang didiagnosis,
atau tingkat keseluruhan fungsi psikologis. Namun dengan keparahan penyakit
HIV yang dikontrol secara statistik, peserta yang dipekerjakan melaporkan
kualitas hidup keseluruhan yang secara signifikan lebih tinggi. (PsycINFO
Database Record (c) APA 2013, semua hak dilindungi undang-undang)(Blalock,
Mcdaniel, Psychosomatics, & 2002, n.d.)

Tapi bukan hal ini saja yang menjadi permasalahan yang dihadapi oleh
seorang yang mengidap HIV/AIDS diskriminasi oleh masyarakat sekitar,teman
kerja dan teman sekolah, berikut ini usaha usaha mengenai dampak dari
diskriminasi tersebut:

Mengambil tindakan terhadap stigma dan diskriminasi terkait HIV sangat


penting untuk mencapai Tujuan Pembangunan Milenium 6 “Untuk menghentikan
dan mulai membalikkan penyebaran HIV dan AIDS”. Tindakan diskriminasi
menyangkal hak orang atas informasi, ke layanan untuk melindungi mereka
terhadap infeksi HIV, dan untuk menerima perawatan, perawatan, dan dukungan
yang tepat saat HIV positif. Ketakutan akan stigmatisasi dan diskriminasi
membuat orang enggan mencari informasi tentang HIV dan AIDS, maju ke depan
untuk konseling dan tes, mengungkapkan status mereka atau mengakses layanan
AIDS. Kami tidak akan mencapai Akses Universal tanpa mengurangi stigma dan
diskriminasi. Ada kebutuhan mendesak untuk mempercepat upaya dan kami
memiliki alat untuk melakukannya. DFID telah mendukung berbagai intervensi
yang ditujukan untuk menanggulangi stigma dan diskriminasi HIV. Pekerjaan
kami dan pekerjaan orang lain telah berkontribusi terhadap pemahaman yang
lebih baik tentang stigma dan diskriminasi dan bagaimana cara menguranginya.
Dalam dokumen ini kami telah berusaha untuk menggambarkan praktik terbaik
dan menyaring pelajaran utama. Ini menyediakan alat yang berguna bagi staf
DFID dan orang lain yang bekerja di bidang HIV dan AIDS untuk memasukkan
fokus yang kuat pada penanganan stigma dan diskriminasi dalam pekerjaan
mereka.(Parker, medicine, & 2003, n.d.)(Carr & Nyblade, 2007)

Kira ketahui bahwa kita tidak perlu takut selama kita mengetahui bagaimanca
cara penularan dari HIV/AIDS sendiri berikut ini penjelasan mengenai penularan
berdasarkan homosexsual dan heterosexsual.

Indonesia adalah negara dengan akselerasi HIV / AIDS tertinggi di dunia.


Purwokerto memiliki jumlah kasus HIV / AIDS yang tinggi, peringkat kedua di
Provinsi Jawa Tengah. Namun, faktor risiko penularan HIV / AIDS di antara
kelompok berisiko tinggi, terutama di antara laki-laki yang berhubungan seks
dengan laki-laki, belum teridentifikasi. Penelitian ini bertujuan untuk menguji
faktor risiko penularan HIV / AIDS di kalangan laki-laki homoseksual dan
heteroseksual di Purwokerto. Penelitian ini merupakan studi cross sectional.
Populasi penelitian adalah semua pria berusia minimal 17 tahun yang tinggal di
Purwokerto dan sekitarnya. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah
snowballing sampling. Data dikumpulkan dengan quion essionere. Hasilnya
menunjukkan bahwa pria homoseksual memiliki risiko lebih tinggi untuk
menderita HIV / AIDS melalui perilaku seksual, ini berhubungan seks dengan
beberapa bagian r. Tidak ada perbedaan dalam faktor risiko penularan HIV /
AIDS dengan penyakit menular secara parenteral dan seksual yang kami temukan
antara laki-laki homoseksual dan heteroseksual. Dalam inklusi, laki-laki
homoseksual memiliki faktor risiko yang lebih tinggi untuk penularan HIV /
AIDS daripada laki-laki heteroseksual, terutama melalui pasangan seks lebih dari
satu dan seks anal.(Laksana, Health, & 2010, n.d.)

HIV terdapat dalam cairan tubuh yaitu, darah, sperma (air mani), cairan vagina
dan air susu ibu. HIV hanya ditularkan kalau cairan tubuh seseorang HIV positif
masuk ke dalam aliran darah orang lain. [ CITATION inf18 \l 1057 ]
Dan Sampai saat ini belum ada obat ataupun vaksin untuk mencegah dan
menyembuhkan infeksi HIV/AIDS. Bagi Anda yang menderita infeksi HIV, ada
upaya yang dapat dilakukan untuk mengendalikan infeksi tersebut, yaitu
mengonsumsi obat antiretroviral sesuai dosis yang disarankan dokter. Obat
tersebut akan membantu menekan aktivitas virus dalam tubuh, sehinggu penderita
HIV mampu hidup lebih sehat dengan harapan hidup lebih panjang dan
memperkecil risiko menularkan HIV pada pasangan. [ CITATION Alo18 \l 1057 ]

Tapi Sekarang ini banyak pengobatan yang dapat memperlambat jatuhnya


penderita dalam fase AIDS. Beberapa obat ditujukan untuk menyembuhkan
infeksi oportunistik. Obat yang disebut dengan ‘antiretroviral’ dapat menekan laju
perkembangan virus HIV dalam tubuh seseorang hingga hampir ke tingkat yang
tidak terdeteksi lagi. Obat tersebut mencegah perkembangan reproduksi virus HIV
dan penghancuran sistem kekebalan tubuh. Namun demikian obat anti-HIV ini
bersifat sangat toksik dan tidak menyenangkan untuk dikonsumsi dan dapat
menimbulkan efek samping yang serius. Walaupun demikian hingga saat ini, jika
penderita AIDS mengkonsumsinya sesuai aturan, obat tersebut mampu
memperpanjang hidup pasien tersebut untuk beberapa tahun bahkan juga sampai
puluhan tahun, daripada mereka yang tidak mendapat pengobatan ini. Pengobatan
ini masih cenderung baru dan tak seorang pun tahu pasti berapa lama obat itu
dapat memperpanjang hidup penderita, atau obat itu akan kehilangan
keefektifannya dan tidak berkhasiat lagi suatu saat di masa depan.[ CITATION
Pro09 \l 1057 ]

Oleh karena hal ini penulis tertatik mengenai baigamana stigma masyarakat
terhadap pengidap HIV/AIDS harus di perbaiki dan dengan pengarahan yang baik
juga dapat mengarahkan atau meningkatkan untuk kesejahterann bagi pengidap
yang telah terjangkit penyakit HIV/AIDS.
1.2 Rumusan Masalah

- Bagaimanakah cara pandang dan psikologis seorang pengidap HIV aids yang
menyebabkan penurunan kualitas hidup?

-Bagaimanakah perbaikan stigma masyarakat untuk menjadikan support terhadap


pengidap HIV/AIDS bukan menjadikannya sebagai bentuk diskriminasi?

-Siapa saja yang berperan dalam peningkatan psikiolgi seorang pengidap


HIV/AIDS?

-Dimana saja kita dapat memberikan edukasi pada masyarakat dan pengidap
HIV/AIDS?
-Bagaimana menentukan waktu yang tepat dalam penyampaian edukasi yang tepat
sehingga pengidap tidak tersinggung?

1.3Tujuan Umum

-Mengatarkan masyararakat bersosialisasi yang benar dan tanpa mebdiskriminasi


para pengidap HIV/AIDS,serta pelibatan kegiatan yang dapat meningkatkan
kualitas Hidup para pengidap

1.4 Tujuan Khusus

-Mengetahui bagaimana cara pandang seorang pengidap HIV/AIDS dan


psikologinya

-Mengetahui cara merubah stigma masyarakat mengenai HIV/AIDS sehingga


tidak terjadi diskrimainasi dan mendapatkan support.

-Mengetahui siapa saja yang berperan dalam meningkatkan psikologi seorang


pengidap HIV/AIDS untuk peningkatan kualitas hidup mereka

-Mengetahui dimana kita dapat memberikan edukasi sehingga dapat diterima oleh
masyarakat dan pengidap HIV/AIDS

-Mengetahui waktu yang tepat untuk pemberian edukasi sehingga tidak


menyinggung penderita

Daftar Pustaka Mendeley

Blalock, A., Mcdaniel, J., Psychosomatics, E. F.-, & 2002, undefined. (n.d.).
Effect of employment on quality of life and psychological functioning in
patients with HIV/AIDS. Elsevier. Retrieved from
https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S003331820270368X

Carr, D., & Nyblade, L. (2007). Taking Action Against HIV Stigma and
Discrimination. Department for International Development.

Collins O. Airhihenbuwa, R. O. (n.d.). A Critical Assessment of Theories/Models


Used in Health Communication for HIV/AIDS.

communication, C. O.-J. of health, & 2000, undefined. (n.d.). A critical


assessment of theories/models used in health communication for HIV/AIDS.
Taylor & Francis. Retrieved from
https://www.tandfonline.com/doi/pdf/10.1080/10810730050019528

Laksana, A., Health, D. L.-M. of, & 2010, undefined. (n.d.). Faktor-faktor Risiko
Penularan HIV-AIDS pada Laki-laki dengan Orientasi Seks Heteroseksual
dan Homoseksual di Purwokerto. Kebijakanaidsindonesia.Net. Retrieved
from http://www.kebijakanaidsindonesia.net/jdownloads/Penelitian
Research/faktor-faktor_risiko_penularan_hiv-aids_pada_laki-
laki_dengan_orientasi_seks_heteroseksual_dan_homoseksual_di_purwokerto
.pdf

Parker, R., medicine, P. A.-S. science &, & 2003, undefined. (n.d.). HIV and
AIDS-related stigma and discrimination: a conceptual framework and
implications for action. Elsevier. Retrieved from
https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0277953602003040

Daftar Pustaka Buku dan lainnya


Dokter, A., 2018. Ini Cara Penularan HIV yang Penting Diketahui. [Online]
Available at: https://www.alodokter.com/ini-cara-penularan-hiv-yang-penting-diketahui
[Diakses 29 November 2018].

info@mhahs.org.au, 2018. Akibat-akibat yang ditimbulkan oleh HIV/AIDS. [Online]


Available at: http://www.mhahs.org.au/index.php/id/
[Diakses 29 November 2018].

Prof. Dr. Arief Rachman, M., 2009. Pendidikan Pencegahan HIV/AIDS. Pusat
Pengembangan Kualitas Jasmani penyunt. Jakarta: Sekretariat Komisi Nasional Indonesia
untuk UNESCO .

SIREGAR, F. A., 2004. PENGENALAN DAN PENCEGAHAN AIDS. Fakultas Kesehatan


Masyarakat penyunt. Jakarta: USU digital library.

Anda mungkin juga menyukai