Anda di halaman 1dari 8

MEDIS OPERATIF WANITA (MOW)

A. Definisi

MOW (Medis Operatif Wanita)/Tubektomi atau juga dapat disebut dengan sterilisasi.
MOW merupakan tindakan penutupan terhadap kedua saluran telur kanan dan kiri yang
menyebabkan sel telur tidak dapat melewati saluran telur, dengan demikian sel telur tidak
dapat bertemu dengan sperma laki laki sehingga tidak terjadi kehamilan, oleh karena itu
gairah seks wania tidak akan turun.
Tubektomi adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan fertilitas atau
kesuburan perempuan dengan mengokulasi tuba fallopi (mengikat dan memotong atau
memasang cincin) sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan ovum jadi dasar dari MOW
ini adalah mengokulasi tubafallopi sehingga spermatozoa dan ovum tidak dapat bertemu.
Program MOW sendiri dibagi menjadi 2 yaitu diantaranya:
1. Program rumah sakit
a. Pelaksanaan MOW pasca operasi /pasca melahirkan
b. Mempunyai penyakiot ginekologi
2. Reguler: MOW dapat dilakukan pada masa interval

B. Etiologi

Tuba falopi adalah saluran sepanjang sekitar 10 cm yang menghubungkan ovarium


dengan uterus. Pada saat ovulasi, sel telur dikeluarkan dari ovarium dan bergerak menuju
uterus. Bila ada sperma di tuba falopi, ovum akan terbuahi dan menjadi embrio yang
kemudian melekat di uterus.
Cara memblokir saluran tuba dapat dilakukan dalam beberapa cara. Tuba bisa ditutup
dengan mempergunakan implan, klip atau cincin serta dengan memotong atau mengikat.
Metode yang paling dipakai sekarang adalah dengan mempergunakan laparoskopi kemudian
menjepit kedua saluran tuba dengan klip atau dengan memasang ring.
Terdapat beberapa macam tindakan bedah / operasi sterilisasi tuba yaitu : laparoskopi, mikro-
laparoskopi, laparotomi (bersamaan dengan Seksio Cesarea (SC), mini-laparotomi (operasi
kecil), histereskopi (dengan memasang implan yang akan merangsang jaringan ikat, sehingga
saluran tuba akan terblokir), dan pendekatan / teknik melalui vagina (sekarang tidak dipakai
lagi karena tingginya angka infeksi).
Pembedahan biasanya dilakukan dengan pembiusan umum. Dokter dapat
menggunakan alat bantu berupa teleskop khusus yang disebut laparoskop. Teleskop berupa
pipa kecil bercahaya dan berkamera ini dimasukkan melalui sebuah sayatan kecil di perut
untuk menentukan lokasi tuba falopi. Sebuah sayatan lainnya kemudian dibuat untuk
memasukkan alat pemotong tuba falopi Anda. Biasanya, ujung-ujung tuba falopi kemudian
ditutup dengan jepitan. Cara yang lebih tradisional yang disebut laparotomi tidak
menggunakan teleskop dan membutuhkan sayatan yang lebih besar.

C. Jenis Tubektomi

a. Laparotomi
Cara mencapai tuba melalui laparotomi biasa, terutama pada masa pasca persalinan,
merupakan cara yang banyak dilakukan di Indonesia sebelum tahun 70an. Tubektomi juga
dilakukan bersamaan dengan seksio sesarea, dimana kehamilan selanjutnya tidak diinginkan
lagi, sebaiknya setiap laparotomi harus dijadikan kesempatan untuk menawarkan tubektomi.
b. Laparotomi mini
Laparotomi khusus tubektomi ini paling mudah dilakukan 1-2 hari pasca persalinan.
Uterus yang masih besar, tuba yang masih panjang, dan dinding perut yang masih longgar
memudahkan mencapai tuba dengan sayatan kecil sepanjang 1-2 cm dibawah pusat.
Kalau tubektomi dilakukan pada 3-5 hari postpartum, maka dapat dilakukan insisi mediana
karena uterus dan tuba telah berinvolusi. Dilakukan insisi mediana setinggi 2 jari dibawah
fundus uteri sepanjang 1-2 cm
c. Laparoskopi
Laparoskop dimasukkan ke dalam selubung dan alat panggul diperiksa. Tuba dicari
dengan menggunakan manipulasi uterus dari kanula rubin, lalu sterilisasi dilakukan dengan
menaggunakan cincin folope yang dipasang pada pars ampularis tuba. Setelah yakin tidak
terdapat perdarahan, pnemoperitonium dikelurkan dengan menekan dinding perut. Luka
ditutup dengan 2 jahitan subkutikuler, lalu dipasang band aid. Pasien dapat dipulang 6-8 jam.
D. Keuntungan dan Kerugian Tubektomi

