Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-
Nya penulis dapat menyelesaikan makalah untuk memenuhi tugas matakuliah
Keperawatan Anak yang berjudul “Asfiksia Neonaturum” dengan baik dan
lancar.
1. Ibu Dr. Ni Luh Putu ES, S.Kp, MKes selaku Pembina matakuliah
Keperawatan Anak.
2. Kakak tingkat, yang memberikan bantuan untuk menyelesaikan
makalah ini.
3. Teman seperjuangan angkatan 2018, yang telah memberikan kritik
dan saran dalam makalah ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan di dalam makalah ini.
Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar
makalah ini bisa menjadi lebih baik. Semoga, makalah ini dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya.
Penulis
1
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
2.6 Penatalaksanaan
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1.3.1 Umum
1.3.2 Khusus
4
BAB II
PEMBAHASAN
Asfiksia pada bayi baru lahir (BBL) menurut IDAI (Ikatatan Dokter Anak
Indonesia) adalah kegagalan nafas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau
beberapa saat setelah lahir.
Asfiksia adalah keadaan bayi tidak bernafas secara spontan dan teratur
segera setelah lahir. Seringkali bayi yang sebelumnya mengalami gawat janin
akan mengalami asfiksia sesudah persalinan. Masalah ini mungkin berkaitan
dengan keadaan ibu, tali pusat, atau masalah pada bayi selama atau sesudah
persalinan.
Dengan demikian asfiksia adalah keadaan dimana bayi tidak dapat segera
bernapas secara spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum
lahir umumnya akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat
hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau
masalah yang mempengarui kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan.
5
2.2 Etiologi Asfiksia
1. Faktor Ibu
a. Hipoksia Ibu
Hal ini akan menimbulkan hipoksia janin dengan segala akibatnya.
Hipoksia ibu ini dapat terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian
obat analgetika atau anestesia dalam.
b. Preeklampsia dan Eklampsia
c. Perdarahan Abnormal
f. Infeksi berat
6
2. Faktor Bayi
c. Kelainan kongenital
7
2.3 Manifestasi Klinis
Gejala Klinis :
a.Tachikardi
g. Pernafasan terganggu.
8
i. Tonus otot menurun.
2.4 Patofisiologi
Pernafasan spontan bayi baru lahir bergantung kepada kondisi janin pada
masa kehamilan dan persalinan. Proses kelahiran sendiri selalu menimbulkankan
asfiksia ringan yang bersifat sementara pada bayi, proses ini dianggap sangat
perlu untuk merangsang kemoreseptor pusat pernafasan agar terjadi primary
gasping yang kemudian akan berlanjut dengan pernafasan.
9
tubuh lain akan mengalami gangguan. Asidosis dan gangguan kardiovaskuler
yang terjadi dalam tubuh berakibat buruk terhadap sel otak. Kerusakan sel otak
yang terjadi menimbuikan kematian atau gejala sisa pada kehidupan bayi
selanjutnya.
a. Asfiksia Ringan ( vigorus baby), skor APGAR 7-10, bayi dianggap sehat dan
tidak memerlukan tindakan istimewa.
c. Asfiksia Berat, skor APGAR 0-3, pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi
jantung kurang dari 100x/menit, tonus otot buruk, sianosis berat, dan kadang-
kadang pucat, reflek iritabilitas tidak ada. Pada asfiksia dengan henti jantung yaitu
bunyi jantung fetus menghilang tidak lebih dari 10 menit sebelum lahir lengkap
atau bunyi jantung menghilang post partum, pemeriksaan fisik sama pada asfiksia
berat.
Klinis 0 1 2
Detak jantung Tidak ada < 100 x/menit >100x/menit
Pernafasan Tidak ada Tak teratur Tangis kuat
Refleks saat jalan Tidak ada Menyeringai Batuk/bersin
nafas dibersihkan
Tonus otot Lunglai Fleksi Fleksi kuat
ekstrimitas gerak aktif
(lemah)
Warna kulit Biru pucat Tubuh merah Merah
ekstrimitas biru seluruh
tubuh
2.5 Pathway
10
2.6 Penatalaksanaan (Asuhan Keperawatan)
2.6.1 Pengkajian
g. Pengukuran nilai apgar score, Bila nilainya 0-3 asfiksia berat, bila nilainya
4-6 asfiksia sedang.
11
h. Pengkajian dasar data neonatus:
1. Sirkulasi
a. Nadi apikal dapat berfluktuasi dari 110 sampai 180 x/mnt. Tekanan
darah 60 sampai 80 mmHg (sistolik), 40 sampai 45 mmHg (diastolik).
2. Eliminasi
3. Makanan / cairan
4. Neurosensori
5. Pernafasan
6. Keamanan
12
a. Suhu rentang dari 36,5º C sampai 37,5º C. Ada verniks (jumlah dan
distribusi tergantung pada usia gestasi).
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan produksi mukus banyak
b. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hipoventilasi..
c. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen dan
ketidakseimbangan ventilasi.
d. Risiko ketidakseimbangan suhu tubuh berhubungan dengan kurangnya suplai
oksigen dalam darah
2.6.3 Intervensi
13
b. Tidak bagian tracheal secret.
menunjukkan setelah suction 3. Membantu
cemas selesai dilakukan. memberikan
c. Rata-rata 5. Monitor status informasi
repirasi dalam oksigen pasien, yang benar
batas normal status hemodinamik pada
d. Pengeluaran segera sebelum, keluarga.
sputum selama dan sesudah 4. Mencegah
melalui jalan suction obstruksi/aspi
nafas rasi.
e. Tidak ada 5. Membantu
suara nafas untuk
tambahan mengidentifik
f. Mudah dalam asi perbedaan
bernafas. status oksigen
g. Tidak sebelum dan
menunjukkan sesudah
kegelisahan. suction.
h. Tidak adanya
sianosis.
i. PaCO2 dalam
batas normal.
j. PaO2 dalam
batas normal.
k. Keseimbanga
n perfusi
ventilasi
14
Pola napas keperawatan nafas dengan n mucus yang
selama proses
tidak efektif melakukan terakumulasi
keperawatan
berhubungan diharapkan pola pengisapan lender dari
nafas menjadi
dengan 2. Auskultasi jalan nasofaring,
efektif
hipoventilasi Kriteria hasil : nafas untuk tracea.
a. Pasien
mengetahui adanya 2. Bunyi nafas
menunjukkan
penurunan ventilasi menurun/tak
pola nafas
3. Berikan oksigenasi ada bila jalan
yang efektif
sesuai kebutuhan nafas
b. Ekspansi dada
obstruksi
simetris
sekunder.
c. Tidak ada
Ronki dan
bunyi nafas
mengi
tambahan
menyertai
d. Kecepatan dan
obstruksi
irama respirasi
dalam batas jalan
normal
nafas/kegagal
an
pernafasan.
3. Memaksimalk
an bernafas
dan
menurunkan
kerja nafas.
15
suplai oksigen nafas 3. Berikan oksigen akumulasi
dan b. Fungsi paru tambahan yang secret/ketidak
ketidakseimba dalam batas sesuai. mampuan
ngan ventilasi normal untuk
membersihka
n jalan nafas
yang dapat
menimbulkan
peningkatan
kerja
pernafasan.
2. Penurunan
kandungan
oksigen
(PaO2)
dan/atau
saturasi atau
peningkatan
PaCO2
menunjukkan
kebutuhan
untuk
intervensi/per
ubahan
program
terapi.
3. Alat dalam
memperbaiki
hipoksemia
yang dapat
terjadi
sekunder
16
terhadap
penurunan
Tujuan : Setelah
dilakukan ventilasi/men
tindakan
urunnya
keperawatan
selama proses permukaan
keperawatan
alveolar paru.
diharapkan suhu
tubuh normal
Kriteria hasil :
1. Hindarkan pasien 1. Menghindari
Diagnosa 4 a. Temperatur
dari kedinginan dan terjadinya
badan dalam
Risiko
tempatkan pada hipotermia.
ketidakseimba batas normal
ngan suhu lingkungan yang 2. Mengetahui
b. Tidak terjadi
tubuh hangat. terjadinya
distress
berhubungan 2. Monitor temperatur hipotermi.
dengan pernafasan
kurangnya dan warna kulit. 3. Perubahan
c. Tidak gelisah
suplai oksigen 3. Monitor TTV. tanda-tanda
d. Perubahan
dalam darah 4. Jaga temperatur vital yang
warna kulit
suhu tubuh bayi signifikan
e. Bilirubin
agar tetap hangat. akan
dalam batas
5. Tempatkan BBL mempengaruh
normal
pada inkubator bila i proses
perlu. regulasi
ataupun
metabolisme
dalam tubuh.
4. Mambantu
BBL tetap
berada pada
keadaan yang
sesuai dengan
keadaannya.
BAB III
PENUTUP
17
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Daftar Pustaka
18
Dewi, Puspita Erma. 2015. Asfiksia Sedang,
(http://midwifery.blog.uns.ac.id/asfiksia-sedang/), diakses pada tanggal 24
Oktober 2018
Wordpress.com. 2012. Asfiksia,
(https://anikssit.wordpress.com/2012/10/09/asfiksia/), diakses pada tanggal
24 Oktober 2018
Haifa Shofura. 2014. Asfiksia Pada Neonatus 2,
(https://haifashofura.wordpress.com/2014/05/09/asfiksia-pada-neonatus-
2/), diakses pada tanggal 26 Oktober 2018
Kedokteran.unila.ac.id. 2018. Hubungan antara Preeklamsia dalam Kehamilan
dengan Kejadian Asfiksia pada BBL,
(http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/download/92
4/738), diakses pada tanggal 27 Oktober 2018
19