Anda di halaman 1dari 34

BAB II

TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian Flu Burung
Flu burung dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah avian influenza
(AI). Flu burung merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus influeza yang
menyerang unggas seperti burung,ayam, dan itik. Flu burung merupakan penyakit
menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dengan diameter 90-120
nanometer . Virus tersebut termasuk dalam famili Orthomyxoviridae. Virus avian
influenza ini menyerang alat pernapasan, pencernaan dan system saraf pada
unggas.

Virus influenza terdiri dari dari beberapa tipe, yaitu tipe A, tipe B dan tipe
C. Virus tipe A menyerang hewan, tetapi dapat menyebabkan endemik pada
manusia. Sedangkan virus tipe B dan C tidak menyerang hewan, kedua virus
tersebut hanya menyerang manusia. Virus tersebut dapat menjadi beberapa
subvirus. Beberapa subvirus tersebut ada yang perlu diwaspadai karena dikenal
ganas. Virus tersebut adalah yang disebabkan oleh virus influenza dengan kode
genetik H5N1 (H=Haemagglutinin, N=Neuromidase) yang selain dapat menular
dari burung ke burung tapi dapat menular ke manusia (Iwandarmansjah,2007).

2.2 Etiologi

Etiologi penyakit ini adalah virus influenza. Adapun sifat virus ini, yaitu
dapat  bertahan hidup di air sampai 4 hari pada suhu 22°C dan lebih dari 30 hari
pada 0°C. Di dalam tinja unggas dan dalam tubuh unggas yang sakit dapat
bertahan lebih lama, tetapi mati pada pemanasan 60°C selama 30 menit. Dikenal
beberapa tipe Virus influenza, yaitu tipe A, tipe B dan tipe C. Virus Inluenza tipe
A terdiri dari beberapa strain, yaitu H1N 1, H3N2, H5N1, H7N7, H9N2 dan lain-
lain. Saat ini, penyebab flu  burung adalah Highly Pothogenic Avian Influenza
Viru, strain H5N1 (H=hemagglutinin; N= neuraminidase). Hal ini terlihat dari
basil studi yang ada menunjukkan bahwa unggas yang sakit mengeluarkan virus
Influenza A (H5N1) dengan jumlah besar dalam kotorannya. Virus Inluenza A
(H5N1) merupakan  penyebab wabah flu burung pada unggas. Secara umum,
virus Flu Burung tidak menyerang manusia, namun beberapa tipe tertentu dapat
mengalami mutasi lebih ganas dan menyerang manusia.

2.3 Tanda dan Gejala


Gejala Flu Burung dibedakan berdasarkan gejala yang tampak pada unggas dan
manusia.

1. Gejala pada unggas


a. Jengger berwarna biru
b. Borok di kaki
c. Kematian mendadak

2. Gejala pada manusia

Bergantung pada subtipe virus yang menyebabkan penyakit, rentang gejala


mulai dari tanpa gejala (asimtomatik) hingga pneumonia berat disertai gagal napas
bahkan gagal organ multipel. Manifestasi klinis awal biasanya seperti Influenza
like illness (ILI) atau Penyakit Serupa Influenza (PSI) dengan gejala :

a. Demam (suhu diatas 38℃ )


b. Lemas
c. Pendarahan di hidung dan gusi
d. Sesak nafas
e. Muntah dan nyeri perut seperti diare
f. Batuk dan nyeri tenggorokan
g. Radang saluran pernafasan atas
h. Pneumonia
i. Infeksi mata
j. Nyeri otot
k. Sakit kepala

Beberapa laporan kasus menyebutkan adanya konjungtivitis, diare, bahkan


ada satu kasus dengan meningitis.
2.4 Patofisiologi

Flu burung bisa menulari manusia bila manusia bersinggungan langsung


dengan ayam atau unggas yang terinfeksi flu burung. Virus flu burung hidup di
saluran pencernaan unggas. Unggas yang terinfeksi dapat pula mengeluarkan
virus ini melalui tinja, yang kemudian mengering dan hancur menjadi semacam
bubuk. Bubuk inilah yang dihirup oleh manusia atau binatang lainnya. Menurut
WHO, flu burung lebih mudah menular dari unggas ke manusia dibanding dari
manusia ke manusia. Belum ada bukti penyebaran dari manusia ke manusia, dan
juga belum terbukti penularan pada manusia lewat daging yang dikonsumsi. Satu-
satunya cara virus flu burung dapat menyebar dengan mudah dari manusia ke
manusia adalah jika virus flu burung tersebut bermutasi dan bercampur dengan
virus flu manusia.
Kemampuan virus flu burung adalah membangkitkan hampir keseluruhan
respon "bunuh diri" dalam sistem imunitas tubuh manusia. Makin banyak virus itu
tereplikasi, makin banyak pula produksi sitokin protein dalam tubuh yang memicu
peningkatan respons imunitas dan berperan penting dalam peradangan. Sitokin
yang membanjiri aliran darah karena virus yang bertambah banyak, justru melukai
jaringan tubuh (efek bunuh diri). Gejalanya yang ditunjukkan pada kasus seperti
demam, batuk, sakit tenggorokan, sakit kepala, nyeri otot dan sendi, sampai
infeksi selaput mata ( conjunctivitis). Bila keadaan memburuk, dapat juga terjadi
severe respiratory distress yang ditandai dengan sesak nafas hebat, rendahnya
kadar oksigen darah serta meningkatnya kadar CO. Keadaan ini umumnya terjadi
karena infeksi flu yang menyebar ke paru dan menimbulkan pneumonia. Radang
paru (pneumonia) ini dapat disebabkan oleh virus itu sendiri atau juga oleh bakteri
yang masuk dan menginfeksi paru yang memang sedang sakit akibat flu burung
ini.

Secara umum, ada 3 kemungkinan mekanisme penularan dari unggas


kemanusia. Dalam hal penularan dari unggas ke manusia, perlu ditegaskan bahwa
penularan pada dasarnya berasal dari unggas sakit yang masih hidup dan menular.
Unggas yang telah dimasak, digoreng dan lain-lain, tidak menularkan flu burung
ke orang yang memakannya. Virus flu burung akan mati dengan pemanasan 80°C
selama 1 menit. Penyebaran virus Avian Influenza (AI) terjadi melalui
udara(droplet infection di mana virus dapat tertanam pada membran mukosa yang
melapisi saluran nafas atau langsung memasuki alveoli (tergantung dari ukuran
droplet). Virus yang tertanam pada membran mukosa akan terpancar muko
protein yang mengandung asam sialat yang dapat mengikat virus. Reseptor
spesifik yang dapat berikatan dengan virus influenza berkaitan dengan spesies
darimana virus berasal. Virus avian influenza manusia (Human influenza viruses)
dapat berikatan dengan alpha 2,6 sialiloli gosakarida yang berasal dari membran
sel di mana didapatkan residu asam sialat yang dapat berikatan dengan residu
galaktosa melalui ikatan 2,6 linkage.

Virus A1 dapat berikatan dengan sel membran sel mukosa mealui ikatan
yang berbeda yaitu ikatan 2,3 linkage. Adanya perbedaan pada reseftor yang
terdapat pada membran mukosa diduga sebagai penyebab mengapa virus A1 tidak
dapat mengadakan reflikasi secara efisien pada manusia. Muko protein yang
mengandung reseftor ini akan mengikat virus sehingga perlekatan virus dengan
sel epitel saluran napas dapat dicegah. Tetapi virus yang mengandung protein
neuraminidase pada permukaannya dapat memecah ikatan tersebut. Virus
selanjutnya akan melekat pada epitel permukaan saluran napas untuk kemudian
bereplikasi di dalam seltersebut. Replikasi virus terjadi selama 4-6 jam sehingga
dalam waktu singkat virus dapat menyebar ke sel-sel didekatnya. Masa inkubasi
virus 18 jam sampai 4 hari, lokasi utama dari infeksi yaitu pada sel-sel kolumnar
yang bersilia. Sel-sel yang terinfeksi akan membengkak dan intinya mengkerut
dan kemudian mengalami piknosis. Bersamaan dengan terjadinya disintegrasi dan
hilangnya silia selanjutnya akan terbentuk badan inklusi.
2.5 Pathway Avian Influenza
(Influenza A)

Menginfeksi unggas

Virus menyebar di udara


Berkembang biak di dan debu yang kontak
mukosa unggas dengan unggas

Manusia kontak dengan


unggas yang terinfeksi Manusia kontak dengan
udara dan debu yang
mengandung virus
Virus terhirup/
menginfeksi konjungtiva
(masuk melalui mukosa)
doplet infection

Virus tertanam pada


membran mukosa

Virus terpajan mukoprotein


(mengandung asam sialat)

ANSIETAS Asam sialat mengikat virus (2,3


linkage)

Px khawatir dengan Virus melekat pada epitel


kondisinya saluran nafas

Px tidak paham dan INFEKSI H5N1


tidak mengerti
mengenai penyakitnya
Reaksi inflamasi (1) Reaksi inflamasi (2)
Terjadi replikasi 4-6 jam
Px bertanya mengenai
penyakitnya
Terjadi masa inkubasi virus

DEFISIT
PENGETAHUA Virus menyebar ke sel-sel
N kolumner dan bersilia

Didukung dengan adanya


Kadar virus terus meningkat di hasil laboratorium.
dalam tubuh

Trombosit melakukan agregasi PK INFEKSI


melepaskan histamin, serotonin
dan braikinin

Reaksi inflamasi
Reaksi inflamasi (1)

MUAL Pelepasan mediator Degranulasi


nyeri (histamin, bradikinin, prostaglandin, mastosit dan basofil di hidung
serotonin)
Pelepasan mediator nyeri (histamin, bradikinin, prostaglandin, serotonin)
Mengganggu keseimbangan hematologi

Presepsi mual Timbul Rhinitis


Merangsang nosiseptor
Pelepasan sitokin
Suplai ATP terfokus kepada proses infeksi dan inflamasi
Memicu terlepasnya histamin
Penurunan nafsu makan
Pelepasan interleukin-1 dan interleukin-6 Dibawa melalui medula spinalis

Suplai ATP ke otot dan jaringan lain menurun


Merangsang saraf vagusMengaktifkan saraf muntah
Sampai ke korteks somatosensorik
Peningkatan permeabilitas kapiler
Sinyal mencapai sistem saraf pusat
Muntah Otot dan jaringan kekurangan energi Presepsi nyeri
Hidung
Kelenjar mukosa sel gobletmenjadi gatal dan muncul refleks bersin dan batuk
hiperekskresi

Terjadi pembentukan prostaglandin otak Penurunan kekuatan otot


Kehilangan cairan aktif melalui muntah NYERI AKUT Vasodilatasi sinusoid
Rhinorea

Merangsang set point suhu di otak KELETIHAN


Cairan yang hilang tidak segera digantikan Hidung tersumbat

Meningkatkan suhu basal


Gangguan pada jalan nafas

RISIKO KETIDAKSEIMBANGAN VOLUME CAIRAN DAN ELEKTROLIT


HIPERTERMI

KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAFAS


Reaksi inflamasi (2)

Inflamasi di membran
alveoli

Kerusakan membran
alveoli

Peningkatan permeabilitas
kapiler alveoli

Cairan berpindah ke dalam


intersitial

Terjadi kebocoran protein


dan cairan

Meningkatkan tekanan
osmotik intersitial

Edema paru

Aliran darah menurun, cairan


alveoli menurun

Merusak surfaktan

Merusak kemampuan sel


untuk memproduksi surfaktan KETIDAKEFEKTIFAN
lagi PERFUSI JARINGAN
OTAK
Alveoli tidak dapat
mengembang secaraTerjadi accute respiratory
sempurna distress syndrome Penurunan kesadaran

Penurunan kadar O2
POLA NAFAS TIDAK CO2 mudah melewati membran dalam darah
EFEKTIF alveoli

Terjadi hipoksia jaringan

KETIDAKEFEKTIFAN
PERFUSI JARINGAN
PERIFER
2.6 Komplikasi

Orang yang terjangkit flu burung dapat terkena komplikasi yang mengancam jiwa
seperti pneumonia, kerusakan paru-paru, gagal pernapasan, gagal ginjal, dan
masalah jantung.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN FLU BURUNG

Konsep Asuhan Keperawatan


A. Asuhan Keperawatan pada Pasien Flu Burung.
1. Pengkajian.
Pengkajian mencakup data yang dikumpulkan melalui wawancara,
keluhan utama, pengumpulan riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik,
dan pemeriksaan penunjang.
a. Identitas /biodata klien
Meliputi nama lengkap, tempat tanggal lahir, asal suku bangsa,
nama orangtua, pekerjaan orangtua, dan penghasilan.
b. Keluhan utama
Panas tinggi > 38ºc lebih dari 3 hari, pilek, batuk, sesak napas,
sakit kepala, nyeri otot, sakit tenggorokan
c. Riwayat penyakit sekarang
1) Suhu badan meningkat, nafsu makan berkurang,/tidak ada.
2) Infeksi paru.
3) Batuk dan pilek.
4) Infeksi selaput mata.
d. Pemeriksaan Fisik.
1)Kulit : Tidak terjadi infeksi pada sistem integumen.
2)Mata : orang yang terkena flu burung sklera merah, adanya
nyeri tekan, infeksi selaput mata.
3)Mulut dan Lidah : Lidah kotor, mulutnya kurang bersih,
mukosa bibir kering.
e. Pemeriksaaan penunjang : pemeriksaan laboratorium penting
artinya dalam menegakkan diagnosa yang tepat, sehingga dapat
memberikan terapi yang tepat pula, pemeriksaan yang perlu
dilakukan pada orang yang mengalami flu burung, yaitu
pemeriksaan laboratorium dilakukan dengan pemeriksaaan
darah.
2. Diagnosa Keperawatan.
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan
peningkatan produksi sekret, sekresi tertahan, tebal, sekresi kental
akibat influenza.
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai
oksigen (obstruksi jalan napas oleh sekresi).
c. Ketidakseimbanngan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan dispnea dan anorexia.
d. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan ekspansi
dada.
e. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi ditandai dengan
peningkatan suhu tubuh.

3. Rencana Keperawatan.
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan
peningkatan produksi sekret, sekresi tertahan, tebal, sekresi kental
akibat influenza.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam,
diharapkan  jalan napas kembali efektif.
Kriteria hasil :
1) Mempertahankan kepatenan jalan nafas dengan bunyi nafas
kembali normal.
2) Mengeluarkan atau membersihkan secret secara mandiri
dengan batuk efektif.

No. Intervesi Rasional


1. Auskultasi bunyi napas.    Beberapa derajat
Catat adanya bunyi spasme bronkus terjadi
napas, dengan obstruksi jalan
misalcrackles/rales, napas dan dapat/tak
ronkhi, wheezing. dimanifestasikan adanya
bunyi napas adventisius,
misal penyebaran, krekels
basah (bronkitis); bunyi
napas redup dengan
ekspirasi mengi
(emfisema); atau tak
adanya bunyi napas (asma
berat).
2. Kaji/pantau frekuensi Takipnea biasanya ada
pernapasan. Catat rasio pada beberapa derajat dan
inspirasi/ekspirasi. dapat ditemukan pada
penerimaan atau selama
stres/adanya proses
infeksi akut. Pernapasan
dapat melambat dan
frekuensi ekspirasi
memanjang dibanding
inspirasi.
3. Catat adanya/derajat Disfungsi pernapasan
dispnea, mis., keluhan adalah variabel yang
“lapar udara,” gelisah, tergantung pada tahap
ansietas, distres proses kronis selain
pernapasan, penggunaan proses akut yang
otot bantu. menimbulkan perawatan
di rumah sakit, mis.,
infeksi, reaksi alergi.
4. Kaji pasien untuk posisi Posisi yang nyaman
yang nyaman. mempermudah fungsi
pernafasan. Namun,
pasien dengan distres
berat akan mencari posisi
yang paling mudah untuk
bernapas. Sokongan
tangan/kaki dengan meja,
bantal, dan lain-lain
membantu menurunkan
kelemahan otot dan dapat
sebagai alat ekspansi
dada.
5. Pertahankan polusi Pencetus tipe reaksi alergi
lingkungan minimum, pernapasan.
mis., debu, asap, dan
bulu bantal yang
berhubungan dengan
kondisi individu.
6. Dorong/bantu melatihan Memberikan pasien
napas dalam. beberapa cara untuk
mengatasi dan mengontrol
dispnea.

b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan suplai oksigen


(obstruksi jalan napas oleh sekresi).
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam,
diharapkan pertukaran gas kembali normal.
Kriteria hasil :
1) Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan
dengan AGD dalam rentang normal (PCO2 : 35-45 mmHG,
PO2 : 80-100 mmHG) dan tak ada gejala distres pernapasan.
2) Berpartisipasi pada tindakan untuk memaksimalkan
oksigenasi.

No. Intervesi Rasional


1. Kaji frekuensi,    Berguna dalam evaluasi
kedalaman pernapasan. derajat distres pernapasan
Catat penggunaan otot dan/atau kronisnya proses
bantu. penyakit.
2. Tinggikan kepala tempat Pengiriman oksigen dapat
tidur, bantu pasien untuk diperbaiki dengan posisi
memilih posisi yang duduk tinggi dan latihan
mudah untuk bernapas. napas untuk menurunkan
Dorong napas dalam kolaps jalan napas,
perlahan atau napas bibir dispnea, dan kerja napas.
sesuai
kebutuhan/toleransi
individu.
3 Kaji/awasi secara rutin Sianosis perifer (terlihat
kulit dan warna pada kuku) atau sentral
membran mukosa. (terlihat sekitar bibir/atau
daun telinga). Keabu-
abuan dan dianosis sentral
mengindikasikan beratnya
hipoksemia.

4 Dorong mengeluarkan Kental, tebal, dan


sputum; penghisapan banyaknya sekresi adalah
bila diindikasikan. sumber utama gangguan
pertukaran gas pada jalan
napas kecil. Penghisapan
dibutuhkan bila batuk
tidak efektif.
5 Awasi tingkat Gelisah dan ansietas
kesadaran/status mental. adalah manifestasi umum
Selidiki adanya pada hipoksia. AGD
perubahan. memburuk disertai
bingung/somnolen
menunjukkan disfungsi
serebral yang
berhubungan dengan
hipoksemia.

c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan dispnea dan anorexia.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24
jam, diharapkan perubahan nutrisi terpenuhi.
Kriteria hasil :
1) Menunjukkan peningkatan napsu makan.
2) Mempertahankan/meningkatkan berat badan pasien.

No Intervensi Rasional
1. Kaji kebiasaan diet, Pasien distres pernapasan akut
masukan makanan saat ini. sering anoreksia karena
Catat derajat kesulitan dispnea, produksi sputum, dan
makan. Evaluasi berat badan obat.
dan ukuran tubuh.
2. Mengauskultasi bising usus. Penurunan/hipoaktif bising
usus menunjukkan penurunan
motilitas gaster dan konstipasi
(komplikasi umum) yang
berhubungan dengan
pembatasan pemasukan cairan,
pilihan makanan buruk,
penurunan aktivitas, dan
hipoksemia.
3. Berikan perawatan oral Rasa tak enak, bau dan
sering, buang sekret, penampilan adalah pencetus
berikan wadah khusus untuk utama terhadap nafsu makan
sekali pakai dan tisu. dan dapat membuat mual dan
muntah dengan peningkatan
kesulitan napas.
4. Dorong periode istirahat Membantu menurunkan
semalam 1 jam sebelum dan kelemahan selama waktu
sesudah makan. Berikan makan dan memberikan
makan porsi kecil tapi kesempatan untuk
sering.    meningkatkan masukan kalori
total.
5. Hindari makanan penghasil Dapat menghasilkan distensi
gas dan minuman karbonat. abdomen yang mengganggu
napas abdomen dan gerakan
diafragma, dan dapat
meningkatkan dispnea.
6. Hindari makanan yang Suhu ekstrim dapat
sangat pedas atau sangat mencetuskan/ meningkatkan
dingin. spasme batuk.
7. Timbang berat badan sesuai Berguna untuk menentukan
indikasi. kebutuhan kalori, menyusun
tujuan berat badan, dan
evaluasi keadekuatan rencana
nutrisi. Catatan: Penurunan
berat badan dapat berlanjut,
meskipun masukan adekuat
sesuai teratasinya edema.

d. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan


ekspansi dada.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24
jam, diharapkan pola nafas pasien kembali normal.
Kriteria hasil :
1) Pola nafas klien kembali normal (vesikuler).
2) Klien tidak menggunakan otot bantu lagi saat bernafas.

No Intervensi Rasional
Pantau pemasukan/ Evaluator langsung status
1. pengeluaran. Hitung cairan. Peubahan tiba-tiba pada
keseimbangan cairan, catat berat badan dicurigai
kehilangan tak kasat mata. kehilangan/ retensi cairan.
Timbang berat badan
sesuai indikasi.
2. Evaluasi turgor kulit, Indikator langsung status cairan/
kelembaban membran perbaikan ketidakseimbangan.
mukosa, adanya edema
dependen/ umum.
3. Pantau tanda vital (tekanan Kekurangan cairan mungkin
darah, nadi, frekuensi, dimanifestasikan oleh hipotensi
pernafasan). Auskultasi dan takikardi, karena jantung
bunyi nafas, catat adanya mencoba untuk
krekels. mempertahankan curah jantung.
Kelebihan cairan/ terjadinya
gagal mungkin dimanifestasikan
oleh hipertesi, takikardi,
takipnea, krekels, distres
pernapasan.
4. Kaji ulang kebutuhan Tergantung pada situasi, cairan
cairan. Buat jadwal 24 jam dibatasi atau diberikan terus.
dan rute yang digunakan. Pemberian informasi melibatkan
Pastikan minuman/ pasien pada pembuatan jadwal
makanan yang disukai dengan kesukaan individu dan
pasien. meningkatkan rasa terkontrol
dan kerjasama dalam program.
5. Hilangkan tanda bahaya Dapat menurunkan rangsang
dan ketahui  dari muntah.
lingkungan. Berikan
kebersihan mulut yang
sering.
6. Anjurkan pasien untuk Dapat menurunkan terjadinya
minum dan makan dengan muntah bila mual.
perlahan sesuai indikasi.
7. Kolaborasi : Cairan dapat dibutuhkan untuk
Berikan cairan IV melalui mencegah dehidrasi, meskipun
alat kontrol. pembatasan cairan mungkin
diperlukan bila pasien GJK.
8. Pemberian antiemetik, Dapat membantu menurunkan
contoh proklorperazin mual/ muntah (bekerja pada
maleat (compazine), sentral, daripada di gaster)
trimetobenzamid (tigan), meningkatkan pemasukan
sesuai indikasi. cairan/ makanan.
9. Pantau pemeriksaan Mengevaluasi status hidrasi,
laboratorium sesuai fungsi ginjal dan penyebab/ efek
indikasi, contoh Hb/Ht, ketidakseimbangan.
BUN/ kreatinin, protein
plasma, elektrolit.

e. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi ditandai


dengan peningkatan suhu tubuh
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24
jam, diharapkan peningkatan suhu tubuh (Hipertermi) kembali
normal.
Kriteria hasil :
1) Suhu tubuh klien kembali normal (36°C)
2) Secara verbal klien mengatakan penyebab kekurangan
cairan dapat teratasi.

No Intervensi Rasional
Kaji TTV klien (TD, S, N, Untuk mengtahui keadaan
1. RR). umum klien.
2. Berikan kompres air hangat Membantu manurunkan panas
pada dahi klien. tubuh.

3. Anjurkan klien untuk Membantu mengurangi cairan


minum air 1200 ml/hari. pada saat panas.
4. Anjurkan kepada keluarga Mengurangi rasa panas pada
klien, untuk menganjurkan tubuh.
kepada klien menggunakan
pakaian tipis.
5. Kolaborasi dengan dokter Membantu menurunkan rasa
dalam pemberian terapi sakit.
obat yang digunakan.
6. Pemeriksaan laboratorium. Memonitor jumlah leukosit
selama dilakukan tindakan.

4. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status
kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang lebih baik yang
menggambarkan kreteria hasil yang diharapkan (Gordon, 1994, dalam
Potter & Perry, 1997). Beberapa pedoman dalam pelaksanaan
implementasi sebagai berikut :
a. Berdasarkan respon klien;
b. Berdasarkan ilmu pengetahuan, hasil penelitian keperawatan,
standar pelayanan operasional, hukum dan kode etik keperawatan;
c. Berdasarkan penggunaan sumber-sumber yang tersedia;
d. Sesuai dengan tanggung jawab dan tanggung gugat profesi
keperawatan;
e. Mengerti dengan jelas pesanan-pesanan yang ada dalam
perencanaan keperawatan;
f. Harus dapat menciptakan adaptasi dengan klien sebagai individu
dalam upaya meningkatkan peran serta untuk merawat diri sendiri
(Self care);
g. Menekankan pada aspek pencegahan dan upaya peningkatan
status kesehatan;
h. Dapat menjaga rasa aman, harga diri dan melindungi klien;
i. Memberikan pendidikan, dukungan dan bantuan;
j. Bersifat holistik;
k. Kerjasama dengan profesi lain;
l. Melakukan dokumentasi.
5. Evaluasi.
Menurut Craven Hirnle (2000). Evaluasi didefinisikan sebagai
keputusan dari efektivitas asuhan keperawatan antara dasar tujuan
keperawatan klien yang telah ditetapkan dengan respon perilaku klien
yang tampil. Adapun ukuran pencapaian tujuan pada tahap evaluasi
meliputi :
a. Masalah teratasi; jika klien menunjukkan perubahan sesuai
dengan tujuan dan kreteria hasil yang telah ditetapkan;
b. Masalah sebagian teratasi; jika klien menunjukkan perubahan dan
kemajuan sama sekali yang sesuai dengan tujuan dan kreteria
hasil yang telah ditetapkan dan atau bahkan timbul masalah ataau
diagnosa keperawatan baru.
TINJUAN KASUS

A. Pengkajian
Tn. R (30 tahun) bertempat tinggal di Jln. Marunda nomor 14 RT 024
RW 07 Kecamatan Cilincing Jakarta Utara datang ke Rumah Sakit  X pada
tanggal 01 Desember 2015 pukul 14.10 WIB atas rujukan dari puskesmas
Cilincing dengan riwayat sesak nafas. Saat dibawa ke UGD rumah sakit X
Tn. R mengeluh Panas tinggi tinggi saat dirumah 38˚C lebih dari 3 hari
yang lalu, klien mengatakan pilek, klien mengatakan batuk, klien
mengatakan sesak napas, klien mengatakan sakit kepala, klien mengatakan
nyeri otot, klien mengatakan sakit tenggorokan, klien mengatakan sakit
saat menelan, klien mengatakan jadi tidak nafsu makan, klien mengatakan
tidur malamnya terganggu karena batuk, klien mengatakan dibelakang
rumah nya terdapat kandang ayam, klien terkadang batuk dengan
mengeluarkan sedikit  sekret berwarna kuning dengan konsitensi
kental. Tanda–tanda vital: tekanan darah 140/90 mmHg, nadi 92 x/menit,
pernapasan 28 x/menit, suhu 380C. berat badan klien saat iniHasil
laboratorium tanggal 01 Desember 2015 jam 16.33 WIB yaitu leukosit
19,60 10ˆ3/µl, klien mendapatkan obat terapi Antipyretic : ASA 600 mg
secara oral 4 jam  dan  Imunisasi aktif : Vaccine, 0,5ml IM, klien
terpasang infus ringer laktat 20 tetes/menit. Setelah dievaluasi 2 masalah
keperawatan belum teratasi.
1. Riwayat keperawatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Keluhan utama yang dirasakan klien mengatakan badannya terasa
panas lebih dari 3 hari yang lalu, pilek, batuk, sesak napas, sakit
kepala, dan nyeri otot, factor pencetus awalnya banyak ayam yang
mati dibelakang rumahnya, timbulnya keluhannya mendadak
lamanya 3 hai yang lalu.
b. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
3 tahun yang lalu karena jatuh dari motor, klien tidak ada alergi
obat
c. Penyakit yang pernah diderita oleh anggota keluarga
Klien mengatakan bahwa ayah klien pernah menderita stoke
d. Riwayat Psikososial dan Spiritual
Klien mengatakan orang terdekat adalah istri dan anak-anak,
interaksi dalam keluarga baik Aktifitas keagamaan/kepercayaan
yang dilakukan klien adalah sholat lima waktu. Kondisi lingkungan
rumah klien berada di daerah marunda kan di belakang rumah klien
terdapat perternakan unggas (ayam)
e. Pola Kebiasaan Sehari-hari sebelum sakit
1) Pola Nutrisi
Frekuensi makan klien 3 kali dan dalam batas normal
2) Pola Eliminasi
Klien buang air besar 2 kali sehari tidak ada keluhan dan
frekuensi buang air kecil 5-6 kali/hari, karakteristik urin
kuning, tidak ada keluhan buang air kecil.
3) Pola Personal Hygiene
Kebiasaan klien mandi 3 kali, hygiene 2 kali sehari
waktunya pagi dan sore hari, mencuci rambut 3 kali
seminggu.
4) Pola Aktifitas/Istirahat Dan Tidur
Klien mengatakan jarang tidur siang, tidak ada
keluhan/masalah saat tidur. Klien jarang berolaraga.
5) Pola Kebiasaan yang Mempengaruhi Kesehatan
Klien pernah merokok namun berhenti sejak 1 tahun yang
lalu, tidak minum minuman keras dan tidak ketergantungan
obat.
f. Pola Kebiasaan di Rumah Sakit
1) Pola Nutrisi
Frekwensi makan klien selama dirumah sakit 2 kali sehari,
nafsu makan klien tidak baik karena merasa sakit saat
menelan dan mual.
2) Pola Eliminasi
Klien buang air besar 1 kali sehari, tidak ada keluhan buang
air besar dan tidak ada hemoroid. Frekuensi buang air kecil
4-5 kali/hari, karakteristik urin kuning, tidak ada keluhan
buang air kecil, dan tidak ada penggunaan alat bantu
kateter.
3) Pola Personal Hygene
Klien mandi 1 kali sehari, oral hygiene 2 kali sehari
waktunya pagi dan sore hari, belum melakukan cuci rambut
dirumah sakit
4) Pola istirahat dan tidur
Klien selama dirumah sakit sekitar 3 jam sehari, klien tidur
siang sekitar 4 jam.
5) Pola aktivitas dan Latihan
Selama dirumah sakit klien tidak bekerja, tidak melakukan
olahraga, klien mengatakan sesak saat beraktifitas dan
terkadang sesak saat tidur.
6) Kebiasaan yang Memepengaruhi Kesehatan
Selama ditumah sakit klien tidak merokok, dan tidak
meminum minuman keras
4. Pengkajian Fisik
a. Pengkajian Fisik Umum
Berat badan saat ini adalah 52kg dan beratadan klien sebelum sakit
adalah 56 kg, tinggi badan klien 165 cm, keadaan umum klien
sedang, klien tidak ada emmbesaran pada kelenjar getah bening.
b. Sistem Pengelihatan
Klien tidak menggunakan kaca mata dan tidak mengunakan kontak
lensa, dan reaksi terhadap cahaya baik dan normal
c. Sistem Pendengaran
Klien tidak mengunakan alat bantu pendengaran.
d. System Wicara
Tidak ada gangguan pada system wicara klien
e. Sistem Pernafasan
Pada jalan nafas klien ada sumbatan berapa sputum, klien
mengatakan sesak saat bernafas, klien menggunakan otot bantu
pernafasan, frekuensi nafas klien 28x permenit, irama nafas klien
tidak teratur, jenis pernafasan klien ronkhi, kedalamaan nafas klien
dangkal, klien batuk produktif, sputum klien berwarna hijau, dengan
kkonsistensi kental, tidak terdapat darah pada sputum klien, saat
palpasi terdapat nyeri tekan, suara nafas klien ronkhi, klien
mengatakan terdapat nyeri saat bernafas, klien menggunakan alat
bantu nefas beruapa O2 2 liter.
f. Sistem Karndiovaskuler
1) Sirkulasi Peripher
Nadi klien 86 x permenit dengan irama tidak teratur, denyutan
lemah, tekanan darah klien 130\90 mmHg, distensi vena
jugularis kanan tidak ada dan kiri juga tidak ada, temperature
kulit klien hangat, warna kulit klien pucat, pengisian kapiler 3
detik, tidak ada edema.
2) Sirkulasi Jantung
Tidak ada masalah
g. Sistem Hematologi
Tidak ada gangguan pada hematologi, klien terlihat pucat, dan tidak
ada pendarahan.
h. System Saraf Pusat
Klien mengatakan sakit pada kepalanya, tingkat kesadaran klien
compos metis, Glasgow coma scale (GSC) klien Eyes 4, motoric 5
dan verbal 6, tanda-tanda peningkatan TIK pada klien tidak, tidak
ada gangguan system persyarafan, pemeriksaan reflek fisiologi klien
normal, reflek patologis tidak ada.
i. System Pencernaan
Keadaan umum klien tidak ada caries pada gigi, tidak ada
penggunanaan gigi palsu, tidak ada stomatitis, lidah klien terlihat
kotor, salifa klien normal, klien muntah sekali saat dirumah,
muntahnya berisi cairan, klien mengatakan tidak ada nyeri pada
daerah perut, bising usus 12 x permenit, klien tidak ada diare, klien
juga mengatakan tidak da konstipasi, hepar kiln tidak teraba,
keadaan abdomen klien lembek.
j. System Endokrin
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada nafas yang berbau
keton, tidak ada luka ganggren.
k. System Urogenital
Tidak ada masalah
l. System Integumen
Turgor kulit klien elastis, temperature kulit klien teraba hangat,
warna kulit klien terlihat pucat, keadaan kulit klien terlihat baik dan
tidak ada lesi, tidak ada kelainan pada kulit klien, kondisi kulit
didaerah pemasangan infus terlihat baik, keadaan tekstur rambut
klien baik, kebersihannya baik.
m. System Muskuloskeletal
Klien mengatakan tidak ada kesulitan saat bergerak, klien
mengatakan tidak ada sakit pada tulang, sendi dan kulit, klien tidak
mengalami fraktur, klien tidak ada kelainan bentuk pad tulang
belakang, keadaan tonus otot klien baik, kekuatan tonus otot klien
5555 5555 5555 5555

Data Tambahan
Klien mengatakan tidak tahu tentang penyakit yang diderita saat ini

5. Data Penunjang

INDIKATOR RENTANG HASIL INTEPRETASI


NORMAL
Hemoglobin 14 – 18 gr 16,5 Normal
% gr/dL
Hematokrit 40 – 48% 40,1 % Normal
Leukosit 4700 – 10.250 Normal
10300 µ/l mg/dl
Trombosit 150.000 – 366.000 Nornal
450.000 mg/dl
Erytrosit 4 – 5,5 jt 5.380.00 Normal
µ/l 0 mg/dL
Urea 15 – 45 43 mg/dl Normal
mg/dl
Creatinin 0,6 – 1,3 5,1 mg/dl Tinggi
mg/dl
SGOT 10 – 50 µ/l 53,1 µ/l Normal
SGPT 10 – 50 µ/l 55 µ/l Tinggi
Albumin 3,5 – 5,2 2 g.dl Rendah
g/dl

6. Penatalaksaan (therapy/pengobatan/diet)
Klien mendapatkan obat terapi Antipyretic : ASA 600 mg secara oral 4
jam  dan Imunisasi aktif : Vaccine, 0,5ml IM, klien terpasang infus ringer
laktat 20 tetes/menit,Ranitidin 2x 10gr, Flexatide atrovent 3x1 dan
Paracetamol 3x1 tab, inhalasi dengan obat combivent 2,5 mg, diet yang
didapat klien TKTP 1900 kalori.
7. Data Fokus
a. Data Subyektif
Klien mengatakan sesak, klien mengatakan panas tinggi saat dirumah 39˚C
lebih dari 3 hari yang lalu, klien mengatakan pilek, klien mengatakan
batuk, klien mengatakan sesak napas, klien mengatakan sakit kepala, klien
mengatakan nyeri pada otot dan sendi, klien mengatakan sakit
tenggorokan, klien mengatakan sakit saat menelan, klien mengatakan jadi
tidak nafsu makan, klien mengatakan tidur malamnya terganggu karena
batuk, klien mengatakan dibelakang rumah nya terdapat kandang ayam,
klien mengatakan berat badannya turun, klien sputumnya berwarna hijau,
klien mengatakan pusing, klien mengatakan lemas, klien mengatakan nyeri
otot nya seperti ditusuk-tusuk, Nyeri terasa seperti di tusuk-tusuk pada
kaki kiri dan kanan, nyeri menjalar dari lutut sampai ujung kaki. Skala
nyeri 2 dan dirasakan hilang timbul dengan durasi 5 menit, klien
mengatakan sakit tenggrokan saat batuk, klien mengatakan panasnya
sekitar 3hari, klien mengatakan hanya menghabiskan ½ porsi makanan
dirumah sakit, klien mangatakan
b. Data  Obyektif
Klien terlihat sesak nafas, klien terlihat menggunakan otot bantu
pernafasan, klien terlihat memegangi dadanya, klien terlihat lemas, klien
terlihat dibantu saat melakukan aktifitas, klien terlihat tidak nafsu makan,
klien terlihat pucat, klien terlihat nyeri saat batuk, klien terlihat meringis
kesakitan pada pungungnya, klien terlihat menguap, klien terlihat hanya
menghabiskan ½ porsi makannya, batuk klien terlihat berdahak, dahak
klien terlihat berwarna hijau dan kental, pernafsaan klien terdengar
ronkhi, nafas klien terlihat dangkal dan pendek, klien terlihat cemas, klien
terlihat mual, klien terlihat muntah 1x seharian, mukosa bibit klien terlihat
kering, bantung mata klien terlihat hitam. Setelah dilakukan tidakan
keperawatan mandiri diketahui Tanda–tanda vital: tekanan darah 120/80
mmHg, nadi 80 x/menit, pernapasan 28 x/menit, suhu 38,70C.

8. Analisa Data

No Data Masalah Etiologi


1. Data subyektif Gangguan bersihan Produksi sputum
 Klien mengatakan sesak jalan nafas tidak yang berlebih
nafas efektif
 Klien mengatakan batuk
sejak 5 hari yang lalu
 klien mengatakan dibelakang
rumah nya terdapat kandang
ayam
 Klien mengatakan batuknya
terdapat sputum

Data Objektif :
 Klien mengata batuknya
terdapat sputum
 Klien terlihat sesak
 Klien terlihat menggunakan
otot bantu pernafasan
 Nafas klien terlihat dangkal
dan pendek
 Sputum klien berwarna hijau
dan kental
 Nafas klien terdengar rhonki
TTV: TD 120/80 mmHg, N: 80
x/menit, RR: 30 x/menit, S: 380C
2 Data Subyektif: Resiko Intoleransi Nyeri
 Klien juga mengatakan aktifitas
mengalami nyeri pada otot
dan sendi.
 Klien mengatakn nyeri akan
semakin terasa apabila
kakinya digerakan atau
dipegang.
 Nyeri terasa seperti di tusuk-
tusuk pada kaki kiri dan
kanan, nyeri menjalar dari
lutut sampai ujung kaki.
 Klien megatakan badaya
lemas
Data Obyektif
 Skala nyeri 2
 Klien terlihat dibantu oleh
keluarga saat melakukan
aktifitas
 Klien terlihat menringis
kesakitan
 Klien terlihat kesulitan
bergerak karna nyeri dan
sesak nafas

A. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
produksi sputum yang berlebihan
Tanggal ditemukan     : Selasa, 02 Desember 2015
Tanggal teratasi           : Rabu, 03 Desember 2015
2. Resiko Intoleransi aktifitas berhubungan dengan nyeri
Tanggal ditemukan     : Selasa, 02 Desember 2015
Tanggal teratasi           : Rabu, 03 Desember 2015

B. Perencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi


1. Gangguan bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan produksi
sputum yang berlebihan
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan kepada Tn. R selama
3x24 jam, diharapkan masalah bersihan jalan nafas tidak efektif dapat
teratasi.
Kriteria hasil :
Mempertahankan jalan nafas dengan bunyi nafas bersih atau jelas, bunyi
nafas kelien kembali normal yaitu vesikuler, produksi sputum klien
kembali normal
Perencanaan
Mandiri
a. Auskultasi bunyi napas. Catat adanya bunyi napas, misal mengi,
krekels, ronki
Rasional : Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi
jalan napas dan dapat/tak dimanifestasikan adanya bunyi napas
adventisius, misal penyebaran, krekels basah (bronkitis); bunyi napas
redup dengan ekspirasi mengi (emfisema); atau tak adanya bunyi
napas (asma berat).
b. Kaji/pantau frekuensi pernapasan. Catat rasio inspirasi/ekspirasi.
Rasional : Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat
ditemukan pada penerimaan atau selama stres/adanya proses infeksi
akut. Pernapasan dapat melambat dan frekuensi ekspirasi memanjang
dibanding inspirasi.
c. Kaji pasien untuk posisi yang nyaman seperti posisi semi fowler
Rasional : peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi
pernapasan dengan menggunakan gravitasi. Namun, pasien dengan
distres berat akan mencari posisi yang paling mudah untuk bernapas.
Sokongan tangan/kaki dengan meja, bantal, dan lain-lain membantu
menurunkan kelemahan otot dan dapat sebagai alat ekspansi dada.
Kolaborasi
d. Kolaborasi dengen dokter dalam pemberian obat seperti inhalasi
dengan obat combivent
Rasional: membersihkan sputum

Pelaksanaan
Selasa, 03 Desember 2015
 Jam 09.30 WIB. Mengkaji  tanda-tanda vital.
Respon:tekanan darah 120/80 mmHg, pernapasan 20x/menit, nadi
80x/m, suhu 38,70C.
 Jam 19.35 WIB. Mengaskultasi bunyi nafas klien.
Respon: bunyi nafas klien rokhi.
 Jam 09.55 WIB. Memberikan posisi semi fowler pada klien.
Respon:klien mengatakan nyaman dengan posisinya.
 Jam 12.00 WIB. Memberikan obat inhalasi dengan combivent 2,5
ml.
Respon: klien mengatakan tidak sesak lagi
Evaluasi
Rabu, 03 Desember 2015
Jam 08.15 WIB
S: Klien mengatakan nyaman dengan posisi semi fowler
Klien mengatakan tidad sesak lagi
O: Bunyi nafas klien rochi
Klien terlihat lebih nyaman
Tanda-tanda vital:tekanan darah 120/70 mmhg, nadi 83x/menit,
pernapasan 30x/menit, suhu 38,20C
A: Tujuan belum tercapai, masalah belum teratasi
P:    Pertahankan intervensi 1,2,3,4

Pelaksanaan
Rabu, 02 Desember 2015
 Jam 09.30 WIB. Mengkaji  tanda-tanda vital.
Respon: TD 120/80 mmHg, RR 20x/menit, N 80x/m, S 38,70C.
 Jam 19.35 WIB. Mengaskultasi bunyi nafas klien.
Respon: bunyi nafas klien rokhi.
 Jam 09.55 WIB. Memberikan posisi semi fowler pada klien.
Respon:klien mengatakan nyaman dengan posisinya.
 Jam 12.00 WIB. Memberikan obat inhalasi dengan combivent 2,5
ml.
Respon: klien mengatakan tidak sesak lagi
Evaluasi
Kamis, 04 Desember 2015
Jam 08.15 WIB
S: Klien mengatakan nyaman dengan posisi semi fowler
Klien mengatakan tidad sesak lagi
O: Bunyi nafas klien rochi
Klien terlihat lebih nyaman
Tanda-tanda vital:TD 120/70 mmhg, N 83x/menit, RR 30x/menit,
S 38,20C
A: Tujuan belum tercapai, masalah belum teratasi
P:    Pertahankan intervensi 1,2,3,4

Pelaksanaan
Kamis, 04 Desember 2015
 Jam 09.30 WIB. Mengkaji  tanda-tanda vital.
Respon:TD 120/80 mmHg, RR 20x/menit, N 80x/m, S 38,70C.
 Jam 19.35 WIB. Mengaskultasi bunyi nafas klien.
Respon: bunyi nafas klien vesikuler.
 Jam 09.55 WIB. Memberikan posisi semi fowler pada klien.
Respon:klien mengatakan nyaman dengan posisinya.
 Jam 12.00 WIB. Memberikan obat inhalasi dengan combivent 2,5
ml.
Respon: klien mengatakan tidak sesak lagi
Evaluasi
Jumat, 05 Desember 2015
Jam 08.15 WIB
S: Klien mengatakan nyaman dengan posisi semi fowler
Klien mengatakan tidad sesak lagi
O: Bunyi nafas klien rochi
Klien terlihat lebih nyaman
Tanda-tanda vital:tekanan darah 120/70 mmhg, nadi 83x/menit,
pernapasan 22x/menit, suhu 37,50C
A: Tujuan belum tercapai, masalah belum teratasi
P:    Pertahankan intervensi 1,2,3,4

2. Resiko Intoleransi aktifitas berhubungan dengan nyeri


Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan kepada Tn. R selama
3x24 jam, diharapkan masalah Intoleransi aktifitas dapat teratasi.
Kriteria hasil :
Klien dapat melakukan aktifitas secara mandiri, klien tidak merasa nyeri,
skala nyeri klien 0, nyeri klien berkurang

Perencanaan
Mandiri
a. Kaji tanda–tanda vital klien selama dan sesudah beraktivitas
Rasional:mengetahui keadaan umum klien
b. Kaji respon klien sebelum dan sesudah aktivitas
Rasional:mengetahui reaksi klien sewaktu melakukan aktivitas dan
tidak
c. Kaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan
Rasional:mengetahui pembatasan aktivitas pada klien
d. Ajarkan klien nafas dalam
Rasional: mengurangi saras nyeri
e. Bantu aktivitas klien yang diperlukan
Rasional:meminimalkan kelelahan

Pelaksanaan
Selasa, 02 Desember 2015
 Jam 09.30 WIB. Mengkaji  tanda-tanda vital.
Respon:TD 120/80 mmHg, RR 20x/menit, N 80x/m, S 38,70C.
 Jam 11.35 WIB. Mengkaji respon klien sebelum dan sesudah
aktivitas.
Respon: klien mengatakan sesak saat beraktifitas berat.
 Jam 09.55 WIB. Mengkaji adanya faktor yang menyebabkan
kelelahan. Respon:klien mengatakan nyeri dan sesak saat bergerak.
 Jam 11:05 WIB. Mengajarkan klien nafas dalam.
Respon: klien nyerinya berkurang.
 Jam 12.35 WIB. Membantu klien kekamar mandi.
Respon: klien terlihat tidak nyeri saat berjalan kekamar mandi
Evaluasi
Rabu, 03 Desember 2015
Jam 08.40 WIB
S: Klien mengatakan sesak saat beraktifitas berat
Klien mengatakan nyeri saat bergerak
O: Klien terlihat tidak terlalu nyeri lagi
Klien terlihat memegangi dadanya
Tanda-tanda vital:tekanan darah 120/70 mmhg, nadi 83x/menit,
pernapasan 30x/menit, suhu 38,20C
Skala nyeri klien 2
A: Tujuan belum tercapai, masalah belum teratasi
P: Pertahankan intervensi 1,2,3,4

Pelaksanaan
Rabu, 03 Desember 2015
 Jam 09.30 WIB. Mengkaji  tanda-tanda vital.
Respon:TD 120/80 mmHg, RR 20x/menit, N 80x/m, S 38,70C.
 Jam 11.35 WIB. Mengkaji respon klien sebelum dan sesudah
aktivitas.
Respon: klien mengatakan tidak sesak lagi.
 Jam 09.55 WIB. Mengkaji adanya faktor yang menyebabkan
kelelahan.
Respon:klien mengatakan tidak terlalu nyeri dan sesak saat
bergerak.
 Jam 11:05 WIB. Mengajarkan klien nafas dalam.
Respon: klien nyerinya berkurang.
 Jam 12.35 WIB. Membantu klien kekamar mandi.
Respon: klien terlihat tidak nyeri saat berjalan kekamar mandi
Evaluasi
Kamis, 04 Desember 2015
Jam 08.20 WIB
S: Klien mengatakan tidak terlalu sesak saat beraktifitas berat
Klien mengatakan nyeri saat bergerak
O: Klien terlihat tidak terlalu nyeri lagi
Klien terlihat memegangi dadanya
Tanda-tanda vital:tekanan darah 120/70 mmhg, nadi 83x/menit,
pernapasan 22x/menit, suhu 380C
Skala nyeri klien 1
A: Tujuan tercapai, masalah teratasi
P: Pertahankan intervensi 1
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Flu burung merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus
influenza tipe A dengan diameter 90-120 nanometer. Virus influenza terdiri dari
dari beberapa tipe, yaitu tipe A, tipe B dan tipe C. Adapun sifat virus ini, yaitu
dapat  bertahan hidup di air sampai 4 hari pada suhu 22°C dan lebih dari 30 hari
pada 0°C. Saat ini, penyebab flu  burung adalah Highly Pothogenic Avian
Influenza Viru, strain H5N1 (H=hemagglutinin; N= neuraminidase).
Tanda dan gejala yang timbul pada manusia jika terserang flu burung yaitu
demam hingga diatas diatas 38℃, lemas pendarahan di hidung dan gusi, sesak
nafas, mjntah dan nyeri perut, batuk dan nyeri tenggorokan, radang saluran
pernafasan, pneumonia, infeksi mata, nyeri otot, hingga sakit kepala.
Virus flu burung hidup di saluran pencernaan unggas. Unggas yang
terinfeksi dapat pula mengeluarkan virus ini melalui tinja, yang kemudian
mengering dan hancur menjadi semacam bubuk dan kemudian terhirup oleh
manusia. Makin banyak virus itu tereplikasi, makin banyak pula produksi sitokin
protein dalam tubuh yang memicu peningkatan respons imunitas dan berperan
penting dalam peradangan. Sitokin yang membanjiri aliran darah karena virus
yang bertambah banyak, justru melukai jaringan tubuh. Bila keadaan memburuk,
dapat juga terjadi severe respiratory distress yang ditandai dengan sesak nafas
hebat, rendahnya kadar oksigen darah serta meningkatnya kadar CO. Sel-sel tubuh
manusia yang terinfeksi virus ini nantinya akan membengkak dan intinya
mengkerut dan kemudian mengalami piknosis. Bersamaan dengan terjadinya
disintegrasi dan hilangnya silia selanjutnya akan terbentuk badan inklusi. Orang
yang terjangkit flu burung dapat terkena komplikasi yang mengancam jiwa seperti
pneumonia, kerusakan paru-paru, gagal pernapasan, gagal ginjal, dan masalah
jantung.

3.2 Saran
Kita sebagai perawat hendaknya memberikan penyuluhan dan informasi
yang adekuat kepada masyarakat mengenai penyakit flu burung, sehingga
masyarakat memiliki pengetahuan yang cukup tentang tanda tanda yang akan
muncul ketika seseorang terinfeksi virus H5N1 dan segera membawa ke rumah
sakit dan diharapkan petugas kesehatan dapat memberikan pelayanan dan
pengobatan yang baik agar tidak terjadi infeksi yang lebih berat. Selain itu sebagai
tenaga kesehatan sebaiknya berusaha semaksimal mungkin untuk melakukan
pencegahan penyebaran virus H5N1, dengan meminimalkan faktor penyebab dan
kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, pemerintah, serta kerjasama dengan
masyarakat.
DAFTAR RUJUKAN

Academiaedu.com. 2015. Epidemiologi Kesehatan Lingkungan Flu Burung,


(http://www.academia.edu/36439973/MAKALAH_EPIDEMIOLOGI_KESEHAT
AN_LINGKUNGAN_FLU_BURUNG), diakses 14 Oktober 2018.
Bustami. 2012. Asuhan Keperawatan pada Klien Flu Burung.
https://www.scribd.com/doc/109981463/Asuhan-Keperawatan-Pada-Klien-Flu-
Burung. STIKES Aceh Darussalam, diakses pada tanggal 15 Oktober 2018.
D. Soejoedono, Retno. 2008. Flu Burung, penyakit menular yang mematikan.
Depok:Penebar Swadaya
Digilib.Unimus.ac.id. 2016. Flu burung,
(http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-nurulainig-5278-3-
bab2.pdf), diakses 14 Oktober 2018.
Dokumen.tips. 2016. Pathway Avian Influenza.
https://dokumen.tips/documents/pathway-avian-influenza.html. Dokumen.tips,
diakses pada tanggal 15 Oktober 2018.
Enway, Mentari. 2012. Asuhan Keperawatan Flu Burung. Omline
(http://nelamentari.blogspot.com/2012/12/asuhan-keperawatan-flu-burung.html),
diakses pada tanggal 12 Oktober 2018
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2005). Keputusan Menteri
Kesehatan RI No.1371/Menkes/SK/IX/2005. 
World Health Organization (2017). Cumulative Number of Confirmed Human
Cases for Avian Inflluenza A (H5N1) Reported to WHO, 2003-2017. 

Anda mungkin juga menyukai