1. Keuntungan tubektomi
a. Motivasi hanya dilakukan 1 kali saja, sehingga tidak diperlukan motivasi yang
berulang-ulang
b. Efektivitas hampir 100%
c. Tidak mempengaruhi libido seksual
d. Kegagalan dari pihak pasien tidak ada
e. Tidak mempengaruhi proses menyusui (breastfeeding)
f. Tidak bergantung pada faktor senggama
g. Baik bagi klien apabila kehamilan akan menjadi resiko kesehatan yang serius
h. Pembedahan sederhana, dapat dilakukan dengan anestesi lokal
i. Tidak ada efek samping dalam jangka panjang
j. Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual (tidak ada efek pada produksi
hormon ovarium).

2. Kerugian Tubektomi
a. Rasa sakit/ketidak nyamanan dalam jangka pendek setelah tindakan
b. Ada kemungkinan mengalami resiko pembedahan
c. Klien dapat menyesal dikemudian hari
d. Risiko komplikasi kecil (meningkat bila digunakan anestesi umum)
e. Rasa sakit atau ketidaknyamanan dalam jangka pendek setelah tindakan
f. Tidak melindungi diri dari Infeksi Menular Seksual (IMS)

E. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan darah rutin : untuk mengetahui adanya peningkatan leukosit yang


merupakan tanda adanya infeksi
2. Pemeriksaan foto abdomen : untuk mengetahui adanya komplikasi pasca bedah.

F. Indikasi Tubektomi

1. Indikasi medis
Adalah penyakit yang berat dan kronik seperti penyakit jantung (termasuk
derajat 3 dan 4) ginjal, paru dan penyakit kronik lainnya. Penyakit jantung,
gangguan pernafasan, diabetes mellitus tidak terkontrol, hipertensi, maligna,
anemia gravis, tumor ginekologik, infeksi panggul 3 bulan terakhir, riwayat
penyakit operasi yang sulit observasi (Santoso, 2006).
2. Indikasi obsetri
Adalah keadaan dimana risiko kehamilan berikutnya meningkat. Meskipun
secara medis tidak menunjukkan apa-apa seperti multiparitas (banyak anak)
dengan usia relatif lanjut (grandemultigravida) yakni paritas umur 35 tahun atau
lebih, seksio sesarea dua kali atau lebih.
3. Indikasi genetik
Adalah penyakit herediter yang membahayakan keselamatan dan kesehatan
anak seperti : Huntington`s chorea, Tayschs disease dan lain-lain.
4. Indikasi kontrasepsi
Adalah indikasi yang murni ingin menghentikan (mengakhiri) kesuburan
artinya pasangan tersebut tidak menginginkan kelahiran anak lagi.
5. Indikasi ekonomi
Adalah pasangan suami istri menginginkan sterilisasi karena merasa beban
ekonomi keluarga menjadi terlalu berat dengan bertambahnya anak dalam
keluarga
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

Data biografi pasien:


1. Riwayat kesehatan saat ini, meliputi keluhan utama, faktor pencetus, lamanya
keluhan, timbulnya keluhan, faktor yang memperberat, upaya yang dilakukan untuk
mengatasi, dan diagnosa medis.
2. Riwayat kesehatan masa lalu, meliputi penyakit yang pernah dialami, riwayat alergi,
imunisasi, kebiasaan merokok, minum kopi, obat-obatan, dan alkohol.
3. Riwayat kesehatan keluarga
4. Pemeriksaan fisik, meliputi:
a. Riwayat kehamilan
b. Pemeriksaan genetalia
c. Pemeriksaan payudara
d. Riwayat operasi ginekologi
e. Riwayat PAP SMEAR
f. Usia menarche
g. Masalah yang berhubungan dengan kesehatan dengan kesehatan reproduksi
5. Kesehatan lingkungan/higiene
6. Aspek psikososial, meliputi pola pikir, persepsi diri, suasana hati, komunikasi,
kebiasaan seksual, pertahanan koping, sistem nilai dan kepercayaan, dan tingkat
perkembangan
7. Data laboratorium dan pemeriksaan-pemeriksaan penunjang lainnya
8. Terapi medis yang diberikan
9. Efek samping dan respon pasien terhadap terapi

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri b.d luka post operasi pemotongan tuba falopi
2. Cemas b.d persepsi akan dirinya setelah tindakan MOW
C. Intervensi Keperawatan

1. Nyeri b.d luka post operasi pemotongan tuba falopi


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri dapat berkurang
Kriteria Hasil : - Klien menyatakan nyeri berkurang
- Klien tampak tenang, ekspresi wajah rileks
- Tanda vital dalam batas normal : suhu 36-37oC, Nadi 80-100x/menit,
RR 16-24x/menit, TD 120/80 mmHg
Intervensi :
1. Kaji riwayat nyeri, misal lokasi nyeri, frekuensi, durasi, dan intensitas, serta tindakan
pengurangan nyeri yang dilakukan
Rasional : untuk mengetahui tingkat nyeri pasien dan bagaimana cara pasien untuk
mengurangi nyerinya
2. Bantu pasien mengatur posisi senyaman mungkin
Rasional : posisi yang tidak nyaman dapat memperkuat rasa nyeri pasien
3. Ajarkan pasien tentang penggunaan manajemen nyeri (teknik relaksasi)
Rasional : dengan teknik relaksasi pasien dapat mengalihkan rasa nyerinya
4. Evaluasi/kontrol pengurangan nyeri
Rasional : untuk mengetahui tingkat keberhasilan intervensi

2. Cemas b.d persepsi akan dirinya setelah tindakan MOW


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien merubah
pandangan akan dirinyan dan cemas berkurang
Kriteria Hasil : - Klien mengatakan rasa cemas berkurang
- Klien kooperatif terhadap prosedur
- Klien tampak rileks
- Tanda vital dalam batas normal : suhu 36-37oC, Nadi 80-100x/menit,
RR 16-24x/menit, TD 120/80 mmHg
Intervensi :
1. Kaji ulang tingkat pemahaman pasien tentang MOW yang telah dilakukan
Rasional : untuk mengetahui sampai mana pasien mengerti akan MOW yang telah
dilakukan
2. Dorong klien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya
Rasional : untuk mengurangi rasa cemas pasien
3. Ciptakan lingkungan tenang dan terbuka dimana pasien akan merasa aman untuk
mendiskusikan perasaannya
Rasional : agar pasien mengutarakan perasaan secara seluruhnya dan untuk
melancarkan edukasi pasien
4. Berikan informasi tentang MOW serta tindakan yang telah dilakukan kepada diri
pasien
Rasional : Agar pasien paham dan mengerti tentang tindakan yang telah dilakukan
DAFTAR PUSTAKA

Yayasan bina pustaka Sarwono Prawirohardjo. Ilmu kandungan, edisi kedua cetakan ketiga.
Jakarta, 1999
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Ilmu kebidanan, edisi ketiga cetakan keenam.
Jakarta, 2002
Prof.Dr.Rustam, Mochtar. 1998. Sinopsis obstetri jilid 2. Jakarta: EGC
Hartanto, Hanafi. 2003. Keluarga berencana dan kontrasepsi. Jakarta: CV.Mulia
Cunningham, dkk. 1995. Obstetri williams. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai