Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

DIABETES MELITUS

A. Pengertian Diabetes Mellitus

Diabetes Mellitus adalah penyakit kronis yang kompleks yang


mengakibatkan gangguan metabolisme karbohidrat, protein, lemak dan
berkembang menjadi komplikasi makrovaskuler, mikrovaskuler dan
neurologis (Barbara C. Long, 1995).

Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit kronis yang menimbulkan


gangguan multi sistem dan mempunyai karakteristik hyperglikemia yang
disebabkan defisiensi insulin atau kerja insulin yang tidak adekuat (Brunner
dan Sudarta, 1999).

Diabetes Mellitus adalah keadaan hyperglikemia kronis yang disebabkan


oleh faktor lingkungan dan keturunan secara bersama-sama, mempunyai
karakteristik hyperglikemia kronis tidak dapat disembuhkan tetapi dapat
dikontrol (WHO).

Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit kronis yang ditemukan di seluruh


dunia dengan prevalensi penduduk yang bervariasi dari 1 – 6 % (John MF
Adam).

B. Faktor Resiko Diabetes Mellitus

Menurut Kemenkes RI (2018, 2019) faktor resiko Diabetes Mellitus ini


sendiri dibagi menjadi 2, yaitu:

1. Faktor Resiko yang Tidak Bisa Dirubah

 Usia lebih dari 40 tahun


 Mempunyai riwayat keluarga menderita DM
 Kehamilan dengan gula darah tinggi
 Ibu dengan riwayat melahirkan bayi dengan BBL >4kg
 Bayi yang memiliki BBL <2,5kg
2. Faktor Resiko yang Bisa Diubah
 Kegemukan (BB lebih/IMT >23kg/m2) dan lingkar perut Pria >90
cm serta wanita >80cm
 Kurang aktivitas fisik
 Dislipidemia (Kolesterol HDL ≤ 35 mg/dl, trigliserida ≥250 mg/dl)
 Riwayat penyakit jantung
 Hipertensi (>140/90 mmHg)
 Diet tidak seimbang (tinggi gula, garam, lemak dan rendah serat)

C. Etiologi

Etiologi dari Diabetes Mellitus sampai saat ini masih belum diketahui
dengan pasti dan dari studi-studi eksperimental dan klinis kita mengetahui
bahwa Diabetes Mellitus adalah merupakan suatu sindrom yang
menyebabkan kelainan yang berbeda-beda dengan lebih satu penyebab yang
mendasarinya.

Menurut banyak ahli beberapa faktor yang sering dianggap penyebab yaitu :

1. Dibetes melitus tipe I

Diabetes melitus tipe I ditandai oleh penghancuran sel-sel beta


pankreas yang merupakan kombinasi dari beberapa faktor:

 Faktor genetik

Penderita tidak mewarisi diabetas tipe I sendiri tetapi


mewarisi suatu predisposisi kearah terjadinya diabetas tipe I yaitu
dengan ditmukannya tipe antigen HLA (Human Leucolyte
antoge) teertentu pada individu tertentu

 Faktor imunologi

Pada diabetae tipe I terdapat suatu respon autoimun


sehingga antibody terarah pada sel-sel pulau lengerhans yang
dianggapnya jaringan tersebut seolah-olah sebagai jeringan
abnormal

 Faktor lingkungan

Penyelidikan dilakukan terhadap kemungkinan faktor-


faktor ekternal yang dapat memicu destruksi sel beta, contoh
hasil penyelidikan yang menyatakan bahwa virus atau toksin
tertentu dapat memicu proses autoimun yang menimbulkan
destruksi sel beta.

2. Diabetas Melitus Tipe II

Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan


gangguan sekresi insulin pada diabetas melitus tipe II masih belum
diketahui. Faktor genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses
terjadinya resistensi insulin dan juga terspat beberap faktor resiko
teetentu yang berhubngan dengan proses terjadinya diabetea tipe II
yaitu:

 Usia ( resistensi insulin cenderung meningkat usia diatas 65


tahun
 Obesitas
 Riwayat keluarga
 Kelopok etnik tertentu

3. Faktor non genetik

a. Infeksi

Virus dianggap sebagai “trigger” pada mereka yang sudah


mempunyai predisposisi genetic terhadap Diabetes Mellitus.

b. Nutrisi

 Obesitas dianggap menyebabkan resistensi terhadap insulin.


 Malnutrisi protein
 Alkohol, dianggap menambah resiko terjadinya pankreatitis.

c. Stres

Stres berupa pembedahan, infark miokard, luka bakar dan emosi


biasanya menyebabkan hyperglikemia sementara.

d. Hormonal

Sindrom cushing karena konsentrasi hidrokortison dalam darah


tinggi, akromegali karena jumlah somatotropin meninggi,
feokromositoma karena konsentrasi glukagon dalam darah tinggi,
feokromositoma karena kadar katekolamin meningkat.

D. Klasifikasi

Berdasarkan klasifikasi dari WHO (1985) dibagi beberapa type yaitu :

a. Diabetes Mellitus Type I

Insulin Dependen Diabetes Mellitus (IDDM) yang dahulu dikenal


dengan nama Juvenil Onset Diabetes (JOD), penderita tergantung pada
pemberian insulin untuk mencegah terjadinya ketoasidosis dan
mempertahankan hidup. Biasanya pada anak-anak atau usia muda dapat
disebabkan karena keturunan.

b. Diabetes Mellitus Type II

Non Insulin Dependen Diabetes Mellitus (NIDDM), yang dahulu


dikenal dengan nama Maturity Onset Diabetes (MOD) terbagi dua yaitu
:

1.) Non obesitas

2.) Obesitas

Disebabkan karena kurangnya produksi insulin dari sel beta


pancreas, tetapi biasanya resistensi aksi insulin pada jaringan perifer.
Biasanya terjadi pada orang tua (umur lebih 40 tahun) atau anak dengan
obesitas.

c. Diabetes Mellitus Type Lain

1.) Diabetes oleh beberapa sebab seperti kelainan pancreas, kelainan


hormonal, diabetes karena obat/zat kimia, kelainan reseptor insulin,
kelainan genetik dan lain-lain.

2.) Obat-obat yang dapat menyebabkan huperglikemia antara lain :

Furasemid, thyasida diuretic glukortikoid, dilanting dan asam hidotinik

3.) Diabetes Gestasional (diabetes kehamilan) intoleransi glukosa


selama kehamilan, tidak dikelompokkan kedalam NIDDM pada
pertengahan kehamilan meningkat sekresi hormon pertumbuhan dan
hormon chorionik somatomamotropin (HCS). Hormon ini meningkat
untuk mensuplai asam amino dan glukosa ke fetus.

E. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis yang sering nampak pada awal Diabetes Mellitus sebagai
berikut :

a. Poliuri (banyak kencing)

Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat


sampai melampaui daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi
osmotic diuresis yang mana gula banyak menarik cairan dan elektrolit
sehingga penderita mengeluh banyak kencing.

b. Polidipsi (banyak minum)

Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan


cairan banyak karena poliuri, sehingga untuk mengimbangi penderita lebih
banyak minum.
c. Polipagi (banyak makan)

Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel


mengalami starvasi (lapar).

d. Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang

Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi


glukosa, maka tubuh berusama mendapat peleburan zat dari bahagian
tubuh yang lain yaitu lemak dan protein.

e. Mata kabur

Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa – sarbitol


fruktasi) yang disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat
penimbunan sarbitol dari lensa, sehingga menyebabkan pembentukan
katarak.

F. Patofisiologi

Sebagian besar patologi Diabetes Mellitus dapat dikaitkan dengan satu


dari tiga efek utama kekurangan insulin sebagai berikut : (1) Pengurangan
penggunaan glukosa oleh sel-sel tubuh, dengan akibat peningkatan konsentrasi
glukosa darah setinggi 300 sampai 1200 mg/hari/100 ml. (2) Peningkatan
mobilisasi lemak dari daerah-daerah penyimpanan lemak, menyebabkan
kelainan metabolisme lemak maupun pengendapan lipid pada dinding vaskuler
yang mengakibatkan aterosklerosis. (3) Pengurangan protein dalam jaringan
tubuh.

Akan tetapi selain itu terjadi beberapa masalah patofisiologi pada Diabetes
Mellitus yang tidak mudah tampak yaitu kehilangan ke dalam urine penderita
Diabetes Mellitus. Bila jumlah glukosa yang masuk tubulus ginjal dan filtrasi
glomerulus meningkat kira-kira diatas 225 mg.menit glukosa dalam jumlah
bermakna mulai dibuang ke dalam urine. Jika jumlah filtrasi glomerulus yang
terbentuk tiap menit tetap, maka luapan glukosa terjadi bila kadar glukosa
meningkat melebihi 180 mg%.
Asidosis pada diabetes, pergeseran dari metabolisme karbohidrat ke
metabolisme telah dibicarakan. Bila tubuh menggantungkan hampir semua
energinya pada lemak, kadar asam aseto – asetat dan asam Bihidroksibutirat
dalam cairan tubuh dapat meningkat dari 1 Meq/Liter sampai setinggi 10
Meq/Liter.
H. WOC

I. Pemeriksaan Penunjang

Kriteria diagnostik menurut WHO (1985) untuk diabetes melitus pada


orang dewasa tidak hamil, pada sedikitnya dua kali pemeriksaan:

1. Glukosa plasma sewaktu > 200 mg/dl (11,1 mmol/L)

2. Glukosa plasma puasa/Nuchter >140 mg/dl ( 7,8 mmol/L)

3. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah


mengkomsumsi 75 gr Karbohidrat ( 2 jam post prandial (pp) >200 mg/dl (11,1
mmol/L)

J. Penatalaksanaan

Tujuan utama penatalaksanaan klien dengan Diabetes Mellitus adalah


untuk mengatur glukosa darah dan mencegah timbulnya komplikasi acut dan
kronik. Jika klien berhasil mengatasi diabetes yang dideritanya, ia akan
terhindar dari hyperglikemia atau hypoglikemia. Penatalaksanaan diabetes
tergantung pada ketepatan interaksi dari tiga faktor aktifitas fisik, diet dan
intervensi farmakologi dengan preparat hyperglikemik oral dan insulin.
Penyuluhan kesehatan awal dan berkelanjutan penting dalam membantu klien
mengatasi kondisi ini.

K. Penatalaksanaan Medik

1. Perencanaan Makan

Standar yang dianjurkan adalah makan dengan komposisi seimbangan


dalam hal Karbohidrat (KH), Protein, lemak yang sesuai kecukupan gizi :

a. KH 60 –70 %

b. Protein 10 –15 %

c. Lemak 20 25 %
Beberapa cara menentukan jumlah kelori uantuk pasien DM melalui
perhitungan mennurut Bocca: Berat badan (BB) Ideal: (TB – 100) – 10% kg

1). BB ideal x30% untuk laki-laki

BB ideal x25% untuk Wanita

Kebutuan kalori dapat ditambah lagi dengan kegiatan sehari-hari:

 Ringan : 100 – 200 Kkal/jam


 Sedang : 200 – 250 Kkal/jam
 Berat : 400 – 900 Kkal/jam

2). Kebutuhhan basal dihitung seperti 1), tetapi ditambah kalori


berdasarkan persentase kalori basal:

 Kerja ringan ditambah 10% dari kalori basal


 Kerja sedang ditambah 20% dari kalori basal
 Kerja berat ditambah 40 – 100 % dari kalori basal
 Pasien kurus, masih tumbuh kumbang, terdapat infeksi, sedang
hamil atau menyesui, ditambah 20 –30-% dari kalori basal

3) Suatu pegangan kasar dapat dibuat sebagai berikut:

 Pasien kurus : 2300 – 2500 Kkal


 Pasien nermal : 1700 – 2100 Kkal
 Pasien gemuk : 1300 – 1500 Kkal

2. Latihan Jasmani

Dianjurkan latihian jasmani secara teratur (3 –4 x seminggu)


selama kurang lrbih 30 menit yang disesuaikan dengan kemampuan dan
kondisi penyakit penyerta. Latihian yang dapat dijadikan pilihan adalah
jalan kaki, jogging, lari, renang, bersepeda dan mendayung. Sespat
muingkain zona sasaran yaitu 75 – 85 % denyut nadi maksimal : DNM =
220-umur (dalam tahun).
3. Pengelolaan Farmakologi

a. Obat hipoglikemik oral (OHO)

1) Golongan sulfonilures bekerja dengan cara:

 Menstimulasi pelepasan insulin yang tersimpan


 Menurunkan ambang sekresi insulin
 Meningkatkna sekresi insulin sebagai akibat rangsangan glukosa

2) Biguanid

Menurunkan kadar glukosa darah tapi tidak sampai bawah


normal. Preparat yang ada dan aman adalah metformin. Obat ini
dianjurkan untuk pasien gemuk

3) Inhibitor alfa glukosidase

Secara kompettitf menghambat kerja enzim alfa glukosidase di


dalam saluran cerna sehingga menrunkan hiperglikemia pasca
pransial

4) Insulin sensitizing agent

Thoazolidinediones adalah golongan obat baru yang


mempunyai efek farmakologi meningkatkan sensitivitas insulin
sehingga bisa mengatasi nasalah resistensi insulin dan berbagai
masalah akibat resistensi insulin tanpa menyebabkan hipoglikemia.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

Pemberian asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik yang


melibatkan hubungan kerja sama antara perawat dengan klien dan keluarga, untuk
mencapai tingkat kesehatan yang optimal dalam melakukan proses terapeutik
maka perawat melakukan metode ilmiah yaitu proses keperawatan.

Proses keperawatan merupakan tindakan yang berurutan yang dilakukan


secara sistematis dengan latar belakang pengetahuan komprehensif untuk
mengkaji status kesehatan klien, mengidentifikasi masalah dan diagnosa,
merencanakan intervensi mengimplementasikan rencana dan mengevaluasi
rencana sehubungan dengan proses keperawatan pada klien dengan gangguan
sistem endokrin.

1. Pengkajian

Pengkajian pada klien dengan gangguan sistem endokrin Diabetes


Mellitus dilakukan mulai dari pengumpulan data yang meliputi : biodata,
riwayat kesehatan, keluhan utama, sifat keluhan, riwayat kesehatan masa
lalu, pemeriksaan fisik, pola kegiatan sehari-hari.

Hal yang perlu dikaji pada klien degan Diabetes Mellitus :

a. Aktivitas dan istirahat

Kelemahan, susah berjalan/bergerak, kram otot, gangguan istirahat


dan tidur, tachicardi/tachipnea pada waktu melakukan aktivitas dan koma.

b. Sirkulasi

Riwayat hipertensi, penyakit jantung seperti IMA, nyeri,


kesemutan pada ekstremitas bawah, luka yang sukar sembuh, kulit kering,
merah, dan bola mata cekung.

c. Eliminasi
Poliuri,nocturi, nyeri, rasa terbakar, diare, perut kembung dan
pucat.

d. Nutrisi

Nausea, vomitus, berat badan menurun, turgor kulit jelek,


mual/muntah.

e. Neurosensori

Sakit kepala, menyatakan seperti mau muntah, kesemutan, lemah


otot, disorientasi, letargi, koma dan bingung.

f. Nyeri

Pembengkakan perut, meringis.

g. Respirasi

Tachipnea, kussmaul, ronchi, wheezing dan sesak nafas.

h. Keamanan

Kulit rusak, lesi/ulkus, menurunnya kekuatan umum.

i. Seksualitas

Adanya peradangan pada daerah vagina, serta orgasme menurun


dan terjadi impoten pada pria.

2. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan pengkajian data keperawatan yang sering terjadi


berdasarkan teori, maka diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada
klien Diabetes Mellitus yaitu :

a. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis


osmotik.

b. Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral.
c. Resiko infeksi berhubungan dengan hyperglikemia.

d. Resiko tinggi terhadap perubahan persepsi sensori berhubungan


dengan ketidakseimbangan glukosa/insulin dan atau elektrolit.

e. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi


metabolik.

f. Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka


panjang/progresif yang tidak dapat diobati, ketergantungan pada orang lain.

g. Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan kebutuhan


pengobatan berhubungan dengan kurangnya pemajanan/mengingat,
kesalahan interpretasi informasi.

3. Rencana Keperawatan

a. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis


osmotik.

Tujuan :

Mendemonstrasikan hidrasi adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil, nadi


perifer dapat diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik, haluaran urine
tepat secara individu, dan kadar elektrolit dalam batas normal.

Intervensi :

1.) Pantau tanda-tanda vital.

Rasional: Hypovolemia dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan


takikardia.

2.) Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit, dan membran mukosa.

Rasional: Merupakan indikator dari tingkat dehidrasi, atau volume


sirkulasi yang adekuat.

3.) Pantau masukan dan keluaran, catat berat jenis urine.


Rasional: Memberikan perkiraan kebutuhan akan cairan pengganti, fungsi
ginjal, dan keefektifan dari terapi yang diberikan.

4.) Timbang berat badan setiap hari.

Rasional: Memberikan hasil pengkajian yang terbaik dari status cairan


yang sedang berlangsung dan selanjutnya dalam memberikan cairan
pengganti.

5.) Berikan terapi cairan sesuai indikasi.

Rasional: Tipe dan jumlah dari cairan tergantung pada derajat kekurangan
cairan dan respons pasien secara individual.

b. Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral.

Tujuan :

1. Mencerna jumlah kalori/nutrien yang tepat

2. Menunjukkan tingkat energi biasanya

3. Berat badan stabil atau bertambah.

Intervensi :

1.) Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan
makanan yang dapat dihabiskan oleh pasien.

Rasional: Mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari kebutuhan


terapeutik.

2.) Timbang berat badan setiap hari atau sesuai indikasi.

Rasional: Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat (termasuk absorbsi


dan utilisasinya).

3.) Identifikasi makanan yang disukai/dikehendaki termasuk kebutuhan


etnik/kultural.
Rasional: Jika makanan yang disukai pasien dapat dimasukkan dalam
perencanaan makan, kerjasama ini dapat diupayakan setelah pulang.

4.) Libatkan keluarga pasien pada perencanaan makan sesuai indikasi.

Rasional: Meningkatkan rasa keterlibatannya; memberikan informasi pada


keluarga untuk memahami nutrisi pasien.

5.) Berikan pengobatan insulin secara teratur sesuai indikasi.

Rasional: Insulin reguler memiliki awitan cepat dan karenanya dengan


cepat pula dapat membantu memindahkan glukosa ke dalam sel.

c. Resiko infeksi berhubungan dengan hyperglikemia.

Tujuan :

- Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan resiko infeksi.

- Mendemonstrasikan teknik, perubahan gaya hidup untuk mencegah


terjadinya infeksi.

Intervensi :

1). Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan.

Rasional: Pasien mungkin masuk dengan infeksi yang biasanya telah


mencetuskan keadaan ketoasidosis atau dapat mengalami infeksi
nosokomial.

2). Tingkatkan upaya untuk pencegahan dengan melakukan cuci tangan


yang baik pada semua orang yang berhubungan dengan pasien termasuk
pasiennya sendiri.

Rasional: Mencegah timbulnya infeksi silang.

3). Pertahankan teknik aseptik pada prosedur invasif.

Rasional: Kadar glukosa yang tinggi dalam darah akan menjadi media
terbaik bagi pertumbuhan kuman.
4). Berikan perawatan kulit dengan teratur dan sungguh-sungguh.

Rasional: Sirkulasi perifer bisa terganggu yang menempatkan pasien pada


peningkatan resiko terjadinya kerusakan pada kulit/iritasi kulit dan infeksi.

5). Lakukan perubahan posisi, anjurkan batuk efektif dan nafas dalam.

Rasional: Membantu dalam memventilasi semua daerah paru dan


memobilisasi sekret.

d. Resiko tinggi terhadap perubahan persepsi sensori berhubungan


dengan ketidakseimbangan glukosa/insulin dan atau elektrolit.

Tujuan :

- Mempertahankan tingkat kesadaran/orientasi.

- Mengenali dan mengkompensasi adanya kerusakan sensori.

Intervensi :

1.) Pantau tanda-tanda vital dan status mental.

Rasional: Sebagai dasar untuk membandingkan temuan abnormal

2.) Panggil pasien dengan nama, orientasikan kembali sesuai dengan


kebutuhannya.

Rasional: Menurunkan kebingungan dan membantu untuk


mempertahankan kontak dengan realitas.

3.) Pelihara aktivitas rutin pasien sekonsisten mungkin, dorong untuk


melakukan kegiatan sehari-hari sesuai kemampuannya.

Rasional: Membantu memelihara pasien tetap berhubungan dengan


realitas dan mempertahankan orientasi pada lingkungannya.

4.) Selidiki adanya keluhan parestesia, nyeri atau kehilangan sensori pada
paha/kaki.
Rasional: Neuropati perifer dapat mengakibatkan rasa tidak nyaman yang
berat, kehilangan sensasi sentuhan/distorsi yang mempunyai resiko tinggi
terhadap kerusakan kulit dan gangguan keseimbangan.

e. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi


metabolik.

Tujuan :

- Mengungkapkan peningkatan tingkat energi.

- Menunjukkan perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi dalam


aktivitas yang diinginkan.

Intervensi :

1.) Diskusikan dengan pasien kebutuhan akan aktivitas.

Rasional: Pendidikan dapat memberikan motivasi untuk meningkatkan


tingkat aktivitas meskipun pasien mungkin sangat lemah.

2.) Berikan aktivitas alternatif dengan periode istirahat yang cukup.

Rasional: Mencegah kelelahan yang berlebihan.

3.) Pantau nadi, frekuensi pernafasan dan tekanan darah sebelum/sesudah


melakukan aktivitas.

Rasional: Mengindikasikan tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi secara


fisiologis.

4.) Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari


sesuai toleransi.

Rasional: Meningkatkan kepercayaan diri/harga diri yang positif sesuai


tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi.

f. Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka


panjang/progresif yang tidak dapat diobati, ketergantungan pada orang
lain.
Tujuan :

- Mengakui perasaan putus asa

- Mengidentifikasi cara-cara sehat untuk menghadapi perasaan.

- Membantu dalam merencanakan perawatannya sendiri dan secara


mandiri mengambil tanggung jawab untuk aktivitas perawatan diri.

Intervensi :

1.) Anjurkan pasien/keluarga untuk mengekspresikan perasaannya


tentang perawatan di rumah sakit dan penyakitnya secara keseluruhan.

Rasional: Mengidentifikasi area perhatiannya dan memudahkan cara


pemecahan masalah.

2.) Tentukan tujuan/harapan dari pasien atau keluarga.

Rasional: Harapan yang tidak realistis atau adanya tekanan dari orang
lain atau diri sendiri dapat mengakibatkan perasaan frustasi.kehilangan
kontrol diri dan mungkin mengganggu kemampuan koping.

3.) Berikan dukungan pada pasien untuk ikut berperan serta dalam
perawatan diri sendiri dan berikan umpan balik positif sesuai dengan
usaha yang dilakukannya.

Rasional: Meningkatkan perasaan kontrol terhadap situasi.

4.) Berikan dukungan pada pasien untuk ikut berperan serta dalam
perawatan diri sendiri.

Rasional: Meningkatkan perasaan kontrol terhadap situasi.

g. Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan kebutuhan


pengobatan berhubungan dengan kurangnya pemajanan/mengingat,
keselahan interpretasi informasi.

Tujuan :
- Mengungkapkan pemahaman tentang penyakit.

- Mengidentifikasi hubungan tanda/gejala dengan proses penyakit dan


menghubungkan gejala dengan faktor penyebab.

- Dengan benar melakukan prosedur yang perlu dan menjelaskan


rasional tindakan.

Intervensi :

1.) Ciptakan lingkungan saling percaya

Rasional: Menanggapai dan memperhatikan perlu diciptakan sebelum


pasien bersedia mengambil bagian dalam proses belajar.

2.) Diskusikan dengan klien tentang penyakitnya.

Rasional: Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat


pertimbangan dalam memilih gaya hidup.

3.) Diskusikan tentang rencana diet, penggunaan makanan tinggi serat.

Rasional: Kesadaran tentang pentingnya kontrol diet akan membantu


pasien dalam merencanakan makan/mentaati program.

4.) Diskusikan pentingnya untuk melakukan evaluasi secara teratur dan


jawab pertanyaan pasien/orang terdekat.

Rasional: Membantu untuk mengontrol proses penyakit dengan lebih


ketat.

4. Implementasi

Implementasi keperawatan adalah kegiatan atau tindakan yang


diberikan kepada klien sesuai dengan rencana asuhan keperawatan. Pada
tahap ini perawat menerapkan keterampilannya dan pengetahuannya
berdasarkan ilmu keperawatan dan ilmu lain, yang terkait secara integrasi.
Pada waktu perawat memberikan asuhan keperawatan, proses pengumpulan
data berjalan terus-menerus guna perubahan/penyesuaian tindakan
keperawatan.

Beberapa faktor dapat mempengaruhi implementasi, antara lain


sumber-sumber yang ada, pengorganisasian pekerjaan perawat serta
lingkungan fisik dimana asuhan keperawatan dilakukan.

Implementasi tindakan keperawatan pasien (empat tindakan yang utama) :

a. Melaksanakan prosedur keperawatan

b. Melakukan observasi

c. Memberikan pendidikan kesehatan (penyuluhan kesehatan).

d. Melaksanakan program pengobatan.

Implementasi keperawatan yang telah direncanakan, dilakukan


berdasarkan standar asuhan keperawatan dan sistem pendelegasian yang
telah ditetapkan.

5. Evaluasi

Hasil yang diharapkan pada klien Diabetes Mellitus adalah :

a. Apakah kebutuhan volume cairan klien terpenuhi/adekuat ?

b. Apakah nutrisi klien terpenuhi ke arah rentang yang diinginkan ?

c. Apakah infeksi dapat dicegah dengan mempertahankan kadar glukosa ?

d. Apakah tidak terjadi perubahan sensori perseptual ?

e. Apakah kelelahan dapat diatasi dan produksi energi dapat dipertahankan


sesuai kebutuhan ?

f. Apakah klien dapat menerima keadaan dan mampu merencanakan


perawatannnya sendiri ?

g. Apakah klien dapat mengungkapkan pemahaman tentang penyakit ?


DAFTAR PUSTAKA

RI, Kemenkes, (2019), Faktor Risiko Penyakit Diabetes Melitus (DM)-Faktor


Risiko yang Bisa Diubah, http://www.p2ptm.kemkes.go.id/infographic-
p2ptm/penyakit-diabetes-melitus/page/4/faktor-risiko-penyakit-diabetes-melitus-
dm-faktor-risiko-yang-bisa-diubah (Online), diakses pada tanggal 31 Desember
2012

RI, Kemenkes, (2019), Apa Saja Faktor Risiko Penyakit Diabetes Melitus (DM)
yang Tidak Bisa Diubah?, http://www.p2ptm.kemkes.go.id/infographic-
p2ptm/penyakit-diabetes-melitus/page/8/apa-saja-faktor-risiko-penyakit-diabetes-
melitus-dm-yang-tidak-bisa-diubah (Online), diakses pada tanggal 31 Desember
2012

Carpenito, Lynda Juall, (1998), Buku Saku Diagnosa Keperawatan, EGC, Jakarta.

Doenges, E. Marylinn, dkk, (1994), Rencana Asuhan Keperawatan Dengan


Gangguan Sistem Endokrin, EGC Jakarta.

Doenges, E. Marylin, dkk, (2000), Rencana Asuhan Keperawatan (edisi 3), EGC,
Jakarta.

Engram, Barbara, (1999), Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, EGC,


Jakarta.

Guyton and Hall, (1997), Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, EGC. Jakarta.

Long, C. Barbara, (1996), Perawatan Medikal Bedah , Ikatan Alumni Pendidikan


Padjajaran Bandung.
Purmoharjo, Hotma, SKp, (1994), Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan
Sistem Endokrin, EGC, Jakarta.

Price, A. Sylvia dan Lorraine M. Wilson, (1995), Patofisiologi, Edisi IV, EGC.
Jakarta.

Tjokronegoro, Arjatmo, Prof. dr. Ph.D, Hendra Utama,(1999), Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam, Edisi III, EGC. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai